Anda di halaman 1dari 14

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I

( Carl Jung )
BAB I

I. LATAR BELAKANG

Teori psikologi kepribadian bersifat deskriptif dalam wujud penggambaran organisasi


tingkah laku secara sistematis dan mudah dipahami. Tidak ada tingkah laku yang terjadi
begitu saja tanpa alasan, pasti ada faktor-faktor anteseden, sebab-musabab, pendorong,
motivator, sasaran-tujuan, dan atau latar belakangnya.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, tempramen, ciri-ciri khas
dan perilaku seseorang. Sikap perasaan, ekspresi, dan tempramen itu akan terwujud dalam
tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi tertentu. Kepribadian dideskripsikan dalam
istilah sifat yang ditunjukkan oleh seseorang. Disamping itu kepribadian diartikan dengan
ciri-ciri yang menonjol pada diri individu.
Kepribadian dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
Faktor keturunan menunjukkan pada genetika individu, sedangkan faktor lingkungan
memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukkan karakter lingkungan dimana
seseorang tumbuh dan dibesarkan.
Mengapa manusia berperilaku seperti yang mereka perlihatkan? Apakah manusia bisa
memilih kepribadian mereka? Apa yang menyebabkan adanya persamaan dan perbedaan di
antara manusia? Apa yang membuat perilaku manusia dapat diprediksi? Apakah ada kekuatan
tersembunyi di alam bawah sadar kita? Apakah perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi
faktor keturunan atau lingkungan?
Kita harus mempelajari kepribadian, karena kepribadian adalah bagian dari jiwa yang
membangung keberadaan manusia menjadi satu kesatuan. Memahami kepribadian, berarti
memahami diri, aku, self, diri sendiri, sebagai manusia.

BAB II
II. PANDANGAN DASAR
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 1
Carl Gustav Jung awalnya kolega Freud, terbukti Karya Jung termasuk penemuannya
tentang tes asosiasi-kata; menunjukkan betapa pentingnya ide-ide Freud bagi dunia. Kolega-
koleganya memperingatkan bahwa kedekatan apapun dengan Freud akan menghancurkan
karirnya, namun dia tidak peduli dan semakin mengindikasikan pentingnya gagasan-gagasan
Freud untuk diaplikasikan (1961, h.148). Namun, dia keluar dari psikoanalisis ortodoks untuk
mendirikan teori kepribadian yang berbeda. Psikologi analitik dibangun atas dasar asumsi
bahwa fenomena gaib dapat dan sungguh mempengaruhi hidup setiap orang. Jung percaya
bahwa setiap dari kita dimotivasikan bukan hanya pengalaman-pengalaman yang direpresi
namun, juga oleh pengalaman-pengalaman bernada emosi yang diwarisi nenek moyang kita.
Imaji-imaji warisan ini membentuk apa yang disebut Jung alam bawah sadar kolektif.

III. STRUKTUR KEPRIBADIAN


Meskipun Jung sangat berminat menyelidiki hakikat alam bawah sadar, dia ternayata
juga mengembangkan sebuah teori kepribadian yang memetakan beragam sistem
pemfungsian kepribadian. Jung seperti Freud, melandaskan teori kepribadiannya kepada
asumsi bahwa jiwa, atau psike, memiliki tingkatan sadar dan bawah sadar. Namun, tidak
seperti Freud, Jung menegaskan bahwa kebanyakan porsi terpenting alam bawah sadar
bermuara bukan dari pengalaman-pengalaman pribadi individual namun, dari eksistansi
manusia yang jauh di masa lalu, sebuah konsep yang disebut Jung alam bawah sadar kolektif.
Jadi, bagi teori Jungian, alam bawah sadar dan alam bawah sadar personal tidak begitu
diprioritaskan.

Ego
Ego bisa disamakan secara kasar dengan kesadaran. Dia mencakup kesadaran kita
tentang dunia eksternal sebesar kesadaran kita tentang diri kita sendiri (Jung, 1933, h.98;
Whitmount dan Kaufmann, 1973, h.93). Menurut Jung, imaji-imaji alam sadar yang diindra
oleh ego, sementara elemen-elemen bawah sadar tidak berkaitan dengan ego. Konsep
mengenai ego lebih terbatas daripada Freud. Jung melihat ego sebagai pusat kesadaran tetapi
bukan inti kepribadian. Dalam pribadi yang sehat secara psikologis, ego menempati posisi
sekunder di bawah self yang berada di alam bawah sadar (Jung,1951/1959a).

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 2
Persona
Persona ialah topeng ego, citra/sisi kepribadian yang ingin ditunjukkan manusia yang
kepada dunia luar. Persona yang kita bermacam-macam sesuai peran yang kita miliki. Konsep
Jung mengenai persona mungkin sudah berakar dari pengalaman dengan pribadi No.1
dirinya, yang harus membuat sejumlah akomodasi bagi dunia luar. Contohnya : seorang
dokter diharapkan mencitrakan penunggu orang sakit di samping tempat tidur dan cara
seorang laki-laki menunjukkan suatu citra kepada rekan bisnisnya berbeda dari cara ia
menunjukkan citra nya kepada anaknya(Jung, 1950/1959). Namun, kebanyakan orang
mengembangkan persona dengan menghilangkan bagian-bagian kepribadian yang lebih
dalam. Untuk hal-hal tertentu, mereka atau orang lain bisa merasakan adanya substansi kecil
di bawah lapisan yang terlihat (Jung, 1961, h.385).

Tidak keliru jika kita memerlukan bagian kepribadian ini untuk


menghadapi orang lain secara efektif (Jacobi, 1965, h.37)
Shadow
Shadow terdiri atas jejak-jejak dan perasaan-perasaan yang tidak bisa diakui sebagai
bagian diri kita. Shadow adalah lawan ego/ citra-diri kita. Shadow juga terdiri atas
kecenderungan-kecenderungan yang secara moral ditolak, sama seperti sejumlah kualitas
konstruktif dan kreatif lain yang takut kita hadapi (Jung, 1951/1959a). Lebih mudah
memproyeksikan sisi gelap kepribadian kita pada orang lain, untuk melihat dalam diri mereka
keburukan dan kejahatan yang kita tolak untuk kita lihat pada diri kita. Bergulat dengan
kegelapan dalam diri kita akan membuat kita memahami shadow kita sendiri. Manusia
yang tidak pernah memahami shadownya akan jatuh di dalam kekuasaan kegelapan dan
menghasilkan hidup-hidup yang tragis, terus menerus mengalami kesialan yang
membuahkan kekalahan dan kepengecutan dalam dirinya sendiri (Jung, 1954/1959a).

Kita bisa melihat proyeksi shadow seperti


waktu kita mengeluh (van Franz, 1964, h.174)

Anima dan Animus


Kaum Taois Cina memiliki konsep Ying dan Yang, sisi feminim dan maskulin
kepribadian kita. Menurut Jung, prinsip feminim mencakup kemampuan merawat,
merasakan, berseni dan penyatuan dengan alam. Sedangkan prinsip maskulin mencakup
pikiran logis, penegasan heroism, dan penaklukan alam (Jung, 1961, h.379-380). Terdapat
perbedaan-perbedaan jenis kelamin secara genetik, yang mensosialisasikan tekanan yang
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 3
berlebih-lebihan, memaksa wanita lebih mengembangkan sisi feminism mereka, dan pria sifat
maskulin mereka. Hasilnya adalah sisi lain direpresi dan menjadi lemah. Pria cenderung
menjadi independen dalam satu-sisi, agresif dan intelektual; Wanita mengembangkan sisi
pemeliharaan dan perasaan namun menolak kemampuan-kemampuan untuk penegasan diri
dan berpikir logis. Meskipun begitu, aspek-aspek yang ditolak tidak lantas lenyap begitu saja
namun tetap aktif dan berteriak-teriak dari alam bawah sadar. Pada pria, sisi feminism
muncul dalam mimpi dan fantasi sebagai wanita yang ada didalam, anima. Pada wanita,
pria yang ada di dalam disebut animus (Jung, 1961, h.380).

Ketaksadaran Pribadi
Jung melihat bahwa ketaksadaran memiliki dua lapisan. Lapisan pertama adalah
ketaksadaran pribadi, yang mengandung semua kecenderungan dan perasaan yang sudah
direpresi semasa hidup kita (1961, h.389). Kebanyakan shadow terletak di dalam
ketaksadaran diri ini, sebagai contoh : perasaan sayang pria kepada ayahnya yang sebagai
anak, perlu direpresi. Sebagian anima dan animus, jadi tidak seluruhnya, juga berada di
wilayah ini. Seorang wanita mungkin telah merepresi pengalaman-pengalaman dengan
ayahnya sebagai sesuatu yang seduktif-pengalaman-pengalaman yang kemudian memberi
kontribusi bagi animusnya dan kemudian tinggal di dalam ketaksadaran pribadinya.

Ketaksadaran Kolektif
Setiap ketaksadaran pribadi individu adalah unik, karena setiap orang telah merepresi
pikiran dan perasaan yang berbeda-beda semasa hidupnya. Namun begitu, Jung juga percaya
kalau terdapat di lapisan terdalam jiwa (psike), sebuah ketaksadaran kolektif yang diwarisi
dan dimiliki semua manusia. Ketaksadaran kolektif dibuat dari daya-daya energi dan
kecenderungan-kecenderungan pengorgsanisasian bawaan yang disebut arketip. Kita tidak
pernah mengetahui arketip secara langsung, namun kita bisa mempelajarinya lewat citra-citra
arketip yang ditemukan di dalam mitos-mitos, seni, mimpi-mimpi dan fantasi-fantasi manusia
di seluruh dunia. Melalui citraan-citraan ini manusia berusaha mengekspresikan jeritan batin
dan kecenderungan tak sadar mereka yang paling dalam. Meskipun Jung, mengatakan
arketip-arketip pada esensinya tidak bisa diketahui, namun dia menyerupakan mereka dengan
insting-insting pada spesies pada hewan-seperti contohnya : skema bawaan tentang organ tua
pada spesies burung (Jung, 1964, h.58).

Diri

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 4
Arkentip terpenting adalah Diri, kesadaran yang berjuang untuk memusat, mencapai
keutuhan dan memperoleh makna (Jung, 1961, h.386). Diri adalahdorongan batin yang
menyeimbangkan dan mendamaikan aspek-aspek kepribadian yang bertentangan. Ini semua
bisa ditemukan dari seluruh penjuru dunia dalam bentuk gambaran tentang mandala-mandala,
suatu bentuk yang semua sisinya seimbang secara sempurna mengelilingi satu titik tengah.
Diri juga terekspresikan oleh pencarian kita akan Tuhan, simbol keutuhan dan makna
tertinggi (1961, h.382).

Introversi dan Ekstraversi


Meskipun Diri adalah tujuan tertinggi di dalam hidup, tak seorangpun pernah mencapai
titik ini sepenuhnya. Kita semua berkembang dengan cara-cara satu-dimensional.
Kebanyakan dari kita, sebagai contoh, mengembangakan kesadaran kita dan menolak alam
bawah sadar yang kita miliki. Wanita menolak sisi maskulin mereka, pria sisi feminism
mereka. Karena itulah, Jung mengembangkan konsep-konsep lain untuk melukiskan
kecenderungan-kecenderungan yang saling bertolak belakang, dimana kita mengembangkan
salah satu sisinya dan menolak sisi lainnya. Polaritas itu disebut introversi-ekstraversi.
Ekstraversi membuat kita yakin untuk terlibat di dalam tindakan-tindakan langsung,
sementara introversi membuat kita meragukan dan merefleksikan apa yang sudah terjadi
pada kita. Ekstraversi bergerak keluar, menuju dunia; Introversi lebih aman dengan dunia
batinnya, dan memperoleh lebih banyak kesenangan di dalam aktivitas-aktivitas seperti
membaca dan berseni. Kita semua memilki dua kecenderungan ini namun selalu memilih
salah satunya, membiarkan kecenderungan yang lain tidak berkembang dan tidak sadar (Jung,
1945).

IV. DINAMIKA KEPRIBADIAN


Gagasan Jung tentang dinamika kepribadian akan membahas kausalitas dan teleologi,
dan tentang progresi dan regresi.

Kausalitas dan Teleologi


Kausalitas meyakini bahwa peristiwa-peristiwa masa masa kini memiliki asal usul di
dalam pengalaman-pengalaman masa lalu yang merupakan asal adanya motivasi. Jung
mengkritik pendapat Freud mengenai sudut pandang kausal dalam penjelasannya mengenai
perilaku orang dewasa berdasarkan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal mereka,
menurut Jung, Freud karena telah menjadi satu-sisi dalam dalam penekanannya terhadap

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 5
kausalitas dan menegaskan bahwa pandangan kausal saja tidak bisa menjelaskan semua
motivasi. Sedangkan, teologi meyakini bahwa peristiwa-peristiwa masa kini dimotivasikan
oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi ke depan yang mengarahkan tujuan seseorang. Jung
menekankan pada keseimbangan bisa dilihat pada konsepnya tentang mimpi, bahwa mimpi
berasal dari pengalaman masa lalu. Namun di sisi lain, Jung mengklaim sejumlah mimpi
dapat membantu seseorang mengambil sebuah keputusan tentang masa depan.

Progresi dan Regresi


Progresi adalah proses adaptasi manusia terhadap dunia batin mereka dan dunia luar
mereka yang melibatkan aliran maju energi psikis untuk mencapai realisasi diri. Sedangkan,
Regresi adalah proses adaptasi dengan dunia batin yang mengandalkan arus mundur energi
psikis. Kedua istilah tersebut sangat esensial jika manusia ingin mencapai pertumbuhan
individual atau realisasi diri. Jika, progesi dan regresi dipadukan, dikerjakan bersama-sama,
seimbang satu sama lain, maka proses perekembangan pribadi yang sehat akan tercapai
(Jung, 1928/1960).

V. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MENURUT CARL GUSTAV JUNG


A. Mekanistik, Purposif, dan Sinkronisitas
Perkembangan kepribadian menurut Jung lebih lengkap dibandingkan dengan Freud.
Jika pandangan Freud bersikap mekanistik atau kausalistik, semua peristiwa disebabkan oleh
sesuatu yang terjadi dimasa lalu, Jung mengedepankan pandangan purposive atau teleologik
yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa depan atau tujuan. Prinsip
mekanistik akan membuat manusia menjadi sengsara karena terpenjara dimasa lalu. Manusia
tidak bebas menentukan tujuan atau membuat rencana karena masa lalu tidak dapat diubah.
Sebaliknya, prinsip purposive membuat orang mempunyai perasaan penuh harapan, ada
sesuatu yang membuat orang berjuang dan bekerja. Menurut Jung, peristiwa psikis tidak
selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua peristiwa psikis yang terjadi secara
bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain,
karena sulit membedakan mana yang masa lalu dan mana yang masa depan, hal inilah
dinamakan prinsip sinkronisitas. Jung memakai prinsip sinkronisitas untuk menjelaskan kata
kerja arsetip. Arsetip sebagai isi tak sadar tidak menjadi sebab terjadinya peristiwa mental

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 6
atau fisik. Prinsip sinkronisitas-lah yang membuat peristiwa mental atau fisik terjadi
bersamaan dengan aktifnya isi-isi tak sadar.

B. Individuasi dan Transedensi


Tujuan hidup manusia adalah mencapai kesempurnaan yang disebut realisasi diri.
Orang dikatakan mencapai realisasi diri, kalau dia dapat mengintegrasikan semua kutub-
kutub yang berseberangan dalam jiwanya, menjadi kesatuan pribadi yang homogeny.
Realisasi diri berarti meminimalkan persona, menyadari anima atau animusnya
menyeimbangkan inroversi dan ekstraversi, serta meningkatkan empat fungsi jiwa yaitu
pikiran, perasaan, panca indra, dan intuisi dalam posisi tertinggi. Realisasi juga berarti
asimilasi tak sadar kedalam keseluruhan kepribadian, dan menyatukan ego dengan self
sebagai pusat kepribadian. Realisasi diri umumnya hanya dapat dicapai sesudah usia
pertengahan melalui proses individuasi dan proses transendensi.

Individuasi

Adalah proses analitik memilah-milah, memperinci dan mengelaborasi aspek-aspek


kepribadian. Apabila ada sesuatu bagian kepribadian yang terabaikan, maka sistem yang
terabaikan itu menjadi kurang berkembang dan akan menjadi pusat resistensi. Jiwa yang
memiliki banyak resistensi bisa memunculkan gejala-gejala neurotick
Transendensi

Adalah proses sintetik, mengintegrasiksn materi tak sadar dengan materi kesadaran,
mengintegrasikan system-sistem secara keseluruhan agar dapat berfungsi dalam satu kesatuan
secara efektif.

C. Tahap-tahap Perkembangan
Hereditas berperan penting dalam psikologi Jung, karena :
1. Hereditas berkenaan dengan insting biologis yang berfungsi memelihara
kehidupan dan reproduksi. Insting-insting merupakan sisi binatang pada kodrat manusia.

2. Hereditas mewariskan pengalaman leluhur dalam bentuk arsetip; ingatan


tentang ras yang telah menjadi bagian dari hereditas karena diulang berkali-kali lintas
generasi. Jung tidak menyusun tahap-tahap perkembangan secara rinci. Perhatian utamanya

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 7
tertuju pada tujuan-tujuan perkembangannya, khususnya tahap kedua tekanan
perkembangannya terletak pada pemenuhan syarat social dan ekonomi, dan tahap ketiga
ketika orang mulai membutuhkan nilai spiritual. Menurut Jung terdapat 4 tahap
perkembangan :

1. Usia anak (childhood),dibagi menjadi tiga tahap :


Tahap anarkis (0 6 tahun)

Tahap ini ditandai dengan kesadaran yang kacau dan sporadic/kadang ada kadang
tidak.
Tahap monarkis (6 8 tahun)

Tahap ini ditandai dengan perkembangan ego, dan mulainya pikiran verbal dan logika.
Pada tahap ini, anak memandang dirinya secara obyektif, sehingga sering secara tidak
sadar mereka menganggap dirinya sebagai orang ketiga.

Tahap dualistik (8 12 tahun)

Tahap ini ditandai dengan pembagian ego menjadi 2, obyektif dan subyektif. Pada
tahap ini, kesadaran terus berkembang. Anak kini memandang dirinya sebagai orang
pertama, dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang terpisah.
2. Usia pemuda ( Youth and Young adult hood)
Tahap muda berlangsung mulai dari puberitas sampai usia pertengahan. Pemuda
berjuang untuk mandiri secara fisik dan psikis dari orang tuanya. Tahap ini ditandai oleh
meningkatnya kegiatan, matangnya seksual, tumbuh kembangnya kesadaran dan pemahaman
bahwa era bebas masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang. Kesulitan utama yang
sering dihadapi masalah kecenderungan untuk hidup seperti anak-anak dan menolak
menghadapi masalah kekinian yang disebut prinsip konservatif.
3. Usia pertengahan (middle hood)
Tahap ini dimulai antara usia 35 atau 40 tahun. Periode ini ditandai dengan aktualisasi
potensi yang sangat bervariasi. Pada tahap usia pertengahan, muncul kebutuhan nilai
spiritual, yaitu kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda
dikesampingkan, karena pada usia itu orang lebih tertarik pada nilai materialistik. Usia
pertengahan adalah usia realisasi diri.
4. Usia tua ( old age )

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 8
Usia tua ditandai dengan tenggelamnya alam sadar ke alam tak dasar. Banyak diantara
mereka yang mengalami kesengsaraan karena berorientasi pada masa lalu dan menjalani
hidup tanpa tujuan.
5. Kesimpulan
Perkembangan kepribadian menurut pandangan Jung lebih lengkap dibandingkan
dengan Freud, meskipun Jung adalah salah seorang pendiri teori Psikologi Dalam dan juga
pernah menjadi murid dari Sigmund Freud. Jung menyatakan bahwa manusia selalu maju
atau mengejar kemajuan dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ke taraf yang lebih
sempurna. Manusia juga selalu berusaha mencapai taraf differensiasi yang lebih tinggi.
1. Tujuan perkembangan : Aktualisasi diri, yaitu deferensiasi sempurna dan saling
hubungan yang selaras antara seluruh aspek kepribadian.

2. Jalan perkembangan : Progresi ( gerak maju ) dan Regresi ( gerak mundur ).

3. Proses Individuasi, untuk mencapai kepribadian yang sehat dan terintegrasi


secara kuat, maka setiap aspek kepribadin harus mencapai taraf differensiasi.

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 9
BAB III
VI. KRITIK TERHADAP TEORI
Ada beberapa kritik menyangkut teori yang dicetuskan oleh Jung. Sebuah teori harus
memenuhi enam kriteria teori yang bermanfaat. Pertama, suatu teori yang bermanfaat harus
menghasilkan hipotesis yang bisa diuji dan kajian yang deskriptif. Kedua, sebuah teori harus
mempunyai kapasitas untuk diverifikasi atau diulang. Sayangnya, hampir mustahil untuk
melakukan verifikasi pada teori Jung. Teori utama Jung mengenai ketidaksadaran kolektif
merupakan konsep yang sangat sulit untuk diuji secara empiris.
Sebagian besar bukti mengenai konsep dari arketipe dan ketidaksadaran kolektif berasal
dari pengalaman mendalam yang dialami oleh Jung sendiri. Menurut Jung, pernyataan
arketipe itu berdasarkan prasyarat yang instingtif dan tidak ada hubungannya dengan suatu
alasan tertentu, tidak berdasarkan rasional dan tidak juga bisa dibuang dalam argumentasi
yang masuk akal. Pernyataan Jung yang seperti itu lah yang tidak bisa diterima oleh peneliti
ilmiah yang mengedepankan rancangan penelitian dan rumusan hipotesis.
Ketiga, suatu teori yang bermanfaat perlu mengorganisir pengamatan ke dalam suatu
kerangka yang bermakna. Psikologi analitis dianggap paling unik karena didalamnya
menyinggung sesuatu yang tidak dibahas dalam teori kepribadian lain. Oleh karena
kemampuannya yang baik dalam mengorganisir pengetahuan inilah, menjadikan Jung
mendapat nilai rata-rata dalam teorinya.
Keempat, untuk teori yang bermanfaat adalah kemampuan teori tersebut untuk
diterapkan. Secara keseluruhan, teori Jung dianggap rendah dalam penerapannya. Karena,
konsep ketidaksadaran kolektif tidak mudah diteliti secara empiris, tetapi mungkin berguna
dalam membantu orang memahami mitos budaya dan melakukan penyesuaian terhadap
trauma-trauma hidup.
Kelima, konsisten secara internal. Nah, konsistensi dalam teori Jung masih dianggap
rendah. Alasannya, bahasa Jung sering kali bersifat rahasia dan banyak dari istilahnya yang
tidak didefinisikan dengan jelas.
Kriteria terakhir untuk teori yang bermanfaat adalah bersifat parsimony
(kesederhanaan).
Teori Jung dianggap rumit, karena bersifat kompleks dengan ruang lingkup yang luas.
Hal ini dikarenakan kecendurungan Jung unuk mencari-cari data dari berbagai macam
disiplin ilmu dan kesediannya untuk menjelajah sendiri ketidaksadarannya, bahkan sampai di
bawah level pribadi. Dalam hukum parsimony ketika terdapat dua teori yang manfaatnya
setara, teori yang lebih disukai adalah teori yang sederhana.

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 10
BAB IV
APLIKASI TEORI KEPRIBADIAN JUNG

Kasus Kesurupan

Indonesia merupakan bangsa kaya budaya termasuk budaya kesurupan, bahkan di


daerah daerah tertentu malah sengaja untuk kesurupan, dan menjadi tontonan menarik seperti
reog, kuda lumping, debus dan tari kecak. Budaya ini lah yang menjadi arketip arketip yang
tersimpan dalam ketidaksadaran kolektif dan inilah yang banyak mempengaruhi terjadinya
kesurupan di indonesia.

