Anda di halaman 1dari 54

Defenisi Psikologi Sosial

Psikologi sosial terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan sosial. Psikologi diartikan sebuah
bidang ilmu pengetahuan yang fokus terhadap perilaku dan fungsi mental manusia secara
ilmiah. Kemudian, sosial merupakan segala perilaku yang berhubungan dengan hubungan
antar individu.

Jadi, pengertian psikologi sosial bisa diartikan juga merupakan bidang keilmuan yang


mempelajari tentang perilaku dan mental manusia yang berkaitan dengan hubungan
antar individu dalam konteks sosial.

Psikologi Sosial adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkaji tingkah laku
individu di dalam situasi sosial, dengan melakukan kajian dan analisis tentang
bagaimana manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.

Untuk lebih memahami lebih lanjut apa yang dimaksud dengan psikologi sosial, berikut ini
akan dikemukakan definisi dari psikologi sosial menurut beberapa ahli :

1. Secord dan Backman (1974): ilmu yang mempelajari individu dalam konteks sosial.

2. Joseph E. Mc Grath (1965): ilmu yang menyelidiki tingkah laku manusia sebagaimana


dipengaruhi oleh kehadiran, keyakinan, tindakan, dan lambang-lambang dari orang lain.

3. Dewey dan Huber (1916) : studi tentang manusia individual, ketika berinteraksi,
biasanya secara simbolis dengan lingkungannya, yaitu dengan lambang yang digunakan
oleh manusia untuk saling berinteraksi.

4. Brigham (1956): studi tentang proses interaksi individu manusia.

5. Watson (1966): ilmu tentang interaksi manusia

6. Boring, Langveld dan Weld:  ilmu pengetahuan yang mempelajari individu manusia
dalam kelompoknya dan hubungan antara manusia dengan manusia.

7. A.M Chorus: Ilmu Pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu manusia sebagai
anggota masyarakat

8. Roueck dan Warren: Ilmu Pengetahuan yang mempelajari segi-segi psikologis drpd


tingkah laku manusia yang dipengaruhi oleh interaksi social
9. Kimball Young: Studi tentang proses interaksi individu manusia

10. Secord dan Backman: Ilmu yang Mempelajari individu dalam konteks social

11. Kenneth J Gergen dan Mary Gergen: ilmu yang merujuk kajian sistematik ke atas
hubungan interaksi sesama manusia.

12. Myers (1990): pengetahuan tentang bagaimana orang berpikir, mempengaruhi dan


berhubungan dengan orang lain.

13. Krech, Crutchfields dan Ballachey (1962): ilmu yang mempelajari tentang peristiwa
perilaku interpersonal.

14. MC.David dan Harrari (1968):  studi ilmiah yang mempelajari tentang pengalaman dan
perilaku yang berkaitan dengan individu lain, kelompok dan budaya.

15. Baron dan Byrne (2006): bidang ilmu sosial yang mencari pemahaman tentang asal
mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu dalam situasi-situasi sosial.
Dalam pengertian ini lebih menekankan pentingnya pemahaman terhadap asal mula dan
penyebab terjadinya perilaku dan pikiran.

16. Shaw dan Costanzo (1970): lmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu
sebagai fungsi dari rangsang sosial.

17. Hartley (1961); cabang ilmu sosial yang berusaha memahami perilaku individu dalam
konteks sosial.

Ruang Lingkup Psikologi Sosial


Psikologi sosial merupakan ilmu dasar yang bertujuan untuk memahami perilaku sosial
manusia serta motivasi, kognisi, dan emosi yang berhubungan dengan perilaku tersebut.
Sebagai contoh, psikologi sosial mencoba memahami mengapa orang begitu mudah
menyerah pada tekanan sosial, mengapa orang sering tampak tidak peka terhadap
kebutuhan orang lain, mengapa orang menjadi agresif, mengapa orang saling menyukai
atau mengapa orang tidak bahagia meskipun mereka tampaknya memiliki segalanya??
Adapun ruang lingkup yang dipelajari dalam psikologi sosial adalah berkaitan dengan
berpikir sosial (Social Thinking), pengaruh sosial (Social Influences), dan relasi sosial (Social
Relation).

A. Social Thinking, yaitu menjelaskan tentang :

     a. Attitudes and behavior,  yaitu mengevaluasi sikap dan perilaku orang lain

     b. Social perception; attribution,  yaitu bagaimana memahami orang lain dan
menyimpulkan perilaku seseorang

     c.  Social cognition, yaitu tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat
dan menggunakan informasi tentang dunia sosial

     d.  The self and identity,  yaitu mengetahui tentang diri termasuk didalamnya atribut yang
dibagi bersama dengan orang lain

B. Social Influence, yang berkaitan dengan:

     a. Group processes, yaitu bagaimana proses yang terjadi didalam kelompok

    b. Conformity, Compliance  and obedience, yaitu ketaatan dan kepatuhan yang terjadi di
dalam kelompok

C. Social Relations,  yang berkaitan dengan:

    a. Prejudice: disliking others, yaitu prasangka terhadap orang lain

    b.  Aggression: hurting others, yaitu kekerasan pada orang lain

    c. Prosocial behavior: helping others, yaitu menolong orang lain

    d. Relationships: liking and loving others,  yaitu menyukai dan mencintai orang lain

Psikologi Sosial dan Disiplin Ilmu Lain yang Terkait


Manusia memang diciptakan sebagai makhluk sosial. Setiap hari dalam melakukan
aktivitasnya manusia tidak lepas dari sosialisasi atau interaksi, baik dengan orang lain,
kelompok lain, maupun komponen lingkungan lainnya.

Dari sini kita bisa mengetahui bahwa berarti psikologi sosial selalu terlibat dalam kehidupan
manusia. Artinya, ilmu ini pasti memiliki hubungan dengan banyak ilmu lainnya yang juga
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apa sajakah itu?

1. Hubungan psikologi sosial dengan sosiologi

Sosiologi sendiri adalah bidang ilmu yang berkaitan dengan perilaku hubungan antara
individu dengan individu lainnya, antara individu dengan kelompok, atau antar kelompok
dengan kelompok lainnya dalam perilaku sosialnya. Sosiologi lebih memfokuskan
perhatiannya pada perilaku sosial, sementara psikologi menjadikan subjek pelaku sebagai
perhatiannya. Namun, kedua ilmu ini saling melengkapi satu sama lain.

Jika psikologi sosial memusatkan penelitiannya pada perilaku individu, sosiologi tidak


memperhatikan individu. Yang menjadi perhatian sosiologi adalah sistem dan struktur sosial
yang dapat berubah atau konstan tanpa bergantung pada individu-individu. Dengan
demikian, unit analisis psikologi sosial adalah individu, sedangkan unit analisis sosiologi
adalah kelompok.

2. Hubungan psikologi sosial dengan psikologi kepribadian

Perbedaan keduanya yaitu psikologi kepribadian memfokuskan pada fungsi internal pribadi
& perbedaan tiap individu misal mengapa beberapa individu lebih agresif daripada yang
lain, sedangkan psikologi sosial fokus pada perilaku manusia yaitu bagaimana orang
memandang & mempengaruhi orang lain. Psikologi sosial mempelajari mengapa situasi
sosial dapat berpengaruh pada individu khususnya pada perilaku yang mengarah ke
tindakan baik atau buruk, berkompromi atau bebas.

 3. Hubungan psikologi sosial dengan ilmu politik

Psikologi merupakan ilmu yang mempunyai peranan penting dalam bidang politik,
terutama yang dinamakan “massa psikologi”. Manfaat psikologi, yang berperan penting
dalam analisis politik khususnya psikologi sosial, karena psikologi sosial memberi
pandangan baru dalam penelitian mengenai kepemimpinan dan menerangkan sikap dan
reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru, asing, atau berlawanan dengan
konsensus masyarakat mengenai gejala sosial tertentu. Lalu, psikologi sosial dapat pula
menjelaskan bagaimana sikap (attitude) dan harapan (expectation) masyarakat dalam
melahirkan tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan sosial
(conformity).
Rangkuman
Psikologi sosial terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan sosial. Psikologi diartikan sebuah
bidang ilmu pengetahuan yang fokus terhadap perilaku dan fungsi mental manusia secara
ilmiah. Kemudian, sosial merupakan segala perilaku yang berhubungan dengan hubungan
antar individu.

Psikologi Sosial adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkaji tingkah laku
individu di dalam situasi sosial, dengan melakukan kajian dan analisis tentang bagaimana
manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.

Adapun ruang lingkup yang dipelajari dalam psikologi sosial adalah berkaitan dengan


berpikir sosial (Social Thinking), pengaruh sosial (Social Influences), dan relasi sosial (Social
Relation).

Psikologi positif memiliki hubungan dengan banyak ilmu lainnya yang juga banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti ilmu sosiologi, ilmu politik, psikologi
kepribadian dan lainnya

Topik 2. Persepsi Sosial


Selayang Pandang
Persepsi sosial  adalah suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba mengetahui dan
memahami orang lain. Persepsi sosial adalah faktor penting dalam perilaku dan pola pikir
sosial.

Karena orang lain memiliki peranan penting dalam kehidupan kita, kita sering kali
melakukan persepsi sosial, yaitu menghabiskan banyak waktu dan usaha untuk mencoba
mengerti perilaku orang lain, misalnya saja mengapa orang bertingkah laku tertentu dalam
suatu situasi? (ada yang lebay atau malah cuek) atau bagaimana perilaku seseorang nanti
dalam situasi yang berbeda?. Kadang kala tafsiran kita tepat tapi kadang sering kali kita
gagal dan keliru.

Komunikasi Nonverbal
ž

 žPersepsi sosial melibatkan proses-proses di mana kita mencoba memahami orang


lain dengan mempelajari komunikasi verbal, atribusi, serta pembentukan kesan dan
manajemen kesan (presentasi diri). 
 Komunikasi Nonverbal

Adalah komunikasi antarindividu tanpa melibatkan isi bahasa lisan, tetapi


mengandalkan bahasa-bahasa nonlisan melalui ekspresi wajah, kontak mata, dan
bahasa tubuh

 Penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima saluran dasar komunikasi nonverbal


yaitu: kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh, postur dan sentuhan

 Meskipun ekspresi wajah tidak sepenuhnya universal, namun seringkali wajah


menjadi sumber informasi yang berharga untuk mengetahui emosi seseorang.

 Temuan dari beberapa studi mengindikasikan bahwa jabat tangan dapat memberi
informasi yang penting tentang kepribadian seseorang dan berpotensi
mempengaruhi kesan pertama.

 Bau juga berperan sebagai petunjuk nonverbal dan petunjuk samar terkait siklus
menstruasi dapat ditransmisikan melalui bau.

 Hipotesis facial feedback menyatakan bahwa terdapat hubungan dekat antara


ekspresi wajah yang kita tampilkan dengan perasaan internal kita, dan hubungan ini
berlaku pula sebaliknya. Singkatnya kita tidak hanya menunjukkan apa yang dalam
diri kita rasakan melalui ekspresi wajah namun terkadang merasakan apa yang kita
tunjukkan. Contoh: ketika seseorang senang mendapat hadiah lotre jutaan rupiah
maka nampak wajah nya akan tersenyum atau tertawa.. sebaliknya ketika seseorang
tersenyum  maka ia akan merasakan perasaan yang lebih senang.
 žTipuan:  Mengenalinya melalui Isyarat Nonverbal dan Efeknya terhadap Hubungan
Sosial

Jika kita memerhatikan petunjuk-petunjuk nonverbal tertentu dengan saksama, kita dapat 
mengenali upaya tipuan yang dilakukan orang lain—bahkan jika orang-orang ini berasal
dari budaya yang berbeda dengan kita. Misal: orang yang berbohong akan lebih sering
berkedip dan menunjukkan pupil yang lebih besar daripada orang yang berkata jujur.

Ekspresi mikro, ketidaksesuaian saluran, kontak mata dan ekspresi wajah berlebihan 
merupakan petunjuk-petunjuk nonverbal untuk mengetahui tanda-tanda tipuan. Misal:
ekspresi mikro adalah ekspresi wajah singkat yang hanya bertahan selama sepersekian
detik. Reaksi itu akan tampak pada wajah dengan cepat setelah terjadi peristiwa yang
memicu emosi dan sulit untuk ditekan sehingga ini dapat membantu mengungkapkan
tanda-tanda tipuan.
Tipuan (kebohongan) dalam hubungan sosial mengakibatkan penurunan drastis dalam hal
kepercayaan dan keyakinan satu sama lain.
Atribusi
Dibawah ini mengilustrasikan fakta penting mengenai persepsi sosial: seringkali kita ingin
mengetahui lebih banyak dari sekedar bagaimana perasaan orang lain saat ini. Selain itu,
kita juga ingin tahu mengapa mereka berkata atau melakukan berbagai hal, dan lebih jauh
lagi, orang seperti apa mereka?

"Bayangkan, anda bertemu dengan orang yang sangat menarik disebuah pesta. Anda
ingin bertemu dengannya kembali sehingga anda bertanya apakah dia mau pergi
menonton film bersama dengan anda minggu depan. Namun dia menolak ajakan
anda dengan halus bahwa minggu depan sudah ada janji dengan orang lain. Anda
bertanya-tanya dalam hati mengapa dia menolak ajakan anda. Anda mungkin berpikir
apakah karena dia tidak menyukai anda atau karena saat ini sedang menjalin
hubungan dengan orang lain atau dia tidak ingin berkencan dengan siapapun?"

Menurut para ahli psikologi sosial pada dasarnnya minat kita berasal dari minat untuk
memahami hubungan sebab-akibat dalam dunia sosial (Pittman, 1993; Van Overwalle,
1998)

Kita ingin memahami mengapa orang lain berperilaku tertentu karena pengetahuan ini
dapat membantu kita memahami orang tersebut dengan lebih baik dan dapat membantu
kita untuk memprediksi perilaku mereka di masa depan dengan lebih baik.

