Anda di halaman 1dari 5

Nama: Octa candika

NIM : E031221055
SOCIOLOGY

Summary
Pengantar psikologi sosial

Bab pertama sinopsis buku ini dibuka dengan sejumlah definisi.


Psikologi, yang termasuk psikologi sosial menurut Allport, adalah bidang ilmu yang berusaha
memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku orang dipengaruhi
oleh kehadiran orang lain, baik yang nyata atau yang dibayangkan atau karena harapan
masyarakat. Sementara itu, psikologi sosial adalah ilmu pembelajaran yang meneliti
bagaimana kehidupan masyarakat dan struktur sosial berinteraksi dengan biografi mereka dan
masyarakat umum, menurut Lindsminth, Strauss, dan Denzim (1991).
Sementara psikologi sosial yang dikembangkan oleh para ilmuwan dengan latar belakang
sosiologi melihat perilaku sosial sebagai hasil dari faktor sosial sosiologis, psikologi sosial
yang dikembangkan oleh para ilmuwan dengan latar belakang psikologi cenderung melihat
psikologi sosial sebagai hasil dari faktor psikologis sosial individu.
1. Sejarah Singkat Psikologi Sosial
Namun, masih penting untuk mempelajari evolusi sejarah psikologi sosial.
Pertumbuhan psikologi sosial terkait erat dengan perkembangan sejarah dalam budaya,
politik, sains, dan peristiwa. Sangat menarik apa yang terjadi pada saat itu. Psikolog sosial
awal, seperti Aristoteles, berpandangan bahwa interaksi sosial adalah bagian dari apa yang
membuat manusia menjadi manusia.
Psikologi sosial mulai diakui sebagai bidang ilmiah yang terpisah pada tahun 1908. Masalah
ini terkait erat dengan rilis dua buku, masing-masing diterbitkan oleh Edward Ros atau
Mcdaugall, pada tahun 1940-an-1960-an, saat ide untuk diagnosis dan pengobatan kognitif ,
perbandingan sosial, kepatuhan, dan masalah lainnya berkembang. Pada tahun 1970-an, kritik
terhadap psikologi sosial mulai mengemuka. Sejumlah tokoh mempertanyakan dominasi
penelitian eksperimental dan memperdebatkan kedudukan psikologi sosial sebagai suatu
disiplin ilmu. Dan revolusi kognitif yang terjadi antara tahun 1976 dan 1990. Teori-teori yang
didasarkan pada beberapa perspektif kognitif muncul dalam berbagai topik. Pada sekitar
waktu inilah upaya untuk menggabungkan kognisi sosial dan kehidupan sosial mulai muncul.
2. Tokoh Psikologi Sosial
A. Triplet Norman
B. Gabriel Tarde (1843-1904)
C. Gustave le Bon (1841-1931)
D. William mcdougall (1871-
1938)
e. Floyd h. Allport (1890-1978)
F. Kurt Lewin (1890-1947)
G. Leon Festinger (1919-1989)
H. Henri Tajfel (1919-1982)

3. Perspektif dalam psikologi sosial


Sejumlah perspektif telah muncul dalam psikologi sosial yang menjelaskan perilaku sosial.
Sampai sekarang, mereka paling sering dirujuk:
A. Sudut pandang evolusi, sudut pandang
Ini adalah teori bahwa perilaku sosial adalah hasil dari insting dan unsur-unsur yang direduksi
secara genetis.
B. Sudut pandang pembelajaran sosial lebih menekankan pada pengalaman spesifik daripada
aspek evolusi yang universal dan suram.
C. Pendekatan sosiokultural berpendapat bahwa perilaku sosial berbeda tergantung pada latar
belakang budaya, struktur sosial, dan norma.
D. Perspektif sosiokognitif, yang menekankan pentingnya hubungan antara perilaku dan
proses kognitif.
E. Perspektif Psikologi Islam
Psikologi menghadapi kritik sebagai ilmu. Dengan kedatangan Kant dan pengenalan teori
pascakolonial, ada kritik (teo 2005). Tentu saja, kritik terhadap psikologi sosial sebagai
subbidang psikologi tidak luput dari perhatian.
Psikologi transpersonal, sufi, atau Islam lahir sebagai hasil peran spiritualitas dalam
menjelaskan dan memahami perilaku manusia secara mendalam. Spero (1992) menjelaskan
pentingnya mengetahui psikologi dalam menjelaskan evolusi psikologi manusia dengan
menekankan pentingnya interaksi dengan Tuhan sebagai realitas psikologis fundamental.
Potensi manusia juga telah dikompromikan.
Manusia sempurna dapat mencapai tingkat yang bahkan lebih rendah dari hewan:
A.4-5 dalam QS At-Tiin
B. QS Al-Araaf (Tujuh)
C. QS Al-furqon (Dua Puluh Lima)
Mempelajari realitas fisik saja tidak cukup untuk memahami jiwa (v karunia). Allah SWT
berfirman bahwa kita dapat memahami Alquran (ayat quniyah). Kita harus mempelajari
dengan seksama nas Kauniah dan Qauliyah agar mendapatkan pemahaman yang menyeluruh
tentang hukum perilaku manuisa. Mempelajari ayat-ayat rahmat akan menghasilkan
pengetahuan empiris, sedangkan mempelajari ayat-ayat qauliyah akan menghasilkan
pengetahuan wahyu.