Setiap kita memiliki potensi untuk kesurupan karena memang bawah sadar kita dalam
collective unconciousness berisi mitos mitos seperti memedi pocong, wewe gombel, jin

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 11
penunggu rumah, jin penunggu sungai, dan banyak lagi, bahkan penunggu laut selatan. Mitos
inilah yang turun menurun dari jaman dulu terus hingga sekarang. Ditambah lagi pengalaman
masa kecil yang sering ditakut takuti dengan berbagai macam hantu dan segala varian nya,
yang kemudian tersimpan dalam personal unconciousness sehingga kedua kenyataan itu klop
membentuk suatu sistem keyakinan dan kepercayaan yang setiap saat bisa muncul bila ada
pemicunya (precipitating event).

Dalam kasus kesurupan masal yang menjadi precipitating event adalah teman yang
sudah kesurupan, dalam istilah hipnotisme teman yang sudah kesurupan menginduksi bawah
sadar teman lainnya sehingga seperti penyakit menular yang bila tidak diisolasi akan
mewabah ke yang lain.

Seringkali orang yang kesurupan memiliki kekuatan yang melebihi kemampuan


biasanya, dalam beberapa kasus kesurupan dia bisa berteriak teriak hingga berjam jam, atau
bisa melemparkan beberapa orang yang sedang memeganginya. Ada lagi kesurupan mampu
berbicara seperti bukan dia yang bicara, dalam keadaan seperti ini seseorang yang kesurupan
sedang memasuki alam bawah sadarnya tepatnya di alam ketidaksadaran kolektif dimana
menurut freud ketidaksadaran tersebut mengandung kekuatan jiwa (psyche) sehingga dia
memiliki kekuatan yang melebihi seperti biasanya.

Mengapa orang bisa masuk kedalam alam bawah sadarnya ? sebab utamanya adalah
lemahnya kesadaran seperti orang mau masuk tidur, kenapa bisa tidur jawabnya tentunya
karena lemahnya kesadaran karena faktor mengantuk

Jung sangat menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin ketidaksadaran
seseorang bukan berasal dari pengalaman personal, melainkan dari keberadaan manusia di
masa lalu. Konsep ini yang disebut Jung sebagai ketidaksadaran kolektif. Poin penting dari
teori Jung adalah kesadaran dan ketidaksadaran personal.

Contoh lainya

orang yang secara normal pemalu bisa menjadi extrovert pada situasi ketika dia merasa
benar-benar tertarik dan merasa nyaman.

Aplikasi Teori dalam Konseling

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 12
1. Manusia adalah Makhluk yang Memiliki Kebutuhan dan Keinginan. Konsep ini dapat
dikembangkan dalam proses bimbingan, denganmelihat hakikatnya manusia itu memiliki
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian konselor dalam
memberikan bimbingan harus selalu berpedoman kepada apa yang dibutuhkan dan yang
diinginkan oleh konseli, sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif.

2. Kecemasan yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai wahana pencapaian tujuan
bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu
memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu mengembangkan
kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya;
mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu memahami
dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial, dalam masyarakat.

3. Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat diatasi


dengan baik dan bijaksana. Karena setiap manusia selalu hidup dalam kecemasan, kecemasan
karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan
dll,

4. Bimbingan merupakan wadah dalam rangka mengatasi kecemasan.

5. Pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli
yang mengkritik, namun dalam beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini
bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam sistem pemebinaan akhlak
individual, keluarga dapat melatih dan membiasakan anakanaknya agar dapat tumbuh
berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang
sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila
sebuah keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan
akan tumbuh menjadi manusia yang baik.

6. Tahapan Perkembangan Kepribadian Individu dapat digunakan dalam proses bimbingan,


baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan
pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian individu,
karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu
konselor yang melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan perkembangan
ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 13
VII. DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.


Feist, Jess. Feist, Gregory. J. Teori Kepribadian Edisi 7. Jakarta: Penerbit Salemba
Humanika.
Crain, William. Edisi Ketiga. Teori Perkembangan konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sujanto, Agus, dkk. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bumi Aksara

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
TEORI PSIKOLOGI ANALITIK (CARL GUSTAV JUNG)
KELOMPOK 2 14

Anda mungkin juga menyukai