Oleh :
Abdul Khamid (21187205001)
Komaria Firdaus (21187205009)
Isomuddin (21187205031)
Risa Dewi Sagita (21187205017)
Yasmin Winda Soraya (21187205033)
1. Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain.
Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens(Latin) yang berarti
berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah individu
berasal dari bahasa Latin, yaitu individu, yang artinya sesuatu yang tidak dapat
dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup
berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia
senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi
hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal
terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia
dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas
hidupnya. Manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara
ciptaan-ciptaan yang lain.
Dalam keadaan status manusia sebagai mahluk individu, segala sesuatu yang
menyangkut pribadinya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri, sedangkan orang lain
lebih banyak berfungsi sebagai pendukung. Kesuksesan seseorang misalnya sangat
tergantung kepada niat, semangat, dan usahanya yang disertai dengan doa kepada
Tuhan secara pribadi. Demikian juga mengenai baik atau buruknya seseorang di
hadapan Tuhan dan dihadapan sesama manusia, itu semua sangat dipengaruhi oleh
sikap dan perilaku manusia itu sendiri. Plato mengatakan, mahluk hidup yang disebut
manusia merupakan mahluk sosial dan mahluk yang senang
bergaul/berkawan . Dengan kata lain hidup menggunakan akal budi dalam suatu
sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya tersebut
meliputi filsafat yang terdiri atas pandangan
hidup, politik, teknologi, komunikasi, ekonomi, sosial, budaya dan
keamanan. Menurut Aristoteles, manusia adalah mahluk yang pada dasarnya selalu
ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya .
Pada diri manusia sejak dilahirkan sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat
untuk berhubungan atau hidup di tengah-tengah manusia lainnya. Manusia berperan
sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan
kewajibannya. Interelasi sosial dalam masyarakat akan tampak dalam bentuk sense of
belonging yaitu suatu perasaan hidup bersama, sepergaulan, dan selingkungan yang
dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang beradab, kekeluargaan yang harmonis dan
kebersatuan yang mantap.
B. PERANAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah
sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam asrti manusia senantiasa
tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, maka dalam
kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa terkait dengan interaksi antara
individu manusia, interaksi antar kelompok, kehidupan sosial manusia dengan
lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan
berbagai hal yang timbul akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial. Secara
sosial sebenarnya manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang mempunyai
kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam
masyarakat. Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan
kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan
pekerjaan, bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai aktivitas
ekonomi, politik dan bahkan beragama. Namun demikian, kenyataannya setiap
individu tidak dapat menguasai atau mempunyai kesempatan yang sama.
Akibatnya, masing-masing individu mempunyai peran dan kedudukan yang tidak
sama atau berbeda. Banyak faktor yang menyebabkan itu bisa terjadi, misalnya
kondisi ekonomi , sosial , politik , budaya bahkan individu atau sekelompok manusia
itu sendiri. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang
menyangkut hubungan timbal balik antarindividu, antarkelompok manusia, maupun
antara orang dengan kelompok manusia. Bahkan, hanya dengan bau keringat sudah
terjadi interaksi sosial karena telah mengubah perasaan atau saraf orang yang
bersangkutan untuk menentukan tindakan.
C. DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan
yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadp sistem
sarafnya sebagai akibat hubungan yang di maksud Ciri-ciri interaksi sosial adalah
sebagai berikut. Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya
tujuan tersebiut dengan yang diperkirakan pelaku. Ada dimensi waktu yang akan
menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung Syarat terjadinya interaksi sosial
adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial berasal dari kata con atau
cun yang artinya bersama-sama, dan tango yang artinya menyentuh.
Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang
berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap, atau perasaan-perasaan apa
yang ingin disampaikan orang tersebut. Misalnya, jika anda melambaikan tangan
dipinggir jalan atau halte bus maka salah satu bus yang lewat pasti akan
berhenti, jadi, komunikasi merupakan proses saling memberi penafsiran terhadap
tindakan atau perilaku orang lain. Sugeti adalah rangsangan, pengaruh, atau stimulus
yang diberikan individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti itu
melaksanakan apa yang disegestikan tanpa sikap kritis dan rasional, identifikasi
adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama dengan individu yang
ditirunya. Simpati adala prose kejiwaan seseorang individu yang merasa tertarik
dengan individu atau kelompok karena sikap, penampilan, atau perbuatannya.
Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang
diberikan individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi
melaksankannya dengan secara kritis, rasional, dan tanggung jawab. Secara
luas, dapat dikatakan ada interaksi sosial yang sifatnya positif, yaitu mengarah pada
kerjasama antrindividu atau antarkelompok. Interaksi sosial yng dimaksud interaksi
soial yang bersifat asosiatif. Adapula interaksi sosial yang mengarah pada bentuk-
bentuk pertikaian tau konflik. Interaksi sosial dimasud disebut dengan interaksi sosial
yang bersifat disosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, seperti kerja
sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Interaksi sosial yang bersifat disasosiatif
mencakup persaingan, kontroversi, dn permusuhan. Dengn demikian, dinamika
interaksi sosial yang terjadi dala kehidupan sosial dapt beragam.
Dilihat dari faktor penyebabnya, ada interaksi yang disebabkan oleh faktor
imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Ada interaksi yang
berbentuk pertentangan. Sedangkan jika dilihat dari sifat interaksinya, da interaksi
yang asosiatif, interaksi disasosiatif.
D. DILEMA ANTARA KEPENTINGAN INDIVIDU DAN KEPENTINGAN
MASYARAKAT
Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua kepentingan, yaitu kepentingan
individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan
kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan rakya. Apabila salah satu
kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak
bisa membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia
menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari
diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang
menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan
dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang
dipegang oleh suatu kelompok masyarakat. Pandangan Individualisme Individualisme
berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu
yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan
lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat
bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan.
Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk
mereal isasikan dirinya. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart
Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip
yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut. Menurut paham
ini , pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi
sosial, Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan
dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan
hidup bersama. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang
diutamakan. Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat
yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik
dan alat-alat produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat
secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat
keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan.
Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu
harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam
sosialisme yang radikal/ekstem cara untuk meraih hal itu adalah dengan
menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan alat-alat produksi oleh
perorangan. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya
lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas
merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang
luhur. Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai.
Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi
sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan.
MAKHLUK RELIGIUS
Salah satu realitas manusia sepanjang sejarah yang tidak bisa dihapuskan adalah
bahwa manusia mempunyai rasa keberagamaan dalam dirinya atau kebutuhan dasar
kerohanian . Secara bahasa, kata religiusitas adalah kata kerja yang berasal dari kata
benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata re dan ligare artinya
menghubungkan kembali yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali tali
hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-dosanya.
Gazalba mengartikan kata religi berasal dari bahasa latin religio yang berasal dari
akar kata religare yang berarti mengikat. Maksudnya adalah ikatan manusia dengan
suatu tenaga yaitu tenaga gaib yang kudus. Religi adalah kecenderungan rohani
manusia untuk berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi
segalanya, makna yang terakhir, dan hakekat dari semuanya. Berarti adanya
penyerahan diri secara totalitas untuk selalu beribadah kepada Alloh, sehingga apapun
yang dikerjakan seorang manusia dalam hidupnya wajib berlandaskan niat untuk
beribadah kepada Alloh swt.
Permasalahanpun timbul « mengapa sering terjadi orang yang pemahaman
keberagamaannya bagus, bahkan sering memberikan pencerahan dan penerangan
agama kepada orang lain tapi perilakunya menyimpang?». Sering terdengar dalam
berita seorang yang pendidikan agamanya cukup bagus dan bahkan berasal dari
keluarga ulama tapi melakukan korupsi atau manipulasi. Ahli ibadah yang setiap hari
pergi ke mesjid tapi perilakunya tidak mencerminkan keagungan dan keindahan
ibadah yang dilakukannya, dan berbagai contoh lain dalam kehidupan sehari-
hari. Sebagai makhluk yang dinamis bisa jadi ketaatan beragama yang diperlihatkan
dalam kesehariannya tidak memenuhi unsur ibadah sebagaimana disyariatkan
Islam, sehingga mereka hanya taat dalam hal ritual saja tanpa penghayatan makna
yang mendalam dibalik semua ajaran agama yang dilakukannya.
Indikasi ini bisa dilihat ketika ketahanan diri seseorang dalam menghadapi realitas
kehidupan kurang kuat, sehingga menjadi stress ditambah ada kesempatan yang
mempermudah seseorang melakukan berbagai penyimpangan perilaku, maka akan
terjadilah berbagai perbuatan dosa yang dicegah oleh agama. Penelitian lain dilakukan
Larson dkk menemukan bahwa remaja yang komitmen agamanya lemah, mempunyai
resiko empat kali lebih besar untuk menyalahgunakan NAPZA dibanding para remaja
yang kuat komitmen agamanya. Bukti ini sesuai dengan yang dikemukakan Dadang
Hawari dan Juwana bahwa ketaatan beribadah pada kelompok penyalahguna NAPZA
jauh lebih rendah dibandingkan dengan kelompok bukan penyalahguna NAPZA, dan
perbedaan ini sangat signifikan. Seorang ahli sosiologi yaitu Hirschi Gottfretson
membenarkan pandangan bahwa tidak ada alasan khusus yang diperlukan untuk
menjelaskan terjadinya suatu kejahatan karena kecenderungan adanya dorongan
manusia yang tidak dapat ditunda untuk mencari atau mencapai kenikmatan dan
menghindari sesuatu yang menyakitkan.
Disinilah fungsi kontrol diri sebagai wawasan melekat, berupa kekuatan iman
yang tertancap kuat dalam hati manusia. Ini bukan hal yang mudah melainkan perlu
latihan dan pembelajaran yang lama dan memerlukan waktu panjang sehingga
menjadi terpolakan dan mendarah daging dalam karakter dan pribadinya. Dasar ajaran
agama yang ditanamkan sedini mungkin akan melahirkan sebuah komitmen
keberagamaan yang didasari oleh kesadaran bahwa agama memang penting dan
sangat diperlukan serta bermanfaat bagi kebahagiaan dirinya. Sehingga akhirnya
proses pembiasaan dalam melaksanakan agama yang ditanam dalam waktu yang lama
ini menjadi sebuah keterampilan yang mendarah daging dalam hidupnya.
Kedua, pupuk dan kembangkan nilai-nilai keagamaan dalam keluarga sebagai
lingkungan terdekat yang membentuk dan mempengaruhi pribadi dan budi pekerti
seseorang. Ketiga, Ciptakan lingkungan keluarga yang harmonis berlandaskan agama
serta selektif dalam memilih teman atau lingkungan. Kalau kita tidak bisa merubah
lingkungan yang bisa merusak perilaku kita maka lebih baik menghindarinya. Bahkan
perlu menciptakan lingkungan keluarga yang baik dan harmonis dilandasi ajaran
agama, sehingga anak betah di rumah dan komitmen melaksanakan agamanya.
Pengaruh teman kelompok sebaya ini dapat menciptakan keterikatan dan
kebersamaan, sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan diri, baik diakibatkan
ketidakmampuan untuk berinteraksi maupun adanya intimidasi dari
temannya. Pengaruh teman kelompok ini tidak hanya pada saat perkenalan pertama
dengan NAPZA, melainkan dapat menyebabkan seseorang tetap ketergantungan dan
kekambuhan setiap waktu dimanapun berada. Di Inabah seorang yang ketergantungan
kepada NAPZA dianggap orang yang telah melakukan dosa, solusinya adalah orang
itu diajak bertaubat dari dosanya dengan selalu membersihkan dirinya dan berusaha
dikembalikan hatinya kepada Alloh untuk meningkatkan kualitas jiwa dengan selalu
berdzikir kepada-Nya. Dalam konteks ini kalangan sufi biasanya menyandarkan
Hadits Nabi yang berbunyi, «Takhallaqu bi akhlaq-i Alloh.». yaitu suatu kemampuan
untuk mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas dirinya sebagai seorang mukmin
yang dirinya sudah didominasi sifat-sifat Tuhan sehingga tercermin dalam
perilakunya yang serba suci dan mulia.
MATERI III
TEORI PSIKOLOGI SOSIAL
A. PSIKOANALISA
Sigmund Freud adalah bapak psikologi modern sebab beliau yang
mengembangkan teori psikoanalisis dalam pengobatan penyakit mental pada manusia.
Tidak hanya itu, Freud juga mencetuskan teori yang sempat menggemparkan dunia
dan bahkan menjadi Kontroversi. Teori dari Freud yang amat terkenal adalah ketika
dia membagi wilayah kesadaran manusia menjadi conscious mind, subconscious
mind, dan unconscious mind, yakni 3 tahapan kesadaran pada manusia. Consicous
mind adalah pikiran sadar dan mengendalikan hampir semua kegiatan sadar manusia.
