Anda di halaman 1dari 27

RESUME

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas ujian tengah semester

Bimbingan & Konseling Sosial

Dosen Pengampu: Nova Erlina, S.IQ, M.Ed

Oleh:

Elma Mauli Khairunnisa

2211080034

Kelas A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKANISLAM

FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

2023
Materi kelompok 1

A. Teori dan metode dalam psikologi sosial, membentuk kesan terhadap orang lain,
memahami dunia sosial
1.Pendekatan Psikologi Sosial
Pendekatan Psikologi Sosial menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari bagaimana
kita memandang orang lain dan peristiwa sosial, bagaimana kita mempengaruhi orang lain,
dan untuk mempelajar, sifat dari hubungan sosial kita saat membaca buku ini. Anda akan
mengetahui bahwa beberapa Psikolog sosial telah mempelajari persepsi dan sikap bagaimana
orang memandang dirinya sendiri dan orang lain, bagaimana orang mengintegretasikan
perilaku orang lain, dan bagaimana sikap mereka terbentuk dan berubah. Psikologi sosial
lainnya lebih fokus pada interaksi antar orang, termasuk masalah persahabatan dan
altruisme,prasangka dan agresi, serta konformitas (kepatuhan) dan kekuasaan.
Psikologi sosial juga mempelajari bagaimana orang bertindak dalam berinteraksi dan
bagaimana kelompok mempengaruhi anggota anggotanya.Kita dapat, mendefinisikan
psikologi sosial sebagai studi ilmiah tentang bagaimana orang berpikir, memengaruhi, dan
berhubungan dengan orang lain. Prinsip psikologi sosial membantu kita memahami berbagai
macam isu penting, seperti cara mempromosikan ayo hidup sehat, pengaruh media terhadap
sikap publik, dan saksi niat atas tindakan kejahatan.Psikologi sosial merupakan studi ilmiah
tentang bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku dalam konteks. Berdasarkan
definisi ini, terdapat beberapa poin penting dari psikologi sosial sebagai berikut :
a. Studi ilmiah
Banyak cara untuk memahami bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku,
bisa melalui novel, film, sejarah, dan filsafat. Psikologi sosial menggunakan metode
ilmiah yang sistematis, seperti observasi yang sistematis, deskripsi dan pengukuran untuk
mempelajari kondisi manusia.
b. Bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku
Psikologi sosial fokus pada beragam topik yang luar biasa. Selain psikologi sosial,
beberapa studi ilmiah juga menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari tentang
manusia, seperti antropologi, ilmu komunikasi, ilmu ekonomi, ilmu politik, dan sosiologi.
Semua bidang studi ini, termasuk psikologi sosial digolongkan sebagai ilmu-ilmu sosial
c. Dalam konteks atau situasi sosial
Situasi “Sosial” inilah yang membedakan psikologi sosial dengan cabang psikologi
lainnya. Situasi sosial mencerminkan tempat perilaku terjadi. Dalam menyusun prinsip
prinsip secara umum dari perilaku manusia, psikologi sosial menguji faktor faktor non
sosial (misalnya cuaca panas) dan faktor sosial (seperti pengaruh sosial dan interaksi
sosial) yang mempengaruhi pikiran,emosi, motivasi, dan perilaku. Pendekatan yang
memilah psikologi dan sosiologi, dan melihat psikologi sosial sebagai intersection
keduanya sangat kaku dan membatasi ruang gerak psikologi sosial. Konsep ini tidak
mampu membendung aspirasi psikologi sosial dalam perkembangannnya.
Seperti yang tertuang dalam hadis yang di riwayatkan oleh Sahih alBukhari"Tidaklah
beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri." (Sahih al-Bukhari).Dan juga tertuang dalam Q.S An-Nahl ayat 90
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
2. Akar Historis Psikologi Sosial
Pada awal 1900-an, ada tiga perspektif teori utama yang dikebangkan oleh para
psikolog, masing masing meninggalkan warisan penting pada psikologi sosial kontemporer,
Sigmund Freud, bapak pendiri psychoanalytic theory (teori psikoanalitik), terkesan oleh
kehidupan mental dari manusia. Sigmund Freud mengatakan bahwa perilaku didasari dari
dalam oleh dorongan dan impuls internal yang kuat seperti seksualitas dan agresi,dia juga
percaya bahwa perilaku orang dewasa dibentuk oleh konflik psikologis yang belum
terselesaikan yang dapat dirunit kembali hingga ke pengalaman masa kanak kanak dalam
keluarga. Para teoritisi psikoanalisis berusaha memahami kekuatan batin, baik itu kesadaran
maupun bawah sadar,yang memberi kekuatan dan mempengaruhi perilaku.Teori kedua adalah
behaviorism (behaviorisme),yang menawarkan perpektif yang berbeda tentang pengalaman
manusia. Teori ini dikembangkan oleh Ivan Pavlov, B. F. Skinner, dan rekan-rekannya.
Teori behaviorisme lebih fokus pada perilaku manusia dan hewan yang dapat diamati.
Behaviorisme tidak tertarik pada pemikiran dan perasaan subjektif mereka memilih
mempelajari hal-hal yang dapat dilihat dan diukur secara langsung, yakni perilaku yang
kelihatan nyata.Akar Experimental Social Psychology dan Critical Social Psychology
Experimental Social Psychology diawali oleh Norman Triplet pada tahun 5 1908 dengan
penelitiannya tentang dynamogenic. Rogers menuliskan bahwa sebelum McDougal pada
tahun 1908 mempublikasikan bukunya pertama kali mengenai Psikologi Sosial, adalah
Norman Triplet yang pada tahun 1989 melakukan penelitian terhadap anak-anak di sebuah
organisasi bersepeda Amerika.
3 . Teori Teori Dalam Psikologi Sosial Kenrick
Kenrick menyatakan bahwa psikologi sosial merupakan studi ilmiah yang
mempelajari tentang bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang
dipengaruhi oleh orang lain. Kenrick menekankan orang lain sebagai faktor yang
mempengaruhi perilaku individu, sedangkan Kassin, dkk. menekankan situasi sosial sebagai
setting terjadinya perilaku. Baron dan Byrne menyatakan bahwa psikologi sosial merupakan
ilmu pengetahuan yang berusaha memahami asal-usul dan penyebab terjadinya perilaku dan
pemikiran individu dalam konteks sosial. Situasi sosial adalah situasi dimana terdapat
kehadiran orang lain secara nyata maupun imajinasi.

4. Metode dalam Psikologi Sosial


Rogers (2003) menyatakan ada beberapa metode penelitian yang digunakan dalam
psikologi sosial. Pertama, metode induktif, secara ontologis menegaskan bahwa dunia sosial
ada “di luar” tindakan manusia, dan secara epistemologis menganut paham positifisme,
dengan tujuan mengobservasi dunia sosial dan mengidentifikasi keteraturan sistematis dalam
sebab dan akibat antara beberapa variabel yang kita observasi, untuk mengembangkan suatu
hukum universal dan kemudian mengujinya. Kedua, metode deduktif, yang secara
epistemologis menganut paham rasionalisme dan secara ontologis menempatkan diri dalam
posisi bahwa fenomena yang satu berhubungan dengan fenomena yang lain.

Materi Ke 2
B. Membentuk Kesan Terhadap Orang Lain
1. Mengintegrasikan Kesan
Penelitian asli tentang pembentukan kesan (yaitu bagaimana seseorang memandang
orang lain) dikreditkan ke psikolog Amerika kelahiran Polandia Solomon E, Asch (1907-
1996), yang membahas dua masalah utama dalam karyanya: makna yang diberikan orang
kepada mereka.
2. Menghubungkan Sebab-Sebab Perilaku
Kita ingin tahu alasan dari mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan. Apa
yang menyebabkan individu menjadi pemalu pada suatu pesta tetapi tidak pemalu pada pesta
vang lainnya? Apa yang menyebabkan hubungan pacaran yang kelihatan amat serasi menjadi
bubar Attribution theory (teori atribusi) adalah bidang psikologi yang mengkaji tenang kapan
dan bagaimana orang akan mengajukan pertany "mengapa "Teori tentang atribusi kausal-
yakni bagaimana dan mengapa orang ne nyimpulkan sesuatu yang menyebabkan sesuatu
yang lain diawali oleh Fritz Heide (1958). Dia mengataka bahwa semua manusia memiliki
dua motif yang kuat kebutuhan untuk membentuk pemahaman yang utuh tentang dunia dan
kebutuhan untuk mengentrol lingkungan.
3. Komunikasi non verbal
Banyak dari komunikasi itu adalah verbal, namun sering pula kita berkomunikasi
secara nonverbal. Kita meniru perilaku rekan interaksi kita; kita menggunakan perilaku
nonverbal untuk mengomunikasikan, keinginan kita, simpati kita, atau kesukaan kita.Ketika
orang lain mengomunikasikan keinginannya untuk memaksa melalui isyarat atau postur
tubuh, kita secara spontan mungkin akan bersikap tunduk, dan ketika Seseorang
mengomunikasikan ketundukanya melalui postur tubuh, kita akan berperilaku dengan cara
yang lebih dominan (Ticdens & Fragale, 2003), Sering kali kita tak menyadari apa yang
sedang kita komunikasikan kepada orang lain dan,pada gilirannya, mempelajarinya melalui
isyarat nonverbal.
Materi Ke 3
C. Memahami Dunia Sosial
1. Inferensi sosial
Inferensi adalah sebuah proses dimana kita mempelajari tentang orang lain atau perilaku
nya.dalam mempelajari inferensi kita dapat mengumpulkan data sosial berupa: informasi
sosial, penampil fisik, petunjuk nonverbal, dan tindakan tindakan orang lain.Seperti yang
tercantuh dalam QS. Al-Baqarah ayat 30,Allah SWT berfirman :

‫ُْْٓى‬
‫َو ِاْذ َقاَل َر بَُّل ِنْهَم ٰۤه ِٕ ىَك ِة ِاِو ّْي َج اِع ٌم ِفى اْْل َْر ِض َخ ِهْيَفًةۗ َقان ا اَتَْج عَُم ِفْيَها َم ْه يُّْفِس ُد‬
‫ّْْٓي‬ ‫ٰۤا‬
َ ‫ِفْيَها َو يَْس ِفُل انِدَّم ََۚء َو وَْح ُه وَُس بُِّح بَِحْمِد َك َو وُقَِد ُّس نََلۗ َقاَل ِاِو اَْع َهُم َم ا َْل تَْع هَُمْىَن‬

Artinya .“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata,"Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya 8
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?Tuhan berfirman: "Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.
2. Emosi dan inferensi
Banyak kesalahan dan bias atau kecendrungan terhadap sesuatu atau seseorang yang
memiliki ciri penting Semua itu merepresentasikan keyakinan evaluatif. Sering kali kita
membentuk komitmen emosional ke suatu teori atau keyakinan tertentu sehingga
memengaruhi cara pandang kita pada informasi proses yang Misalnya, kita mengira kita
sukses dalam wawancara kerja karena kita sangat menginginkan pekerjaan, itu Anda mungkin
berasumsi bahwa emosi adalah membelokkan kognisi saat mencari akurasi. Dalam hal
tertentu, asumsi anda ini benar namun, emosi juga merupakan bagian penting dari
pengambilan keputusan, dan ketika orang mengabaikan emosinya mereka mungkin akan
mengambil keputusan yang bertentangan dengan kepentingan mereka sendiri.
3. Skema
Skema sosial adalah struktur kognitif yang merepresentasikan pengetahuan kita tentang suatu
konsep stimulus,termasuk atribut dan keterkaitan diantara atribut atribut tersebut. Salah satu
tujuan skema sosial adalah menyederhanakan kompleksitas informasi mengenai kehidupan
sosial sehingga kita akan lebih mudah didalam memahami kompleksitas kehidupan sosial
tersebut dan komunikasi kita dengan kehidupan sosial menjadi lebih efisien.
4. Pemrosesan Skematis
a). Perhatian atau Atensi (Attention) .
b). Pengkodean (Encoding).
c). Mengingat Kembali (Retrieval).
Jalan Pintas Mental : Menggunakan Heuristik Kognitif Herbert Simon, seorang peneliti
dalam bidang psikologi kognitif menjelaskan bahwa manusia adalah “bounded rational
agent”. Artinya, kapasitas pikiran manusia dalam menganalisis risiko yang kompleks, pada
hakikatnya sangat terbatas. Keterbatasan itulah yang membuat manusia pada akhirnya
mengandalkan heuristik dalam menganalisis permasalahan yang kompleks terdapat alasan
lebih rinci mengapa individu terkadang menggunakan heuristik untuk menilai risiko, yakni:
a.Attribute substitution, ialah saat individu menggunakan pertanyaan yang lebih sederhana
untuk menjawab pertanyaan yang sulit dan kompleks.
b.Effort reduction , ialah saat individu menggunakan heuristik sebagai bentuk kemalasan
kognitif untuk mengurangi kapasitas pikiran dalam mengambil keputusan.
c. Fast and frugal, yakni dalam konteks tertentu.

Materi kelompok 2
A. Diri: Belajar Tentang Diri
1. Apa Itu Diri
James membedakan diri menjadi dua komponen yaitu “Aku objek” adalah
keseluruhan diri seseorang yang dapat disebut miliknya, termasuk didalamnya kemampuan,
karakteristik sosial dan kepribadian, serta kepemilikan materi. “Aku subjek” adalah diri
sebagai yang mengetahui. konsep diri dikemukakan oleh Cooley pada tahun 1902.
Cooley menambahkan masyarakat sebagai faktor penting dalam pembentukan konsep
diri seseorang. Baginya umpan balik yang diintrerpretasikan secara subjektif dari orang-orang
lain merupakan sumber data utama mengenal diri. Teorinya yang terkenal adalah
lookingglass-self, yaitu bagaimana konsep diri seseorang dipengaruhi oleh pendapat orang
lain terhadap dirinya.
2. Dari mana asal pengetahuan diri
Pengetahuan diri seseorang bisa diketahui mengenai dirinya sendiri seperti usia, jenis
kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan dan lainnya. Faktor-faktor tersebut menempatkan
individu kepada suatu kelompok sosial seperti kelompok umur, suku bangsa, dan sebagainya.
Akhirnya individu tersebut mengidentifikasikan dengan kelompok sosial tersebut yang
menambah daftar julukan kita, seperti kelompok menengah atas, kelompok wanita karir dan
lainnya.
3. Aspek Aspek Pengetahuan Diri
Pudjijogjanti berpendapat bahwa konsep diri secara global terdiri dari tiga aspek,
yaitu:
1) Konsep diri general yaitu konsep diri yang sulit untuk dirubah, karena sudah melekat
2) Konsep diri mayor merupakan cara individu memahami konteks sosial, fisik dan akademis
dari dirinya.
3) Konsep diri spesifik merupakan cara individu memahami dirinya berkaitan dengan
aktivitas dalam berkegiatan sosial, fisik dan akademis.
Konsep diri menurut Suryabrata memiliki beberapa aspek yaitu:
1) Bagaimana orang mengamati dirinya sendiri
2) Bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri
3) Bagaimana orang menilai dirinya sendiri
4) Bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan dan
mempertahankan diri.
4. Regulasi Dan Diri
Regulasi diri diartikan sebagai suatu kemampuan individu dalam mengendalikan diri
terhadap dorogan-dorongan yang bersifat negatif dari lingkungan ketika diri tidak memiliki
kontrol dari manapun. Ada dua jenis konsep diri negatif. Pertama, pandangan seseorang
tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, dia tidak memiliki perasaan kestabilan dan
keutuhan diri. Dia benar- benar tidak tahu siapa dia, apa kekuatan dan kelemahannya, atau
apa yang dihargai dalam hidupnya. Kedua, konsep dirinya hampir merupakan lawan dari
yang pertama. Disini konsep diri itu terlalu stabil dan terlalu teratur, dengan kata lain terlalu
kaku. Mungkin karena dididik dengan sangat keras, individu tersebut menciptakan citra diri
yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum besi yang dalam
pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.
5. Teori Perbandingan Sosial
Menurut teori ini, proses saling memoengaruhi dan prilaku saling bersaing dalam
interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri. Perbandingan
sossial dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan membandingkan diri dengan orang
lain yang memiliki level yang lebih rendah dalam hal yang dibandingkan. Kedua
membandingkan diri dengan orang yang levelnya diatasnya
6. Presentasi Diri
adalah proses di mana individu melakukan pengendalian atau pengelolaan kesan agar
orang lain membentuk kesan tertentu mengenai mereka dalam interaksi sosial
7. Kultur Dan Diri Sebuah Ulasan
Konsep diri melalui sejarah perkembangan yang cukup panjang, yang meliputi: 1)
model terdahulu yang berisikan riset tentang konsep diri sebagai sesuatu yang terdiri dari
banyak segi (multifaceted), 2) Model 5 Shalvelson yang berisikan tentang model konsep diri
yang bersifat terorganisasi atau terstruktur
B. Sikap dan Perubahan Sikap
1. Definisi Sikap
Sikap didefinisikan sebagai evaluasi akan manusia, objek, atau ide. Sikap juga dapat
didefinisikan sebagai kesiapan saraf sebelum memberikan respons.
2. Teori Sikap
a. Cognitively Based Attitude
Sikap dapat berasal dari keyakinan seseorang mengenai karakteristik dari objek sikap.
b. Affectively Based Attitude
Sikap dapat berasal dari perasaan dan values yang dimiliki seseorang.
c. Behaviorally Based Attitude
Sikap juga dapat berasal dari observasi akan bagaimana seseorang berperilaku terhadap suatu
objek.
3. Persuasi
Perloff mendefinisikan persuasi dapat sebagai berikut:
a. Proses komunikasi di mana komunikator berusaha untuk mendapatkan respon yang
diinginkan dari komunikan.
b. Upaya yang dilakukan secara sadar oleh individu untuk mengubah sikap, keyakinan, atau
perilaku dari individu atau kelompok lainnya melalui suatu pesan.
c. Aktivitas simbolik yang bertujuan untuk mempengaruhi internalisasi atau penerimaan
sukarela atas kognitif baru atau pola perilaku melalui pertukaran pesan.
Tiga model utama yang dapat menjelaskan persuasi sebagai suatu proses adalah Information
Processing Theory, Information Integration 5 Theory, dan Elaboration Likelihood Model.
Adapun karakteristik model persuasi tersebut dipaparkan dalam The Social Psychological
Approach adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan bahwa perubahan sikap atau persuasi sebagai suatu proses yang terjadi
melalui beberapa langkah dari waktu ke waktu.
b. Persuasi menekankan pada cognition or information processing.
c. Menekankan pada peran aktif persuadee sebagai informationprocessing agent daripada
konsep persuasi sebelumnya.
4. Perubahan Sikap dari Waktu keWaktu
teori Elaboration Likelihood Model. ELM berfokus pada karakteristik sumber (persuader),
pesan, dan audiens (persuadee) yang memandang bahwa dalam upaya membentuk atau
mengubah sikap seseorang melalui transmisi pesan, terdapat proses pemikiran atau proses
mental persuadee untuk menerima atau menolak pesan persuasi.
ELM berasumsi bahwa individu dapat menggunakan dua cara yang berbeda, yaitu
melalui rute sentral dan rute periperal dalam mengolah suatu pesan persuasi yang akan
berimplikasi pada bagaimana sikap terbentuk dan dapat berubah dalam berbagai cara, yaitu
rute sentral dan rute periperal yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Rute Sentral Petty dan Caciopo percaya bahwa individu mempunyai kemampuan dalam
mengevaluasi suatu pesan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya.
individu secara hatihati mempertimbangkan elemen dari pesan untuk menentukan apakah
pesan tersebut masuk akal dan dapat memberikan manfaat bagi mereka.
b. Rute Periperal Angdt dan Agarwal elaborasinya rendah, maka persuadee cenderung akan
menggunakan rute periperal. dalam pesan persuasi, namun hal-hal di luar isi pesan, seperti
bintang atau tokoh yang membintangi, gambar yang dipakai, dan sebagainya.Sikap dan
Prilaku Dengan mengetahui sikap seseorang orang dapat menduga bagaimana respon atau
perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau
keadaan yang dihadapkan kepadanya.
C. Prasangka
1. Komponen Antagonisme Kelompok
Antagonisme kelompok memiliki tiga komponen yang saling terkait yaitu stereotip
(stereotype), prasangka (prejudice), dan diskriminas(discrimination). Stereotip merupakan
jalan pintas dari proses mental dalam memahami orang lain atau membuat penilaian terhadap
orang atau kelompok lain.Stereotip yang terpelihara dalam waktu lama oleh masyarakat akan
mengakibatkan munculnya prasangka (prejudice) dan diskriminasi (discrimination).
Kekurangan pengetahuan dan fakta kehidupan sebenarnya dari orang yang dikenai stereotip
mempengaruhi seseorang berpikiran sama. Prasangka sosial yang sadar dilakukan karena
kepentingan seseorang atau golongan tertentu demi keuntungan.
2. Belajar prasangka
Prasangka adalah penilaian terhadap suatu kelompok atau seorang individu yang
terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok orang itu. Prasangka memiliki kualitas
suka-tidak suka yang sama dengan dimensi afektif atau evaluatif yang telah dibahas dalam
kaitannya dengan kesan dan sikap. prasangka bisa menjadi evaluasi negatif atas suatu
kelompok atau seseorang berdasarkan pada keanggotaan orang itu dalam suatu kelompok.
Prasangka tidak hanya muncul pada sikap kelompok lain, tetapi juga muncul karena adanya
etnosentrisme. Etnosentrisme adalah keyakinan bahwa in-group lebih unggul ketimbang
semua out-groups, dan juga dapat memengaruhi evaluasi dari anggota in-group. in-group
adalah kelompok sosial di mana individu mengidentifikasikan dirinya. Sifat-sifat in-group
pada umumnya didasarkan pada faktor simpati, dan selalu 5 mempunyai perasaan dekat
dengan anggota-anggota kelompok. Out-group adalah kelompok sosial yang oleh individu
diartikan sebagai lawan ingroup-nya. Sifat out-group selalu ditandai dengan sifat kelainan
yang berwuju dan tagonismedan antipati.
3. Motif prasangka
a. Konflik langsung antar kelompok
Berdasarkan Teori Konflik Realistik (Realistic Conflict Theory) di mana prasangka muncul
karena kompetisi antar kelompok social untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang
berharga yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi.
b. Pengalaman awal Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory),
prasangka dipelajari dandikembangkan dengan cara yang sama serta melalui mekanisme
dasar yang sama, seperti sikap yang lain yakni melalui pengalaman langsung dan
observasi/vicarious.
4. Identitas Sosial
Identitas sosial (social identity) adalah keterkaitan, keterlibatan, peduli dan rasa
bangga yang bersumber dari pengetahuan seseorang tentang keanggotaan dalam suatu
kelompok sosial sehingga timbul rasa kebersamaan, signifikansi nilai dan emosional dari
keanggotaan tersebut yang membedakan dengan kelompok lainnya.
Identitas sosial seseorang terbentuk oleh kelompok dimana ia bergabung, melalui
proses sosial sehingga membedakannya dengan orang lain, dapat dilihat dari ciri-ciri sosial
seperti kebiasaan berpakaian, gaya bahasa, kebiasaan mengisi waktu luang, komunitas yang
dibentuk, kebiasaan berbelanja dan sebagainya.
5. Mengurangi Prasangka
a. Dengan cara mengadakan direct intergroup contact, seperti yang dikemukakan oleh Allport
yang dikenal dengan teori kontak (contact 5 theory). Kontak atau hubungan secara langsung
secara berkesinambungan atau berkelanjutan akan mengurangi prasangka yang ada
b. Dengan cara mengadakan kerja sama atau cooperative interdependence, Anggota suatu
kelompok yang berprasangka terhadap kelompok lain, diadakan kerja sama dalam mencapai
tujuan yang sama, yang membuat anggota klompok saling sama-sama membutuhkan, dengan
demikian mereka saling berinteraksi satu sama lain. Sehingga mereka tahu dengan tepat
keadaan sebenarnya satu sama lain kelompok.

Materi kelompok 3
A. Pengaruh sosial
1. Konformitas
Conformity (konformitas) adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau
perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Jadi kita harus "menyesuaikan diri
agar bisa akrab”. Mengikuti norma kelompok sering menjadi syarat agar kita bisa diterima
dan tercipta kerukunan.
2. Kultur dan konformitas
Konformitas dianggap akan menghilangkan otonomi dan kontrol personal.
Sebaliknya, dalam kultur kolektivis seperti di Afrika, Asia, dan Amerika, makna
konformitasnya berbeda. Kultur kolektivis menekankan pentingnya ikatan dengan kelompok
sosial. Orang tua sangat memerhatikan kepatuhan, perilaku yang tepat, dan penghormatan
terhadap tradisi kelompok. Dalam konteks kultural ini, aspek positif dari konformitas lebih
ditekankan. Konformitas dianggap bukan sebagai respon terhadap desakan sosial, tetapi
sebagai cara untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan memenuhi kewajiban moral.
Alasan lain dari conformitas adalah keinginan agar diterima secara sosial. Ini dinamakan
normative influence (pengaruh normatif). Kita sering ingin agar orang lain menerima diri
kita, menyukai, dan memperlakukan kita dengan baik. Secara bersamaan, kita ingin
menghindari penolakan, pelecehan, atau ejekan. Pengaruh normatif terjadi ketika kita
mengubah perilaku kita untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar
kelompok agar kita diterima secara sosial.

3. Pengaruh minoritas
Inovasi dalam kelompok Konformitas terhadap mayoritas adalah aspek dasar
dalam kehidupan sosial. Akan tetapi, penekanan pada pengaruh mayoritas bukan berarti
minority influence (pengguna minoritas) tidak penting. Terkadang kubu minoritas yang kuat
dengan ide baru dan unik dapat mengubah pandangan mayoritas Studi-studi awal
menunjukkan bahwa pembangkangan bisa mereduksi konforta, mengubah ide bahwa
mayoritas "selalu kuat”. Penentangan ini menyebabkan kemungkinan adanya pengaruh dari
minoritas.

4. Ketundukan Compliance
Ketundukan menenuhi permintaan orang lain) didefinisikan sebagai melakukan
apapun yang diminta orang lain, walaupun kemungkinan tidak kita sukai. Ciri utama dari
ketundukan adalah kemauan merespons permerintahan orang lain atau kelompok lain.

5. Dasar kekuasaan sosial


Salah satu basis kekuasaan adalah kemampuan untuk memberi hasil positif orang
lain untuk membantu mendapatkan tujuan yang diinginkan atau ditawarkan untuk
memperoleh imbalan yang bermanfaat.
a. Koersi dapat berupa paksaan fisik sampai ancaman hukuman atau tanda
ketidaksetujuan. Contoh: seorang supervisor mungkin mengancam akan
mengenakan tindakan hukuman jika karyawan selalu telat masuk kerja.
b. Keahlian seperti pengetahuan khusus, training, dan ketrampilan juga dapat menjadi
sumber kekuasaan, contoh: Kita tunduk pada ahli dan mengikuti nasihatnya karena
kita percaya bahwa pengetahuan mereka akan membantu kita mencapai tujuan kita.
c. Informasi atau argumen yang logis tentang tindakan yang seharusnya mereka
lakukan. Seorang teman mungkin berusaha memengaruhi anda agar anda mau
menonton konser dengan cara memberi anda informasi bahwa grup musik favorit
anda ikut tampil. Dalam kasus ini, pihak yang mempengaruhi bukanlah ahli, isi
pesanlah yang diharapkan mampu memengaruhi. Informasi adalah faktor utama
dalam pengaruh 5 sosial, seperti telah dikemukakan di atas, kebutuhan informasi
dapat memotivasi conformitas.
d. Kekuasaan rujukan sebagai basis pengaruh dengan relevansi pada relasi personal
atau kelompok adalah kekuasaan rujukan. Kekuasaan ini eksis ketika kita
mengidentifikasi atau ingin menjalin hubungan dengan kelompok atau orang lain.
Otoritas yang sah untuk menyuruh orang lain melakukan hal tertentu. Seperti guru
yang memerintahkan muridnya untuk mengerjakan PR.

6. Daya Tarik Internasional


1. Kebutuhan untuk diterima
Kebutuhan untuk menjalin hubungansosial adalah bagian dari warisan volusi manusia.
Misalnya bayi yang bergantung pada perawatan dan pengasuhan. Sejak hari pertama,
keberlangsungan hidup bayi bergantung pada orang lain. Bayi manusia dilahirkan dengan
kecenderungan untuk menatap wajah. Mereka juga dilengkapi dengan kemampuan untuk
membentuk ikatan emosional dengan orang tuanya atau pengasuhnya. Kebutuhan untuk
diterima ini adalah elemen universal dalam diri manusia, sama seperti kebutuhan untuk
makan dan minum. Karena hubungan sosial penting bagi kehidupan manusia, tidak
mengejutkan jika kesepian dan penolakan sosial merupakan sumber utama dari penderitaan
atau strcs personal.

2. Kesepian
Ketika hubungan sosial kita kekurangan beberapa aspek penting, kita akan
merasakan penderitaan personal dari situasi loneliness (ke epian). Kekurangan ini mungkin
bersifat kuantitatif: kita mungkin tidak memiliki teman atau hanya punya sedikit teman, atau
mungkia juga bersifat kualitatif: kita mungkin merasa hubungan kita sangat dangkal dan tidak
memuaskan. Kesepian dan kesendirian (aloness) merupakan hal yang berbeda. Kesepian
merasuk ke dalam batin manusia dan tidak dapat dideteksi hanya dengan melihat seseorang.
Sebaliknya, kesendirian adalah keadaan objektif di mana seseorang terpisah atau tidak
bersama orang lain.

3. Penolakan sosial
Banyak orang dewasa menggunakan "pengkucilan" menghukum anaknya dengan
menyuruh mereka menghabiskan waktu sendirian saja. Penolakan oleh teman juga
merupakan salah satu pengalaman paling menyakitkan masa kanak-kanak dan dapat
menyebabkan kesepian di kalangan anak muda. Orang dewasa menggunakan penolakan
sosial untuk memenuhi dan mengubah perilaku orang lain, dengan intensitas yang bervariasi.
Salah satu cara agar partner akrab melakukan sesuatu atau berhenti melakukan sesuatu adalah
dengan menggunakan "tindakan mendiamkan”.

4. Keterkaitan pada anak dan orang dewasa


Ada empat ciri penting dari keterikatan,seperti:
a. Menjaga kedekatan (proximity maintenance). Anak berusaha tetap dekat dengan
orang yang terikat dengannya, baik itu secara fisik atau psikologis.
b. Kegelisahan perpisahan (separation distress), anak yang bertambah cemas dan
gelisah saat mengalami perpisahan dengan sosok yang dekat dengannya.
c. Orang yang dekat dengannya menjadi tempat berteduh" (safe heaven), pada saat
tertekan, takut, atau berada dalam situasi yang asing, sosok yang sudah diakrabinya
akan menjadi sumber kenyaman dan perlindungan.
d. Orang yang dekat akan menjadi basis keamanan (secure base), yang membuat anak
merasa aman dan terlindungi sehingga anak bisa mengeksplorasi lingkungan fisik
dan sosial. Semua anak mengembangkan keterikatan dengan pengasuh utamanya.

5. Keterkaitan romantis orang dewasa


Hubungan cinta anak dengan orang tuanya mungkin akan memengaruhi caranya
dalam menjalin hubungan asmara pada masa dewasa misalnya, anak yang mendapat
perhatian baik mungkin akan lebih berprasangka baik terhadap orang lain. Keyakinan
ini dikenal sebagai working model dari hubungan. Erennan dan Shaver meringkaskan
menggaSmbarkannya sebagai berikut:
a. Secure adults Orang dewasa dalam kelompok ini merasa nyaman dan memandang
diri mereka sebagai orang yang pantas menerima perhatian dan kasih sayang orang
lain. Mereka mendeskripsikan diri mereka untuk akrab dengan orang lain dan jarang
merasa diabaikan. Orang dewasa pada tipe ini mendeskripsikan hubungan cinta yang
paling penting adalah kebahagiaan, persahabatan, dan saling percaya. Mereka
cenderung berbagi ide dan perasaan dengan rekannya.
b. Avoidant adult Orang dewasa dalam kelompok ini merasa kurang nyaman saat
bersama orang lain atau kurang mempercayai pasangan asmaranya. Dalam
mendeskripsikan hubungan cinta yang terpenting, orang dewasa ini menyebut
pasangannya emosi, cemberu, dan ketakutan akan indinasi. Mereka cenderung
menyangkal kebutuhan keterikatannya, memandang akhir hubungan romantis
sebagai inkonsekuensial, dan lebih fokus pada pekerjaan.
c. Anxious atau ambivalent adults Orang dewasa tipe ini mencari intimasi tetap
mencemaskan cintanya tak terbalas. Orang yang ambivalen mendeskripsikan
hubungan cinta yang terpenting sebagian obsesi, keinginan akan hubungan timbal
balik, pasang surut emosional, dan daya tarik seksual yang ekstrem. Mereka
cenderung jatuh cinta pada pandangan pertama dan kurang dihargai oleh pasangan
romantis atau rekannya. Orang yang ambivalen cenderung mendeskripsikan orang
tuanya sebagai intrusif dan pemaksa, dan menganggap perkawinan mereka kurang
bahagia.

6. Menjelaskan efek kedekatan


Kedekatan orang ini juga memengaruhi keseimbangan manfaat dan kerugian
interaksi, seperti yang ditekankan oleh teori pertukaran sosial. Tidak perlu banyak usaha
untuk berbincang dengan tetangga sebelah. Bahkan meski tetangga sebelah itu tidak begitu
menyenangkan, namun kita menganggap akan lebih bermanfaat punya kawan tetangga itu
ketimbang orang yang jauh.Ketika kita sering berjanji akan tetapi dalam kenyataannya hanya
sedikit yang menepati janji itu pun telah termaktub dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 91

‫َو َاْو ُفْو ا ِبَع ْهِد ِهّٰللا ِاَذ ا َعاَهْد ُّتْم َو اَل َتْنُقُضوا اَاْلْيَم اَن َبْع َد َتْو ِكْيِد َها َو َقْد َجَع ْلُتُم َهّٰللا َع َلْيُك ْم َك ِفْياًل ۗ ِاَّن َهّٰللا َيْع َلُم َم ا َتْفَع ُلْو َن‬

Artinya: Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya,
sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-
sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

7. Pemilihan pasangan
Ketika ditanya apa yang mereka cari dalam diri partner jangka panjang, orang biasaya
tidak mengutamakan penampilan fisik dan biasanya akan lebih mempertimbangkan kualitas
personal yang sesuai. Kita menginginkan pasangan yang hangat, baik, dan dapat dipercaya.
Kita mengutamakan responsivitas dan selera humor yang baik. Seperti yang dijelaskan di
dalam suatu hadis

‫َح َّد َثَنا ُمَس َّدٌد َح َّد َثَنا َيْح َيى َع ْن ُع َبْيِد ِهَّللا َقاَل َح َّد َثِني َسِع يُد ْبُن َاِبي َسِع يٍد َع ْن َاِبيِه َع ْن َاِبي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن‬
‫الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ُتْنَك ُح اْلَم ْر َاُة َاِلْر َبٍع ِلَم اِلَها َو ِلَحَس ِبَها َو َج َم اِلَها َو ِلِد يِنَها َفاْظَفْر ِبَذ اِت الِّديِن َتِرَبْت َيَداَك‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami
Yahya dari Ubaidullah ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu
Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal,
karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena
agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.
( Shahih Bukhari;no.4700)

8. Apakah internet membangun koneksi sosial atau meningkatkan isolasi sosial


Dalam sebuah survei, 94 persen pengguna internet mengatakan bahwa Internet
memudahkan mereka untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman.12 Sebagai akibatnya,
individu mungkin merasa bahwa mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting
dari diri mereka saat berinteraksi melalui internet. Katelyn dan rekannya (2002)
memperkirakan bahwa orang mungkin menjalin hubungan awal dengan cepat secara online
ketimbang melalui tatap muka.

7. Hubungan Personal
Ini bisa berupa hubungan dengan orang tua, kawan baik, guru, pasangan, rekan kerja, atau
bahkan semua hubungan yang memiliki tiga karakteristik dasar. Pertama,melibatkan interaksi
yang terus berlanjut,hubungan yang erat itu mencakup banyak jenis aktivitas atau peristiwa
yang berbeda-beda. Misalnya, dalam persahabatan,hubungan yang erat dengan orang lain,
allah SWT berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 10:

‫ِإَّنَم اٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِإْخ َو ٌة َفَأْص ِلُحو۟ا َبْيَن َأَخ َو ْيُك ْم ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َلَع َّلُك ْم ُتْر َحُم وَن‬

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.

1. Pengungkapan diri
Self-disclosure adalah tipe khusus dari percakapan dimana kita berbagi informasi
dan perasaan pribadi dengan orang lain.Berbicara kepada teman tentang problem akan
membantu kita dalam menyelesaikan masalah yang sedang kita jalani.
2. Intimasi
Seperti halnya cinta, "intimasi" adalah salah satu istilah umum yang sulit
didefinisikan dengan tepat. Intimasi tercipta ketika kita memandang orang lain sebagai
responsif.
3. Keseimbangan kekuasaan
Kekuasaan sosial berarti kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku,
pikiran, atau perasaan orang lain.
4. Konflik
Proses yang terjadi ketika tindakan satu orang mengganggu tindakan orang lain.
Problem konflik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum:
 Perilaku spesifik
Perilaku spesifik dari pasangan. seorang istri mungkin kesal karena suaminya
lupa membelikan bedak titipannya.seorang istri mungkin kesal karena suaminya.
 Norma dan peran
Hak dan tanggung jawab partner dalam suatu hubungan.muncul akibat adanya
janji yang tak ditepati, kurangnya perhatian, atau diabaikannya tugas yang telah
disepakati.
 Disposisi personal
Berfokus pada motif dan personalitas seseorang. kesal karena pasangannya
tampak malas, tidak disiplin, atau tidak peduli pada hubungan mereka.
5. Komitmen
Dalam hubungan, mengajarkan kita untuk saling mendukung dan memahami
pasangan kita dalam suka maupun duka, serta untuk memohon ampunan dan rahmat
Allah dalam menjalani perjalanan bersama. Tiga faktor utama yang mempengaruhi
komitmen pada suatu hubungan yaitu, pertama komitmen dipengaruhi oleh kekuatan
daya tank pada partner atau hubungan tertentu, kedua komitmen dipengaruhi oleh
nilai dan prinsip moral kita perasaan bahwa kita seharusnya tetap berada dalam suatu
hubungan, dan ketiga komitmen didasarkan pada kekuatan negatif atau penghalang
yang menyebabkan seseorang akan rugi besar jika meninggalkan hubungan.

Materi kelompok 4

PERILAKU DALAM KELOMPOK, GENDER, DAN PERILAKU

MENOLONG

A. Perilaku dalam kelompok


1. Prilaku Ditengah-Tengah Orang Lain
Menurut Sopiah untuk dapat memahami perilaku individu dengan baik,
terlebih dahulu kita harus memahami karakteristik yang melekat pada indvidu.
Adapun karakteristik yang dimaksud adalah ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi
dan sikap. Kast dan James, mengemukakan perilaku adalah cara bertindak, ia
menunjukkan tingkah laku seseorang. Pola perilaku adalah mode tingkah laku yang
dipakai seseorang dalam melaksanakan kgiatankegiatannya. Dikatakan bahwa proses
perilaku serupa untuk semua individu, walaupun pola perilakunya mungkin berbeda.
Ada 3 asumsi yang saling berkaitan mengenai perilaku manusia, yakni: 1) perilaku itu
disebabkan (caused), 2) perilaku itu digerakkan (motivated), 3) perilaku itu ditunjukan
pada sasaran.

2. Ciri Dasar Kelompok


a. Para anggota kelompok trsebut sangat tertarik pada kelompok, dan mereka bersikap
loyal terhadap anggotaanggotanya dan termasuk didalamnya pihak pimpinan
kelompok.
b. Para anggota dan pemimpin kelompok tersebut memiliki kepercayaan dan
keyakinan tinggi pada diri mereka masingmasing.
c. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok merupakan suatau integrasi da ekspresi dari
nilai-nilai relevan dan kebutuhankebutuhan anggotanya.
d. Seluruh aktivitas interaksi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan kelompok
tersebut berlangsung dalam suasana saling bantu membantu. Saran-saran, komentar,
ide-ide, informasi kritik semuanya disajikan dengan tujuan saling membantu
kelompok.
3 Kinerja Kelompok.
Kelompok merupakan dua orang (atau lebih) yang berinteraksi secara bebas
dengan norma dan tujuan bersama dan identitas bersama. Kerja kelompok ini
dikatakan berhasil apabila mereka bisa mengesampingkan sikap kompetisi dan
berkonsentrasi pada perbedaan pandangan dan keahlian untuk mengatasi
hambatanhambatan atau tantangan dengan cepat. Dapat disimpulkan, bahwa
teamwork atau kerja kelompok ialah dua orang atau lebih yang berkumpul
membentuk kelompok sesuai dengan kemampuan, talenta, pengalaman dan latar
belakang yang berbeda yang berkumpul bersama-sama untuk mencapai satu tujuan
dalam satu kegiatan atau lebih.

4. pengertian keputusan kelompok

Pengambilan keputusan sering dijelaskan sebagai tindakan memilih diantara


beberapa kemungkinan, tetapi ungkapan itu terasa sangat disederhanakan secara
berlebihan, pengambilan keputusan adalah suatu proses lebih pelik dari sekedar
memilih diantara beberapa kemungkinan. Banyak perdebatan muncul saat
menentukan efektivitas pengambilan keputusan secara individu atau kelompok,
keputusan tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh kelompok,
sementara hal lain lebih cocok jika dibuat oleh individu, keputusan tidak terprogram
lebih cocok jika dibuat oleh kelompok curahan bakat biasanya dibuat oleh manajer
puncak karena begitu pentingnya keputusan ini.

Hal-hal berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat


keputusan tak terprogram yaitu, a. Penetapan tujuan. b. Identifikasi alternatif c.
Evaluasi alternatif d. Memilih alternatif e. Implementasi keputusan f. Suasana yang
memungkinkan berkembang kreatiftas mesti dibina karena kelompok lebih cocok
dibanding individu untuk keputusan tidak terprogram.

Pengambilan keputusan kelompok lebih disukai dibandingkan individu


kebutuhan dan keuntungan pengambilan keputusan kelompok telah diketahui tetapi
sejumlah masalah dapat muncul.

5. Interaksi kelompok: kompetisi vs kerja sama.

Teori kerjasama dan kompetisi menyatakan bahwa dalam situasi kerjasama


tindakan karyawan satu dengan karyawan lainnya akan saling menunjang untuk
mencapai tujuan bersama ,dan sebaliknya dalam situasi persaingan, karyawan satu
dengan karyawan lain akan saling bersaing dalam mencapai tujuan, pada kondisi
model penugasan kerjasama individu satu dengan individu lain akan bekerja secara
bersama saling menunjukkan satu sama lain untuk mencapai tujuan berbeda dengan
kondisi penugasan persaingan di mana individu satu dengan individu lain akan
bersaing untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

6. Kepemimpinan

Menurut Kadarusman kepemimpinan leadership dibagi tiga yaitu: (1) Seld


leadership, (2) Team leadership dan (3) Organizational Leadership. Self Leadership
yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai gagal menjalani
hidup. Kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang lain,
kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi aktivitas kelompok,
kepemimpinan merupakan kemampuan memperoleh kesepakatan pada tujuan
bersama, kepemimpinan adalah suatu upaya untuk mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan, pada prinsip kepemimpinan leadership berkenaan dengan seseorang
mempengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan berarti bahwa
setiap orang yang mempengaruhi orang lain untuk suatu tujuan disebut pemimpin.
B. Gender

1. Stereotip Gender

Gender dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana individu yang lahir secara
biologis sebagai laki-laki dan perempuan yang kemudian memperoleh pencirian sosial
sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut maskulinitas dan feminitas
yang sering didukung oleh nilai- nilai atau sistem dan simbol di masyarakat yang
bersangkutan. Istilah gender seringkali tumpang tindih dengan seks (jenis kelamin),
padahal dua kata tersebut memiliki makna yang berbeda.

Menurut LeDoux pendekatan biologis menjelaskan perbedaan dalam otak


perempuan dan laki-laki. Satu pendekatan berfokus pada perbedaan antara perempuan
dan laki-laki di dalam corpus collosum, sekumpulan sel saraf yang menggabungkan
dua belahan otak. Corpus collosum pada perempuan lebih besar daripada pada laki-
laki dan ini menjelaskan mengapa perempuan lebih sadar dibandingkan dengan laki-
laki tentang emosi mereka sendiri dan emosi orang lain. Ini terjadi karena otak kanan
mampu meneruskan lebih banyak informasi tentang emosi ke otak kiri. Bagian otak
yang terlibat dalam pengungkapan emosional menunjukkan lebih banyak aktivitas
metabolis pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Selain itu, bagian lobus
parietal (salah satu cuping otak di bagian ujung kepala) yang berfungsi dalam
keterampilan visual dan ruang pada laki-laki, lebih besar daripada Perempuan.

Begitu pula seseorang yang mengatakan bahwa pria tidak bisa menjadi guru
anak-anak yang kompeten. Kontroversi Gender mengungkapkan beberapa perbedaan
substansial dalam kemampuan fisik, keterampilan membaca dan menulis, agresi, dan
pengaturan diri, hanya ada sedikit perbedaan dalam kemampuan matematika, dan
ilmu pengetahuan.

perempuan dalam ilmu pengetahuan. Ilmu eksakta yang mementingkan rasionalitas


dijauhkan dari perempuan. Perempuan dipaksa untuk lebih tertarik pada ilmu sosial
dan urusan domestik. Semua ini tidak terlepas dari konstruksi kerja berdasarkan jenis
kelamin (sexbased division of labor). Di bidang reproduksi, ketidakberdayaan itu
terlihat dari hubungan yang tidak berimbang antara laki- laki dan perempuan dalam
hal seksual dan reproduksi, seperti tercermin dalam kasus pemaksaan hubungan
kelamin, pemerkosaan, istri/perempuan yang berisiko tinggi terkena HIVAIDS, dan
penyakit-penyakit lain yang ditularkan melalui hubungan seksual sebagai akibat dari
kehamilan yang tidak diinginkan, bahkan bermacam-macam cara berkeluarga
berencana hampir seluruhnya ditujukan untuk perempuan.

Stereotype adalah pemberian sifat tertentu terhadap sesorang berdasarkan


kategori yang bersifat subjektif hanya karena dia berasal dari kelompok lain.
Stereotype didasarkan pada penafsiran yang kita hasilkan atas dasar cara pandang dan
latar belakang budaya.

2. Gender Dan Diri

` Secara etimologis kata ‘gender’ berasal dari bahasa Inggris yang berarti 'jenis
kelamin'. Kata ‘gender’ bisa diartikan sebagai ‘perbedaan yang tampak antara laki-
laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku. Secara terminologis, ‘gender’ bisa
didefinisikan sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki- laki dan perempuan..

Martin, Ruble, & Szkrybalo menyatakan bahwa menurut teori kognitif sosial,
gender berkembang melalui mekanisme yang terdiri atas observasi, imitasi,
penghargaan, dan hukuman. Menurut pandangan kognitif interaksi antara anak dan
lingkungan sosial merupakan kunci utama untuk perkembangan gender. Menurut
Santrock beberapa pengkritik berpendapat bahwa penjelasan ini kurang
memperhatikan pikiran dan pemahaman anak, serta menggambarkan bahwa anak
menerima peran gender secara pasif, serta gender dan seks memiliki perbedaan dari
segi dimensi.

Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud ntuk
menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan dan
bentukan budaya. Gender adalah perbedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab antara
laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah
sesuai dengan perkembangan jaman.

Sedangkan James membedakan diri menjadi dua komponen yaitu “aku objek”
(me) dan “aku subjek” (I). “Aku objek” adalah keseluruhan diri seseorang yang dapat
disebut miliknya, termasuk didalamnya kemampuan, karakteristik sosial dan
kepribadian, serta kepemilikan materi. “Aku subjek” adalah diri sebagai yang
mengetahui. “Me” dan “I” adalah diri global yang berlangsung bersamaan. Mereka
merupakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu kesatuan yang sama; pembedaan
antara pengalaman yang murni (I) dan isi pengalaman (Me); antara pengenal dan yang
dikenal.

3. Perspektif teoritis tentang gender

secara khusus tidak ada teori yang membicarakan masalah gender. teori yang
di gunakan dalam permasalahan gender ini diambil dari ahli dalam bidang sosial
kemasyarakatan dan kejiwaan. seperti teori sosiologi dan psikologi berikut:

a. teori struktural fungsional

teori ini berasumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling
mempengaruhi, yang menciptakan keragaman dalam kehidupan sosial.

b. teori sosial konflik

bahwa perbedaan dan ketimpangan gender antar laki laki dan perempuan tidak
disebabkan oleh biologis, tapi merupakan bagian dari penindasan kelas yang berkuasa

c.teori feminisme liberal

berasumsi bahwa tidak ada perbedaan antara laki laki dan perempuan.

4. Membandingkan perilaku sosial perempuan dan pria.

` Perbedaan pemikiran mengenai pandangan terhadap laki-laki dan perempuan dalam


masyarakat dilihat bahwa perempuan di judge lebih emosional dibandingkan dengan
laki-laki dan banyak hal lain yang membedakan antara laki-laki dan perempuan di
masyarakat.

5. Peran wanita dan pria yang terus berubah

Peran gender dapat berubah-ubah dalam waktu kondisi dan tempat berbeda
sehingga peran laki-laki dan perempuan mungkin dapat dipertukarkan. Jika peran
gender dianggap sebagai suatu yang bisa berubah dan bisa disesuaikan dengan kondisi
yang dialami seseorang maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menganggap aneh
jika seorang suami yang pekerjaan sehari-harinya memasak dan mengasuh anak-
anaknya.
C. PerilakuMenolong

1. Mendifiniskan Altruisme Dan Perilaku Prososial

Secara khusus, altruism adalah tingkah laku prososial yang dimotivasi oleh keinginan
membantu orang lain karena perhatian murni terhadap kebutuhan mereka. Perilaku altruistic
berasal dari tiga perspektif teoritis yaitu:

a. Dasarhistoris, yaitu pandangan para sosio biolog bahwa predisposisi untuk menolong
merupakan bagian dari warisan genetik.
b. Tindakan menolong dipengaruhi oleh prinsip dasar penguatan dan peniruan.
c. Pengambilan keputusan, memfokuskandiripada proses yang mempengaruhi penilaian
kita tentang kapan dibutuhkan pertolongan. Pandangan ini juga menekankan
pertimbangan untung rugi keputusan untuk memberikan pertolongan.

2. Prespektif Teoritis Tentang Tolong Menolong

Perilaku menolong merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan
tujuan untuk memberikan keuntungan dan meningkatkan kualitas hidup kepada orang lain
yang diberikan secara pamrih atau tidak pamrih.

Islam mengajarkan kepada orang-orang mukmin agar saling tolong menolong sebagai etiket
hidup.Hal tersebut telah diamanatkan Allah dalam QS. At-Taubah: 71, Allah SWT berfirman:

Yang Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelakidanperempuan, sebahagianmereka


(adalah) menjadipenolongbagisebahagian yang lain. merekamenyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegahdari yang munkar, mendirikanshalat, menunaikan zakat danmerekataatpada
Allah danRasul-Nya. merekaituakandiberirahmatoleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagiMahaBijaksana.

3. Sipenolong: Siapa Yang Mungkinm Menolong

Clarke mendefinisikan perilaku menolong sebagai sebuah bagian dari perilaku prososial yang
dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan untuk memberikan keuntungan pada satu
atau banyak orang.
4. Intervensi Orang Sekitar:Membantu Orang Asing dalam membutuhkan

Studi empiris menunjukkan bahwa manusia sering bekerjasama dalam permainan


dilemma tahanan tanpa nama (atau memberikan uang dalam permainan diktator)
Telah dikemukakan bahwa membantu tanpa adanya imbalan yang jelas muncul dari
mekanisme psikologi sterdekat yang menjadikan membantu orang lain secara subyektif
bermanfaat bagi pelakunya.

5. Merawat: MembantuKeluarga Dan Teman

Perilaku prososial merupakan perilaku sukarela untuk membantu individu atau kelompok
lain untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Pembentukan perilaku prososial juga
dipengaruhi oleh factor lingkungannya, terutama orang-orang di sekitar remaja.

6. Mencari Dan MenerimaPertolongan

Allah Subḥānahu waTa'ala mengajak untu ksaling tolong menolong dalam kebaikan
dengan beriringan ketakwaan kepadaNya. Sebab, dalam katakwaan terkandung ridha
Allah.Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai. Jadi, seorang Mukmin
setelah mengerjakan suatu amal shalih,berkewajiban membantu orang lain dengan ucapan
atau tindakan yang memacu semangat orang lain untuk beramal.

Materi kelompok 5
A. Psikologi Sosial dan Kesehatan
1. Prilaku Sehat
Dari segi biologis, perilaku merupakan aktivitas organisme yang mempunyai
bentangan yang luas. Menurut Soekidjo yang dimaksud perilaku adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati langsung. Menurut Solita Sarwono perilaku manusia
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dengan demikian, perilaku adalah respons/reaksi seorang individu terhadap
sitimulus yang berasal atau dari dalam dirinya. Para ahli mengatakan bahwa
perilaku sama dengan tindakan atau aktivitas yang dilakukan individu akibat
adanya stimulus atau rangsangan dari luar, sedangkan menurut M. Ichsan yang
dikutip oleh Samsu perilaku adalah suatu proses keadaan mental yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.

Perilaku hidup sehat di dalamnya terdapat lima faktor yaitu perilaku terhadap
makanan dan minuman, perilaku terhadap kebersihan diri, perilaku terhadap
kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit dan penyakit serta perilaku hidup
yang teratur. Hasil kategorisasi data pada masing-masing faktor perilaku hidup
sehat meliputi perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap
kebersihan diri, perilaku terhadap kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit
dan penyakit serta perilaku hidup teratur adalah sebagai berikut. a. Perilaku
terhadap Makanan dan Minuman b. Perilaku terhadap Kebersihan Diri c. Perilaku
terhadap Kebersihan Lingkungan d. Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit e.
Perilaku Hidup yang TeraturStres dan Penyakit

2. Coping Kejadian yang Membuat Stres


Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya
tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan
atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari luar.
Rasmun menyatakan 2 Suryanto. 4 stres merupakan respon tubuh yang tidak
spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena
universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari.

Stres memberi dampak secara keseluruhan pada diri individu baik yang
berhubungan dengan fisik, psikologis, intelektual, sosial maupun spiritual anyak
hal yang bisa dilakukan atau digunakan individu untuk mengurangi stres atau
ketegangan psikologik dalam menghadapi problema kehidupan yaitu melalui
coping stres. coping stres sebagai sejumlah usaha untuk menanggulangi,
mengatasi atau berurusan dengan cara yang sebaik-baiknya menurut kemampuan
individu dalam mengatasi stres yang berasal dari berbagai macam problema
psikologis. Ada dua macam coping yaitu:
a. Coping Psikologis yaitu reaksi persepsi atau penerimaan individu terhadap
stresor artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan individu serta
keefektifan strategi coping yang digunakan.
b. Coping psikososial yaitu reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stres
yang diterima atau dihadapi oleh individu.

3. Gejala, Penyakit, dan Perawatan

Menurut KBBI gejala adalah perihal (keadaan, peristiwa, dan sebagainya)


yang tidak biasa dan patut diperhatikan (ada kalanya menandakan akan terjadi
sesuatu). Gejala atau simtom dalam hal penyakit ialah pengindikasian keberadaan
sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan, berbentuk tanda-
tanda atau ciri-ciri penyakit dan dapat dirasakan, seperti misalnya perasaan mual
atau pusing.

Penyakit umum / penyakit adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh


virus, bakteri, atau kelainan jaringan pada organ tubuh manusia. Penyakit yang
sering dialami pada masyarakat merupakan salah satu jenis penyakit umum.

4. Psikologi Sosial Tentang Penyakit Kronis


Istilah kronis digunakan untuk menjelaskan suatu penyakit yang bisa diderita
dalam kurun waktu yang lama atau berkembang secara perlahan-lahan. Selain dari
lamanya penyakit diderita, penyakit kronis terbilang lebih kompleks, dan
menyebabkan adanya penurunan kondisi kesehatan seseorang secara bertahap.

B. Psikologi Sosial dan Hukum


1. Psikologi Sosial dan Hukum

Psikologi adalah ilmu yang melakukan deskripsi, eksplanasi, kontrol,


peramalan, pemecahan masalah, dan pemberdayaan terhadap fenomena perilaku
dan proses mental. Definisi keilmuan psikologi semacam ini yang mengarah pada
tujuan pemecahan masalah adalah sesuai dengan pandangan filsuf pendidikan
aliran Progresivisme dan ahli psikologi aliran fungsionalisme Amerika Serikat,
John Dewey, yang menyatakan bahwa produk keilmuan yang dianggap baik,
seperti teori, adalah yang mampu diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
yang dialami oleh manusia.

2. Identifikasi Saksi Mata dan Kesaksian

Saksi adalah manusia biasa, maka banyak hal yang mempengaruhi kesesuaian
antara kesaksian yang diberikan dan fakta yang sebenarnya terjadi.
Ketidaksesuaian ini bersumber pada tiga hal, yakni (a) keterbatasan kemampuan
otak si saksi dalam mengolah, merekam, dan mengingat informasi, (b) bias yang
terjadi dalam persepsi hakim di dalam menilai kebenaran kesaksian, dan (c) cara
penggalian informasi di ruang pengadilan.

Dalam beberapa penelitian ternyata banyak faktor non-hukum yang terlibat di


dalam menilai keabsahan suatu kesaksian. Faktor tersebut adalah jenis kelamin,
suku bangsa, status sosial ekonomi, ketampanan dan perilaku di ruang pengadilan,
dan usia si saksi.

3. Pembelaan Kriminal
Peraturan pengha pusan pidana menetapkan berbagai keadaaan di mana pelaku
yang seharusnya dapat dihukum dengan pasal pidana dapat terbebas dari jeratan
hukum tersebut. Dalam ilmu hukum pidana, terdapat beberapa alasan penghapus
pidana,antara lain:
a. Alasan Pembenar, yaitu alasan yang menghapus sifat melawan hukum dari
suatu tindak pidana. Dalam alasan pembenar ini dilihat dari sisi perbuatannya
(objektif). Misalnya, eksekutor hukuman mati
b. Alasan Pemaaf, yaitu alasan yang menghapus kesalahan dari pelaku tindak
pidana walaupun perbuatannya tetap dianggap melawan hukum. Alasan
pemaaf ini dilihat dari sisi pelakunya (subjektif). Misalnya, orang gila yang
melakukan pengrusakan terhadap fasilitas umum.
c. Alasan Penghapus Penuntutan, yaitu alasan yang digunakan untuk
meniadakan penuntutan dilihat dari kemanfaatan dan kepentingannya untuk
masyara kat. Misalnya, kepala suku yang sangat dihormati dan vital perannya
bagi sukunya dapat dihapuskan tuntutan jika mela kukan suatutindak pidana.
d.
4. Pemilihan Juri dan Pengambilan Keputusan
Juri adalah orang awam di bidang hukum yang diharapkan untuk mendengar
bukti, dan kemudian mengevaluasi kredibilitas dan keandalannya, untuk mencapai
keputusan dengan cara yang adil dan tidak memihak. Model dominan
pengambilan keputusan manusia dalam ilmu-ilmu sosial: teori pilihan rasional.

5. Kontribusi Psikolog Sosial pada Sistem Hukum


Sejauh ini, terdapat empat (kemungkinan) bentuk kontribusi psikologi dalam
praktek beracara di persidangan sebagai berikut:
a. Sebagai saksi ahli, dimana psikolog (atau orang yang memiliki keahlian dalam
bidang psikologi) memberikan keterangan ahli di depan persidangan sebagaimana
dimintakan oleh hakim, jaksa atau pengacara.
b. Sebagai pemberi nasehat ahli diluar persidangan untuk halhal yang terkait dengan
persidangan pada umumnya. Nasehat berupa opini atau hasil penelitian tersebut
dapat diberikan kepada majelis hakim atau badan peradilan pada umumnya
(misalnya Mahkamah Agung).
c. Sebagai hakim ad-hoc, yakni para psikolog profesional yang karena keahliannya
diminta bertugas sebagai hakim 14 anggota dalam majelis hakim yang
menyidangkan kasus tertentu
d. Sebagai pendidik para calon hakim atau pemberi penyegaran pada hakim senior,
yang difokuskan menjadi sebuah awareness course

Anda mungkin juga menyukai