Proses dimana kita mencoba mencari informasi ini disebut atribusi. Defenisi
formalnya, atribusi berarti upaya kita untuk memahami penyebab dibalik perilaku
orang lain dan dalam beberapa kasus juga penyebab dibalik perilaku kita sendiri.

Dengan kata lain Atribusi adalah kesimpulan yang dibuat untuk menerangkan


mengapa seseorang melakukan suatu perbuatan tertentu.

Teori-Teori Atribusi (Teori Atribusi Kausal)


Fritz Heider pencetus teori atribusi. Dalam tulisannya yang berjudul “Psychology of
Interpersonal Relations” menjelaskan bahwa perilaku manusia itu bisa disebabkan
karena faktor-faktor internal (disebut atribusi internal) dan dapat pula disebabkan
oleh faktor ekternal (atribusi ekternal)”.
Menurut Fritz Heider, dasar untuk mencari penjelasan mengenai perilaku orang adalah akal
sehat (commonsense). Orang tidaklah memerlukan suatu analisis psikologi yang
mendalam tentang motivasi seseorang melakukan suatu hal. Heider pun
menyebutnya  Naïve Psychology.

Secara akal sehat, ada dua golongan yang menjelaskan suatu perilaku:

1.  Pertama, yang berasal dari orang yang bersangkutan (atribusi internal),


seperti suasana hati, kepribadian, kemampuan, kondisi kesehatan atau keinginan.
2. Kedua, yang berasal dari lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan (atribusi
eksternal), seperti tekanan dari luar, ancaman, keadaan cuaca, kondisi perekonomian
ataupun pengaruh lingkungan.

Misalnya, seseorang mahasiswa memperoleh IP jelek. Penyebabnya dapat saja karena


mahasiswa tersebut malas, tidak pernah belajar atau bodoh (atribusi internal) mengalami
kesulitan ekonomi atau cara mengajar dosen yang kurang menarik baginya (atribusi
eksternal).

Ada 3 teori atribusi. Berikut dijelaskan teori pertama atribusi:

1. Teori Atribusi Kausal

 žTeori ini dicetuskan oleh Kelley.


  Teori ini menyatakan untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi seseorang,
diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga harus
menggambarkan tinggi-rendahnya. Tiga informasi itu
adalah Distinctiveness, Konsistensi, Konsensus
 Dari ketiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut
Kelley ada 2 atribusi, yaitu:

1.Atribusi Internal, dikatakan, perilaku seseorang merupakan gambaran dari


KARAKTERNYA/SIFATNYA/MOTIF/INTENSINYA bila distinctivenessnya rendah,
konsensusnya rendah, dan konsistensinya tinggi. Jadi bila seseorang memiliki
atribusi ini bisa dikatakan sebagai akibat dari keadaan diri orang tsb.

2. Atribusi Eksternal, bila disebabkan oleh aspek


SITUASI/SOSIAL ( distinctiveness yang tinggi, consensus tinggi, dan
konsistensinya juga tinggi)
Distinctiveness:

→Konsep ini merujuk pada bagaimana seorang berperilaku dalam kondisi yang


berbeda-beda.
→Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara
khusus/beda untuk suatu peristiwa.. Mis: seorang pelayan bernama Agung hanya
menggoda pelanggan bernama Sari tapi tidak menggoda pelanggan yang lainnya
→Distinctiveness rendah apabila seseorang merespon sama terhadap stimulus yang
berbeda.”. Mis: Pelayan si Agung menggoda semua pelanggan yang datang

Konsistensi:

→Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa.


→Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang
sama pada waktu yang berbeda.. Mis: Pelayan si Agung menggoda pelanggan si Sari hari
ini maupun sebelumnya
→Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
Mis: Pelayan si Agung sebelumnya tidak pernah menggoda pelanggan  si Sari

Konsensus:

→–Apabila orang lain bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya


tinggi. Mis: Pelayan lainnya yang juga menggoda si pelanggan Sari
→–Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya
rendah. Mis:Tidak ada satupun pelayan lain yang menggoda pelanggan si Sari tersebut

žDari contoh kasus diatas, dapat ditentukan atribusi pada pelayan tersebut . Menurut
Kelley ada 2 atribusi, yaitu:
1.Atribusi Internal, dikatakan, perilaku pelayan tersebut  karena KARAKTERNYA
yaitu pelayan tsb memang orang yang gemar menggoda (distinctivenessnya rendah,
konsensusnya rendah, dan konsistensinya tinggi.)

2.Atribusi Eksternal, dikatakan pelanggan tersebut memang sangat


atraktif (distinctiveness yang tinggi, consensus tinggi, dan konsistensinya juga tinggi)
Contoh kasus lainnya:

 Distinctiveness

Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara


khusus/beda untuk suatu peristiwa. Mis: Seseorang hanya tertawa ketika nonton komedi
“Opera Van Java”. Sedangkan nonton “Awas Ada Sule” maupun “Bukan Empat Mata”
tidak tertawa.

Distinctiveness rendah apabila seseorang merespon sama terhadap stimulus yang


berbeda. Mis: Seseorang tertawa ketika nonton komedi“Opera Van Java”, “Awas Ada
Sule” maupun “Bukan Empat Mata”.

 Konsistensi

Konsistensi dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang sama
pada waktu yang berbeda. Mis: Seseorang selalu tertawa bila nonton “Opera Van Java”
hari ini, besok maupun lusa.

Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya


rendah. Mis: Seseorang akan tertawa menonton "Opera Van Java" hari ini namun
besok atau lusa ketika menonton dia tidak tertawa.

 Konsensus

Apabila orang lain bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya


tinggi. Mis: semua tertawa nonton ”Opera Van Java” termasuk juga dengan dirinya.

Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya


rendah. Mis: Hanya dia saja yang tertawa menonton ”Opera Van Java”namun orang
lain biasa saja.

Dari ketiga informasi diatas, dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada 2
atribusi, yaitu:
1. Atribusi Internal, dikatakan, perilaku seseorang merupakan gambaran
dari KARAKTERNYA bila distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dan
konsistensinya tinggi: Si Orang tersebut memiliki karakter humoris sehingga
menonton komedi apapun dia akan tertawa-tawa.
2. Atribusi Eksternal, merupakan gambaran dari situasi. Dikatakan demikian apabila
ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, consensus tinggi, dan
konsistensinya juga tinggi: Komedi ”Opera Van Java” memang paling bagus
dan berkualitas dari komedi lainnya.

Rangkuman
Persepsi sosial  adalah suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba mengetahui dan
memahami orang lain. Persepsi sosial adalah faktor penting dalam perilaku dan pola pikir sosial.

Atribusi merupakan bagian dari persepsi sosial. Atribusi adalah upaya kita untuk memahami
penyebab dibalik perilaku orang lain (kesimpulan yang kita buat sebagai pengamat mengapa
orang lain melakukan suatu perbuatan).

Ada 2 teori atribusi, yaitu:

1. Teori Korespodensi Inferensial. Teori ini menyatakan Apabila perilaku berhubungan dengan
sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan
pasti sikap atau karakteristik orang tersebut.

2. Teori Atribusi Kausal. Teori ini menyatakan untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi
seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga harus
menggambarkan tinggi-rendahnya. Tiga informasi itu
adalah Distinctiveness, Konsistensi, Konsensus

Topik 3. Persepsi Sosial (lanjutan)


Teori-Teori Atribusi (Teori Korespodensi Inferensial)
Berikut teori atribusi kedua, yaitu:

2.  Teori Korespodensi Inferensial (Penyimpulan Terkait)

 žTeori ini dicetuskan oleh Jones dan Davis (1965)


 Teori ini menggambarkan bagaimana  kita menggunakan perilaku orang lain
sebagai dasar untuk menyimpulkan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang
relatif stabil dan bartahan untuk jangka waktu yang lama.
 Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal,
berarti dengan melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau
karakteristik orang tersebut.

KARAKTERISTIK/SIFAT         PERILAKU/PERBUATAN

 Sekilas tampak mudah dengan melihat perilaku orang lain memberi kita banyak
informasi untuk diolah. namun pekerjaan ini tetap saja harus memperhitungkan
beberapa hal, yaitu:

1. Dengan melihat kewajaran perilaku (penerimaan sosial/social desirability). Orang


yang bertindak wajar sesuai dengan keinginan masyarakat, sulit untuk
dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan dari karakternya. Perilaku yang tidak
lazim biasanya lebih mencerminkan  karakternya. Misal: Seseorang yang melanggar
peraturan lalu lintas maka kita menyimpulkan sifatnya adalah suka melanggar
peraturan. Bila dia patuh maka tidak bisa dikatakan dia disiplin karena memang
sebagian besar orang pasti mematuhi peraturan lalu lintas.
2. Non-Common Effect (pilihan yang tidak biasa). Begitu ada pilihan yang tidak
umum maka dicap sebagai karakternya. Misal: Jejaka yang menikah dengan janda
yang tua tapi kaya ( maka akan di cap sebagai cowok matre).

Teori Atribusi Keberhasilan dan Kegagalan


Berikut teori atribusi ketiga:

3. Atribusi Keberhasilan dan Kegagalan (by Weiner)

     Ada dua macam dimensi pokok:


    a.   Keberhasilan dan kegagalan memiliki  penyebab internal atau eksternal.

    b.   Melihat dari segi “Stabilitas penyebab”, yaitu stabil atau tidak stabil.

          Ada 4 kemungkinan untuk membuat atribusi:

             Keberhasilan/ Tidak stabil Stabil

Kegagalan (temporer) (permanen)

 
Internal Usaha, mood, Bakat, kecerdasan,
kelelahan karakteristik fisik
Eksternal Nasib, Tingkat kesukaran
ketidaksengajaan, tugas
kesempatan
Bias Atribusi
1.Bias Fundamental Atribusi
›Dalam memberi atribusi kepada sso, si pengamat lebih banyak menekankan pada factor
disposisi (internal) daripada factor situasi (eksternal).
›Walaupun sebenarnya factor situasional mempunyai peranan yang besar. Mis: Orang
marah-marah disebut sebagai temperamental tanpa mempertimbangkan situasi penyebab
dia marah.

2.Bias Self Serving


›Ada suatu kecenderungan yang sifatnya umum pada sso yaitu menghindari celaan karena
kesalahannya dengan cara menimpakan situasi di luar dirinya.
› Mis: orang yang tidak berhasil dalam ujiannya disebabkan krn dosennya tidak pandai
mengajar.

3.Menyalahkan Diri Sendiri


›Orang sering menyalahkan dirinya sendiri terutama mengamati suatu kegagalan yg
dialami. Juga sulit untuk melihat permasalahan secara obyektif sehingga proses atribusi
sering terjadi bias

4.Hedonic Relevan
›Pengamatan seringkali subyektif memberikan penilaian terhadap peristiwa yang
menyangkut dirinya.
›Bila peristiwa menguntungkannya maka penilaiannya kelihatan (+)
›Bila peristiwa merugikannya maka penilaiannya kelihatan (-)
5.Bias Ego Sentris
›Orang menilai dirinya itu sbg patokan/beranggapan bahwa orang akan berbuat seperti
dirinya.
› Mis: Orang tua → Anak2nya.
Rangkuman
Ada 3 teori atribusi, yaitu:

1. Teori Korespodensi Inferensial. Teori ini menyatakan Apabila perilaku berhubungan


dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat
diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut.

2. Teori Atribusi Kausal. Teori ini menyatakan untuk sampai pada suatu kesimpulan atribusi
seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga harus
menggambarkan tinggi-rendahnya. Tiga informasi itu adalah Distinctiveness,
Konsistensi, Konsensus

3. Teori Atribusi Keberhasilan dan Kegagalan

     Ada dua macam dimensi pokok:

    a.   Keberhasilan dan kegagalan memiliki  penyebab internal atau eksternal.

    b.   Melihat dari segi “Stabilitas penyebab”, yaitu stabil atau tidak stabil.

Bias atau kesalahan yang terjadi saat melakukan atribusi:

1. Bias Fundamental Atribusi

2. Bias Self Serving

3. Menyalahkan Diri Sendiri

4. Hedonic Relevan

5. Bias Ego Sentris

Topik 4. Kognisi Sosial


Kognisi Sosial
 Saya akan memulai memberikan ilustrasi kasus untuk memahami apa itu kognisi
Sosial?

"Pernahkah anda melihat ada suatu peristiwa dimana seorang driver ojol
mengemudikan motornya sambil melihat Handphonenya dijalan??kadang ada
driver yang masih bisa berkosentrasi sekaligus mengendarai motornya dan ada
juga  driver yang nyaris menabrak orang didepannya bahkan nyaris kehilangan
keseimbangan."

atau "pernahkah anda melihat seorang perempuan menggoda seorang pria dan
menyatakan cintanya pada pria tersebut tanpa malu sedikitpun?"

atau "pernahkah anda merasa takut ke kamar mandi atau ke dapur setelah anda
menonton film horor padahal sebelumnya anda tidak penakut?atau anda
menjadi orang yang romantis setelah menonton film drama korea yang
romantis?sebelumnya anda tipe orang yang cuek?

atau "pernahkah anda mengalami suatu peristiwa dimana anda pernah berjalan
ke suatu tempat yang asing yang belum pernah anda kunjungi namun anda
memahami tatacara/kebiasaan ditempat tersebut sehingga anda tahu apa yang
harus lakukan pertamakalinya?"

atau "pernahkah disuatu kesempatan anda dipuji oleh banyak orang namun ada
1 orang yang menjelek-jelekkankan anda?dan anda hanya terfokus pada
penilaian 1 orang tersebut ?"

Anda akan mendapatkan jawaban dari ilustrasi di atas apabila anda memahami teori
mengenai Kognisi Sosial.

Namun saksikan terlebih dahulu video berikut ini agar anda dapat lebih mudah memahami
apa itu Kognisi Sosial?

Play Video

 Kognisi Sosial  adalah cara-cara kita menginterpretasi, menganalisis, mengingat dan


menggunakan informasi tentang dunia sosial atau dengan kata lain bagaimana kita
berpikir mengenai orang lain.
 Ciri-ciri kognisi sosial:

1. dapat terjadi secara otomatis, tanpa usaha dan diluar kehendak


2. kapasitas kognisi jelaslah terbatas. Ada batasan-batasan yang pasti pada kapasitas
kita untuk berpikir mengenai orang lain sehingga seringkali kita mengambil jalan
pintas yang dirancang untuk memperkecil usaha mental kita.
3. ada hubungan antara kognisi dengan afeksi (pikiran dengan perasaan)

 Komponen dasar kognisi sosial:

1. Skema: Yaitu kerangka mental yang menuntun kita untuk mengorganisasi sejumlah besar
informasi dalam suatu cara yang efisien.

2. Jalan pintas mental yaitu tehnik yang dilakukan orang untuk mengurangi usaha kognitif
guna memahami dan mendapatkan kejelasan mengenai dunia sosial

3. Penyimpangan/bias dalam pemikiran sosial

4. Kompleksitas hubungan antara afek dengan kognitif

Skema Sosial
 Pengertian Skema (schema) adalah struktur mental yang membantu kita
mengorganisasi informasi sosial dan menuntun pemrosesannya. secara umum
skema berkisar pada suatu subyek  atau tema tertentu. Misal skema restoran, skema
kuliah, skema kerja dll.

 Pengaruh skema terhadap kognisi sosial:

1. Atensi: Skema berfungsi sebagai penyaring informasi


2.  Pengodean: Informasi tsb disimpan dalam ingatan jangka panjang
3. Pengingatan kembali: Informasi apa yang paling siap untuk diingat?info yang
konsisten dengan skema atau info yang tidak konsisten?

 Skema didasarkan pada pengalaman masa lalu dan seringkali membantu kita namun
skema juga memiliki kelemahan yang serius.

 Skema mempengaruhi apa yang kita perhatikan, apa yang masuk kedalam pikiran
kita, dan pada apa yang kita ingat, sehingga terjadi distorsi pada pemahaman kita
terhadap dunia sosial. Contoh: skema memainkan peran penting dalam
pembentukan prasangka pada orang lain.
 Skema seringkali sulit diubah (skema memiliki efek bertahan/ Perseverance
effect), tidak berubah bahkan ketika menghadapi informasi yang
kontradiktif. Misal: Seorang wanita yang menyatakan cinta duluan kepada seorang
pria. maka hal yang kita lihat tsb tidak konsisten dengan skema dan susah untuk
dipahami.

 Skema juga dapat menimbulkan efek pemastian diri (self confirming) yang


menyebabkan kita berperilaku dalam cara-cara tertentu yang mendukung
skema tersebut. contoh: guru yang memiliki harapan yang lebih rendah terhadap
siswa yang bodoh seringkali meruntuhkan kepercayaan diri siswa tsb.

Heuristik dan Pemrosesan Otomatis


 Kapasitas kognitif yang sudah terlalu penuh (overload) menyebabkan kita
menggunakan berbagai strategi untuk melebarkan kapasitas kognitif yaitu untuk
bisa melakukan lebih banyak dengan usaha yang lebih sedikit. Inilah yang disebut
sebagai kejenuhan informasi (information overload): tuntutan pada  sistem
kognitif lebih besar daripada yang bisa diolah.

 Supaya berhasil, berbagai Strategi tersebut harus memenuhi dua persyaratan yaitu:

1. harus menyediakan cara yang tepat dan sederhana untuk dapat mengolah informasi
sosial dalam jumlah banyak, dan
2. harus dapat digunakan dan berhasil

 Banyak jalan pintas yang berpotensi untuk mengurangi usaha mental yaitu dengan
cara heuristik (heuristics) yaitu aturan sederhana untuk membuat keputusan
kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha
yang berarti. 

 Ada 2 jenis Heuristik yaitu Keterwakilan dan Ketersediaan

1. Heuristik Keterwakilan

 Yaitu Sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau
peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain.
Misal: menilai seseorang berdasarkan kemiripan. Semakin mirip seseorang dengan ciri-
ciri khas orang-orang dari suatu kelompok semakin mungkin dia merupakan bagian
kelompok tsb.
2.Heuristik Ketersediaan

  Sebuah strategi untuk membuat keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu informasi
yang spesifik dapat dimunculkan dalam pikiran kita. Misal kita lebih takut naik pesawat
daripada mobil karena media massa sering heroik meliput jatuhnya pesawat.

  Pemaparan Awal (priming): efek dari meningkatnya ketersediaan:

Yaitu Peningkatan ketersediaan informasi sebagai akibat dari pemaparan suatu rangsangan
atau peristiwa tertentu. Contoh: Ketakutan yang dibesar-besarkan setelah menonton
film horor sehingga ketakutan terus kemana-mana

 Pemaparan awal merupakan fakta dasar dalam kognisi sosial. Peristiwa dan kondisi
eksternal dapat meningkatkan ketersediaan informasi tertentu dan akhirnya
mempengaruhi penilaian kita yang berhubungan dengan informasi tersebut

 Pemrosesan Otomatis

 Terjadi ketika setelah berpengalaman melakukan suatu tugas atau mengolah


informasi sampai tahap dimana kita dapat melakukan tugas atau informasi  tertentu
yang seakan tanpa perlu usaha yang besar, secara otomatis, dan tidak disadari.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa begitu teraktivasi, skema dan kerangka mental
lainnya dapat mempengaruhi tidak hanya pemikiran sosial, tapi juga perilaku sosial. 

Bias dalam Kognisi Sosial


 Mengapa kita sebenarnya lebih jarang berpikir secara rasional ??

 Dalam usaha kita memahami orang lain dan memahami dunia sosial, kita memiliki
banyak sekali kecenderungan yang dapat mengarahkan pada kesalahan yang serius.

 Beberapa bias/kesalahan dalam kognisi sosial:

1. Bias Negativitas
    Mengacu pada fakta bahwa kita menunjukkan sensitivitas yang lebih besar pada
informasi negatif daripada informasi positif.  Misal: kita terlalu sensitif pada kritikan 1
orang daripada pujian dari 100 orang.

2. Bias Optimistik

    Suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu berjalan


dengan baik.
 Kita cenderung membuat perkiraan yang terlalu optimis tentang waktu yang
diperlukan untuk dapat menyelesaikan suatu tugas, suatu efek yang dikenal
sebagai kesalahan perencanaan (planning fallacy)
 Kesalahan Perencanaan Yaitu Kecenderungan untuk membuat prediksi
optimistik berkaitan dengan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu tugas.

Kerugian yang Mungkin Terjadi Akibat Terlalu Banyak Berpikir:

 Mencoba berpikir secara sistematis dan rasional mengenai hal-hal penting


adalah penting; aktifitas berpikir yang dilakukan dengan usaha yang kuat sering
kali menghasilkan keputusan yang lebih baik dan penilaian yang lebih akurat
daripada modus berpikir yang serampangan.
 Namun pemikiran hati-hati, seperti hal-hal lain juga, dapat dilakukan dengan
berlebihan; dan ini mengakibatkan kebingungan dan frustasi yang meningkat
bukannya keputusan atau kesimpulan yang lebih baik dan lebih akurat.

Pemikiran Konterfaktual:

     Yaitu Kecenderungan untuk membayangkan hasil yang lain daripada yang
sesungguhnya terjadi dalam suatu situasi-berpikir tentang  “apa yang akan
terjadi seandainya…”. Mis: anda membayangkan mendapat nilai yang lebih
tinggi dari yang anda dapatkan. seandainya anda belajar lebih giat maka.......

    Kecenderungan kita untuk berpikir tidak hanya mengenai apa yang terjadi
tetapi apa yang akan terjadi bila suatu hal terjadi, berdampak luas pada berbagai
aspek kognisi dan perilaku social.

Pemikiran Magis
    Yaitu Berpikir dengan melibatkan asumsi yang tidak berdasarkan alasan yang
rasional. Contoh :  Keyakinan bahwa sesuatu yang mirip satu dengan lainnya
berasal dari sumber yang serupa.
  Prinsip dalam Pemikiran Magis:

1. Hukum Penularan : yang menyatakan bila kedua objek bersentuhan, masing-


masing memberikan miliknya dan pengaruh dari sentuhan tersebut terasa jauh
lebih lama walaupun sentuhan tersebut sudah lama berakhir. Misal: Seseorang
yang meninggal karena AIDS telah meletakkan baju yang baru dilaci
sebelum dia meninggal. Apakah anda akan memakai baju tersebut setahun
kemudian bila ada yang memberinya ke anda?
2. Hukum Kesamaan yang menyatakan bahwa hal-hal yang saling menyerupai
akan memiliki ciri dasar yang sama. Misal Bayangkan seseorang memberi anda
coklat yang berbentuk kalajengking. Apakah anda akan memakannya?

Menekan Pikiran (Thought Suppression)

  Usaha untuk mencegah pikiran-pikiran tertentu memasuki alam


kesadaran. Misal: Mencegah pikiran tentang makanan enak ketika kita lagi
diet.

 Usaha-usaha untuk menyimpan pikiran tertentu diluar kesadaran melibatkan


dua komponen :

1. Pertama-tama adanya proses pemantauan yang mencari tanda-tanda adanya


pemikiran yang tidak diinginkan yang memaksa untuk muncul kedalam alam
kesadaran.
2. Ketika pikiran tersebut terdeteksi oleh proses pertama, proses kedua yang
menuntut lebih banyak usaha dan tidak seotomatis proses pertama (lebih
terkontrol) mulai bekerja.Proses pemantauan adalah sistem ‘peringatan awal’
yang memberi tahu seseorang mengenai adanya pikiran yang tidak diinginkan,
dan yang kedua merupakan sistem pencegahan aktif yang menjaga agar pikiran
tetap berada di luar kesadaran melalui gangguan berupa pemikiran lain.

Kognisi Sosial : Satu Kata tentang Optimisme

   Diluar keterbatasan ini, sering kali kita melakukan pekerjaan yang mengagumkan dalam
berpikir mengenai orang lain. Membanjirinya informasi social yang jumlahnya tidak terbatas,
kita bisa memilah-milah, menyimpan, mengingat kembali, menggunakan sebagian besar
input ini secara pintar dan efisien.Pikiran kita memang rentan terhadap sumber bias dan kita
memang melakukan berbagai kesalahan.Namun secara garis besar, kita sudah sangat baik
dalam pemrosesan informasi sosial dan dalam memahami dunia sosial.

Afek dan Kognisi


 Perasaan kita dan suasana hati memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa aspek
kognisi, dan kognisi juga berpengaruh kuat pada perasaan dan suasana hati kita.

Pengaruh Afek pada Kognisi

 Merupakan pengaruh suasana hati pada persepsi kita terhadap orang maupun


obyek dilingkungan sekitar kita. 

 Bayangkan ketika anda merasa gembira mendapat nilai yang bagus dari yang anda
bayangkan pada hasil ujian matakuliah Psikologi Sosial, kemudian anda bertemu
dengan orang yang belum pernah anda temui sebelumnya untuk diajak berkenalan.
Pertanyaannya: apakah kesan pertama anda terhadap orang tersebut dipengaruhi
oleh kondisi perasaan anda yang sedang senang?

 Hasil berbagai penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa kondisi perasaan


berpengaruh terhadap kesan/penilaian pertama. Dengan kata lain, suasana hati
saat ini dapat secara kuat mempengaruhi REAKSI KITA TERHADAP RANGSANG
YANG BARU PERTAMA KALI KITA TEMUI.

Pengaruh Kognisi pada Afek

 Sebagian besar penelitian mengenai hubungan antara afek dan kognisi terfokus
pada bagaimana perasaan mempengaruhi pikiran. Namun ada juga bukti kuat yang
menjelaskan pengaruh pikiran terhadap perasaan.
 Satu penjelasan terhadap pengaruh ini adalah teori emosi dua faktor. Teori ini
menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan kita sendiri. Sehingga kita
menyimpulkan dari lingkungan/situasi dimana kita mengalami reaksi-reaksi internal
ini. Contohnya: Jika kita mengalami perasaan tertentu karena kehadiran seseorang
yang menarik, kita bisa menyimpulkan bahwa kita sedang jatuh cinta. Sebaliknya jika
kita mengalami perasaan tertentu ketika kita sedang mengemudi lalu ada
pengemudi lain yang memotong jalur kita, kita dapat menyimpulkan bahwa
perasaan yang kita rasakan adalah marah.

 Penjelasan berikutnya adalah terkait dengan adanya "aktivasi skema" yang


didalamnya terdapat komponen afektif yang kuat. Contoh: orang-orang tertentu
yang kita anggap sebagai bagian dari suatu kelompok tertentu. Skema kita tentang
kelompok tersebut dapat memberikan petunjuk mengenai ciri apa yang mungkin
dimiliki orang itu yang selanjutnya menginformasikan kita mengenai bagaimana
perasaan kita terhadap orang tersebut.

Misal:  Bagaimana kita berpikir tentang ada orang yang memiliki ciri-ciri mirip teroris
sehingga ketika kita bertemu dengan orang yang seperti ciri-ciri tsb menyebabkan kita
benci?

 Jadi skema atau streotip tentang ras, etnik, agama yang teraktivasi dengan kuat
dapat sangat berpengaruh pada perasaan atau suasana hati kita saat ini.

Kesimpulan
 Kognisi Sosial  adalah cara-cara kita menginterpretasi, menganalisis, mengingat dan
menggunakan informasi tentang dunia sosial atau dengan kata lain bagaimana kita
berpikir mengenai orang lain.

    Ciri-ciri kognisi sosial:

1. dapat terjadi secara otomatis, tanpa usaha dan diluar kehendak


2. kapasitas kognisi jelaslah terbatas. Ada batasan-batasan yang pasti pada kapasitas
kita untuk berpikir mengenai orang lain sehingga seringkali kita mengambil jalan
pintas yang dirancang untuk memperkecil usaha mental kita
3. ada hubungan antara kognisi dengan afeksi (pikiran dengan perasaan)

 Skema (schema) adalah struktur mental yang membantu kita mengorganisasi


informasi sosial dan menuntun pemrosesannya.

    Pengaruh skema terhadap kognisi sosial:

1. Atensi: Skema berfungsi sebagai penyaring informasi


2. Pengodean: Informasi tsb disimpan dalam ingatan jangka panjang
3.  Pengingatan kembali: Informasi apa yang paling siap untuk diingat?info yang
konsisten dengan skema atau info yang tidak konsisten?

 Banyak jalan pintas yang berpotensi untuk mengurangi usaha mental yaitu dengan
cara heuristik (heuristics) yaitu aturan sederhana untuk membuat keputusan
kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha yang
berarti. 

   Ada 2 jenis Heuristik yaitu Keterwakilan dan Ketersediaan

1. Heuristik Keterwakilan

Yaitu Sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau
peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain.
     2. Heuristik Ketersediaan

Sebuah strategi untuk membuat keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu informasi
yang spesifik dapat dimunculkan dalam pikiran kita.

 Beberapa bias/kesalahan dalam kognisi sosial:

1. Bias Negativitas

Mengacu pada fakta bahwa kita menunjukkan sensitivitas yang lebih besar pada informasi
negatif daripada informasi positif

2. Bias Optimistik

 Suatu predisposisi untuk mengharapkan agar segala sesuatu berjalan dengan baik.

 Pengaruh Afek pada Kognisi

Ada 2 macam pengaruh yang berbeda namun saling terkait :


1.      Ingatan yang bergantung pada suasana hati Apa yang kita ingat saat berada dalam
suasana hati tertentu,sebagian besar ditentukan oleh apa yang kita pelajari sebelumnya.

2.      Efek kesesuaian suasana hati. Kecenderungan  untuk menyimpan atau mengingat


informasi positif ketika berada dalam suasana hati yang positif dan informasi negatif  ketika
berada dalam suasana hati yang negatif.

 Pengaruh Kognisi pada Afek

Satu penjelasan terhadap pengaruh ini adalah teori emosi dua factor (two factor theory of
emotion).

Teori ini menjelaskan bahwa kita sering tidak mengetahui perasaan atau sikap kita sendiri.
Sehingga kita menyimpulkannya dari lingkungan-dari situasi dimana kita mengalami reaksi-
reaksi internal ini.

Penjelasan kedua dimana kognisi dapat mempengaruhi emosi adalah melalui aktivasi skema
yang didalamnya terdapat komponen afektif kuat.

Topik 5. Sikap Sosial


Selayang Pandang
Psikolog sosial menggunakan istilah sikap (attitude) untuk merujuk pada evaluasi kita
terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa
suka atau tidak suka kita terhadap ide, isu, orang, kelompok sosial, objek maupun
peristiwa.

Contoh sikap kita terhadap presiden Jokowi (suka atau tidak padanya?), sikap kita pada
makanan coklat (anda suka atau malah tidak suka?), sikap kita pada teroris (pasti anda menilai
negatif), atau sikap kita pada peristiwa mewabahnya virus covid-19 (anda pasti menilai tidak
suka karena wabah ini mematikan).

Orang dapat memiliki reaksi yang baik atau tidak baik terhadap suatu masalah, gagasan,
objek, tindakan, peristiwa tersebut. Beberapa sikap cukup stabil dan tahan terhadap perubahan,
sedangkan yang lain mungkin tidak stabil bergantung pada situasi.

Misalnya, di suatu acara pesta ada pelayan yang menawarkan senampan makanan penutup
yang berisikan kue-kue coklat nan lezat pada seorang wanita. Wanita tersebut terang-
terangan tergiur akan tetapi menolak untuk mengambilnya. Bahkan beberapa tamu
mendorong wanita tersebut untuk mengambil dan memakannya. Akan tetapi wanita
tersebut tetap bertahan pada pendiriannya untuk menolak.

Kejadian di atas menunjukkan bahwa seringkali sikap direfleksikan dalam tingkah laku kita
walaupun terkadang tidak selalu demikian. Mengapa??mungkin karena sikap seringkali
ambivalen. Ambivalensi sikap merujuk pada kenyataan bahwa evaluasi kita terhadap objek, isu,
orang atau kejadian tidak selalu seragam positif atau negatif, sebaliknya evaluasi ini seringkali
tercampur terdiri dari dua reaksi baik positif maupun negatif. Sehingga pada kasus di atas
evaluasi negatif lebih kuat dan wanita tersebut memutuskan untuk tidak mengambil kue coklat
walaupun dia menilai positif makanan tersebut memang lezat namun coklat tersebut berlemak
(bisa bikin gendut dan gagal diet)

Psikolog sosial memandang sikap sebagai isu  yang penting untuk beberapa alasan, yaitu:

1. Sikap sangat mempengaruhi  pemikiran sosial kita, meskipun sikap tersebut tidak selalu
direfleksikan dalam tingkah laku yang tampak. Sikap sebagai evaluasi terhadap dunia di sekitar
kita, mewakili aspek kognisi sosial yang sangat mendasar.

2. Sikap sangat mempengaruhi tingkah laku kita. Misal apakah anda memiliki sikap yang
negatif terhadap presiden Jokowi saat ini? Jika ya, maka anda tidak ingin memberikan suara
untuknya jika ia mencalonkan diri lagi. atau jika anda suka coklat maka anda akan memakannya.

Pembentukan Sikap
Bagaimana dan apa yang anda rasakan terhadap hal berikut: menemui dan melihat orang
yang memiliki tato di seluruh tubuhnya, orang yang menelpon sambil mengemudikan
mobil dan orang yang melanggar lampu merah??

Hampir pasti anda memiliki sikap terhadap semua hal tersebut. Mengapa anda menilai
negatif orang bertato? mengapa anda membenci orang yang menelpon sambil
berkendara?mengapa anda menyukai polisi yang jujur?? mengapa anda suka terhadap
rokok? mengapa anda menyukai iklan A daripada iklan B?

Dari mana anda dapat membentuk sikap positif dan negatif pada hal-hal tersebut?. ternyata
jawabannya adalah karena sikap dipelajari.

Bagaimana proses sikap diperoleh? dan Mengapa Kita membentuk sikap??

Bagaimana sikap diperoleh? sikap seseorang diperoleh dari proses pembelajaran sosial


(social learning), yaitu sikap kita dibentuk saat kita berinteraksi dengan orang lain atau
dengan mengobservasi tingkah laku mereka. Sikap dibentuk melalui 4 macam
Pembelajaran Sosial:

1.  Classical Conditioning


 Merupakan prinsip dasar psikologi bahwa ketika sebuah stimulus muncul
berulang-ulang diikuti oleh stimulus lain, stimulus pertama akan segera
dianggap sebagai tanda-tanda munculnya stimulus yang mengikutinya.
 Dengan kata lain ketika stimulus pertama terjadi, seseorang akan menduga
stimulus kedua akan segera muncul
 Hasilnya secara bertahap mereka akan memberikan reaksi yang sama pada
stimulus pertama seperti reaksi yang mereka tunjukkan pada stimulus yang
kedua, terutama jika stimulus kedua adalah stimulus yang menyebabkan reaksi
yang cukup kuat dan otomatis.
 Misal seekor anjing diberikan daging maka akan keluar air liur. Berikutnya ketika
diberikan suara bel dan diberikan daging maka anjing mengeluarkan air liur. Hal
ini dilakukan berulang-ulang. Hasilnya adalah ketika hanya suara  bel saja yang
diberikan maka otomatis anjing mengeluarkan air liur.
 Apa hubungannya Classical Conditioning  dengan pembentukan sikap?untuk
melihat bagaimana proses ini dapat mempengaruhi sikap dalam situasi
kehidupan sehari-hari: "Bayangkan seorang anak kecil melihat ibunya yang
bersuku jawa bermuka masam setiap kali ibunya bertemu orang yang suku
batak. Awalnya anak tersebut bersikap netral pada suku batak."
 Setelah karakteristik ini dipasangkan berulang kali dengan reaksi emosional
negatif ibu beberapa kali, terjadilah classical conditioning sehingga anak secara
otomatis menjadi bereaksi negatif terhadap stimuli yaitu benci pada orang
batak. Hasilnya anak mempelajari sikap negatif terhadap orang-orang tertentu.
Sebuah sikap yang dapat membentuk dasar dari prasangka etnis yang besar.
 Contoh lainnya adalah iklan yang menggunakan prinsip classical
conditioning  untuk menjual produknya. Misal iklan rokok yang dipasangkan
dengan suasana alam yang indah yang eksotis dimana beberapa pria sejati
nan tangguh melakukan penjelajahan di alam tersebut. Hal ini dilakukan
agar menciptakan sikap positif terhadap produk rokok mereka. Dengan
menonton iklan tersebut berulang kali akan mempengaruhi penonton
khususnya pria untuk membeli rokoknya agar dianggap sebagai pria sejati
seperti pria diiklan tersebut.

2. Instrumental Conditioning

 Prinsip pembelajaran ini adalah bahwa sikap yang diikuti oleh hasil positif
cenderung diperkuat dan diulangi sebaliknya sikap yang diikuti oleh hasil
negatif  cenderung tidak akan diulangi.
 Prinsip ini juga disebut  penguatan (reinforcement)  yaitu  hadiah  (reward)
dan  hukuman (punishment)
 Misalnya saja anak-anak akan belajar dan memiliki sikap tentang hal-hal yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Bila anak-anak  bertamu ke rumah tetangga
duduk dengan sopan, diam dan penurut maka anak-anak diberikan
senyuman, pujian ataupun pelukan  (hadiah) oleh orangtuanya.  Dan
sebaliknya  akan dimarahi  dan diberikan cubitan (hukuman) bila anak-anak
tersebut menginjak-injak sofa tetangga dan berlari-lari kesetanan kesana
kemari.
 Anak-nak tersebut akan mengulangi kesopanannya bila kerumah orang-orang
lain karena terus menerus diberikan "hadiah" dan tidak akan mengulangi lagi
perbuatannya yang kurang sopan karena tidak tahan dengan cubitan atau
pukulan orangtuanya.

3. Pembelajaran melalui Observasi

Yaitu Proses pembelajaran dengan cara mengamati perilaku orang lain kemudian


dijadikan sebagai contoh untuk berperilaku serupa. Misal: perilaku merokok remaja
karena  meniru teman-temannya, memberi uang damai pada polisi karena  pernah
mengamati kejadian yang serupa yang dialami orang lain.

4. Perbandingan Sosial

 Kecenderungan pada kita sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain
untuk menentukan apakah pandangan kita terhadap kenyataan sosial benar
atau salah.
 Sejauh pandangan kita disetujui oleh oranglain, kita akan menganggap bahwa
ide atau sikap kita tepat. Jika orang lain berpandangan yang sama, pandangan
ini pastinya benar.
 Misal ketika terjadi wabah covid-19 kita melakukan jaga jarak dengan tidak
menyalami oranglain. Bila kita melihat ternyata mayoritas masyarakat juga
melakukan social distancing dengan orang-orang lain maka apa yang kita
lakukan sudah benar.

Fungsi Sikap
Mengapa sikap berkembang dan dibentuk? Sikap memiliki beberapa fungsi yang
berguna, yaitu:

1. FUNGSI PENGETAHUAN:

 Sikap membantu kita untuk menginterpretasi stimulus baru dan menampilkan


respon yang sesuai.
 Contoh: anak-anak diajari agar waspada sehingga ia mengadopsi sikap dari
orangtuanya agar tidak cepat percaya/menyukai orang asing yang baru dikenal
untuk menghindari penculikan anak. Sikap ini akan dibawa sampai ia remaja
nanti agar tetap berjaga-jaga dan berhati-hati dengan orang yang baru
pertama kali berjumpa.

2. FUNGSI IDENTITAS (ekspresi diri)

 Sikap dapat mengekspresikan nilai dan keyakinan  serta mengkomunikasikan “siapa


kita”.
 Contoh: orang indonesia memakai kebaya/batik/peci untuk acara-acara resmi
diluar negeri→menunjukkan identitas sebagai bangsa indonesia yang
bermatabat.

3. FUNGSI HARGA DIRI:

 Sikap yang kita miliki mampu meningkatkan harga diri seseorang


 Misal: sikap patuh terhadap aturan-aturan  protokoler pada acara resmi
bertujuan untuk menjaga harga diri kita didepan publik. Sikap patuh
merupakan sikap yang dimiliki oleh orang cerdas dan berbudaya.

4. FUNGSI PERTAHANAN DIRI:

 Sikap berfungsi melindungi diri dari penilaian negatif tentang diri kita.
 Misal: perilaku proyeksi (melemparkan kegagalan nya pada orang lain). Ini
merupakan cara yang dilakukan agar orang lain memandang dia sebagai orang
yang baik.

5.FUNGSI MEMOTIVASI KESAN:

 Sikap berfungsi mengarahkan orang lain untuk memberikan penilaian atau kesan
yang positif tentang diri kita.
 Contoh: memelihara janggut dan berbaju koko agar dianggap orang alim.

Hubungan Sikap dengan Tingkah Laku


 Banyak perilaku yang didasari oleh sikap seseorang terhadap suatu objek. Namun
kadang sikap bertentangan dengan perilaku yang ditampilkan.

 Mengapa sikap dan perilaku tidak sejalan? Contoh: suka coklat tapi kenapa tidak
dimakan?suka dengan Jokowi kenapa tidak dipilih?Kapan dan bagaimana sikap
dapat mewujudkan tingkah laku tertentu?

 Kapan sikap dapat menentukan atau berpengaruh terhadap perilaku???


Terdapat beberapa faktor yang menentukan sejauh mana sikap mempengaruhi
tingkah laku:

1. Aspek situasi: tekanan situasi mencegah sikap diekspresikan dalam tingkah laku


yang tampak. Contoh: Makan direstoran bersama dengan teman-teman kita.
Kita tidak akan marah-marah kepelayan jika makanan yang diberikan tidak
sesuai pesanan. Mengapa demikian? karena situasinya adalah makan bersama
dalam rangka reunian dan kita tidak ingin merusak momen kebahagian tersebut.
Artinya tekanan situasi mencegah kita yang kecewa untuk marah-marah kepada
pelayan.
2. Aspek Sikap itu sendiri:
o Pengalaman langsung: sikap yang terbentuk dari pengalaman langsung
lebih kuat memberikan pengaruh pada tingkahlaku daripada
pengalaman tidak langsung. Misal pernah ditodong orang diangkot karena
kita menggunakan perhiasan sehingga pengalaman ini menjadi berkesan dan
ini menjadi sikap kita kedepannya untuk selalu berhati-hati dan tidak
menggunakan perhiasan sembarangan.
o Kekhususan Sikap: jika sikap terfokus pada obyek/situasi tertentu maka
akan kuat mempengaruhi tingkah laku. Misal: sikap umum pada agama Vs
sikap khusus pada agama yang kita miliki. Orang yang memiliki sikap yang
sangat mendalam terhadap agamanya maka dia akan menunjukkan sikap
yang fanatik dibanding dengan orang yang hanya sekedar saja meyakini
agamanya. Orang yang fanatik akan lebih sering melakukan ritual
keagamaannyan serta menggunakan asesoris religius tertentu.
o Kekuatan Sikap: semakin kuat sikap maka semakin kuat dampaknya pada
tingkah laku.

   ♥Kata kekuatan melibatkan faktor kepentingan/Vested Interest (sejauh mana  


kepedulian orang terhadap sesuatu hal tergantung dari tingkat
kepentingan/konsekuensi yang menyangkut dirinya sendiri).   
  ♥Misal: demo menentang kebijakan hukum yang akan meningkatkan batas usia
orang dewasa yang boleh minum alkohol dari 18 menjadi 21 tahun → mereka yang 
tergolong sebagai responden yang paling kuat vested interest-nya diduga akan lebih
banyak mau mengikuti demo. Sikap dengan didasari vested interested yang kuat
akan lebih mudah berubah wujud menjadi perbuatan/perilaku.

Teori-Teori Bagaimana Proses Sikap Mempengaruhi


Tingkah Laku
Bagaimana Sikap Mempengaruhi Tingkah Laku?. Berbicara "bagaimana", berarti kita
membicarakan proses yang terjadi ketika sikap mempengaruhi terjadinya
tingkahlaku tertentu.

Ada 2 teori untuk menjelaskan proses tersebut, yaitu:

1. Teori tingkah laku terencana (theory of planned behavior)

 Bahwa keputusan untuk  menampilkan tingkahlaku adalah hasil dari proses


rasional yang diarahkan pd suatu tujuan tertentu dan mengikuti urut-urutan
berpikir.
 Intensi melakukan tingkah laku dipengaruhi oleh 2 hal:

1. Sikap terhadap tingkah laku: apakah seseorang berpikir tindakan itu akan
menimbulkan konsekuensi positif atau negatif?
2. Norma subyektif: opini orang lain yang setuju atau menolak tingkah laku
tersebut.

   Intensi tingkah laku akan kuat terjadi bila no 1 dan no 2 saling mendukung.

Misalnya, tindik hidung. Apakah seseorang akan bersungguh-sungguh menindik


hidungnya? jawabannya tergantung pada intensinya yaitu ketika dia percaya bahwa
ditindik tidak sakit dan membuatnya tampil menarik (sikap positif terhadap tingkah
laku tersebut). Orang yang dihormatinya menyetujui tindakan ini (norma subyektif)
dan ia mengenal orang yang profesional sebagai pembuat tindikan maka intensi yang
dimilikinya untuk menindik akan kuat. dan sebaliknya.

  2. Model proses sikap terhadap tingkahlaku

 Yaitu merupakan sikap dan reaksi tingkah laku yang spontan tanpa proses
terencana
 Model ini menjelaskan bagaimana secara bersama-
sama sikap dan informasi/pengetahuan yang dimiliki apa yang pantas atau
tidak pantas dalam sebuah situasi akan membentuk defenisi kita terhadap
tingkahlaku yang tampak.

 Bayangkan seseorang memotong jalur anda dijalan tol. Kejadian ini


memicu sikap anda terhadap orang yang melakukan perilaku berbahaya
serta tidak sopan, dan disaat yang sama pemahaman anda terkait
bagaimana orang diharapkan untuk bertindak dijalan tol agar berperilaku
sopan. Akibatnya anda menganggap perilaku ini tidak sesuai dengan
norma, yang mempengaruhi defenisi dan respon anda terhadap kejadian
tersebut. Anda akan berpikir "memangnya dia siapa? sungguh
menyebalkan" atau respon anda lebih bersifat situasional, "ya ampun,
orang itu pasti terburu-buru karena ada yang dikejarnya". interpretasi
manapun yang muncul atas peristiwa tersebut akan membentuk perilaku
individu.

Seni Persuasi untuk Mengubah Sikap


 Setiap hari kita dibombardir dengan iklan di televisi, radio, papan iklan, iklan dikoran,
facebook, iklan di majalah, youtube dan lainnya.

 Sejauhmana usaha sebuah persuasi yaitu usaha untuk mengubah sikap kita melalui
berbagai jenis pesan bisa sukses?dan faktor apa yang menentukan usaha-usaha
tersebut berhasil atau gagal?

 Mengapa kita resiten/menolak pesan-pesan persuasi?

 Mengapa sulit untuk mengubah sikap kita? Ada 4 alasannya:

1. Reaktansi: reaksi negatif terhadap usaha orang lain untuk mengurangi kebebasan
anda dengan membuat kita melakukan  apa yang mereka inginkan. Adanya paksaan
membuat persuasi sering kali gagal
2. Peringatan: adanya pengetahuan awal akan maksud-maksud terselubung dan
kecurigaan pada persuasi → kita akan menolak
3. Penghindaran Selektif: kecenderungan untuk mengalihkan perhatian kita dari info
yang kita hadapi saat itu. Secara aktif mengalihkan perhatian dari pesan persuasi.
4. Menyanggah/ Melawan pandangan yang berlawanan: mengabaikan atau
menyaring info yang tidak sesuai dengan pandangan kita adalah salah satu cara
untuk menolak persuasi. Caranya lebih pada melawan atau menyanggahnya.

Rangkuman
Sikap (attitude) adalah evaluasi kita terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana
evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka kita terhadap ide, isu, orang,
kelompok sosial, objek maupun peristiwa.
Bagaimana sikap diperoleh? sikap seseorang diperoleh dari proses pembelajaran
sosial (social learning), yaitu melalui

1.  Classical Conditioning:  Merupakan prinsip dasar psikologi bahwa ketika sebuah


stimulus muncul berulang-ulang diikuti oleh stimulus lain, stimulus pertama akan segera
dianggap sebagai tanda-tanda munculnya stimulus yang mengikutinya.

2. Instrumental Conditioning:  Prinsip pembelajaran ini adalah bahwa sikap yang diikuti
oleh hasil positif cenderung diperkuat dan diulangi sebaliknya sikap yang diikuti oleh hasil
negatif  cenderung tidak akan diulangi.

3.  Pembelajaran melalui Observasi: Proses pembelajaran dengan cara mengamati


perilaku orang lain kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berperilaku serupa

4. Perbandingan Sosial: Kecenderungan pada kita sering membandingkan diri sendiri


dengan orang lain untuk menentukan apakah pandangan kita terhadap kenyataan sosial
benar atau salah.

Mengapa sikap berkembang dan dibentuk? Sikap memiliki beberapa fungsi yang


berguna, yaitu:

1. Fungsi pengetahuan: Sikap membantu kita untuk menginterpretasi stimulus baru dan


menampilkan respon yang sesuai.

2. Fungsi Identitas (Ekspresi Diri): Sikap dapat mengekspresikan nilai dan keyakinan  serta
mengkomunikasikan “siapa kita”.

3. Fungsi Harga Diri: Sikap yang kita miliki mampu meningkatkan harga diri seseorang

4. Fungsi Pertahanan Diri: Sikap berfungsi melindungi diri dari penilaian negatif tentang
diri kita.

5. Fungsi Memotivasi Kesan: Sikap berfungsi mengarahkan orang lain untuk memberikan


penilaian atau kesan yang positif tentang diri kita.
Kapan sikap dapat berpengaruh terhadap perilaku???

1.  Aspek Situasi: tekanan situasi mencegah sikap diekspresikan dalam tingkah laku yang
tampak

2. Aspek Sikap itu sendiri:: Pengalaman langsung, Kekhususan Sikap, Kekuatan Sikap

Bagaimana proses yang terjadi ketika sikap mempengaruhi terjadinya tingkahlaku ?

1. Teori tingkah laku terencana (theory of planned behavior): yaitu tingkahlaku adalah


hasil dari proses rasional yang diarahkan pd suatu tujuan tertentu dan mengikuti urut-
urutan berpikir.

2. Model proses sikap terhadap tingkahlaku> merupakan sikap dan reaksi tingkah laku
yang spontan tanpa proses terencana

Topik 6. Prasangka dan Diskriminasi


Selayang Pandang
Dalam  pembicaraan sehari-hari,
istilah prasangka (prejudice), diskriminasi (discrimination) bahkan
istilah stereotipe seringkali digunakan secara bergantian. Akan tetapi, psikolog sosial telah
lama membuat batasan diantara ketiganya sebagai suatu  konsep yang berbeda.

Stereotipe adalah dianggap sebagai komponen kognitif atau pikiran (baik positif maupun


negatif), yaitu keyakinan tentang kelompok sosial dalam hal trait atau karakteristik
yang dipercaya dimiliki oleh kelompok tersebut. Misal: ada yang meyakini bahwa orang
batak itu memiliki sifat yang kasar, pemarah, dan kaku, namun baik dan apa adanya. Orang
padang diyakini pelit namun pintar berdagang. Orang jawa ramah namun diam-diam
makan dalam dsb nya.

Prasangka dianggap sebagai komponen afektif atau perasaan negatif yang kita miliki


terhadap kelompok tertentu. Misal: Kita tidak senang dan benci melihat orang yang etnisnya
ataupun agamanya berbeda dengan kita.  

Diskriminasi dianggap sebagai komponen konatif atau perilaku


negatif yaitu membeda-bedakan anggota kelompok sosial tertentu. Misal: Seseorang
yang beragama islam yang tidak mau satu kost dengan orang yang beragama kristen atau
seorang pria tidak mau memiliki pemimpin yang berjenis kelamin wanita.
Catatan: Stereotip merupakan fondasi bagi terbentuknya prejudice  dan
diskriminasi. Namun tidak selamanya org yang memiliki keyakinan stereotip terhadap
kelompok tertentu, tidak selalu berarti bahwa orang tersebut memunculkan prejudice  atau
diskriminasi

Streotipe
Stereotipe dapat berupa trait/sifat, penampilan fisik, kemampuan dan perilaku. Trait
tersebut berupa trait positif maupun negatif, bisa akurat maupun tidak, dapat disetujui atau
ditolak oleh anggota kelompok yang distreotipkan.

Stereotip Gender:

 Keyakinan tentang atribut-atribut berbeda yang dimiliki pria dan wanita memainkan
peranan penting dalam perbedaan hasil yang diraih pria dan wanita. 

 Wanita distereotipkan sebagai orang yang penuh kehangatan tetapi tidak kompeten,
sementara pria distereotipkan sebagai orang yang tidak begitu hangat tetapi sangat
kompeten.

Glass Celling:

 Glass ceiling  adalah batasan yang didasarkan pada bias sikap atau organisasi yang
menghalangi wanita-wanita yang kompeten untuk menduduki posisi puncak
ditempat kerja

 Glass ceiling  ada sehingga wanita menemui lebih banyak rintangan dalam karier
mereka daripada pria, dan akibatnya wanita merasa kesulitan untuk maju ke posisi
puncak.

 Wanita sangat mungkin dipengaruhi bias “manajer pasti pria” di tempat kerja.

Objektifikasi Wanita:

 Menganggap wanita hanyalah tubuh yang ada untuk menyenangkan orang lain. 

 Beberapa stereotip yang paling gamblang terhadap perempuan dan wanita saat ini
dapat ditemukan dalam video game.

  Paparan terhadap konten seksis dalam video game meningkatkan toleransi pria
terhadap kekerasan seksual.
Dapatkah Kita Menjadi Korban Stereotip dan Tidak Menyadarinya?: Kasus Orang yang
Melajang:

 Apakah orang-orang selalu sadar ketika mereka memberi streotipe pada dirinya dan
orang lain? Atau adakah kejadian dimana kita sebagian besar setuju dengan
streotipe yang diyakini banyak orang bahkan streotip yang mencerminkan diri kita
dengan buruk?

 DePaulo (2006) dalam penelitiannya mengenai Singlism yaitu  Stereotip negatif dan


diskriminasi yang diarahkan pada orang yang melajang. Orang melajang memiliki
trait tidak dewasa, merasa tidak aman, egois, tidak bahagia, jelek, kesepian, mandiri.

 DePaulo dan Morris (2006) menyatakan bahwa streotipe negatif dan dfiskriminasi
pada lajang berperan untuk melindungi diri dan mengagungkan sebuah institusi
sosial penting yaitu pernikahan.

Cara Kerja Stereotip:

 Stereotip seringkali sebagai skema yaitu kerangka kerja kognitif untuk mengatur,
menginterpretasikan dan mengingat kembali informasi. Jadi mengkategorikan orang
berdasarkan keanggotaan kelompok mereka bisa jadi efisien bagi manusia yang
sering kali berperilaku seperti “cognitive Misers” (orang yang mencari penyelesaian
masalah yang cepat) dan sebisa mungkin menginvestasikan sangat sedikit upaya
kognitif diberbagai situasi.

 Oleh karena itu salah satu alasan penting mengapa orang memiliki streotipe adalah
karena ia dapat menghemat upaya kognitif yang dapat digunakan untuk tugas-tugas
lain.

 Stereotip membuat kita menyetujui informasi yang sesuai dengan stereotip tersebut
dan menginterpretasikan informasi yang tidak konsisten dengan cara yang
memungkinkan kita untuk mempertahankan stereotip kita. 

 Ketika tindakan seseorang sangat berbeda dari stereotip, kita memasukkan orang
tersebut ke dalam subtipe sebagai kasus khusus yang membuktikan aturan stereotip
dan tidak mengubah stereotip kita.

Apakah Stereotip Dapat Berubah?: 

 Stereotip berubah seiring dengan berubahnya hubungan antarkelompok.

 Mereka yang dipaparkan dengan wanita dengan peran nontradisional menunjukkan


penurunan stereotip gender.
Prasangka
 Mengapa ada prasangka? Mengapa begitu banyak orang yang membentuk  dan
memiliki prasangka?. Penelitian menemukan 2 kesimpulan:

a. Pertama secara individu, mereka memiliki prasangka karena dengan


melakukannya mereka meningkatkan citra diri mereka sendiri. Ketika individu
yang berprasangka memandang rendah sebuah kelompok yang dipandangnya
negatif, hal ini membuat mereka yakin akan harga diri mereka sendiri, untuk merasa
superior dengan berbagai cara. Dengan kata lain pada beberapa orang, prasangka
dapat memainkan sebuah peran penting untuk melindungi atau meningkatkan
konsep diri mereka.

b. Alasan kedua untuk memiliki pandangan prasangka adalah karena dengan melakukan


hal tersebut kita dapat menghemat usaha kognitif. 

Ketika streotip terbentuk kita tidak perlu lagi melakukan proses berpikir yang hati-hati dan
sistimatis.

Misalnya kita sudah memiliki skema/kategorisasi mengenai sekelompok orang tertentu


berdasarkan suku atau agama. Masing-masing kelompok tersebut kita sudah "tahu" seperti
apakah anggota kelompok tsb tanpa perlu berpikir lagi karena ada kategorisasi yang kita
miliki sebelumnya.
Sumber Prasangka
Berikut merupakan sumber-sumber terjadinya prasangka:

1. Konflik langsung antar kelompok (kompetisi sebagai sumber prasangka)


Menurut pandangan teori konflik realistik, prasangka berakar dari kompetisi antar-
kelompok sosial, untuk memperoleh komoditas berharga atau kesempatan.

Pendeknya prasangka berkembang dari perjuangan untuk memperoleh pekerjaan,


perumahan yang layak, sekolah yang baik dan hasil yang diinginkan.

Misal perseteruan antara negara Amerika terhadap negara Suriah yang ingin
menghancurkan bahkan membunuh rakyat sipil yang tidak berdosa.  Kompetisi tersebut
memberi label satu sama lain sebagai musuh, memandang kelompok mereka sendiri
superior secara moral. Hasilnya apa yang dimulai dengan kompetisi yang sederhana
berkembang secara bertahap dalam skala penuh, prasangka dengan dasar emosi.
 

2. Pengalaman awal (peran pembelajaran sosial)


Berdasarkan pandangan proses belajar social bahwa anak memperoleh sikap negatif dari
orangtua, teman, guru dan orang lain. Anak diberi rewards (pujian/persetujuan) bila
mengadopsi pandangan-pandangan  negatif tsb.

Contoh sikap rasial kita tumbuh dan dibentuk oleh pengalaman sosial dan merefleksikan
sikap orang tua dan frekuensi serta sifat dari pengalaman masa kecil kita dengan anggota
kelompok minoritas. Semakin kurang berprasangka orangtua kita dan semakin positif
kontak kita dengan anggota kelompok minoritas ketika kita kanak-kanak, maka ketika besar
nanti kita semakin kurang berprasangka dan semakin bebas berinteraksi dengan kelompok
minoritas

3. Kategorisasi sosial (efek Kita-versus-Mereka)

Pada umumnya orang membagi dunia sosial dalam dua kategori yang berbeda yaitu “kita
dan mereka” (kategori sosial). Singkatnya mereka memandang orang lain sebagai bagian
dari kelompok mereka sendiri (in-group) atau kelompok lain (out-group). Perbedaaan
tersebut didasarkan pada banyak dimensi seperti ras, agama, jenis kelamin, usia, etnis,
pekerjaan dan pendapatan.

Jika proses pembagian dunia sosial kedalam “kita” dan “mereka”tidak ada maka hal tersebut
tidak akan menimbulkan prasangka. Orang yang termasuk dalam kategori “kita”
dipandang lebih baik dan “mereka” dipersepsikan negatif.

4. Sumber kognitif prasangka: streotipe


Bahwa sumber dari terbentuknya prasangka adalah karena adanya stereotipe. Ketika
streotipe telah terbentuk, streotipe akan membangun persepsi kita terhadap orang
lain, sehingga informasi tentang orang ini akan  mempengaruhi perasaan negatif maupun
positif pada orang lain.

Tehnik untuk mengatasi dampak prasangka


Tehnik-tehnik  yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak prasangka, sebagai berikut:

1. Memutuskan siklus prasangka: belajar tidak membenci


Kita harus mencegah orangtua dan orang  dewasa lainnya yang  melatih anak mereka
untuk menjadi fanatik pada orang lain. Orangtua harus bisa mengajarkan anak-anaknya
belajar untuk tidak membenci oranglain.

2. Melakukan interaksi secara langsung antar kelompok  yang berbeda


Meningkatkan kontak antara orang yang berasal dari kelompok yang berbeda
dapat mengembangkan pemahaman akan kesamaan di antara mereka. Jadi prasangka
dapat dikurangi bila ada interaksi secara langsung  yang dilakukan dengan kelompok lain
yang berbeda.

3. Intervensi kognitif: dapatkah kita belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotipe?


Menurunnya respons prasangka juga dapat dicapai dengan melatih individu
untuk berkata tidak pada stereotip yang negatif.

4. Pengaruh sosial
Kelompok dapat mempengaruhi anggotanya untuk mengubah pandangan mereka agar
tidak memiliki prasangka pada orang lain.

5. Kategorisasi ulang:

Membuat ulang batas antara “kita” dan “mereka”.


Diskriminasi
Sikap seperti yang telah kita bahas dalam Topik 4, tidak selalu direfleksikan
dalam tingkahlaku yang tampak. Demikian juga pada prasangka.

Dalam berbagai kasus, orang yang memiliki sikap negatif terhadap anggota beberapa
kelompok tidak dapat mengekspresikan pandangan mereka secara langsung. Artinya orang
tidak selalu mewujudkan sikap negatifnya dalam bentuk perilaku negatif pada orang
lain.

Hukum, tekanan sosial dan ketakutan akan dikucilkan, semuanya itu berfungsi untuk
mencegah orang menampilkan pandangan prasangkanya di depan umum.
Untuk alasan ini bentuk diskriminasi yaitu aksi negatif terhadap obyek prasangka rasial, etnis
atau agama telah menurun dalam tahun-tahun terakhir. Aksi seperti membatasi tempat
duduk bagi anggota kelompok tertentu di tempat-tempat umum seperti di bus, bioskop
atau restoran, yang umum terjadi pada masa lalu, sekarang pada umumnya sudah tidak
berlaku lagi di berbagai negara.

Akan tetapi hal ini tidak berarti ekspresi ekstrim prasangka telah hilang secara total.
Sebaliknya contoh-contoh dramatis kriminalitas berdasarkan kebencian (kriminalitas
yang berdasar pada prasangka rasial, etnis dan jenis prasangka lain) terus berlangsung
dengan frekuensi yang mengganggu.

Misalnya yang terjadi pada mahasiswa papua di surabaya.  Mahasiswa perantau asal Papua
kerap mendapat perlakuan berbeda. Tak hanya karena sikap rasis terhadap warna kulit dan
rambut keriting, tapi juga prasangka atas alasan politik isu Papua Merdeka.

Kasus-Kasus Prasangka dan Diskriminasi


Berikut dibawah ini terdapat 3 kasus prasangka dan diskriminasi yang terjadi di tanah air :

1. Kasus 1:

“Karena Beda Agama, Slamet Jumiarto Ditolak Tinggal di Desa Pleret Bantul “

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menyesalkan aturan menolak Non-Muslim yang


dibuat tokoh Dusun Karet, Desa Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Aturan yang dibuat
berdasarkan kesepakatan warga dusun sejak 2015 itu melarang warga non-muslim untuk
tinggal di dusun itu, meski hanya sebatas mengontrak.

Sebelumnya sempat geger adanya praktek diskriminasi agama yang terjadi di Dusun Karet
Desa Pleret Bantul. Praktek diskriminasi itu baru terkuak saat seorang seniman Slamet
Jumiarto, pelukis berusia 42 tahun, menjadi korban saat dirinya hendak menyewa rumah di
dusun itu. Slamet sudah membayar uang sewa, namun dilarang mengontrak. Alasannya,
kata dia, para tokoh warga dusun menilai Slamet bukan muslim. Slamet pun buka suara atas
peristiwa yang dialaminya dan mengadu ke pemerintah Bantul juga DIY.

2. Kasus 2:

“Mereka tidak menerima kos untuk anak Papua”


Benediktus Fatubun, mahasiswa berusia 23 tahun asal Papua, terus berjalan dari satu rumah
ke rumah yang lain. Dia selalu berhenti di setiap rumah yang memasang tulisan ‘Menerima
Kos Putra’ atau ‘Masih Ada Kamar Kosong’ di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Namun setiap ia mengetuk pintu, sang pemilik rumah selalu mengatakan kamar kos sudah
penuh atau sudah tidak menerima kos.

Mahasiswa yang biasa dipanggil Benfa ini tidak tahu pasti apa penyebabnya. Yang jelas dia
yang sudah diterima menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi sampai sebulan
tidak juga mendapatkan tempat kos.

Belakangan Benfa tahu, penolakan itu lantaran dia orang Papua. “Ada yang bilang, tidak
menerima kos untuk anak Papua,” ceritanya, Jumat (01/07).

Ini tidak hanya terjadi pada Benfa. “Saya juga ditolak gara-gara saya orang Papua,” kata
Ruben Frasa (26), mahasiswa semester akhir salah satu kampus swasta di Yogyakarta.

Suatu hari, pelajar Papua yang lain diminta pergi dari halaman kampus oleh seorang dosen.
Mahasiswi yang sedang duduk sambil merajut Noken itu dihampiri diminta pergi karena 'dia
orang Papua'. Testimoni mahasiswi yang tak ingin disebut namanya ini lantas dibagikan
dalam sebuah unggahan Facebook, memicu perbincangan di dunia maya.

“Sampai sekarang, perlakuan diskriminatif dan rasis masih sering kami terima,” ujar Aris
Yeimo (30), Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di Yogyakarta, seperti yang
dilaporkan wartawan lokal Yaya Ulya, Minggu (03/07).

Perbedaan perlakuan terhadap orang Papua tidak hanya terjadi di Yogyakarta tetapi juga di
beberapa daerah lain termasuk di Jakarta.

“Sampai sekarang, perlakuan diskriminatif dan rasis masih sering kami terima,” ujar Aris
Yeimo (30), Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di Yogyakarta, seperti yang
dilaporkan wartawan lokal Yaya Ulya, Minggu (03/07).

Perbedaan perlakuan terhadap orang Papua tidak hanya terjadi di Yogyakarta tetapi juga di
beberapa daerah lain termasuk di Jakarta.

Setiap tahun ajaran baru bisa dipastikan selalu ada merantau baru dari Papua ke Yogyakarta
untuk menuntut ilmu. Sampai sekarang, jumlah mereka yang tercatat ada 7.000 orang,
menurut Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di sana - yang salah satu programnya juga
memberi pengenalan kultural pada pelajar Papua yang baru datang ke Yogyakarta.
Bagi Emanuel Gobay (31), salah seorang warga Papua yang sudah 10 tahun tinggal di sana,
masalah diskriminasi ini semakin kuat terasa dalam beberapa tahun terakhir dan tidak ada
inisiatif dari pejabat daerah untuk mengatasinya.

"Banyak juga warga non Papua yang suka mabuk, membikin rusuh, dan suka melanggar
peraturan lalu lintas. Tapi mengapa selalu kami?" tanya pria yang akrab di sapa Edo.

Apakah ini karena warna kulit?

"Ya jelas," katanya. "Ketika mereka melihat saya berkulit hitam dan berambut keriting,
mereka memberi alasan-alasan (menolak menerima anak kos)."

3. Kasus 3:

“Wamena dan Kematian Orang-orang Padang dan Bugis”

INNALILLAHI Wa Innailaihi Rojiun. Kita telah berduka besar atas wafatnya 32 orang
pendatang di Papua. Jumlah tersebut, terdiri dari 10 orang Padang dan 22 orang Bugis.
Sangat tragis, memilukan dan menyesakan dada, karena beberapa diantaranya dibakar.

Wamena adalah sebuah kota kecil di wilayah Republik Indonesia. Sampai hari ini Indonesia
sebagai Negara, masih dengan Jokowi sebagai presidennya. Kita semua tertutupi oleh
kejadian keji ini, karena sibuk dengan gerakan mahasiswa di DPR, di pusat ibukota Jakarta.

Persoalan rusuh di Wamena bukanlah suasana perang, dimana Tentara dan Brimob
melawan pasukan Benny Wenda, ketua Papua Merdeka. Bukan juga perang melawan
kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Namun, perbuatan keji ini adalah
pembantaian makhluk hidup yang tidak berdosa. Pembantaian  terhadap rakyat Indonesia
di tanah airnya sendiri

 Akar Persoalan Ketegangan di Papua selama ini membesar karena menyangkut keinginan
rakyat Papua untuk merdeka. Paska insiden di Asrama Mahasiswa Papua, di Malang, dan
Surabaya. Ketika itu mahasiswa Papua diejek secara rasis dengan sebutan monyet.
Akibatnya, rakyat Papua bangkit dan bergerak di seluruh tanah mereka, dengan
meneriakkan kata merdeka.

Kebencian  rakyat Papua selama ini  sebenarnya bersumber dari kesenjangan sosial antara
masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi asli. Kekerasan HAM yang ditenggarai terus
berlangsung dari aparatur Negara.
 Bersamaan waktunya, muncul  kesadaran baru di kalangan masyarakat Papua bahwa
masuknya Papua ke dalam NKRI pada tahun 1969 melalui Papera (Penentuan Pendapat
Rakyat) masih menyisihkan sejumlah masalah. Kesenjangan sosial itu bersifat horizontal
diantara masyarakat. Masalah HAM yang bersifat vertikal antara rakyat terhadap negara
memunculkan kesadaran baru di akar rumput rakyat Papua. Kenyataan ini terkait dengan
bangkitnya kesadaran  regional masyarakat Melanesia di wilayah pasifik. Misalnya, Fiji,
Vanuatu dan Salomon Ketika masalah rasis ini mencuat bulan  lalu di asrama mahasiwa
Papua di Surabaya dan Malang, telah menjadi pemicu yang menggerakkan pembangkangan
rakyat di Papua. Stabilitas kemanan dan politik di Papua mencapai titik terendah.

 Instabilitas Papua direspon Jokowi dengan mengundang beberapa tokoh-tokoh Papua ke


Istana. Sayangnya, Gubernur Papua Lukas Enembe dan beberapa elit Papua meradang
terhadap pertemuan Jokowi dengan tokoh-tokoh Papua. Gubernur Lukas menyatakan
orang-orang yang diundang Jokowi ke Istana tidak mempunyai kredibilitas mewakili
persoalan Papua. Mereka hanya mewakili kepentingan pribadi dan kelompok mereke.
Pendekatan Jokowi selain dialog yang tidak representatif, Jokowi juga mengirim Panglima
TNI dan Kapolri ke Papua. Targetnya, Panglima TNI dan Kapolri dapat meredam gerakan-
garakan perlawanan rakyat Papua, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal.

Namun, belum sebulan dari kunjungan kedua pimpinan aparatur keamanan ini ke Papua,
tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan terjadi di Wamena. Kerusuhan di Wamena
yang berkarakter kebencian terhadap masyarakat pendatang ternyata tidak diantisipasi
aparat keamanan. Kejadian  kerusuhan di Wamena ini bisa dibilang aparat keamanan
sebagai elemen terpenting negara gagal mengantisipasi kejadian ini. Dari kejadian ini,
muncul pertanyaan kita, apakah masih ada perlindungan dari negara kepada warga negara?
Bagaimana negara memberikan kepastian atas nasib orang-orang non Papua di tanah
Papua? Gerakan Rakyat ke Rakyat Kematian balita berusia 4 tahun, dan anak kecil 8 tahun di
antara orang-orang non Papua yang terbunuh, menunjukkan kebencian rakyat asli Papua
terhadap pendatang sangat kental dan berdimensi luas.

Kita pernah mengalami kondisi yang sama di masa lalu, ketika orang-orang Jawa diusir dari
Aceh. Peristiwa ini terjadi ketika Gerakan Aceh Merdeka mulai bergolak di Aceh.
Pembantaian dengan cara penuh  kebencian  terhadap pendatang Padang dan Bugis,
menunjukkan bahwa bangsa Padang, Bugis dan non Papua lainnya, harus mempunyai
orientasi baru dalam melindungi diri. Yakni tidak lagi bersandar hanya pada negara . Orang
Padang, Bugis dan non Papua ini juga harus menulis surat ke PBB agar menghukum Benny
Wenda, OPM dan juga pemerintahan Indonesia atas kegagalan melindungi orang-orang
sipil tak berdosa. Hal ini untuk mencegah adanya gerakan yang berkatagori Genocide, alias
pembasmian etnis. Kebencian rakyat asli Papua atas pernyataan rasis yang mereka terima
dari segelintir orang di Malang dan Surabaya, tidak boleh serta merta mengantarkan
mereka membenci orang-orang non Papua di sana. Sebab, orang-orang Indonesia yang
pergi ke Papua bukanlah kelompok bersenjata maupun kelompok pembenci rakyat Papua.
Mereka adalah orang-orang yang merasa bahwa mencari rejeki adalah usaha yang tidak
mengenal batas wilayah.

Catatan Akhir Kita sangat terpukul dengan pembantaian etnis non asli Papua, yang terjadi di
Wamena. Jokowi tidak boleh mentolerir pembantaian ini. Masalah vertikal dapat didekati
dengan berbagai dialog, namun pembantaian etnis haruslah dilakukan dengan kekuatan
negara, “at all force dan at all cost.” Langkah inilah yang harus segera dilakukan negara.
Disamping itu, gerakan antar rakyat Papua dan Non Papua untuk mengeliminir kebencian
harus juga dilakukan secara langsung. Inisiatif rakyat ke rakyat langsung antar etnis tanpa
menunggu negara hadir.

Rangkuman
Stereotipe adalah dianggap sebagai komponen kognitif atau pikiran (baik positif maupun
negatif), yaitu keyakinan tentang kelompok sosial dalam hal trait atau karakteristik
yang dipercaya dimiliki oleh kelompok tersebut.

Prasangka dianggap sebagai komponen afektif atau perasaan negatif yang kita miliki


terhadap kelompok tertentu..  

Diskriminasi dianggap sebagai komponen konatif atau perilaku


negatif yaitu membeda-bedakan anggota kelompok sosial tertentu.

Topik 7. Pengaruh Sosial


Selayang Pandang
Film ini adalah tentang pergulatan perempuan yang dikungkung oleh tafsir agama yang
menyudutkan ini mengilustrasikan betapa kuatnya pengaruh sosial terhadap individu.
Secara defenitif, pengaruh sosial adalah usaha untuk mengubah sikap, kepercayaan
(belief), persepsi, ataupun tingkah laku satu atau beberapan orang lainnya.

Seperti namanya, pengaruh sosial amat kuat dan pervasif terhadap individu. begitu


kuatnya sehingga orang yang berusaha mempertahankan kontrol atas dirinya, seperti
Anissa dalam film tersebut, dapat mengalami penderitaan yang luar biasa karena ia tidak
dapat membebaskan dirinya dari lingkungan yang membelenggu. Sekuat apapun seorang
individu, seperti halnya Anissa yang memiliki sifat kritis dan keras, ternyata tidak bisa
menolak pengaruh sosial dari lingkungannya. Sebaliknya ia dipengaruhi oleh lingkungan
dalam mengambil keputusan dalam kehidupannya. Lingkungan anissa adalah keluarga
Islam Salaf dimana perempuan ditempatkan hanya sebagai pelengkap laki-laki.
Norma yang berlaku bagi keluarga itu adalah perempuan tidak boleh pergi jauh dari rumah,
sekalipun untuk melanjutkan pendidikan karena akan menimbulkan fitnah. Meskipun Anissa
awalnya berkeinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan, ia akhirnya mau mengubah sikap.
Dengan kata lain ia melakukan konformitas norma yang ada di
lingkungannya. Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu
mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial.

Ketika ayahnya menjodohkan Anissa dengan Syamsudin, Anissa yang awalnya menolak
akhirnya mau mengikuti permintaan ayahnya untuk menerima pinangan Syamsudin. Cara
ayah dan ibunya membujuk Anissa agar mau menikah adalah dengan menggunakan
pendekatan psikologis yang tepat bagi Anissa: dengan menikah ia dapat melanjutkan
sekolah karena sudah bebas dari fitnah. Hal ini disebut sebagai compliance dalam
pengaruh sosial yaitu tehnik pemenuhan keinginan agar orang lain dapat mengikuti
keinginan ataun permintaan yang kita ajukan.

Mengapa Pengaruh Sosial Bisa Terjadi?


Seseorang bisa mempengaruhi orang lain karena memiliki hal-hal berikut:

1.      Karena adanya kekuasaan yang sifatnya memaksa (coercieve power). Misal Seorang


bos dapat mempengaruhi bawahannya krn ia memiliki kekuasaan yang memaksa
bawahannya untuk melakukan perintahnya.

2.      Karena pemberian hadiah (reward power). Misal Seseorang yang memberikan hadiah


pada orang lain maka dengan pemberian itu dapat mempengaruhi orang tersebut untuk
melakukan yang dia mau.

3.      Karena kewenangan yang sah (legitimate power). Misal polisi dengan


kewenangannya dapat menangkap pengendara yang tidak membawa sim/menggunakan
helm. Mereka dapat mempengaruhi masyarakat untuk taat pada lalu lintas.

4.      Karena keahlian yang dimiliki (expert power). Misal seorang dokter dengan


keahliannya di bidang kesehatan tentu saja dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat
untuk memeriksakan diri bila terkena gejala virus corona.

5.      Karena memiliki informasi. Misal seseorang yang memiliki informasi yang penting


bisa mempengaruhi orang lain yang ingin mendapatkan informasi itu.

6.      Karena memiliki kharisma. Misal saat menjabat sebagai presiden kharisma Bung


Karno  dapat mempengaruhi masyarakat indonesia saat itu untuk mendukung
kepemimpinannya.
Tehnik Mempengaruhi Orang Lain
Ada beberapa tehnik untuk mempengaruhi orang lain, yaitu:

1. Hubungan timbal balik (resiprositas): kalau kita diberi sesuatu oleh orang lain maka kita
harus memberikan sesuatu kepadanya agar orang tersebut bisa kita pengaruhi.

2. FOOT-IN-THE-DOOR-EFFECT:

 Bersedia menerima permintaan yang kecil/ringan sehingga permintaan yang lebih


besar akan sulit untuk ditolak.
 Istilahnya ketika meminta sesuatu pada seseorang, ibarat seperti kaki yang sudah
melangkah melewati pintu (pasti dikabulkan).
 Misal: Seorang penjual/sales yang mula-mula  menawarkan contoh gratisan/tester-
nya dulu baru kemudian menawarkan produk sesungguhnya.
 Contoh lain: Jika awalnya hanya berniat menumpang sementara, lama-lama
membawa keluarga, akhirnya tidak mau jika disuruh pergi.
 Eksperimen Jonathan Freedman & Scott Fraser (1966): Mula-mula meminta izin
untuk memasang poster kecil tentang keselamatan lalu-lintas. Kemudian pemilik
rumah mengizinkannya. Dihari yang lain, ia meminta izin lagi untuk
memasang poster yang lebih besar, maka pemilik rumah
mengizinkannya. → Mengapa hal ini terjadi?.

   Adalah untuk memelihara image  diri  dihadapan orang lain supaya dibilang baik.

3.  DOOR-IN-THE-EFFECT:

 Bersedia menerima/memenuhi permintaan yang lebih besar sehingga permintaan


yang yang kecil/ringan akan sulit untuk ditolak.
 Misal: Penjual yang seringkali memulai dengan harga yang mereka tahu akan ditolak
pembeli, lalu menurunkan harga menjadi lebih masuk akal, tetapi yang masih cukup
menguntungkan bagi mereka. Harga 1 baju yang ditawarkan Rp 300.000 kemudian
diturunkan penjual menjadi Rp 150.000 dan pembeli kira harga yang turun drastis itu
sudah murah untuk 1 baju itu. Padahal harga sebenarnya hanya Rp 100.000

4. “THAT’S NOT ALL “ TECHNIQUE:


 Suatu tehnik untuk memperoleh kesepakatan dimana penjual
menawarkan keuntungan tambahan kepada orang-orang yang menjadi target,
sebelum mereka memutuskan apakah mereka hendak menuruti atau menolak
permintaan spesifik yang diajukan.
 Seseorang akan membeli mobil seharga 200 juta. Kemudian ia berpikir harga itu
terlalu mahal. Ketika ia berfikir sipenjual mengatakan “itu belum semua”, saya
menambah dengan tape audio, AC, dongkrak dll. Kemudian pembeli tersebut
berpikir bahwa harga mobil itu termasuk murah dan kemudian membelinya.

5. LAW BALL

 Suatu prosedur untuk memperoleh kesepakatan di mana suatu penawaran atau


persetujuan diubah (menjadi lebih tidak menarik) setelah orang yang menjadi
target menerimanya. Contoh: Rudi ditawari sales membeli mobil dengan harga
yang menarik dan berhasil membujuk untuk membeli dan membayar uang muka/DP
yang murah. Menurut penjual, stok yang lengkap tersedia, Rudi pun menyetujui
penawaran tersebut. Namun ternyata warna mobil yang diinginkan Rudi tidak ada.
Namun karena sudah menyetujui, Rudi pun tetap memilih membeli mobil tersebut.

6. PIQUE Technique

 Yaitu suatu teknik untuk memperoleh kesepakatan di mana minat orang yang


menjadi target distimulasi oleh permintaan yang tidak umum. Sebagai
akibatnya, mereka tidak menolak secara otomatis seperti yang sering terjadi.
Contohnya memasang harga Rp 9.900,00 terhadap produk yang berharga RP
10.00,00 supaya terkesan lebih murah.

7. PLAYING HARD TO GET

 Yaitu seseorang yang memberi tahu target bahwa benda yang ditawarkan adalah
langka dan sulit untuk ditemukan
 Contoh: Pramuniaga memberitahu bahwa sepatu model tertentu adalah stock
terakhir, dimana stock baru tidak ada yang model seperti itu sehingga pembeli pun
tertarik untuk membeli.
8. The fast approaching deadline

 Pada tehnik ini mengusung bahwa kesempatan mendapatkan keuntungan untuk


mendapatkan barang waktunya sangat terbatas.
 Contoh: Pusat perbelanjaaan menggelar diskon besar-besaran diakhir bulan,
sementara minggu depan sudah harga baru.
 Contoh lain: iklan yang memberitahukan bahwa toko buku gramedia memberikan
waktu 3 hari bagi pembeli untuk mendapatkan bonus. oleh karena itu pembeli akan
berbondong-bondong datang. Padahal mungkin harga yang diterapkan sebenarnya
lebih mahal.

Bentuk-Bentuk Pengaruh Sosial


Ada 3 bentuk pengaruh sosial, yaitu:

1.      Konformitas

2.      Compliance

3.      Obediance

A. KONFORMITAS

1. Definisi Konformitas:

©   Sikap Patuh Namun Lebih Kepada Mengalah Atau Mengikuti/Sesuai dengan Norma
Sosial/ Kelompok.

©   Perilaku Seseorang Yang Sama (Seragam) Dengan Perilaku Orang Lain Atau Perilaku
Kelompoknya

©   Jadi, apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang lain
menampilkan perilaku tersebut dikatakan KONFORMITAS.

Berikut contoh video yang menampilkan perilaku Konformitas:

Play Video
2. Eksperimen Solomon Asch :

«   Asch merancang eksperimen untuk menguji dugaannya tentang konformitas.

«   5 mahasiswa dilibatkan dalam penelitian tentang persepsi yaitu memperkirakan panjang
suatu garis.

«   5 mahasiswa tersebut diperlihatkan sebuah kartu bergambar 3 garis dengan panjang
yang berbeda dan sebuah kartu bergambar satu garis.

«   Kemudian mahasiswa-mahasiswa tersebut diminta memilih sebuah garis pada kartu I


yang panjangnya paling mirip dengan garis yang terdapat pada kartu II.

«   Percobaaan ini dilakukan sampai 2x dan hasilnya adalah mahasiswa menjawab dengan


benar (Garis A).

Namun pada percobaan yang ketiga, mahasiswa pertama sampai yang


keempat menjawab dengan salah (bukan garis A). Situasi ini sudah diatur oleh  peneliti
karena 4 dari lima mahasiswa tersebut adalah rekan peneliti.
«   Mahasiswa ke-5 (bukan rekan peneliti) yang merupakan subyek penelitian
sebenarnya, juga ikut-ikutan memberi jawaban yang salah & sama persis dengan 4
mahasiswa lainnya.

«   PERTANYAANNYA: “Mengapa mahasiswa ke-5 pada akhirnya memberi jawaban yang


salah dan sama persis dengan jawaban empat mahasiswa lainnya?”.

«   JAWABANNYA :

a.   Karena subyek penelitian yg sebenarnya (mahasiswa ke-5) merasa lebih baik


memberikan jawaban yang keliru daripada bertentangan dengan yang lain.

b.  Karena subyek mahasiswa ke-5 tsb benar-benar menyesuaikan diri


(patuh/mengalah/mengikuti tekanan dari kelompok), bahkan meskipun dengan melakukan
itu dia menentang persepsinya sendiri.

3. Mengapa Orang Menjadi Konform (patuh/mengalah/menyesuaikan diri) dengan


pendapat/perilaku orang lain??

Menurut Deutsch & Gerard (1985), orang-orang sering memilih untuk ikut serta (konform)
dengan harapan agar disukai atau diterima oleh orang lain dan keinginan untuk menjadi
benar.

Menurut Morton Deutch dan Harold Gerald (1955) ada 3 alasan:

a. Informational Influence

 Kelompok merupakan sumber informasi yang objektif/yang benar.


 Semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber
informasi yang objektif/yang benar, maka semakin besar pula untuk
menyesuaikan diri terhadap kelompok.

b. Normative Influence

 Karena adanya tekanan untuk mengikuti kelompok


 Karena adanya tekanan sosial yanhg berasal dari norma-norma kelompok,
seperti loyalitas/kesetiaan, solidaritas
 Karena tidak ingin kelihatan berbeda dengan anggota lain.

c. Self Categorization  (Dominic Abrams & Michael Hogg, 1990)

 Karena ada usaha untuk memelihara identitas diri sebagai anggota kelompok.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konformitas

a. Ukuran Kelompok yg berpengaruh

 Konformitas cenderung meningkat seiring dgn meningkatnya ukuran


kelompok hingga 8 orang anggota tambahan atau lebih.
 Semakin besar kelompok tersebut, maka semakin besar pula kecenderungan kita
untuk ikut serta/konform.

b. Rasa Takut terhadap penyimpangan

 Individu yg berbeda pendapat dikatakan menyimpang, shg akan dijauhi, tidak


disukai, tidak dihargai, tidak dipedulikan, ditolak dan diancam oleh orang lain.
 Supaya disukai oleh orang lain individu harus menyesuaikan diri/conform yaitu
dengan tidak berbeda pendapat dengan orang lain.

c. Kohesivitas
 Adalah perasaan yang mana para anggota dalam sebuah kelompok
semuanya terikat & terjalin bersama, karena satu sama lain saling tertarik &
memperhatikan.
 Semakin terikat maka semakin konform diantara anggota kelompoknya

5. Mengapa ada orang yg non-conformist (melawan tekanan dari kelompok?)

a. Adanya kebutuhan untuk mempertahankan individualitas kita

 Yaitu kebutuhan untuk menjadi berbeda dari oranglain dalam beberapa hal.
 Dengan menjadi diri sendiri maka akan mengurangi konformitas

b. Adanya kebutuhan untuk mempertahankan control atas kehidupan kita

 Yaitu kebutuhan untuk dapat menentukan apa yang terjadi pada diri kita sendiri
 Mengikuti kelompok dapat dilihat sebagai suatu hambatan terhadap kebebasan dan
control pribadi.

6. Perbedaan Individual Dalam Konformitas

a. Non – Conformist

Ciri-cirinya: independent, efektif secara intelektual,  kepemimpinan dan hubungan sosial


baik, tidak rendah diri, rigid, otoriter

b. Orang Yang Konform

 memiliki need for afiliation  yang besar (Mc Ghee & Trevan, 1967)
 mengandalkan kelompok sebagai sumber informasi mereka (Champbel,1986)
 self blame, ragu-ragu

B. COMPLIANCE

1. Definisi Compliance

  Yaitu patuh, ada permintaan langsung dari orang lain , individu setuju untuk


patuh.
2. Strategi Compliance

a. bertanya : “Would you please”


b. alasan pribadi : “Saya butuh…………”
c. menggunakan “peran hubungan” : “Bila kamu teman saya………….”
d. bargaining  : “Kalau kamu mau bantu saya, maka saya akan……………”
e. mengandalkan norma : “Semua orang melakukannya……………….”
f. menggunakan altruisme : “Kesehatan banyak orang tergantung padamu!”
g. memuji : “Hari ini kamu cantik, deh!”
h. bargain dengan objek tertentu (menyuap) : “Saya akan beri kamu seratus ribu kalau
kamu mau……………”
i. memancing emosi : “Saya akan menangis kalau……….”
j. mengkritrik pribadi : “Kamu terlalu kurus, seharusnya…………..”
k. berbohong : “ Kata bos kamu disuruh………”(padahal bos tidak berkata demikian)
l. mengancam : “Saya adukan dosen lho, kalau kamu…………”
m. menggunakan kekerasan : “Lakukan sekarang!” (dengan diikuti gerakan fisik)

C. OBEDIENCE

1. Definisi Obedience

 Patuh
 Respon permintaan langsung (perintah)
 Perilaku seseorang yang disebabkan adanya tuntutan dari pihak lain (orang tua,
kelompok, instansi, pemerintah atau negara)
 Bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan meskipun
sebenarnya ia tidak suka atau tidak menghendaki perilaku tersebut
dikatakan kepatuhan (obedience)

2. Eksperiment Milgram (1963)

 Mengumpulkan 40 orang untuk mengetahui seberapa jauh subyek penelitian patuh


terhadap peneliti. 20 orang menjadi guru (subyek penelitian) dan 20 orang menjadi
murid.
 Milgram menggunakan alat yaitu BEL listrik yg sebenarnya tidak mengandung listrik.
 Kepada 20 orang guru tsb tidak diberitahukan bahwa bel itu tidak mengandung
listrik ttp kepada 20 orang murid itu diberitahu yg sebenarnya.
 Karena yg mau diteliti adalah bagaimana kesanggupan 20 guru itu memberikan
kejutan listrik pd muridnya yg melakukan kesalahan.
 Guru membacakan soal yg harus dijawab oleh murid. Tiap kesalahan jawaban,
tegangan listrik disuruh peneliti dinaikkan mjd 15 volt.
 Setelah tegangan mencapai tingkat tinggi, guru meminta pertimbangan peneliti
untuk menghentikan hukuman. Namun penelitian tetap dilanjutkan atas perintah
peneliti sampai hukuman mencapai 450 volt.
 PERTANYAANNYA: Mengapa subyek penelitian tsb sangat patuh terhadap perintah
peneliti?
 JAWABANNYA: Karena adanya tekanan situasi, dorongan peneliti, tidak terlihatnya
pilihan lain dan keinginan untuk memenuhi tanggung jawab yg diberikan oleh
peneliti membuat subyek sulit menolak untuk memberi kejutan listrik.

3. Eksperiment Zimbardo

➢ Membuat penjara-penjaraan lalu diiklankan untuk mencari subjek penelitian dari


mahasiswa. Penelitian direncanakan diadakan selama 2 minggu dengan imbalan uang.

➢ Subjek dijemput dirumahnya menggunakan mobil bersirine dan diborgol. Dalam waktu 3
hari mulai terjadi pemukulan yang dilakukan oleh sipir kepada tahanan.

➢ Pemukulan tersebut sudah sangat kejam sehingga ketika baru berjalan seminggu,
penelitian tersebut dihentikan.

➢ Hal ini terjadi, karena:

 adanya kekuasaan
 kekuasaan dijadikan sebagai identitas dirinya

D.  INDOKTRINASI  INTENSIF

1. Pengertian:

Indoktrinasi Intensif adalah suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota suatu
kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan-aturan dari kelompok tanpa banyak
bertanya. Misal kelompok-kelompok teroris.

2. Tahapan Indoktrinasi Intensif

 Tahap melunakkan (softening-up)
Anggota baru diisolasi dari teman-teman dan keluarga, dan dilakukan usaha-usaha untuk
membuat mereka bingung, lelah, dan tidak memiliki orientasi, dan mudah terangsang
secara emosional. Tujuan tahap ini adalah untuk memisahkan anggota baru dari kehidupan
lamanya dan menempatkan mereka pada keadaan di mana mereka mau menerima pesan-
pesan kelompok.

 Tahap kesepakatan

Selama tahapan ini anggota baru diminta untuk mengiyakan permintaan dan belief
kelompok serta secara aktif “mencoba” peran sebagai anggota.

 Tahap internalisasi

Ketika berada dalam tahap ini anggota baru mulai menerima bahwa pandangan kelompok
adalah benar adanya dan mereka sungguh-sungguh memercayai pandangan-
pandangan tersebut. Dengan kata lain, kesepakatan publik digantikan dengan penerimaan
dari hati.

 Tahap konsolidasi

Anggota baru memperkuat keanggotaan mereka dengan melakukan tindakan yang mahal,


yang membuat mereka sulit atau bahkan tidak mungkin, untuk mundur. Tindakan-
tindakan tersebut seperti mendermakan seluruh harta milik pribadi kepada kelompok,
memotong semua ikatan dengan teman dan keluarga, mulai secara aktif merekrut anggota
baru, dan sebagainya. Hasilnya adalah anggota baru tersebut kini menerima belief dan
dasar pemikiran kelompok dengan tidak bertanya-tanya, dan juga memiliki pandangan
negatif terhadap semua “orang luar”.

3. Mengapa Bisa Indoktrinasi Intensif Berhasil Dilakukan

Indoktrinasi intensif berhasil dilakukan dikarenakan satu hal pasti, yaitu berkurangnya


kapasitas perhatian (reduced attentionalcapacity). Kelompok ekstrem menggunakan
beragam taktik  untuk memastikan bahwa anggota baru tidak mampu berpikir secara hati-
hati atau sistematis. Hal ini akan memudahkan mereka untuk dipengaruhi oleh usaha-usaha
kelompok dalam membentuk ulang sikap dan tingkah laku mereka. Hal tersebut dilakukan
dengan cara seperti membuat anggota baru kelelahan (misalnya kurang tidur atau gizi yang
buruk), secara emosional terangsang, dan terisolasi dari kehidupan mereka yang lampau.
Rangkuman
Pengaruh sosial adalah Usaha yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap,
keyakinan, persepsi atau tingkah laku orang lain.

Mengapa pengaruh sosial terjadi?  Pengaruh sosial  dapat terjadi karena seseorang memiliki
hal berikut ini: Karena adanya kekuasaan yang sifatnya memaksa (coercieve
power), pemberian hadiah (reward power), kewenangan yang sah (legitimate
power), keahlian (expert power), memiliki informasi , dan memiliki karisma

Tehnik mempengaruhi orang lain dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan
tehnik Hubungan timbal balik, FOOT-IN-THE-DOOR-EFFECT,  DOOR-IN-THE-EFFECT, THAT’S
NOT ALL  TECHNIQUE, LAW BALL, PIQUE Technique, PLAYING HARD TO GET, dan The fast
approaching deadline.

Ada 3 bentuk pengaruh sosial, yaitu: Konformitas  (Sikap Mengikuti Sesuai dengan Norma


Sosial/ Kelompok), compliance (patuh karena ada permintaan langsung dari orang lain) dan
Obediance (patuh karena ada perintah dari orang lain).

   

Anda mungkin juga menyukai