Tetapi yang paling kontroversi adalah teorinya merujuk bahwa pikiran bawah sadar
(subconscious mind) mengendalikan sebagian besar perilaku manusia. Variable-
variable interpersonal dan aparat-aparat psikos:
a. Libido
Libido adalah energi vital. Energi ini sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak
boleh dicampurkan dengan energi fisik yang bersumber pada kebutuhan-
kebutuhan biologis seperti lapar dan haus. Freud mengemukakan bahwa
manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu
insting hidup (life insting) dalah naluri untuk mempertahankan hidup dan
keturunan.
Insting mati (death insting) adalah naluri yang menyatakan bahwa suatu
saat orang itu akan mati insting mati ini menyebabkan perilaku-perilaku
agresif.
b. Struktur kejiwaan
Jiwa oleh freud dibagi dalam 3 bagian yaitu;
Kesadaran (consciousness) adalah bagian kejiwaan yang berisi hal-hal
yang disadarinya, diketahuinya.
Prakesadaran (pre-consciousness) adalah bagian kejiwaan yang bersikan
hal-hal yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran melalui asosiasi-
asosiasi.
Ketidaksdaran (cuncosciousness) adalah proses-proses yang tidak disadari,
akan tetapi tetap berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan.
B. PENDEKATAN BIOLOGIS
Manusia dilahirkan dengan berbagai karakteristik biologis yang membedakannya
dengan hewan dan sesamanya. Dalam tingkat paling sederhana, karakteristik ini dapat
membatasi kemungkinan perilaku manusia dan rangsangan yang muncul. Daftar
karakteristik bawaaan dapat diperbanyak, dan sifat-sifat ini mempengaruhi bagaimana
kita dan perilaku sosial kita.
a. Naluri dan Perbedaan Genetik
Manusia memiliki naluri untuk menjadi agresif.
Konrad Lorenz dan juga ahli lain mengemukakan pendapat bahwa
dorongan agresif ada di dalam diri manusia sejak lahir dan tidak dapat
diubah.
Pandangan biologis juga memusatkan perhatiaannya bagaimana perbedaan
genetik menimbulkan perbedaan perilaku.
sebagian orang tumbuh lebih kuat, lebih cerdas dari yang lain, sebagian
wanita (dapat melahirkan) dan sebagian lagi laki-laki (tidak dapat
melahirkan) dsb,
Orang yang memiliki susunan susunan genetik tertentu ( khususnya
kromosom XYY dan bukannya kromosom XY atau XX yang lebih lazim)
lebih besar kemungkinan menjadi penjahat. Meskipun sampai sekarang ini
baru terdapat sedikit bukti yang mendukung pemikiran tsb. Jelas perkiraan
itu merupakan sebagian penjelasan mengenai perilaku kriminal.
Pemikiran yang umum adalah bahwa penyebab semua perilaku, termasuk
perilaku sosial, dapat di ketahui dari sifat biologis seseorang—dari
susunan genetik, dari karakteristik bawaan, dari karakteristik fisik yang
berkembang sejak lahir, atau dari pertumbuhan fisik sementara seperti
yang disebabkan oleh produksi hormon atau perangsangan otak.
C. TEORI ENVIROMENTALIS DAN KOGNITIF
1. Teori Enviromentalis
Environmentalis mengatakan bahwa tingkah laku manusia dibentuk oleh
lingkugan. Dalam istilah filsafat dan psikologi, kita mengenal ‘’tabula rasa’’
yang artinya bahwa manusia di dilahirkan dalam keadaan yang polos, dan
tingkah laku manusia di bentuk oleh lingkungannya. Environmentalis muncul
setelah revolusi industri di perancis yang menimbulkan pencemaran
lingkungan modern yang umum terjadi saat ini. Munculnya pabrik-pabrik
besar dan exploitasi dalam jumlah besar dari batubara yang menimbulkan
polusi udara .
2. Teori Kognitif
Psikologi kognitif menempatkan manusia sebagai mahluk yang bereaksi
secara aktif terhadap lingkungan dengan cara berfikir. Psikologi kognitif
mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indra di proses
dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran atau di wujudkan
tingkah laku.
MATERI IV
PERSEPSI DAN ATRIBUSI
A. PERSEPSI
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Pengindraan
adalah proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra. Stimulus
tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi. Persepsi stimulus dapat datang dari luar
individu dan juga dari dalam individu itu sendiri. Bila yang dipersepsi dirinya
sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut persepsi diri. Karena dalam
persepsi itu merupakan aktivitas yang intergrated. Persepsi itu sekalipun
stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir
tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi
antara individu satu dengan individu yang lainnya tidaklah sama. Keadaan
tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu bersifat individual.
B. PERSEPSI SOSIAL
Persepsi Sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui,
menginterpretasikan dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-
sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang
dipersepsi. Sehingga terbentuklah gambaran mengenai orang yang dipersepsi. Ada
beberapa faktor yang ikut berperan dan mempengaruhi dalam mempersepsi manusia,
yaitu diantaranya:
1) keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi;
2) situasi dan keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus;
3) keadaan orang yang mempersepsi.
C. ATRIBUSI SOSIAL
Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku
tertentu. Menurut Myers (1996), kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh
kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada
dibalik perilaku orang lain. Attribution theory (teori sifat) merupakan posisi tanpa
perlu disadari pada saat melakukan sesuatu menyebabkan orang-orang yang sedang
menjalani sejumlah tes bisa memastikan apakah perkataan-perkataan dan perbuatan-
perbuatan orang lain dapat merefleksikan sifat-sifat karakteristik yang tersembunyi
dalam dirinya, atau hanya berupa reaksi-reaksi yang dipaksakan terhadap situasi
tertentu. Teori ini merupakan teori yang ingin menjelaskan tentang perilaku
seseorang.
D. SUMBER KESALAHAN ATRIBUSI
Kesalahan atribusi mendasar
Kita cenderung memandang orang lain bahwa dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab atas segenap perilakunya. Contonya, menyalahkan korban
saat tidak mengetahui siapakah sesungguhnya yang bertanggung jawab atas
kecelakaan yang terjadi, Kita kerap mengatakan bahwa bencana yang dialami
seseorang adalah kesalahannya sendiri. “Itu memang salahnya” dan “Dia
sendirilah yang menyebabkan terjadinya semua itu”.
Efek pengamat actor
Kita cenderung melimpahkan tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar atas
segala sesuatu yang kita lakukan. Seperti pembelaan diri seoran anak kecil saat
mendapat nilai merah, “Saya sebenarnya ingin belajar dengan rajin tapi teman-
temanlah yang mengganggu saya.” Dengan kata lain kita sering menyalahkan
orang lain saat terjadi kegagalan.
Menyalahkan atau membanggakan diri sendiri
Bila mengalami keberhasilan, kita sering berfikir bahwa diri kitalah satu-
satunya penyebabnya. Tapi jika mengalami kegagalan , kita mengganggapnya
sebagai kehendak Tuhan atau karena orang lain.
Hipotesis dunia yang adil
Ini merupaan gagasan bahwa setiap orang akan mendapat balasan setimpal
atas perbuatannya. Gagasan ini memang tidak sepenuhnya salah tapi akan
bermasalah jika seseorang membalik rangkaian logikanya: Bila mengalami
sesuatu yang baik pasti karena seseorang itu melakukan kebaikan, sebaliknya
jika mengalami sesuatu yang buruk, artinya seseorang telah melakukan dosa
atau kejahatan. Hal ini menimbulkan gagasan konyol. Seperti rasa bersalah
jika mengalami sesuatu yang buruk. Sebaliknya kita cenderung menganggap
orang yang beruntung sebagai orang yang baik, padahal tidak selamanya
demikian.
BAB V
PEMBUATAN KEPUTUSAN, AFEK DAN KOGNISI
A. PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pembuatan keputusan digunakan untuk menyeleksi dari antara pilihan-pilihan
atau untuk mengevaluasi kesempatan-kesempatan. Melakukan pembuatan keputusan
merupakan ciri yang memainkan suatu peran penting dalam kehidupan setiap
manusia. Setiap tindakan yang diambil oleh individu memiliki latar belakang yang
mendalam dari sebuah proses keputusan itu sendiri. Bahwa keputusan otonom
bergantung pada individu. Justru batasan-batasan sosiallah yang mempengaruhi
pembuatan keputusan seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan erat kaitannya dengan pemilihan suatu alternatif untuk menyelesaikan atau
memecahkan masalah serta memperoleh kesempatan.
Herbert Simon, ahli teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga
tahap utama dalam proses pengambilan keputusan yaitu :
Aktivitas intelegensi yakni penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan
pengambilan keputusan.
Aktivitas desain yakni terjadi tindakan penemuan, pengembangan dan analisis
masalah.
A. KONSEP DIRI
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya,
yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan
berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar
dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan
menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari. Konsep
diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a.Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan
positif dan perasaan berharga.
b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain.
c.Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang
sebenarnya.
B. DIMENSI-DIMENSI DALAM KONSEP DIRI
Fitts (1971) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut:
1. Dimensi Internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuaninternal (internal
frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni pernilaian
yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalam
dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk :
a. Diri identitas
Bagian dari ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri
dan mengacu pada pertanyaan, siapakah saya? Dalam pertanyaan tersebut
dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang
diberikan pada diri oleh individu-individu yang bersangkutan untuk
menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya, misalnya “saya
ita”.
b. Diri pelaku
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang
berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”.
c. Diri penerimaan/penilai
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.
Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas
dan diri pelaku. Manusia cenderung memberikan penilaian terhadap apa
yang dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenakan pada
dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya, tetapi juga sarat
dengan nilai-nilai. Selanjutnya penilaian ini lebih berperan dalam
menentukan tindakan yang akan ditampilkannya.
2. Dimensi eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan
aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya.
Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan
dengan sekolah, organisasi, agama dan sebagainya. Namun, dimensi yang
dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi
semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:
a. Diri fisik
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara
fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan
dirinya, penapilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan
keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).
b. Diri etik moral
Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya terlihat dari
standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi
seseorang menngenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan
kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang
meliputi batasan baik dan buruk.
c. Diri pribadi
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan
pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan
dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa
puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai
pribadi yang tepat.
d. Diri keluarga
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam
kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan
seberapa jauh seseorang merasa kuat terhadap dirinya sebagai anggota
keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan sebagai
anggota dari suatu keluarga.
e. Diri sosial
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan
orang lain maupun di sekitarnya. Pembentukan penilaian individu terhadap
bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh
penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu
saja menilai bahwa ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari
orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik.
Demikian pula seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki diri
pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain.
C. KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah satu totalitas terorganisir dari disposisi-disposisi psikis
manusia yang individual, yang memberi kemungkinan untuk memperbedakan
ciri-cirinya yang umum dengan pribadi yang lainnya. Satu totalitas itu bukan
hanya merupakan satu penjumlahan melulu dari bagian-bagian , tapi
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagikan dan tidak dapat
dipisah-pisahkan satu dengan lainnya. Kepribadian ini merupakan satu
struktur totalitas yang mempunyai aspek-aspek yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Kepribadian itu adalah kesatuan organisasi yang dinamis
sifatnya dari sistem psikofisis individu yang menentukan kemampuan
penyesuaian diri yang unik sifatnya terhadap lingkungannya. kepribadian
seseorang itu diekspresikan kedalam beberapa karakteristik , sehingga dengan
mengerti karakteristik-karakteristik tersebut, kita dapat mengerti pula
kepribadian orang yang bersangkutan.
a. Penampilan fisik: tubuh yang besar, wajah yang tampan, pakaian yang rapi, atau
tubuh yang kurang sehat, wajah yang kuyu, pakaian kusut, semuanya
menggambarkan kepribadian dari orang yang bersangkutan, apakah ia berwibawa
dan percaya pada diri sendiri atau kurang semangat dan mepunyai perasaan yag
rendah diri.
b. Temperamen: yaitu suasana hati yang menetap dan khas pada orang yang
bersangkutan. Misalnya pemurung, pemarah, dan sebagainya.
c. Kecerdasan dan kemampuan
d. Arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai
e. Sikap sosial
f. Kecenderungan-kecenderungan dalam motivasinya
g. Cara-cara pembawaan diri, misalnya sopan santun, banyak bicara, kritis, mudah
bergaul dan sebagiaya. Cara pembawaan diri ini terlepas dari isi atau materi yang
dibawakan. Seseorang dapat bercerita tentang berita kematian atau soal-soal
perdagangan atau mengundang seseorng ke suatu perjamuan, atau menegur
kesalahan seseorang, tetapi semuanya dilakukan dengan cara sopansantun.
h. Kecenderungan patologis : yaitu tanda-tanda adanya kelainan kepribadian seperti
reaksi-reaksi yang skizofrenis dan sebagainya.
Menurut Galenus, ada beberapa tipe-tipe Kepribadian:
a. Tipe sanginikus
Stemming dasarnya atau suasana perasaan dasarnya riang, optimis. Tidak takut
akan masa depan. Percaya akan diri sendiri. Sikap batinnya positif, tapi
“oppervlakkig” datar: berkecenderungan lekas merasa puas. Tidak begitu terbuka
pada nilai-nilai yang dalam, bersifat dangkal. Perasaannya sangat peka, tapi tidak
terlalu lama melekatnya.
b. Tipe Melankholis
Stemming dasarnya ialah sedih. Kebalikan dari tipe sanguinikus. Menilai segala
sesuatu didunia ini dengan stemming sedih atau negatif. Ia selalu tertekan oleh
pengalaman-pengalaman yang lama. Sangat hati-hati. Masa dahulu sangat
menekan pundaknya, sedang masa depan tampak menakutkan, karena dianngap
berwarnakan gelap. Ada rasa ketakutan yang fundamental.
c. Tipe Kholerikus
Stemming dasarnya selalu merasa kurang puas . selalu bereaksi negatif dan
agresif. Selalu ada saja hal-hal yang menyinggung hati, walaupun soal-soal kecil
atau detail. Stemming dasarnya tak pernah seimbang tenang. Lekas menjadi
eksplosif. Ada disposisi-disposisi yang cenderung jadi kemarahan. Perasaannya
mudah tersinggung atau terkena. Perasaannya agak kuat, sesuai dengan stemming
dasarnya. Mudah jadi emosional, karena ada antisipasi untuk affek yang kuat.
Mencari perlawanan, supaya timbul agresivitasnya. Suka membuat provokasi.
d. Tipe flegmatikus
Lawan dari tipe koleris. Stemming dasarnya tenang, netral, tidak ada warna
perasaan yang jelas. Biasanya sedikit positif, sedang, dan stabil. Pada umumnya
tidak banyak ketegangan-ketegangan perasaan. Merasa cukup puas, sebab segala
sesuatu itu sudah dianggap baik. Sikapnya acuh tak acuh, sering tidak perdulian.
Menurut sarjana Swiss, Carl G. Jun, terdapat beberapa penggolongannya
pada tingkah laku atau karakteristik yang psikologis:
a. Jenis introvert : terutama dalm keadaan emosionil atau konflik orang dengan
kepribadian ini cenderung untuk menarik diri dan menyendiri. Ia pemalu dan
lebih suka bekerja sendiri di laboratorium atau perpustakaan daripada bekerja
ditengah orang-orang banyak.
b. Jenis ekstravert: orang dengan kepribadian ini kalau merasa tertekan akan
menggabungkan diri diantara orang-orang banyak sehingga individualitasnya
berkurang. Ia peramah dan memilih pekerjaan-pekerjaan seperti pedadang,
pekerja sosial, juru bicara dan semacamnya, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang
banyak melibatkan orang-orang.
c. Jenis ambivert : yaitu orang-orang yang tidak masuk kedalam introvert
maupun ekstravert. Ciri kepribadiannya memiliki campuran dari kedua jenis
diatas
D. TEORI-TEORI KEPRIBADIAN
1. Teori kepribadian psikoanalisa. Dalam teori psikoanalisa, kepribadian
dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yakni id, ego,
dan superego.
a) Id, yaitu sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang didalamnya
terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah
sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang
dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk kegiatan-kegiatan yang
dilakukan.
b) Ego,sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada
dunia obyek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan
prinsip kenyataan. Apabila dikaitkan dengan contoh orang yang sedang
lapar, maka bisa diterapkan bahwa ego bertindak sebagai penunjuk atau
pengarah kepada orang yang sedang lapar ini kepada makanan.
c) Superego, sistem kepribadian berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
2. Teori kepribaian behaviorisme
Skinner tidak menerima gagasan mengenai kepribadian (personality) atau diri
(self) sebagai pendorong atau pengarah tingkah laku ia menyebut gagasan itu
sebagai sisa dari animsme primitif. Skinner juga menolak dengan apa yang
disebut penguraian jalan buntu mengenai tingkah laku, seperti : mengapa abu
nidal bersama pengikutnya melakukan aksi teror tanpa pilih bulu? Karena dia
mengalami gangguan emosional. Dari perspektif behaviorisme skinner, studi
tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas
sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latarbelakang genetik atau faktor
bawaan yang khas dari individu. Menurut skinner, individu adalah organisme
yang memperoleh pembendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia
bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau
suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara
bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu
tersebut. Selanjutnya bagi skinner studi tentang kepribadian itu ditujukan
kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme
dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
3. Teori kepribadian Humanistik
Psikologi humanistik sesungguhnya bukan suatu organisasi tunggal dari teori
atau sistem, melainkan lebih tepat jika disebut sebagai gerakan. Maslow
sendiri menyebut psikologi humanistik yang dipimpinnya sebagai kekuatan
ketiga. Dan meskipun tokoh-tokoh gerakan ini memiliki pandangan yang
berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama
mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yakni
ekistensialisme. Manusia, menurut eksistensialisme, adalah hal yang mengada
dalam dunia dan menyadari penuh akan keberadaannya. Eksistensialisme
menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil
bawaan atau lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa
setiap individu mempunyai kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan
sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggungjawab atas
pilihan dan keberadaannya itu. Pendek kata, meminjam, ungkapan sartre: aku
adalah pilihanku.
MATERI VII
TEORI KOGNITIF PIAGET
Dalam konteks psikologi sosial, pemahaman tentang tahapan ini dapat membantu
menjelaskan bagaimana individu memahami dan berinteraksi dengan orang lain
dalam berbagai situasi sosial. Misalnya, konsep konkrit operasional Piaget, yang
berkaitan dengan kemampuan berpikir logis tentang situasi konkret, dapat
memengaruhi cara individu memahami dan menanggapi norma sosial. Oleh karena
itu, hubungan antara teori kognitif Piaget dan psikologi sosial terletak pada cara
perkembangan kognitif individu membentuk pemahaman mereka tentang dunia sosial
di sekitar mereka.
MATERI VIII
HUBUNGAN ANTAR PRIBADI
Hubungan antar pribadi adalah interaksi yang dilakukan oleh individu satu
dengan individu lain yang bertujuan untuk memperoleh ataupun menyampaikan
pesan dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan
balik segera. Hubungan ini jika berlangsung secara baik akan menjadi hubungan
kekerabatan yang sifatnya lebih lama dari pada berteman, hubungan ini bisa
sampai pada persahabatan. Dalam hubungan antar pribadi tidak seperti
komunikasi antar pribadi atau yang akrab, meskipun didalam hubungan ini sangat
membutuhkan komunikasi antar pribadi tersebut, karena tanpa komunikasi maka
hubungan antar pribadi tidak akan mampu terjalin, karena tidak adanya unpan
balik yang dilakukan oleh kedua orang itu.
B. Tujuan Adanya Hubungan Antar Pribadi
Dalam menjalin hubungan antar pribadi tentu mempunyai tujuan tertentu,
diantaranya adalah sebagai berikut.
a) Mengenal diri sendiri dan orang lain
Hubungan antar pribadi memberikan kita kesempatan untuk
memperbincangkan diri kita sendiri, belajar bagaimana dan sejauh mana
terbuka pada orang lain serta mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang
lain sehingga kita dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang
lain.
b) Mengetahui dunia luar
Hubungan antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan
kita baik objek, kejadian dan orang lain. Nilai, sikap, keyakinan dan
perilaku kita banyak dipengaruhi oleh komunikasi.
c) Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna
Hubungan ini banyak bertujuan untuk menciptakan dan memelihara
hubungan yang baik dengan orang lain. Hubungan terebut membantu
mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita lebih positif
tentang diri kita sendiri.
d) Mengubah sikap dan perilaku
Dengan adanya hubungan antar pribadi kita dapat mengubah sikap dan
perilaku pada diri kita dan orang lain, tentunya disini dengan hubungan
yang baik atau dalam bahasa lain dengan adanya emosional antar pribadi
seseorang.
e) Bermain dan mencari hiburan
Kejadian lucu merupakan kegiatan untuk memperoleh hiburan. Hal ini
bisa memberi suasana yg lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan,
dsb.
f) Membantu orang lain
Psikiater, psikologi klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yg
menggunakan hubungan antar pribadi untuk menolong orang lain.
Memberikan nasihat dan saran kepada teman juga merupakan contoh
tujuan proses hubungan antar pribadi untuk membantu orang lain.
Konflik harus diselesaikan dengan cara satu pihak menang dan pihak
lainnya
3. Gaya kancil