Anda di halaman 1dari 4

SELF

A. Pengertian Self

Self sudah lama menjadi topik pembahasan dikalangan para filsuf. Plato dan Aristoteles
adalah dua orang yang pertama kali melakukan pembahasan intelektual mengenai self.
Kemudian seiring berjalannya waktu bahasan self ini dibahas dari konteks religiusitas dan
teologi. Sehingga lahirlah pesan-pesan agamais dari pandangan religiusitas dan lahirlah para
filsuf-filsuf baru dari turunan teologi.

Dalam aspek psikologi pertama kali dibahas oleh William James pada tahun 1890. James
memeberikan konsep dasar untuk memahami self dan menekankan penyingnya melakukan
penelitian berkaitan dengan self guna untuk memahami manusia. Kemudian pengertian self itu
sendiri lumayan banyak dikemukakan oleh para ahli. Diantaranya menurut Leary,McDonald dan
Tangney, mereka mengatakan bahwa minimal lima cara yang ditempuh untuk para pakar bidang
sosial dan perilaku dalam memahami self, yaitu

1.Self dipandang sebagai total person ( keseluruhan individu )

Self itu identik dengan orang. Akan tetapi dibantah oleh olson bahwa bukan itu yang
dimaksud oleh psikologi. Bahwa dalam psikologi self itu bukanlah orang akan tetapi setiap orang
punya self.

2. Self dipandang sebagai kepribadian

Menurut Wuclund, Eckert dan Tesser bahwa self itu adalah keseluruhan atau bahwa self
itu sebagian dari kepribadian seseorang. Akan tetapi pendapat itu dikomentari oleh Leary
McDonald dan Tangnay bahwa statemen itu cukuplah membingungkan. Dan menurut Cattel dan
Lecky self itu ialah sesuatu yang mengorganisasikan dan menyatukan traist ( sifat ) dan kekuatan
dari kepribadian. Sehingga dari pendapat Cattel dan Lecky dapat disimpulkan bahwa self lebih
luas dari kepribadian.

3. Self dipandang sebagai subjek yang mengalami ( as experiencing subject )

Nah pada bagian ini pengertian self sejalan dengan pendapat William James- pembahas
self pertama kali dari aspek psikologi- yaitu self sebagai subjek ( self-as-knowner ) dan
selfsebagai objek ( self-as-knowmen ).

4. Self dipandang sebagai exsecutive agenst

Bahwa self itulah yang berperan sebagai pengambil keputusan dan doer yang meregulasi
prilaku seseorang.

5.Self sebagai kepercayaan terhadap diri sendiri


Self disisini dimaknai dengan persepsi, pikiran, dan perasaan terhadap diri senidiri.

Maka berdasarkan kepada lima cara diatas maka Leary,McDonald dan Tangney
mengambil kesimpulan untuk mendefenisikan self dengan kelengkapan psikologis yang
memungkinkan refleksi diri berpengaruh tehadap pengalaman kesadaran, yang mendasari semua
jenis persepsi, kepercayaan dan perasaan tentang diri senidiri,serta yang memungkinkan
seseorang untuk meregulasi prilakunya sendiri. Defenisi yang mereka ungkapkan ini
lebihmenitik berat pada tiga point terakhir.

B. Pandangan tasawuf terhadap self

Dalam pandangan tasawuf yang paling mendekati konsep self adalah qalb atau hati. Hati
merupakan substansi yang halus yang mampu merefleksi sesuatu.Hati merupakan tempatnya
ilmu dan punya kuasa untuk mengatur dan menguasai semua anggota tubuh ( Executive agenst ).
Dan hati juga pusatnya segala bentuk emosi, pengenalan, peraan dan akhlak ( belief about
oneself ). Menurut Said Hawa 1995 mengatakan bahwa hati adalah hakikat manusia. Hatilah
yang yang mengerti dan paham. Hati juga mendapat perintah, dicela,disangksi dan mendapat
tuntutan ( experiencing subject ).

Pendapat kedua mengatakan bahwa yang paling mendekati konsep self itu adalah nafs.
Menurut Ibnu Ishak nafs itu punya dua makna, yang pertama bermakna nyawa dan yang kedua
bermakna diri atau hakikat diri. Ada juga yang mengatakan nafs karena nafs itu punya kebesaran
yang mampu untuk menmpung dimensi lainnya seperti qalb,ar-ruh, al-aqlu, dan al-fitrah.

C. Persesi Diri ( Self Perception )

Persepsi itu dimaknai dengan proses pemaknaan terhadapa suatu stimulus. Menurut
Robbins persepsi itu adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap suatu
stimulus yang dilakukan oleh seorang individu agar dapat memahaminya dengan baik. Kemudian
didalam persepsi itu ada empat element yaitu pemersepsi (perceiver), objek persepsi, proses
pengorganisasian dan pemaknaan dan tujuan. Peceiver melakukan persepsi terhadap suatu objek
guna untuk mendapatkan makna atau mencari tujuan. Objek dari persepsi itu beragam, berupa
benda, pemikiran, perasaan baik perorangan maupun kelompok.

Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi diri adalah suatu proses pengorganisasian dan
pemaknaan yang dilakukan seorang individu terhadap diri sendiri agar dapat memahaminya
dengan baik. Antara defenisi persepsi dengan persepsi diri tidak jauh beda akan tetapi ada
bedanya yaitu kalau dipersepsi diriitu peceiver dan objek persepsi adalah orang yang sama.
Kelihatannya cukup mudah tapi pada kenyataannya tidak semudah itu Daning beragument
bahwa sangat mengejutkan didalam memahami diri secara akurat tidak semudah yang dipikirkan.

Seharusnya kalau secara pikiran kita bakal lebih mudah dalam memahami diri sendiri
daripada memahami orang lain, tetapi pada kenyataannya dan hasil penelitian dari daning yan g
menyimpulkan bhawapersepsi terhadap diri sendiri itu tidaklah lebih akurat daripada
mempersepsi orang lain. Jadi artinya bahwa mempersepsi diri sendiri itu tidaklah mudah. Diri
sebgai objek persepsi punya aspek-aspek seperti aspek fisik, aspek psikis (terdiri dari aspek
personal, sosial, dan spritual). Jadi mempersepsikan diri dari aspek fisik itu lebih mudah daripada
persepsi diri diaspek psikisnya. Ada beberapa karakteristik yang mesti dipahami didalam
mempersepsi supaya benar persepsi tersebut.

1.Persepsi diri bersifat selektif

Dari beragam stimulus yang ada pada diri kita, ternyata kita hanya terfokus pada bagian-
bagian tertentu saja. Sebagai contohnya seorang remaja yang sedang mengalami masa pubernya.
Dia terfokus pda jerawat yang ada pada wajahnya dan ia mengabaikan stimulus-stimulus lainnya.

2. Persepsi bersifat subjektif

Stimulus itu pada awalnya bersifat objektif. Namun ketika stimulus itu diindra dan
kemudian dipersepsi maka ia akan berubah menjadi realitas yang bersifat subjektif. Ternyata
ketika kita merespon suatu stimulus, sebenarnya kita tidak merespon stimulus yang bersifat
objektf tapi stimulus yang sudah mengaami subjektifitas. Jadi kita tidaklah merespon stimulus,
tapi merespon persepsi mengenai stimulus tersebut. Kembali pada contoh diatas bahwa yang
membuat remaja yang jerawatan itu tidak percaya diri adalah bukanlah jerawatnya, tapi
persepsinya sendiri terhadap jerawat itu yang negatif sehingga membuatnya tidak percaya diri.
Kemudian kalau ada yang memepertanyakan tentang benar dan salahnya maka persepsi disini
tidaklah dimasuki oleh ranah benar dan salah.

Jadi self adalah objek yang penting bagi persepsi karena self adalah pusat dari dunia
sosial. Artinya didalam bersosial tentunya menggunakan self. Karena self itu penting, maka ia
akan lebih peka terhadap informasi yang berkaitan dengan self itu sendiri. Maka akan lebih
produktif dengan informasi yang berhubungan dengan dirinya. Sehingga pada akhirnya ia akan
lebih banyak mengenal dirinya senidiri seperti tanggal lahirnya, alamat rumah, tinggi badan,
nomor sepatu dan hal lainnya yang berkaitan dengan dirinya (self reference effect).

Akan tetapi orang tidak hanya tertarik dengan informasi yang berkaitan dengan dirinya
sendiri saja, tapi juga tertarik terhadap informasi dari hal yang dianggapnya penting. Seperti
tertarik dengan informasi mengenai orang tua, saudara, guru, teman dan lain sebagainya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya persepsi itu berobjek pada self dan hal yang dianggap
penting oleh diri seseorang.

Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi diri sangatlah penting. Karena dengan
mempersepsikan diri kita jadi memahami dan tau akan diri kita. Ada dua poin manfaat dari
pentingnya mempersepsi diri. Yang pertama dengan mempersepsi diri sehingga kita paham
dirikita bagaimana. Dan pada akhirnya kita bisa menyesuaikan dengan situasi yang ada (self
management). Dan yang kedua dengan mempersepsikan diri, kita jadi paham diri kita bagimana
dan kita bisa mengatur situasi pada akhirnya (situation management). Daning mngungkapkan
bahwa pemahaman yang baik terhadap diri sendiri menjadi salah satu faktor yang
memungkinkan kita bisa mengatur dan menendalikan nasib kita sesuai dengan apa yag
diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai