Psikologi sosial terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan sosial. Psikologi diartikan sebuah
bidang ilmu pengetahuan yang fokus terhadap perilaku dan fungsi mental manusia secara
ilmiah. Kemudian, sosial merupakan segala perilaku yang berhubungan dengan hubungan
antar individu.
Psikologi Sosial adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkaji tingkah laku
individu di dalam situasi sosial, dengan melakukan kajian dan analisis tentang
bagaimana manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Untuk lebih memahami lebih lanjut apa yang dimaksud dengan psikologi sosial, berikut ini
akan dikemukakan definisi dari psikologi sosial menurut beberapa ahli :
1. Secord dan Backman (1974): ilmu yang mempelajari individu dalam konteks sosial.
3. Dewey dan Huber (1916) : studi tentang manusia individual, ketika berinteraksi,
biasanya secara simbolis dengan lingkungannya, yaitu dengan lambang yang digunakan
oleh manusia untuk saling berinteraksi.
6. Boring, Langveld dan Weld: ilmu pengetahuan yang mempelajari individu manusia
dalam kelompoknya dan hubungan antara manusia dengan manusia.
7. A.M Chorus: Ilmu Pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu manusia sebagai
anggota masyarakat
11. Kenneth J Gergen dan Mary Gergen: ilmu yang merujuk kajian sistematik ke atas
hubungan interaksi sesama manusia.
13. Krech, Crutchfields dan Ballachey (1962): ilmu yang mempelajari tentang peristiwa
perilaku interpersonal.
14. MC.David dan Harrari (1968): studi ilmiah yang mempelajari tentang pengalaman dan
perilaku yang berkaitan dengan individu lain, kelompok dan budaya.
15. Baron dan Byrne (2006): bidang ilmu sosial yang mencari pemahaman tentang asal
mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu dalam situasi-situasi sosial.
Dalam pengertian ini lebih menekankan pentingnya pemahaman terhadap asal mula dan
penyebab terjadinya perilaku dan pikiran.
16. Shaw dan Costanzo (1970): lmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu
sebagai fungsi dari rangsang sosial.
17. Hartley (1961); cabang ilmu sosial yang berusaha memahami perilaku individu dalam
konteks sosial.
a. Attitudes and behavior, yaitu mengevaluasi sikap dan perilaku orang lain
b. Social perception; attribution, yaitu bagaimana memahami orang lain dan
menyimpulkan perilaku seseorang
c. Social cognition, yaitu tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat
dan menggunakan informasi tentang dunia sosial
d. The self and identity, yaitu mengetahui tentang diri termasuk didalamnya atribut yang
dibagi bersama dengan orang lain
b. Conformity, Compliance and obedience, yaitu ketaatan dan kepatuhan yang terjadi di
dalam kelompok
d. Relationships: liking and loving others, yaitu menyukai dan mencintai orang lain
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa berarti psikologi sosial selalu terlibat dalam kehidupan
manusia. Artinya, ilmu ini pasti memiliki hubungan dengan banyak ilmu lainnya yang juga
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apa sajakah itu?
Sosiologi sendiri adalah bidang ilmu yang berkaitan dengan perilaku hubungan antara
individu dengan individu lainnya, antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok
dengan kelompok lainnya dalam perilaku sosialnya. Sosiologi lebih memfokuskan
perhatiannya pada perilaku sosial, sementara psikologi menjadikan subjek pelaku sebagai
perhatiannya. Namun, kedua ilmu ini saling melengkapi satu sama lain.
Perbedaan keduanya yaitu psikologi kepribadian memfokuskan pada fungsi internal pribadi
& perbedaan tiap individu misal mengapa beberapa individu lebih agresif daripada yang
lain, sedangkan psikologi sosial fokus pada perilaku manusia yaitu bagaimana orang
memandang & mempengaruhi orang lain. Psikologi sosial mempelajari mengapa situasi
sosial dapat berpengaruh pada individu khususnya pada perilaku yang mengarah ke
tindakan baik atau buruk, berkompromi atau bebas.
Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam bidang politik,
terutama yang dinamakan “massa psikologi”. Manfaat psikologi, yang berperan penting
dalam analisis politik khususnya psikologi sosial, karena psikologi sosial memberi
pandangan baru dalam penelitian mengenai kepemimpinan dan menerangkan sikap dan
reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru, asing, atau berlawanan dengan
konsensus masyarakat mengenai gejala sosial tertentu. Lalu, psikologi sosial dapat pula
menjelaskan bagaimana sikap (attitude) dan harapan (expectation) masyarakat dalam
melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan sosial
(conformity).
Rangkuman
Psikologi sosial terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan sosial. Psikologi diartikan sebuah
bidang ilmu pengetahuan yang fokus terhadap perilaku dan fungsi mental manusia secara
ilmiah. Kemudian, sosial merupakan segala perilaku yang berhubungan dengan hubungan
antar individu.
Psikologi Sosial adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkaji tingkah laku
individu di dalam situasi sosial, dengan melakukan kajian dan analisis tentang bagaimana
manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Psikologi positif memiliki hubungan dengan banyak ilmu lainnya yang juga banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti ilmu sosiologi, ilmu politik, psikologi
kepribadian dan lainnya
Karena orang lain memiliki peranan penting dalam kehidupan kita, kita sering kali
melakukan persepsi sosial, yaitu menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk mencoba
mengerti perilaku orang lain, misalnya saja mengapa orang bertingkah laku tertentu dalam
suatu situasi? (ada yang lebay atau malah cuek) atau bagaimana perilaku seseorang nanti
dalam situasi yang berbeda?. Kadang kala tafsiran kita tepat tapi kadang sering kali kita
gagal dan keliru.
Komunikasi Nonverbal
Temuan dari beberapa studi mengindikasikan bahwa jabat tangan dapat memberi
informasi yang penting tentang kepribadian seseorang dan berpotensi
mempengaruhi kesan pertama.
Bau juga berperan sebagai petunjuk nonverbal dan petunjuk samar terkait siklus
menstruasi dapat ditransmisikan melalui bau.
Jika kita memerhatikan petunjuk-petunjuk nonverbal tertentu dengan saksama, kita dapat
mengenali upaya tipuan yang dilakukan orang lain—bahkan jika orang-orang ini berasal
dari budaya yang berbeda dengan kita. Misal: orang yang berbohong akan lebih sering
berkedip dan menunjukkan pupil yang lebih besar daripada orang yang berkata jujur.
Ekspresi mikro, ketidaksesuaian saluran, kontak mata dan ekspresi wajah berlebihan
merupakan petunjuk-petunjuk nonverbal untuk mengetahui tanda-tanda tipuan. Misal:
ekspresi mikro adalah ekspresi wajah singkat yang hanya bertahan selama sepersekian
detik. Reaksi itu akan tampak pada wajah dengan cepat setelah terjadi peristiwa yang
memicu emosi dan sulit untuk ditekan sehingga ini dapat membantu mengungkapkan
tanda-tanda tipuan.
Tipuan (kebohongan) dalam hubungan sosial mengakibatkan penurunan drastis dalam hal
kepercayaan dan keyakinan satu sama lain.
Atribusi
Dibawah ini mengilustrasikan fakta penting mengenai persepsi sosial: seringkali kita ingin
mengetahui lebih banyak dari sekedar bagaimana perasaan orang lain saat ini. Selain itu,
kita juga ingin tahu mengapa mereka berkata atau melakukan berbagai hal, dan lebih jauh
lagi, orang seperti apa mereka?
"Bayangkan, anda bertemu dengan orang yang sangat menarik disebuah pesta. Anda
ingin bertemu dengannya kembali sehingga anda bertanya apakah dia mau pergi
menonton film bersama dengan anda minggu depan. Namun dia menolak ajakan
anda dengan halus bahwa minggu depan sudah ada janji dengan orang lain. Anda
bertanya-tanya dalam hati mengapa dia menolak ajakan anda. Anda mungkin berpikir
apakah karena dia tidak menyukai anda atau karena saat ini sedang menjalin
hubungan dengan orang lain atau dia tidak ingin berkencan dengan siapapun?"
Menurut para ahli psikologi sosial pada dasarnnya minat kita berasal dari minat untuk
memahami hubungan sebab-akibat dalam dunia sosial (Pittman, 1993; Van Overwalle,
1998)
Kita ingin memahami mengapa orang lain berperilaku tertentu karena pengetahuan ini
dapat membantu kita memahami orang tersebut dengan lebih baik dan dapat membantu
kita untuk memprediksi perilaku mereka di masa depan dengan lebih baik.
Proses dimana kita mencoba mencari informasi ini disebut atribusi. Defenisi
formalnya, atribusi berarti upaya kita untuk memahami penyebab dibalik perilaku
orang lain dan dalam beberapa kasus juga penyebab dibalik perilaku kita sendiri.
Secara akal sehat, ada dua golongan yang menjelaskan suatu perilaku:
Konsistensi:
Konsensus:
Dari contoh kasus diatas, dapat ditentukan atribusi pada pelayan tersebut . Menurut
Kelley ada 2 atribusi, yaitu:
1.Atribusi Internal, dikatakan, perilaku pelayan tersebut karena KARAKTERNYA
yaitu pelayan tsb memang orang yang gemar menggoda (distinctivenessnya rendah,
konsensusnya rendah, dan konsistensinya tinggi.)
Distinctiveness
Konsistensi
Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang sama
pada waktu yang berbeda. Mis: Seseorang selalu tertawa bila nonton “Opera Van Java”
hari ini, besok maupun lusa.
Konsensus
Dari ketiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada 2
atribusi, yaitu:
1. Atribusi Internal, dikatakan, perilaku seseorang merupakan gambaran
dari KARAKTERNYA bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dan
konsistensinya tinggi: Si Orang tersebut memiliki karakter humoris sehingga
menonton komedi apapun dia akan tertawa-tawa.
2. Atribusi Eksternal, merupakan gambaran dari situasi. Dikatakan demikian apabila
ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, consensus tinggi, dan
konsistensinya juga tinggi: Komedi ”Opera Van Java” memang paling bagus
dan berkualitas dari komedi lainnya.
Rangkuman
Persepsi sosial adalah suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba mengetahui dan
memahami orang lain. Persepsi sosial adalah faktor penting dalam perilaku dan pola pikir sosial.
Atribusi merupakan bagian dari persepsi sosial. Atribusi adalah upaya kita untuk memahami
penyebab dibalik perilaku orang lain (kesimpulan yang kita buat sebagai pengamat mengapa
orang lain melakukan suatu perbuatan).
1. Teori Korespodensi Inferensial. Teori ini menyatakan Apabila perilaku berhubungan dengan
sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan
pasti sikap atau karakteristik orang tersebut.
2. Teori Atribusi Kausal. Teori ini menyatakan untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi
seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga harus
menggambarkan tinggi-rendahnya. Tiga informasi itu
adalah Distinctiveness, Konsistensi, Konsensus
KARAKTERISTIK/SIFAT PERILAKU/PERBUATAN
Sekilas tampak mudah dengan melihat perilaku orang lain memberi kita banyak
informasi untuk diolah. namun pekerjaan ini tetap saja harus memperhitungkan
beberapa hal, yaitu:
b. Melihat dari segi “Stabilitas penyebab”, yaitu stabil atau tidak stabil.
Internal Usaha, mood, Bakat, kecerdasan,
kelelahan karakteristik fisik
Eksternal Nasib, Tingkat kesukaran
ketidaksengajaan, tugas
kesempatan
Bias Atribusi
1.Bias Fundamental Atribusi
›Dalam memberi atribusi kepada sso, si pengamat lebih banyak menekankan pada factor
disposisi (internal) daripada factor situasi (eksternal).
›Walaupun sebenarnya factor situasional mempunyai peranan yang besar. Mis: Orang
marah-marah disebut sebagai temperamental tanpa mempertimbangkan situasi penyebab
dia marah.
4.Hedonic Relevan
›Pengamatan seringkali subyektif memberikan penilaian terhadap peristiwa yang
menyangkut dirinya.
›Bila peristiwa menguntungkannya maka penilaiannya kelihatan (+)
›Bila peristiwa merugikannya maka penilaiannya kelihatan (-)
5.Bias Ego Sentris
›Orang menilai dirinya itu sbg patokan/beranggapan bahwa orang akan berbuat seperti
dirinya.
› Mis: Orang tua → Anak2nya.
Rangkuman
Ada 3 teori atribusi, yaitu:
2. Teori Atribusi Kausal. Teori ini menyatakan untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi
seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga harus
menggambarkan tinggi-rendahnya. Tiga informasi itu adalah Distinctiveness,
Konsistensi, Konsensus
b. Melihat dari segi “Stabilitas penyebab”, yaitu stabil atau tidak stabil.
4. Hedonic Relevan
"Pernahkah anda melihat ada suatu peristiwa dimana seorang driver ojol
mengemudikan motornya sambil melihat Handphonenya dijalan??kadang ada
driver yang masih bisa berkosentrasi sekaligus mengendarai motornya dan ada
juga driver yang nyaris menabrak orang didepannya bahkan nyaris kehilangan
keseimbangan."
atau "pernahkah anda melihat seorang perempuan menggoda seorang pria dan
menyatakan cintanya pada pria tersebut tanpa malu sedikitpun?"
atau "pernahkah anda merasa takut ke kamar mandi atau ke dapur setelah anda
menonton film horor padahal sebelumnya anda tidak penakut?atau anda
menjadi orang yang romantis setelah menonton film drama korea yang
romantis?sebelumnya anda tipe orang yang cuek?
atau "pernahkah anda mengalami suatu peristiwa dimana anda pernah berjalan
ke suatu tempat yang asing yang belum pernah anda kunjungi namun anda
memahami tatacara/kebiasaan ditempat tersebut sehingga anda tahu apa yang
harus lakukan pertamakalinya?"
atau "pernahkah disuatu kesempatan anda dipuji oleh banyak orang namun ada
1 orang yang menjelek-jelekkankan anda?dan anda hanya terfokus pada
penilaian 1 orang tersebut ?"
Anda akan mendapatkan jawaban dari ilustrasi di atas apabila anda memahami teori
mengenai Kognisi Sosial.
Namun saksikan terlebih dahulu video berikut ini agar anda dapat lebih mudah memahami
apa itu Kognisi Sosial?
Play Video
1. Skema: Yaitu kerangka mental yang menuntun kita untuk mengorganisasi sejumlah besar
informasi dalam suatu cara yang efisien.
2. Jalan pintas mental yaitu tehnik yang dilakukan orang untuk mengurangi usaha kognitif
guna memahami dan mendapatkan kejelasan mengenai dunia sosial
Skema Sosial
Pengertian Skema (schema) adalah struktur mental yang membantu kita
mengorganisasi informasi sosial dan menuntun pemrosesannya. secara umum
skema berkisar pada suatu subyek atau tema tertentu. Misal skema restoran, skema
kuliah, skema kerja dll.
Skema didasarkan pada pengalaman masa lalu dan seringkali membantu kita namun
skema juga memiliki kelemahan yang serius.
Skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk kedalam pikiran
kita, dan pada apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman kita
terhadap dunia sosial. Contoh: skema memainkan peran penting dalam
pembentukan prasangka pada orang lain.
Skema seringkali sulit diubah (skema memiliki efek bertahan/ Perseverance
effect), tidak berubah bahkan ketika menghadapi informasi yang
kontradiktif. Misal: Seorang wanita yang menyatakan cinta duluan kepada seorang
pria. maka hal yang kita lihat tsb tidak konsisten dengan skema dan susah untuk
dipahami.
Supaya berhasil, berbagai Strategi tersebut harus memenuhi dua persyaratan yaitu:
1. harus menyediakan cara yang tepat dan sederhana untuk dapat mengolah informasi
sosial dalam jumlah banyak, dan
2. harus dapat digunakan dan berhasil
Banyak jalan pintas yang berpotensi untuk mengurangi usaha mental yaitu dengan
cara heuristik (heuristics) yaitu aturan sederhana untuk membuat keputusan
kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha
yang berarti.
1. Heuristik Keterwakilan
Yaitu Sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau
peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain.
Misal: menilai seseorang berdasarkan kemiripan. Semakin mirip seseorang dengan ciri-
ciri khas orang-orang dari suatu kelompok semakin mungkin dia merupakan bagian
kelompok tsb.
2.Heuristik Ketersediaan
Sebuah strategi untuk membuat keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu informasi
yang spesifik dapat dimunculkan dalam pikiran kita. Misal kita lebih takut naik pesawat
daripada mobil karena media massa sering heroik meliput jatuhnya pesawat.
Yaitu Peningkatan ketersediaan informasi sebagai akibat dari pemaparan suatu rangsangan
atau peristiwa tertentu. Contoh: Ketakutan yang dibesar-besarkan setelah menonton
film horor sehingga ketakutan terus kemana-mana
Pemaparan awal merupakan fakta dasar dalam kognisi sosial. Peristiwa dan kondisi
eksternal dapat meningkatkan ketersediaan informasi tertentu dan akhirnya
mempengaruhi penilaian kita yang berhubungan dengan informasi tersebut
Pemrosesan Otomatis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa begitu teraktivasi, skema dan kerangka mental
lainnya dapat mempengaruhi tidak hanya pemikiran sosial, tapi juga perilaku sosial.
Dalam usaha kita memahami orang lain dan memahami dunia sosial, kita memiliki
banyak sekali kecenderungan yang dapat mengarahkan pada kesalahan yang serius.
1. Bias Negativitas
Mengacu pada fakta bahwa kita menunjukkan sensitivitas yang lebih besar pada
informasi negatif daripada informasi positif. Misal: kita terlalu sensitif pada kritikan 1
orang daripada pujian dari 100 orang.
2. Bias Optimistik
Pemikiran Konterfaktual:
Yaitu Kecenderungan untuk membayangkan hasil yang lain daripada yang
sesungguhnya terjadi dalam suatu situasi-berpikir tentang “apa yang akan
terjadi seandainya…”. Mis: anda membayangkan mendapat nilai yang lebih
tinggi dari yang anda dapatkan. seandainya anda belajar lebih giat maka.......
Kecenderungan kita untuk berpikir tidak hanya mengenai apa yang terjadi
tetapi apa yang akan terjadi bila suatu hal terjadi, berdampak luas pada berbagai
aspek kognisi dan perilaku social.
Pemikiran Magis
Yaitu Berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak berdasarkan alasan yang
rasional. Contoh : Keyakinan bahwa sesuatu yang mirip satu dengan lainnya
berasal dari sumber yang serupa.
Prinsip dalam Pemikiran Magis:
Diluar keterbatasan ini, sering kali kita melakukan pekerjaan yang mengagumkan dalam
berpikir mengenai orang lain. Membanjirinya informasi social yang jumlahnya tidak terbatas,
kita bisa memilah-milah, menyimpan, mengingat kembali, menggunakan sebagian besar
input ini secara pintar dan efisien.Pikiran kita memang rentan terhadap sumber bias dan kita
memang melakukan berbagai kesalahan.Namun secara garis besar, kita sudah sangat baik
dalam pemrosesan informasi sosial dan dalam memahami dunia sosial.
Bayangkan ketika anda merasa gembira mendapat nilai yang bagus dari yang anda
bayangkan pada hasil ujian matakuliah Psikologi Sosial, kemudian anda bertemu
dengan orang yang belum pernah anda temui sebelumnya untuk diajak berkenalan.
Pertanyaannya: apakah kesan pertama anda terhadap orang tersebut dipengaruhi
oleh kondisi perasaan anda yang sedang senang?
Sebagian besar penelitian mengenai hubungan antara afek dan kognisi terfokus
pada bagaimana perasaan mempengaruhi pikiran. Namun ada juga bukti kuat yang
menjelaskan pengaruh pikiran terhadap perasaan.
Satu penjelasan terhadap pengaruh ini adalah teori emosi dua faktor. Teori ini
menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan kita sendiri. Sehingga kita
menyimpulkan dari lingkungan/situasi dimana kita mengalami reaksi-reaksi internal
ini. Contohnya: Jika kita mengalami perasaan tertentu karena kehadiran seseorang
yang menarik, kita bisa menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh cinta. Sebaliknya jika
kita mengalami perasaan tertentu ketika kita sedang mengemudi lalu ada
pengemudi lain yang memotong jalur kita, kita dapat menyimpulkan bahwa
perasaan yang kita rasakan adalah marah.
Misal: Bagaimana kita berpikir tentang ada orang yang memiliki ciri-ciri mirip teroris
sehingga ketika kita bertemu dengan orang yang seperti ciri-ciri tsb menyebabkan kita
benci?
Jadi skema atau streotip tentang ras, etnik, agama yang teraktivasi dengan kuat
dapat sangat berpengaruh pada perasaan atau suasana hati kita saat ini.
Kesimpulan
Kognisi Sosial adalah cara-cara kita menginterpretasi, menganalisis, mengingat dan
menggunakan informasi tentang dunia sosial atau dengan kata lain bagaimana kita
berpikir mengenai orang lain.
Banyak jalan pintas yang berpotensi untuk mengurangi usaha mental yaitu dengan
cara heuristik (heuristics) yaitu aturan sederhana untuk membuat keputusan
kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha yang
berarti.
1. Heuristik Keterwakilan
Yaitu Sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau
peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain.
2. Heuristik Ketersediaan
Sebuah strategi untuk membuat keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu informasi
yang spesifik dapat dimunculkan dalam pikiran kita.
1. Bias Negativitas
Mengacu pada fakta bahwa kita menunjukkan sensitivitas yang lebih besar pada informasi
negatif daripada informasi positif
2. Bias Optimistik
Suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu berjalan dengan baik.
Satu penjelasan terhadap pengaruh ini adalah teori emosi dua factor (two factor theory of
emotion).
Teori ini menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri.
Sehingga kita menyimpulkannya dari lingkungan-dari situasi dimana kita mengalami reaksi-
reaksi internal ini.
Penjelasan kedua dimana kognisi dapat mempengaruhi emosi adalah melalui aktivasi skema
yang didalamnya terdapat komponen afektif kuat.
Contoh sikap kita terhadap presiden Jokowi (suka atau tidak padanya?), sikap kita pada
makanan coklat (anda suka atau malah tidak suka?), sikap kita pada teroris (pasti anda menilai
negatif), atau sikap kita pada peristiwa mewabahnya virus covid-19 (anda pasti menilai tidak
suka karena wabah ini mematikan).
Orang dapat memiliki reaksi yang baik atau tidak baik terhadap suatu masalah, gagasan,
objek, tindakan, peristiwa tersebut. Beberapa sikap cukup stabil dan tahan terhadap perubahan,
sedangkan yang lain mungkin tidak stabil bergantung pada situasi.
Misalnya, di suatu acara pesta ada pelayan yang menawarkan senampan makanan penutup
yang berisikan kue-kue coklat nan lezat pada seorang wanita. Wanita tersebut terang-
terangan tergiur akan tetapi menolak untuk mengambilnya. Bahkan beberapa tamu
mendorong wanita tersebut untuk mengambil dan memakannya. Akan tetapi wanita
tersebut tetap bertahan pada pendiriannya untuk menolak.
Kejadian di atas menunjukkan bahwa seringkali sikap direfleksikan dalam tingkah laku kita
walaupun terkadang tidak selalu demikian. Mengapa??mungkin karena sikap seringkali
ambivalen. Ambivalensi sikap merujuk pada kenyataan bahwa evaluasi kita terhadap objek, isu,
orang atau kejadian tidak selalu seragam positif atau negatif, sebaliknya evaluasi ini seringkali
tercampur terdiri dari dua reaksi baik positif maupun negatif. Sehingga pada kasus di atas
evaluasi negatif lebih kuat dan wanita tersebut memutuskan untuk tidak mengambil kue coklat
walaupun dia menilai positif makanan tersebut memang lezat namun coklat tersebut berlemak
(bisa bikin gendut dan gagal diet)
Psikolog sosial memandang sikap sebagai isu yang penting untuk beberapa alasan, yaitu:
1. Sikap sangat mempengaruhi pemikiran sosial kita, meskipun sikap tersebut tidak selalu
direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak. Sikap sebagai evaluasi terhadap dunia di sekitar
kita, mewakili aspek kognisi sosial yang sangat mendasar.
2. Sikap sangat mempengaruhi tingkah laku kita. Misal apakah anda memiliki sikap yang
negatif terhadap presiden Jokowi saat ini? Jika ya, maka anda tidak ingin memberikan suara
untuknya jika ia mencalonkan diri lagi. atau jika anda suka coklat maka anda akan memakannya.
Pembentukan Sikap
Bagaimana dan apa yang anda rasakan terhadap hal berikut: menemui dan melihat orang
yang memiliki tato di seluruh tubuhnya, orang yang menelpon sambil mengemudikan
mobil dan orang yang melanggar lampu merah??
Hampir pasti anda memiliki sikap terhadap semua hal tersebut. Mengapa anda menilai
negatif orang bertato? mengapa anda membenci orang yang menelpon sambil
berkendara?mengapa anda menyukai polisi yang jujur?? mengapa anda suka terhadap
rokok? mengapa anda menyukai iklan A daripada iklan B?
Dari mana anda dapat membentuk sikap positif dan negatif pada hal-hal tersebut?. ternyata
jawabannya adalah karena sikap dipelajari.
2. Instrumental Conditioning
Prinsip pembelajaran ini adalah bahwa sikap yang diikuti oleh hasil positif
cenderung diperkuat dan diulangi sebaliknya sikap yang diikuti oleh hasil
negatif cenderung tidak akan diulangi.
Prinsip ini juga disebut penguatan (reinforcement) yaitu hadiah (reward)
dan hukuman (punishment)
Misalnya saja anak-anak akan belajar dan memiliki sikap tentang hal-hal yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Bila anak-anak bertamu ke rumah tetangga
duduk dengan sopan, diam dan penurut maka anak-anak diberikan
senyuman, pujian ataupun pelukan (hadiah) oleh orangtuanya. Dan
sebaliknya akan dimarahi dan diberikan cubitan (hukuman) bila anak-anak
tersebut menginjak-injak sofa tetangga dan berlari-lari kesetanan kesana
kemari.
Anak-nak tersebut akan mengulangi kesopanannya bila kerumah orang-orang
lain karena terus menerus diberikan "hadiah" dan tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya yang kurang sopan karena tidak tahan dengan cubitan atau
pukulan orangtuanya.
4. Perbandingan Sosial
Kecenderungan pada kita sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain
untuk menentukan apakah pandangan kita terhadap kenyataan sosial benar
atau salah.
Sejauh pandangan kita disetujui oleh oranglain, kita akan menganggap bahwa
ide atau sikap kita tepat. Jika orang lain berpandangan yang sama, pandangan
ini pastinya benar.
Misal ketika terjadi wabah covid-19 kita melakukan jaga jarak dengan tidak
menyalami oranglain. Bila kita melihat ternyata mayoritas masyarakat juga
melakukan social distancing dengan orang-orang lain maka apa yang kita
lakukan sudah benar.
Fungsi Sikap
Mengapa sikap berkembang dan dibentuk? Sikap memiliki beberapa fungsi yang
berguna, yaitu:
1. FUNGSI PENGETAHUAN:
Sikap berfungsi melindungi diri dari penilaian negatif tentang diri kita.
Misal: perilaku proyeksi (melemparkan kegagalan nya pada orang lain). Ini
merupakan cara yang dilakukan agar orang lain memandang dia sebagai orang
yang baik.
Sikap berfungsi mengarahkan orang lain untuk memberikan penilaian atau kesan
yang positif tentang diri kita.
Contoh: memelihara janggut dan berbaju koko agar dianggap orang alim.
Mengapa sikap dan perilaku tidak sejalan? Contoh: suka coklat tapi kenapa tidak
dimakan?suka dengan Jokowi kenapa tidak dipilih?Kapan dan bagaimana sikap
dapat mewujudkan tingkah laku tertentu?
1. Sikap terhadap tingkah laku: apakah seseorang berpikir tindakan itu akan
menimbulkan konsekuensi positif atau negatif?
2. Norma subyektif: opini orang lain yang setuju atau menolak tingkah laku
tersebut.
Intensi tingkah laku akan kuat terjadi bila no 1 dan no 2 saling mendukung.
Yaitu merupakan sikap dan reaksi tingkah laku yang spontan tanpa proses
terencana
Model ini menjelaskan bagaimana secara bersama-
sama sikap dan informasi/pengetahuan yang dimiliki apa yang pantas atau
tidak pantas dalam sebuah situasi akan membentuk defenisi kita terhadap
tingkahlaku yang tampak.
Sejauhmana usaha sebuah persuasi yaitu usaha untuk mengubah sikap kita melalui
berbagai jenis pesan bisa sukses?dan faktor apa yang menentukan usaha-usaha
tersebut berhasil atau gagal?
1. Reaktansi: reaksi negatif terhadap usaha orang lain untuk mengurangi kebebasan
anda dengan membuat kita melakukan apa yang mereka inginkan. Adanya paksaan
membuat persuasi sering kali gagal
2. Peringatan: adanya pengetahuan awal akan maksud-maksud terselubung dan
kecurigaan pada persuasi → kita akan menolak
3. Penghindaran Selektif: kecenderungan untuk mengalihkan perhatian kita dari info
yang kita hadapi saat itu. Secara aktif mengalihkan perhatian dari pesan persuasi.
4. Menyanggah/ Melawan pandangan yang berlawanan: mengabaikan atau
menyaring info yang tidak sesuai dengan pandangan kita adalah salah satu cara
untuk menolak persuasi. Caranya lebih pada melawan atau menyanggahnya.
Rangkuman
Sikap (attitude) adalah evaluasi kita terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana
evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka kita terhadap ide, isu, orang,
kelompok sosial, objek maupun peristiwa.
Bagaimana sikap diperoleh? sikap seseorang diperoleh dari proses pembelajaran
sosial (social learning), yaitu melalui
2. Instrumental Conditioning: Prinsip pembelajaran ini adalah bahwa sikap yang diikuti
oleh hasil positif cenderung diperkuat dan diulangi sebaliknya sikap yang diikuti oleh hasil
negatif cenderung tidak akan diulangi.
2. Fungsi Identitas (Ekspresi Diri): Sikap dapat mengekspresikan nilai dan keyakinan serta
mengkomunikasikan “siapa kita”.
3. Fungsi Harga Diri: Sikap yang kita miliki mampu meningkatkan harga diri seseorang
4. Fungsi Pertahanan Diri: Sikap berfungsi melindungi diri dari penilaian negatif tentang
diri kita.
1. Aspek Situasi: tekanan situasi mencegah sikap diekspresikan dalam tingkah laku yang
tampak
2. Aspek Sikap itu sendiri:: Pengalaman langsung, Kekhususan Sikap, Kekuatan Sikap
2. Model proses sikap terhadap tingkahlaku> merupakan sikap dan reaksi tingkah laku
yang spontan tanpa proses terencana
Streotipe
Stereotipe dapat berupa trait/sifat, penampilan fisik, kemampuan dan perilaku. Trait
tersebut berupa trait positif maupun negatif, bisa akurat maupun tidak, dapat disetujui atau
ditolak oleh anggota kelompok yang distreotipkan.
Stereotip Gender:
Keyakinan tentang atribut-atribut berbeda yang dimiliki pria dan wanita memainkan
peranan penting dalam perbedaan hasil yang diraih pria dan wanita.
Wanita distereotipkan sebagai orang yang penuh kehangatan tetapi tidak kompeten,
sementara pria distereotipkan sebagai orang yang tidak begitu hangat tetapi sangat
kompeten.
Glass Celling:
Glass ceiling adalah batasan yang didasarkan pada bias sikap atau organisasi yang
menghalangi wanita-wanita yang kompeten untuk menduduki posisi puncak
ditempat kerja
Glass ceiling ada sehingga wanita menemui lebih banyak rintangan dalam karier
mereka daripada pria, dan akibatnya wanita merasa kesulitan untuk maju ke posisi
puncak.
Objektifikasi Wanita:
Menganggap wanita hanyalah tubuh yang ada untuk menyenangkan orang lain.
Beberapa stereotip yang paling gamblang terhadap perempuan dan wanita saat ini
dapat ditemukan dalam video game.
Paparan terhadap konten seksis dalam video game meningkatkan toleransi pria
terhadap kekerasan seksual.
Dapatkah Kita Menjadi Korban Stereotip dan Tidak Menyadarinya?: Kasus Orang yang
Melajang:
Apakah orang-orang selalu sadar ketika mereka memberi streotipe pada dirinya dan
orang lain? Atau adakah kejadian dimana kita sebagian besar setuju dengan
streotipe yang diyakini banyak orang bahkan streotip yang mencerminkan diri kita
dengan buruk?
DePaulo dan Morris (2006) menyatakan bahwa streotipe negatif dan dfiskriminasi
pada lajang berperan untuk melindungi diri dan mengagungkan sebuah institusi
sosial penting yaitu pernikahan.
Stereotip seringkali sebagai skema yaitu kerangka kerja kognitif untuk mengatur,
menginterpretasikan dan mengingat kembali informasi. Jadi mengkategorikan orang
berdasarkan keanggotaan kelompok mereka bisa jadi efisien bagi manusia yang
sering kali berperilaku seperti “cognitive Misers” (orang yang mencari penyelesaian
masalah yang cepat) dan sebisa mungkin menginvestasikan sangat sedikit upaya
kognitif diberbagai situasi.
Oleh karena itu salah satu alasan penting mengapa orang memiliki streotipe adalah
karena ia dapat menghemat upaya kognitif yang dapat digunakan untuk tugas-tugas
lain.
Stereotip membuat kita menyetujui informasi yang sesuai dengan stereotip tersebut
dan menginterpretasikan informasi yang tidak konsisten dengan cara yang
memungkinkan kita untuk mempertahankan stereotip kita.
Ketika tindakan seseorang sangat berbeda dari stereotip, kita memasukkan orang
tersebut ke dalam subtipe sebagai kasus khusus yang membuktikan aturan stereotip
dan tidak mengubah stereotip kita.
Ketika streotip terbentuk kita tidak perlu lagi melakukan proses berpikir yang hati-hati dan
sistimatis.
Misal perseteruan antara negara Amerika terhadap negara Suriah yang ingin
menghancurkan bahkan membunuh rakyat sipil yang tidak berdosa. Kompetisi tersebut
memberi label satu sama lain sebagai musuh, memandang kelompok mereka sendiri
superior secara moral. Hasilnya apa yang dimulai dengan kompetisi yang sederhana
berkembang secara bertahap dalam skala penuh, prasangka dengan dasar emosi.
Contoh sikap rasial kita tumbuh dan dibentuk oleh pengalaman sosial dan merefleksikan
sikap orang tua dan frekuensi serta sifat dari pengalaman masa kecil kita dengan anggota
kelompok minoritas. Semakin kurang berprasangka orangtua kita dan semakin positif
kontak kita dengan anggota kelompok minoritas ketika kita kanak-kanak, maka ketika besar
nanti kita semakin kurang berprasangka dan semakin bebas berinteraksi dengan kelompok
minoritas
Pada umumnya orang membagi dunia sosial dalam dua kategori yang berbeda yaitu “kita
dan mereka” (kategori sosial). Singkatnya mereka memandang orang lain sebagai bagian
dari kelompok mereka sendiri (in-group) atau kelompok lain (out-group). Perbedaaan
tersebut didasarkan pada banyak dimensi seperti ras, agama, jenis kelamin, usia, etnis,
pekerjaan dan pendapatan.
Jika proses pembagian dunia sosial kedalam “kita” dan “mereka”tidak ada maka hal tersebut
tidak akan menimbulkan prasangka. Orang yang termasuk dalam kategori “kita”
dipandang lebih baik dan “mereka” dipersepsikan negatif.
4. Pengaruh sosial
Kelompok dapat mempengaruhi anggotanya untuk mengubah pandangan mereka agar
tidak memiliki prasangka pada orang lain.
5. Kategorisasi ulang:
Dalam berbagai kasus, orang yang memiliki sikap negatif terhadap anggota beberapa
kelompok tidak dapat mengekspresikan pandangan mereka secara langsung. Artinya orang
tidak selalu mewujudkan sikap negatifnya dalam bentuk perilaku negatif pada orang
lain.
Hukum, tekanan sosial dan ketakutan akan dikucilkan, semuanya itu berfungsi untuk
mencegah orang menampilkan pandangan prasangkanya di depan umum.
Untuk alasan ini bentuk diskriminasi yaitu aksi negatif terhadap obyek prasangka rasial, etnis
atau agama telah menurun dalam tahun-tahun terakhir. Aksi seperti membatasi tempat
duduk bagi anggota kelompok tertentu di tempat-tempat umum seperti di bus, bioskop
atau restoran, yang umum terjadi pada masa lalu, sekarang pada umumnya sudah tidak
berlaku lagi di berbagai negara.
Akan tetapi hal ini tidak berarti ekspresi ekstrim prasangka telah hilang secara total.
Sebaliknya contoh-contoh dramatis kriminalitas berdasarkan kebencian (kriminalitas
yang berdasar pada prasangka rasial, etnis dan jenis prasangka lain) terus berlangsung
dengan frekuensi yang mengganggu.
Misalnya yang terjadi pada mahasiswa papua di surabaya. Mahasiswa perantau asal Papua
kerap mendapat perlakuan berbeda. Tak hanya karena sikap rasis terhadap warna kulit dan
rambut keriting, tapi juga prasangka atas alasan politik isu Papua Merdeka.
1. Kasus 1:
“Karena Beda Agama, Slamet Jumiarto Ditolak Tinggal di Desa Pleret Bantul “
Sebelumnya sempat geger adanya praktek diskriminasi agama yang terjadi di Dusun Karet
Desa Pleret Bantul. Praktek diskriminasi itu baru terkuak saat seorang seniman Slamet
Jumiarto, pelukis berusia 42 tahun, menjadi korban saat dirinya hendak menyewa rumah di
dusun itu. Slamet sudah membayar uang sewa, namun dilarang mengontrak. Alasannya,
kata dia, para tokoh warga dusun menilai Slamet bukan muslim. Slamet pun buka suara atas
peristiwa yang dialaminya dan mengadu ke pemerintah Bantul juga DIY.
2. Kasus 2:
Namun setiap ia mengetuk pintu, sang pemilik rumah selalu mengatakan kamar kos sudah
penuh atau sudah tidak menerima kos.
Mahasiswa yang biasa dipanggil Benfa ini tidak tahu pasti apa penyebabnya. Yang jelas dia
yang sudah diterima menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi sampai sebulan
tidak juga mendapatkan tempat kos.
Belakangan Benfa tahu, penolakan itu lantaran dia orang Papua. “Ada yang bilang, tidak
menerima kos untuk anak Papua,” ceritanya, Jumat (01/07).
Ini tidak hanya terjadi pada Benfa. “Saya juga ditolak gara-gara saya orang Papua,” kata
Ruben Frasa (26), mahasiswa semester akhir salah satu kampus swasta di Yogyakarta.
Suatu hari, pelajar Papua yang lain diminta pergi dari halaman kampus oleh seorang dosen.
Mahasiswi yang sedang duduk sambil merajut Noken itu dihampiri diminta pergi karena 'dia
orang Papua'. Testimoni mahasiswi yang tak ingin disebut namanya ini lantas dibagikan
dalam sebuah unggahan Facebook, memicu perbincangan di dunia maya.
“Sampai sekarang, perlakuan diskriminatif dan rasis masih sering kami terima,” ujar Aris
Yeimo (30), Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di Yogyakarta, seperti yang
dilaporkan wartawan lokal Yaya Ulya, Minggu (03/07).
Perbedaan perlakuan terhadap orang Papua tidak hanya terjadi di Yogyakarta tetapi juga di
beberapa daerah lain termasuk di Jakarta.
“Sampai sekarang, perlakuan diskriminatif dan rasis masih sering kami terima,” ujar Aris
Yeimo (30), Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di Yogyakarta, seperti yang
dilaporkan wartawan lokal Yaya Ulya, Minggu (03/07).
Perbedaan perlakuan terhadap orang Papua tidak hanya terjadi di Yogyakarta tetapi juga di
beberapa daerah lain termasuk di Jakarta.
Setiap tahun ajaran baru bisa dipastikan selalu ada merantau baru dari Papua ke Yogyakarta
untuk menuntut ilmu. Sampai sekarang, jumlah mereka yang tercatat ada 7.000 orang,
menurut Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di sana - yang salah satu programnya juga
memberi pengenalan kultural pada pelajar Papua yang baru datang ke Yogyakarta.
Bagi Emanuel Gobay (31), salah seorang warga Papua yang sudah 10 tahun tinggal di sana,
masalah diskriminasi ini semakin kuat terasa dalam beberapa tahun terakhir dan tidak ada
inisiatif dari pejabat daerah untuk mengatasinya.
"Banyak juga warga non Papua yang suka mabuk, membikin rusuh, dan suka melanggar
peraturan lalu lintas. Tapi mengapa selalu kami?" tanya pria yang akrab di sapa Edo.
"Ya jelas," katanya. "Ketika mereka melihat saya berkulit hitam dan berambut keriting,
mereka memberi alasan-alasan (menolak menerima anak kos)."
3. Kasus 3:
INNALILLAHI Wa Innailaihi Rojiun. Kita telah berduka besar atas wafatnya 32 orang
pendatang di Papua. Jumlah tersebut, terdiri dari 10 orang Padang dan 22 orang Bugis.
Sangat tragis, memilukan dan menyesakan dada, karena beberapa diantaranya dibakar.
Wamena adalah sebuah kota kecil di wilayah Republik Indonesia. Sampai hari ini Indonesia
sebagai Negara, masih dengan Jokowi sebagai presidennya. Kita semua tertutupi oleh
kejadian keji ini, karena sibuk dengan gerakan mahasiswa di DPR, di pusat ibukota Jakarta.
Persoalan rusuh di Wamena bukanlah suasana perang, dimana Tentara dan Brimob
melawan pasukan Benny Wenda, ketua Papua Merdeka. Bukan juga perang melawan
kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Namun, perbuatan keji ini adalah
pembantaian makhluk hidup yang tidak berdosa. Pembantaian terhadap rakyat Indonesia
di tanah airnya sendiri
Akar Persoalan Ketegangan di Papua selama ini membesar karena menyangkut keinginan
rakyat Papua untuk merdeka. Paska insiden di Asrama Mahasiswa Papua, di Malang, dan
Surabaya. Ketika itu mahasiswa Papua diejek secara rasis dengan sebutan monyet.
Akibatnya, rakyat Papua bangkit dan bergerak di seluruh tanah mereka, dengan
meneriakkan kata merdeka.
Kebencian rakyat Papua selama ini sebenarnya bersumber dari kesenjangan sosial antara
masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi asli. Kekerasan HAM yang ditenggarai terus
berlangsung dari aparatur Negara.
Bersamaan waktunya, muncul kesadaran baru di kalangan masyarakat Papua bahwa
masuknya Papua ke dalam NKRI pada tahun 1969 melalui Papera (Penentuan Pendapat
Rakyat) masih menyisihkan sejumlah masalah. Kesenjangan sosial itu bersifat horizontal
diantara masyarakat. Masalah HAM yang bersifat vertikal antara rakyat terhadap negara
memunculkan kesadaran baru di akar rumput rakyat Papua. Kenyataan ini terkait dengan
bangkitnya kesadaran regional masyarakat Melanesia di wilayah pasifik. Misalnya, Fiji,
Vanuatu dan Salomon Ketika masalah rasis ini mencuat bulan lalu di asrama mahasiwa
Papua di Surabaya dan Malang, telah menjadi pemicu yang menggerakkan pembangkangan
rakyat di Papua. Stabilitas kemanan dan politik di Papua mencapai titik terendah.
Namun, belum sebulan dari kunjungan kedua pimpinan aparatur keamanan ini ke Papua,
tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan terjadi di Wamena. Kerusuhan di Wamena
yang berkarakter kebencian terhadap masyarakat pendatang ternyata tidak diantisipasi
aparat keamanan. Kejadian kerusuhan di Wamena ini bisa dibilang aparat keamanan
sebagai elemen terpenting negara gagal mengantisipasi kejadian ini. Dari kejadian ini,
muncul pertanyaan kita, apakah masih ada perlindungan dari negara kepada warga negara?
Bagaimana negara memberikan kepastian atas nasib orang-orang non Papua di tanah
Papua? Gerakan Rakyat ke Rakyat Kematian balita berusia 4 tahun, dan anak kecil 8 tahun di
antara orang-orang non Papua yang terbunuh, menunjukkan kebencian rakyat asli Papua
terhadap pendatang sangat kental dan berdimensi luas.
Kita pernah mengalami kondisi yang sama di masa lalu, ketika orang-orang Jawa diusir dari
Aceh. Peristiwa ini terjadi ketika Gerakan Aceh Merdeka mulai bergolak di Aceh.
Pembantaian dengan cara penuh kebencian terhadap pendatang Padang dan Bugis,
menunjukkan bahwa bangsa Padang, Bugis dan non Papua lainnya, harus mempunyai
orientasi baru dalam melindungi diri. Yakni tidak lagi bersandar hanya pada negara . Orang
Padang, Bugis dan non Papua ini juga harus menulis surat ke PBB agar menghukum Benny
Wenda, OPM dan juga pemerintahan Indonesia atas kegagalan melindungi orang-orang
sipil tak berdosa. Hal ini untuk mencegah adanya gerakan yang berkatagori Genocide, alias
pembasmian etnis. Kebencian rakyat asli Papua atas pernyataan rasis yang mereka terima
dari segelintir orang di Malang dan Surabaya, tidak boleh serta merta mengantarkan
mereka membenci orang-orang non Papua di sana. Sebab, orang-orang Indonesia yang
pergi ke Papua bukanlah kelompok bersenjata maupun kelompok pembenci rakyat Papua.
Mereka adalah orang-orang yang merasa bahwa mencari rejeki adalah usaha yang tidak
mengenal batas wilayah.
Catatan Akhir Kita sangat terpukul dengan pembantaian etnis non asli Papua, yang terjadi di
Wamena. Jokowi tidak boleh mentolerir pembantaian ini. Masalah vertikal dapat didekati
dengan berbagai dialog, namun pembantaian etnis haruslah dilakukan dengan kekuatan
negara, “at all force dan at all cost.” Langkah inilah yang harus segera dilakukan negara.
Disamping itu, gerakan antar rakyat Papua dan Non Papua untuk mengeliminir kebencian
harus juga dilakukan secara langsung. Inisiatif rakyat ke rakyat langsung antar etnis tanpa
menunggu negara hadir.
Rangkuman
Stereotipe adalah dianggap sebagai komponen kognitif atau pikiran (baik positif maupun
negatif), yaitu keyakinan tentang kelompok sosial dalam hal trait atau karakteristik
yang dipercaya dimiliki oleh kelompok tersebut.
Ketika ayahnya menjodohkan Anissa dengan Syamsudin, Anissa yang awalnya menolak
akhirnya mau mengikuti permintaan ayahnya untuk menerima pinangan Syamsudin. Cara
ayah dan ibunya membujuk Anissa agar mau menikah adalah dengan menggunakan
pendekatan psikologis yang tepat bagi Anissa: dengan menikah ia dapat melanjutkan
sekolah karena sudah bebas dari fitnah. Hal ini disebut sebagai compliance dalam
pengaruh sosial yaitu tehnik pemenuhan keinginan agar orang lain dapat mengikuti
keinginan ataun permintaan yang kita ajukan.
1. Hubungan timbal balik (resiprositas): kalau kita diberi sesuatu oleh orang lain maka kita
harus memberikan sesuatu kepadanya agar orang tersebut bisa kita pengaruhi.
2. FOOT-IN-THE-DOOR-EFFECT:
3. DOOR-IN-THE-EFFECT:
5. LAW BALL
6. PIQUE Technique
Yaitu seseorang yang memberi tahu target bahwa benda yang ditawarkan adalah
langka dan sulit untuk ditemukan
Contoh: Pramuniaga memberitahu bahwa sepatu model tertentu adalah stock
terakhir, dimana stock baru tidak ada yang model seperti itu sehingga pembeli pun
tertarik untuk membeli.
8. The fast approaching deadline
1. Konformitas
2. Compliance
3. Obediance
A. KONFORMITAS
1. Definisi Konformitas:
© Sikap Patuh Namun Lebih Kepada Mengalah Atau Mengikuti/Sesuai dengan Norma
Sosial/ Kelompok.
© Perilaku Seseorang Yang Sama (Seragam) Dengan Perilaku Orang Lain Atau Perilaku
Kelompoknya
© Jadi, apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang lain
menampilkan perilaku tersebut dikatakan KONFORMITAS.
Play Video
2. Eksperimen Solomon Asch :
« 5 mahasiswa dilibatkan dalam penelitian tentang persepsi yaitu memperkirakan panjang
suatu garis.
« 5 mahasiswa tersebut diperlihatkan sebuah kartu bergambar 3 garis dengan panjang
yang berbeda dan sebuah kartu bergambar satu garis.
« JAWABANNYA :
Menurut Deutsch & Gerard (1985), orang-orang sering memilih untuk ikut serta (konform)
dengan harapan agar disukai atau diterima oleh orang lain dan keinginan untuk menjadi
benar.
a. Informational Influence
b. Normative Influence
Karena ada usaha untuk memelihara identitas diri sebagai anggota kelompok.
c. Kohesivitas
Adalah perasaan yang mana para anggota dalam sebuah kelompok
semuanya terikat & terjalin bersama, karena satu sama lain saling tertarik &
memperhatikan.
Semakin terikat maka semakin konform diantara anggota kelompoknya
Yaitu kebutuhan untuk menjadi berbeda dari oranglain dalam beberapa hal.
Dengan menjadi diri sendiri maka akan mengurangi konformitas
Yaitu kebutuhan untuk dapat menentukan apa yang terjadi pada diri kita sendiri
Mengikuti kelompok dapat dilihat sebagai suatu hambatan terhadap kebebasan dan
control pribadi.
a. Non – Conformist
memiliki need for afiliation yang besar (Mc Ghee & Trevan, 1967)
mengandalkan kelompok sebagai sumber informasi mereka (Champbel,1986)
self blame, ragu-ragu
B. COMPLIANCE
1. Definisi Compliance
C. OBEDIENCE
1. Definisi Obedience
Patuh
Respon permintaan langsung (perintah)
Perilaku seseorang yang disebabkan adanya tuntutan dari pihak lain (orang tua,
kelompok, instansi, pemerintah atau negara)
Bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan meskipun
sebenarnya ia tidak suka atau tidak menghendaki perilaku tersebut
dikatakan kepatuhan (obedience)
3. Eksperiment Zimbardo
➢ Subjek dijemput dirumahnya menggunakan mobil bersirine dan diborgol. Dalam waktu 3
hari mulai terjadi pemukulan yang dilakukan oleh sipir kepada tahanan.
➢ Pemukulan tersebut sudah sangat kejam sehingga ketika baru berjalan seminggu,
penelitian tersebut dihentikan.
adanya kekuasaan
kekuasaan dijadikan sebagai identitas dirinya
D. INDOKTRINASI INTENSIF
1. Pengertian:
Indoktrinasi Intensif adalah suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota suatu
kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan-aturan dari kelompok tanpa banyak
bertanya. Misal kelompok-kelompok teroris.
Tahap melunakkan (softening-up)
Anggota baru diisolasi dari teman-teman dan keluarga, dan dilakukan usaha-usaha untuk
membuat mereka bingung, lelah, dan tidak memiliki orientasi, dan mudah terangsang
secara emosional. Tujuan tahap ini adalah untuk memisahkan anggota baru dari kehidupan
lamanya dan menempatkan mereka pada keadaan di mana mereka mau menerima pesan-
pesan kelompok.
Tahap kesepakatan
Selama tahapan ini anggota baru diminta untuk mengiyakan permintaan dan belief
kelompok serta secara aktif “mencoba” peran sebagai anggota.
Tahap internalisasi
Ketika berada dalam tahap ini anggota baru mulai menerima bahwa pandangan kelompok
adalah benar adanya dan mereka sungguh-sungguh memercayai pandangan-
pandangan tersebut. Dengan kata lain, kesepakatan publik digantikan dengan penerimaan
dari hati.
Tahap konsolidasi
Mengapa pengaruh sosial terjadi? Pengaruh sosial dapat terjadi karena seseorang memiliki
hal berikut ini: Karena adanya kekuasaan yang sifatnya memaksa (coercieve
power), pemberian hadiah (reward power), kewenangan yang sah (legitimate
power), keahlian (expert power), memiliki informasi , dan memiliki karisma
Tehnik mempengaruhi orang lain dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan
tehnik Hubungan timbal balik, FOOT-IN-THE-DOOR-EFFECT, DOOR-IN-THE-EFFECT, THAT’S
NOT ALL TECHNIQUE, LAW BALL, PIQUE Technique, PLAYING HARD TO GET, dan The fast
approaching deadline.