B. PERSEPSI DIRI, PENGERTIAN DIRI SENDIRI


Memahami rangsangan adalah proses persepsi.
Persepsi adalah proses yang selalu membutuhkan objek. Ada banyak cara yang berbeda untuk
memahami objek, tetapi salah satunya adalah diri. Persepsi diri bukanlah hal yang soliter,
melainkan objek multifaset dengan banyak fitur berbeda. Empat kategori besar dapat
digunakan untuk mengelompokkan bagian-bagian diri: fisik, psikologis, sosio-kultural, dan
spiritual. Seseorang yang terhubung dengan diri mereka sendiri dengan cara yang lebih dalam
dari apa pun menarik bagi kami. Selain itu, kami sangat memperhatikan informasi yang
berkaitan dengan kami.
Dunning (2005) menegaskan bahwa sangat sulit untuk memahami diri sendiri dengan benar
seperti yang diharapkan.
Beberapa temuan penelitian yang diungkapkannya menunjukkan bahwa mengetahui diri
sendiri tidak selalu lebih akurat daripada memahami orang lain. Allah SWT memperingatkan
manusia untuk tidak mempermalukan satu sama lain karena lebih baik membuat seseorang
merasa rendah diri daripada membuat seseorang merasa terhina.

2. Teknik yang digunakan untuk mempersepsi


Brehn dan Kassin (1996) menyebutkan empat metode untuk mengetahui diri sendiri:
introspeksi, penguatan perilaku diri sendiri (melihat perilaku sendiri), pengaruh orang lain
(pengaruh orang lain), dan memori otobiografi (autobiographical memory).
Ada beberapa sumber pemahaman diri, menurut Brehn dan Kassin (1995) dan Taylor, Peplau,
dan Sears (1997) yang disajikan.
*Pemeriksaan diri. Menjadi introspektif adalah memeriksa pikiran, perasaan, atau tindakan
diri sendiri.
*Pengamatan perilaku pribadi. Mengamati perilaku sendiri berada di urutan kedua.
*Pendapat orang lain. Ironisnya, bagaimana kebanyakan dari kita akhirnya menjadi misteri
bagi diri kita sendiri.
Perbandingan sosial
Analisis tanggapan orang lain. Horton, Charles
Interaksionis terkenal Cooley (1902) menegaskan bahwa individu berfungsi sebagai cermin
melalui mana kita dapat melihat diri kita sendiri (look glass self). Sosialisasi, Persepsi kita
tentang diri kita sebagian dibentuk oleh cara kita berinteraksi dengan orang lain dan dengan
masyarakat.
Persepsi diri dan penilaian sosial
Kebanyakan psikolog setuju bahwa pandangan seseorang tentang diri sendiri dan orang lain
saling berhubungan. Ternyata persepsi kita tentang diri sendiri berdampak besar pada cara
kita menilai individu lain. Persepsi diri berdampak pada persepsi sosial dalam tiga cara:
sebagai sumber data, sebagai tolok ukur penilaian, dan sebagai tolok ukur moralitas. Empat
aspek menarik telah menarik perhatian para sarjana:
A. Menggunakan diri sendiri sebagai standar untuk menilai orang lain
B. Menggunakan diri sendiri sebagai standar untuk menilai orang lain
C. Mempersepsikan diri sendiri sebagai sumber informasi saat memahami orang lain
D. Memandang diri sendiri sebagai sumber informasi saat memahami orang lain
E. Diri sebagai kompas moral

Kelemahan intrinsik dalam perspektif sendiri Bias persepsi diri


Konservatisme kognitif adalah kecenderungan untuk menolak mengubah pengetahuan Anda
sendiri dan kebenaran yang dirasakan sendiri.
Efek Barnum: kecenderungan untuk melebih-lebihkan ciri-ciri kepribadian tertentu untuk
mendukung klaimnya sendiri.
Bias kesukaan adalah kecenderungan untuk menghargai informasi yang baik tentang diri
sendiri sebagai informasi yang lebih dapat diandalkan daripada informasi yang tidak
menguntungkan.
Self-fulfilling prophecy: kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan harapan yang pasti.
Efek negatif: kecenderungan untuk memberi bobot lebih pada karakteristik yang negatif
daripada yang positif.

Citra diri
Menurut Brabden (1983), konsep diri seseorang terdiri dari ide, keyakinan, dan persepsi
mereka tentang sifat, kualitas, kapasitas, batasan, kewajiban, dan aset mereka sendiri.
Kejelasan konsep diri, atau sejauh mana konsep diri seseorang konsisten secara internal,
solid, dan dipegang dengan percaya diri, merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi
transformasi konsep diri.
Harga diri
Harga diri dikutip oleh Brandon sebagai hal yang penting.
Memahami tindakan seseorang sangatlah penting. Topik ilmiah dan sosial tertua adalah harga
diri. Harga diri awalnya dibahas oleh psikolog Amerika William James pada tahun 1890-an.
Harga diri masih menjadi topik pembicaraan yang menarik dan diakui sebagai yang paling
banyak dipelajari di abad ini.

7. Peraturan diri
Pengaturan diri adalah suatu upaya untuk menangani pikiran perasaan, dan perilaku dalam
rangka mencapai suatu tujuan. Dalam mencapai tujuan, kemampuan meregulasi diri
merupakan suatu yang sangat vital. Maalah personal maupun sosial, bisa muncul karena
kekurang mampu didalaman melakukan regulasi diri. Agama mendorong pemeluknya untuk
memiliki tujuan dan nilai-nilai yang lebih spesifik, dan memberikan muatan lebih terhadap
tujuan-tujuan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai