Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan mengharapkan ridho
yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul " Perkembangan Psikologi Kognitif".Makalah ini disusun sebagai salah satu
tugas individu mata kuliah Psikologi Perkembangan Kognitif. Shalawat dan salam
disampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammmad SAW, beserta para keluarga,
sahabat dan pengikutnya.
Saya menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tugas makalah ini tidak terlepas
dari bantuan dan bimbingan dari Ibu Dr. Sudi Lestari, M.Ed., selaku dosen mata kuliah
tersebut yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada saya.
Saya menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan dari isi maupun tulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
masih dapat diterima dengan senang hati.
Jakarta, 17 Desember 2015
Ahmad Syauqi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI..
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Malasah..
C. Tujuan Penulisan..
Bab II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan
10
20
21
23
24
B. Saran
24
C. Daftar Pustaka
25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Psikologi kognitif itu bagaimana cara manusia memperoleh, memproses,
menyimpan, dan menggunakan informasi yang kita dapatkan. Psikologi kognitif sendiri
juga ada beberapa prosesnya seperti berpikir, mengingat, menghafalkan, menjelaskan,
dan bahasa komunikasi yang sering kita gunakan dalam keseharian. Berpikir adalah suatu
kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. akan tetapi pikiran manusia walaupun tidak
bisa dipisahkan dari aktifitas kerja otak, lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut
otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi (emosional) manusia,perasaan,
dan kehendak manusia. memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu,
menyadari kehadirannya seraya secara aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian
mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek tersebut.
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh
stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya
sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk
mengenal dunia luar, dan dengan pengalaman itu manusia mampu memberikan respon
terhadap stimulus. Berdasarkan pandangan itu, teori psikologi kognitif
memandang
belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk
dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses
internal
informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku
seseorang. Bukan sebaliknya jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku.
Demikian pula kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada
jenis dan cara pemberian stimulus, melainkan
seseorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk
merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu teori belajar kognitif
menekankan pada cara-cara
mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam
pikirannya secara efektif.
B. Perumusan Masalah
Supaya pembahasan makalah ini tidak teralu luas, maka penulis memberi batasan
masalah dengan rumusan sebagai berikut :
1. Menjelaskan Definisi Perkembangan Kognitif
2. Menjelaskan Tahapan Demi Tahapan Perkembangan Kognitif
3. Menjelaskan Proses Perkembangan Kognitif
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
2. Menjelaskan Definisi Teori Perkembangan Kognitif
3. Menjelaskan Tahapan Demi Tahapan Perkembangan Kognitif
4. Menjelaskan Proses Perkembangan Kognitif
BAB II.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan
Psikologi kognitif dikatakan sebagai perpaduan antara psikologi gestalt dan
behaviorisme. Psikologi Gestalt itu sendiri merupakan sebuah teori yang menjelaskan
proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki
hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap
teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi
menjadi bagian-bagian yang kecil. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max
Wertheimer, and Wolfgang Khler.
Mereka menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang
terlihat
dari
lingkungannya
sebagai
kesatuan
yang
utuh.
Sedangkan
psikologi
Wyer & Srull (1986) pendekatan kognitif berdampak pada psikologi sosial.
Validitas
kehidupan.
kesaksian
seorang
saksi
mata, masalah
kebingungan,
memori percakapan. Terdapat dua topik penting, yaitu ilmu kognitif dan ilmu sayaraf.
Ilmu kognitif
mencoba
dan penggunaan
pengetahuan. Psikologi, filsafat, bahasa, inteligensi artificial, antropologi dan ilmu syaraf
tidak menekankan faktor emosi.
2. Ilmu syaraf
Menelaah: lebih pada dimana sebuah proses kognisi berlangsung bukan pada
bagaimana cara kerjanya.
berarti dicari dan dibeda-bedakan dari kode-kode lain, diolah, disimpan, dalam ingatan,
disusun dan akhirnya dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Selama otak manusia itu aktif maka tidak akan lari jauh dengan kognitif. Kognitif
merupakan pusat penerimaan informasi, pusat mengingat informasi yang telah diperoleh
dan disimpan dalam memori, juga merupakan perencanaan seseorang dalam membuat
keputusan sesuatu juga dalam hal menyampaikan informasi yang kemudian dilakukan
dengan aktivitas proses persepsi serta tata cara penyusunan bahasa kata-kata maka hal
ini disebut dengan proses Psikologi kognitif. Berhubungan dengan otak atau melibatkan
kognisi, dan berdasarkan kepada pengetahuan faktual yg empiris (KBBI). Kognisi adalah
kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan termasuk kesadaran, perasaan dan
sebagainya.Kognisi adalah kegiatan untuk mengetahui: memperoleh, mengorganisasikan
dan menggunakan pengetahuan. Kognisi adalah sesuatu yang dilakukan organisme dan
khususnya sesuatu yang dilakukan oleh orang (Neisser, 1976, h.1) dalam (T.Dicky
Hastjarjo, 2004, h.2). Kognisi membicarakan tentang proses-proses mental, seperti
persepsi, memori, daya bayang, penyelesaian masalah, pemahaman/penalaran dan
pembuatan keputusan.
Arti psikologi kognitif, diantaranya:
Dinamika mental atau ilmu proses-proses mental dan pola pikir manusia.
Psikologi kognitif adalah studi ilmiah tentang jiwa yang berpikir dan berkaitan dengan
(a) bagaimana kita memperhatikan serta memperoleh informasi mengenai dunia, (b)
bagaimana informasi tersebut disimpan dan diproses oleh otak, dan (c) bagaimana kita
memecahkan problem, berpikir dan merumuskan bahasa (Solso, 2001, h.2) dalam
(T.Dicky Hastjarjo, 2004, h.2).
Perbedaan psikologi kognitif dan aliran lainnya adalah:
Perspektif Behavioristik
Menekankan perilaku yang dapat diamati (stimulus respon).
Perspektif Psikoanalitik
Menekankan
emosi-emosi
yang
tidak disadari.
Menganalisis pengalaman-
Perspektif Humanistik
Menekankan pertumbuhan pribadi dan hubungan antar pribadi (hubungan dengan
orang lain dan sosial).
9
Teori genetik dan kognitif ini dikemukakan oleh Avram Noam Chomsky, yang
merupakan seorang ahli psikolinguistik
bahasa
menghubungkannya
dari
dengan
data-data
makna
ujaran
yang
yang
dikirimkan
dikandungnya,
oleh
sehingga
LAD
dan
terbentuklah
Dalam kasus ini Chomsky pernah meminta bantuan seorang rekannya ahli bedah otak,
untuk membandingkan struktur otak manusia dengan simpanse. Dalam eksperimen itu
dapat dibuktikan bahwa struktur otak manusia dengan struktur otak simpanse sama
persis, kecuali satu simpul syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak
terdapat pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicara
meskipun kadang-kadang ada simpanse yang keterampilan dan kecerdasannya
mandekati manusia. Meskipun simpanse dilatih dengan metode drill and practice seribu
kali dalam sehari, maka tidak akan mungkin seekor simpanse dapat berbicara, sebab
dapat atau tidaknya berbicara itu bukan karena factor latihan atau kebiasaan melainkan
karena factor warisan atau innate.
Bertolak belakang dengan teori behaviorisme, yang menekankan pentingnya stimulus
eksternal
dalam
pembelajaran,
teori
kognitif
menegaskan
pentingnya
keaktifan
adanya
kompetensi
dan
performance
dalam
proses
nilai,
kerangka kognitif,
kerja
organisasi.
Karena itu
yang
pentingnya konteks lingkungan dalam arti luas yang berpengaruh terhadap perubahan
organisasi. Konteks lingkungan tersebut;
Pertama
Menyangkut lingkungan teknis yaitu terkait dengan system produksi instrumental,
transformasi input menjadi output.
Kedua
Kekuatan sosial budaya sebagai lingkungan institusi yang berkembang di tahun 1970-an.
Karena itu institusi dapat dilihat sebagai suatu system produksi dan sebagai system social
budaya. Itu karena pengaruh aspek lingkungan yang semakin komplek, maka teori instuisi
juga berkembang sesuai dengan perkembangan kompleksitas lingkungan. Pandangan
beberapa teoritis menurut Scott menunjukkan bahwa teori institusi dapat berkembang
dalam berbagai disiplin ilmu, karena itu tidak ada teori tunggal tengtang institusi melainkan
teori institusi yang ditinjau dari disiplin ilmu tertentu.
d. Leon Festinger (Disonansi Kognitif)
Dalam bukunya, A Theory of Cognitive Dissonance (1957), Festinger (1919-1989)
mengemukakan teorinya yang banyak dipengaruhi oleh K. Lewin. Dalam teori Festinger,
sektor-sektor dalam lapangan kesadaran dinamakan elemen-elemen kognisi. Elemenelemen kognisi itu saling berhubungan satu sama lain dan jenis hubungan itu ada tiga
macam, yaitu: (1) hubungan tidak relevan, (2) hubungan disonan, dan (3) hubungan
konsonan.
Menurut Festinger, hubungan yang disonan juga dapat disebabkan oleh nilai-nilai
budaya dan pendapat umum. Untuk mengurangi disonansi kognitif ada tiga cara yang bisa
ditempuh, yaitu:
13
1. Mengubah elemen tingkah laku, misalnya: seorang gadis membeli baju mahal, tetapi
teman-temannya mencela baju itu karena menurut mereka baju itu jelek. Gadis
tersebut merasa disonan karena baju mahal ternyata tidak bagus (elemen I ditolak oleh
elemen II). Reaksi gadis itu mungkin akan menjual lagi baju itu atau memberikannya
kepada orang lain.
2. Mengubah elemen kognisi dan lingkungannya, misalnya: Gadis diatas meyakinkan
teman-temannya bahwa baju tersebut sedang mode dijaman ini, disukai oleh bintangbintang film dan sangat cantik.
3. Mengubah elemen kognisi baru, misalnya: mencari pendapat teman-teman lainnya
yang mendukung pendapat bahwa baju itu sangat cantik sehingga penyangkalan oleh
elemen kedua bisa dinetralkan.
Teori disonansi kognitif ini adalah sebuah teori dalam psikologi sosial yang membahas
mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku
yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi
mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Istilah disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan
oleh Leon Fetinger pada tahun 1950-an. Banyak hal yang dikritik di dalam teori ini, yaitu:
Teori ini dinilai kurang memiliki kegunaan karena teori ini tidak menjelaskan secara
menyeluruh kapan dan bagaimana seseorang akan mencoba untuk mengurangi
disonansi.
Yang menjadikan dasar ide J.Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner
memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning yaitu dimana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Banyak pendapat yang
mendukung discovery learning itu, diantaranya J.Dewey (1933) dengan complete art of
reflective activity. Atau terkenal dengan problem solving. Didalamnya buku itu ia
melaporkan hasil dari suatu konferensi diantara para ahli science. Dalam hal ini ia
mengemukakan pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam
intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
The act of discovery dari Bruner:
1. Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual.
2. Ganjaran intristik lebih ditekankan dari pada ekstrinsik.
3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berate murid itu menguasai
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual
dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah seorang psikologi
develop mental karena penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta
perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dia adalah salah
seorang psikologi suatu teori komperhensif tentang perkembangan inteligensi. Piaget
memakai istilah scheme secara interchangeablngy, Piaget memakaiistilah scheme secara
interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat
diulang. Scheme berhubungan dengan dengan:
- Refleksi- refleksi pembawaan: misalnya bernapas, makan minum.
- Scheme mental: misalnya scheme of class fication, scheme of operation (pola tingkah
laku yang masih suka diamati seperti sikap), dan scheme of operation (pola tingkah laku
yang dapat diamati). Menurut Piaget, inteligensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,
a) Struktur, disebutjuga scheme seperti yang dikemukakan di atas.
b) Isi, disebut juga content yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individual menghadapi
sesuatu masalah.
15
c) Fungsi, disebut juga function yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai
kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi
invariant yaitu organisasi dana daptasi.
Tahap-tahap perkembangan:
1. Tahap Sensorimotor (dari lahir 2 tahun)
Ciri : tidak ada bahasa, anak bersifat egocentris, pada akhir tahap ini anak
mengembangkan object permanence, anak tahu benda itu ada meskipun tidak tampak.
2. Pemikiran preoperational (sekitar 2 tahun 7 tahun)
di
antara
objek-objek
dan
gagasan-gagasan;
menggunakan
pengetahuan dengan cara-cara yang lebih berguna (in a meaningful way) atau efektif.
Inteligensi sebagai Kemampuan
Nickerson, Perkins, dan Smith (dalam Solso, 1988) membuat daftar kemampuan yang
mereka percayai sebagai representasi dari inteligensi manusia. Sebagai berikut:
Orang dengan inteligensi normal mampu mengenali dan mengklasifikasikan stimulusstimulus yang tidak identik ke dalam satu kelas atau rumpun.
Kemampuan belajar dan memodifikasi perilaku agar dapat beradaptasi dengan lingkungan
merupakan hal yang penting bagi inteligensi manusia.
Kemampuan Memahami
Berkaitan dengan kemampuan melihat adanya hubungan atau relasi dalam suatu
permasalahan, dan kegunaan-kegunaan hubungan ini bagi pemecahan masalah itu.
Keabsahan kemampuan memahami ini merupakan bagian yang menonjol di dalam tugastugas pada tes inteligensi.
B. Terapi Kognitif
Seringkali istilah terapi kognitif biasa digunakan, namun sebenarnya istilah ini salah
karena mengandung pengertian bahwa seolah-olah pendekatan kognitif merupakan
bentuk terapi tersendiri. Padahal tidak demikian, beberapa teknik sudah biasa digunakan
oleh terapis perilakuan (missal: pelatihan asertif, pelatihan mengatasi masalah). Dalam
terapi kognitif teknik-teknik yang sudah biasa digunakan terapis tersebut diperkenalkan
kepada pasien.
Keterlibatan klien menunjukkan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang aktif. Terapis
secara bebas mencari bentuk-bentuk kerjasama dengan klien, dengan terapi yang
dipusatkan pada keadaan disini dan sekarang. Pengalaman dan kejadian di masa lalu
hanya dipertimbangkan sejauh kenyataan itu dapat membantu menerangkan pola pikir
dan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan saat ini.
Dalam terapi kognitif dipahami bahwa faktor kognitif juga berperan pada timbulnya
gangguan. Para psikolog dalam menangani kasus-kasus depresi dan kecemasan
mengambil pikiran dan dialog internal atau bicara diri sebagai bahan masukan sendiri
dalam proses terapi.
Asumsi dasar dalam terapi kognitif yaitu bahwa gangguan emosional berasal dari
penyimpangan atau distorsi dalam berpikir. Perbaikan akan dicapai dengan mengubah
pola pikir yang menyimpang tersebut. Tanpa perubahan pola pikir maka kesembuhan akan
bersifat sementara, dan masih rentan kalau klien menghadapi situasi yang menyesakkan
atau menimbulkan akibat negatif.
Tujuan dalam teknik kognitif yaitu:
1. Membangkitkan pikiran-pikiran pasien, dialog internal atau bicara diri dan
interpretasi terhadap kejadian-kejadian yang dialami.
18
Memberikan tugas rumah yang didasarkan pada topik atau masalah yang nampak
muncul sebagai masalah pokok selama session yang baru dijalani.
Meminta pasien untuk membuat ringkasan tentang apa yang telah dikerjakan di
dalam session yang baru dijalani, dan merincikan apa yang harus dikerjakan dalam
pekerjaan rumah. Pasien didorong untuk menunjuk pokok-pokok topik diskusi yang
kurang tepat, yang dirasa menyakitkan , yang membantu mencapai kemajuan
dalam pengentasan masalah.
Manusia mampu menyadari adanya stimulus dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Disamping itu seseorang juga mampu menyadari bahwa dirinya sedang berpikir,
mengingat dan merasakan sensai dalam tubuhnya.
f) Memori
Informasi yang telah dipersepsi akan disimpan dalam system memori dalam watu yang
singkat maupun dalam waktu yang lama.
g) Representasi pengetahuan
Representasi pengetahuan mempelajari bagaimana informasi akan disimbolisasikan
dan dikombinasikan dengan hal-hal lain di dalam otak.
h) Pembayangan/Imajeri
Imajeri menunjukkan representasi mental seseorang terhadap benda dan peristiwa
yang tidak berada di depan orang tersebut.
i) Bahasa
Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memancarkan pikiran lewat suara
dan symbol.
j) Psikologi perkembangan
Bidang ini akan mempelajari bagaimana struktur kognitif berkembang sepanjang
rentang kehidupan.
k) Berpikir dan pembentukan konsep
Berpikir akan menggambarkan proses umum dalam mempertimbangkan suatu isu
dalam pikiran sehingga terbentuk representasi mental yang baru. Sedangkan
pembentukan konsep menunjukkan ketajaman menentukan sifat umum dari suatu
kelompok stimulus tertentu dan menemukan prinsip yang menghubungkan masingmasing sifat tersebut.
l) Inteligensi manusia dan inteligensi artificial
Intelegensi manusia menggambarkan kemampuan manusia untuk memperoleh,
mengambil kembali dan menggunakana pengetahuan secara bermakna; kemampuan
untuk memahami konsep konkret dan abstrak; serta kemampuan untuk memahami
hubungan antara benda-benda dan konsep-konsep. Sedangkan inteligensi artfisial
merupakan kecerdasan yang diberikan kepada mesin atau computer yang hasil
kerjanya menyamai hasil kecerdasan manusia.
F. Model Dalam Psikologi Kognitif
21
yaitu
model
pemrosesan-informasi,
model
koneksionisme
dan
model
berdasarkan teori evolusi (Solso, 2001) dalam (T.Dicky Hastjarjo, 2004, h.6).
1. Model Pemrosesan Informasi
Model pemrosesan informasi mempunyai tiga asumsi, yaitu:
a) Kognisi dapat dipahami dengan menganalisa kognisi ke dalam serangkaian tahapan
yang pada umumnya bersifat berurutan.
b) Pada masing-masing tahapan akan terjadi pemrosesan terhadap informasi yang
datang. Respons yang pada akhirnya kemudian dilakukan akan dinilai sebagai hasil
dari serangkaian tahap dan operasi.
c) Masing-masing tahapan akan menerima informasi dari tahapan sebelumnya dan
kemudian melakukan fungsi khasnya.
2. Model Koneksionisme
Model Parallel Distributed Processing/PDP. Model PDP menggunakan otak manusia
sebagai metafora dalam menggambarkan pikiran manusia (Rummelhart&McClelland,
1986, h.75) dalam (T.Dicky Hastjarjo, 2004, h.6). Seperti halnya otak manusia terdiri
dari sejumlah jaringan neuron, maka menurut model PDP kognisi manusia
digambarkan sebagai jaringan unit yang menyerupai neuron. Setiap unit-unit kognisi
akan saling berhubungan dan teorganisir kedalam satu modul. Setiap modul akan
menerima input dari modul lain atau mengirimkan output ke modul lain. Satu modul
dapat membuat modul lain menjadi aktif namun sebuah modul juga dapat menghambat
kerja modul lain (hubungan inhibitoris). Ciri khas yang kedua adalah bahwa otak
manusia dinilai bisa melakukan kegiatan parallel, oleh karena itu menurut PDP kognisi
manusia juga mampu mengerjakan dua kegiatan dalam waktu yang bersamaan.
Misalnya, seseorang tidak mengalami kesulitan besar untuk mengemudi sambil
mendengarkan radio. Model PDP juga menyatakan bahwa pengetahuan tidak dismpan
dalam bentuk pola tertentu di sistem memori, melainkan disimpan dalam bentuk
kekuatan-kekuatan hubungan antar unit-unit tadi (Rummelhart&McClelland, 1986,
h.31) dalam (T.Dicky Hastjarjo, 2004, h.6)
3. Model Teori Evolusi
Solso (2001, h.30-31) dalam (T.Dicky Hastjarjo, 2004, h.6) menggambarkan psikologi
kognitif evalusioner sebagai psikologi yang berdasarkan pada pemikiran evolusi
biologis dan kekuatan lingkungan universal dalam menerangkan seluruh kognisi
termasuk struktur otak. Hal itu berarti bahwa sensasi, persepsi, rekognisi pola, bahasa,
pemecahan masalah, dan semua topic dalam psikologi kognitif ditafsirkan dari segi
22
biologis dan sejarah evolusi spesies. Premise dasar psikologi kognitif evolusioner
adalah bahwa ada sifat-sifat kognisi manusia yang bersifat universal dan sifat-sifat
kognisi universal ini merupakan hasil dari mekanisme psikologis yang berevolusi.
G. Alasan Kognisi Perlu Dipelajari
Terdapat tiga alasan mengapa psikologi kognitif perlu dipelajari menurut Matlin (1998, h.2)
dalam (T.Dicky Hastjarjo, 2004, h.2) yakni;
1. Kognisi merupakan satu bagian utama dalam studi mengenai psikologi manusia.
Misalnya apa yang kita lakukan beberapa jam lalu akan membutuhkan persepsi,
memori, bahasa dan berpikir
2. Pendekatan psikologi kognitif telah berpengaruh secara secara luas pada bidang
psikologi lain seperti psikologi social, psikologi pendidikan, psikologi perkembangan
dan psikologi kesehatan. Psikologi kognitif juga mempengaruhi disiplin ilmu lain,
misalnya terdapat jurnal psikologi politik yang mengkaji sumbangan fakta kognitif
terhadap situasi politik. Apresiasi kita terhadap psikologi kognitif akan membantu kita
untuk memahami bidang psikologi lain
3. Bersifat lebih pribadi. Kita mempunyai alat yang impresif yakni pikiran kita dan kita
menggunakan alat itu setiap menit. Buku psikologi kognitif akan berfungsi seperti buku
petunjuk
mengenai
bagaimana
cara
bekerjanya
pikiran
kita
serta
kiat-kiat
6. Bidang seni
7. Bidang politik
8. Bidang ekonomi
9. Bidang kedokteran
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mempelajari psikologi, berarti kita berusaha untuk mengenal manusia,
mengetahui aspek-aspek kepribadian manusia dan memahami agar dapat menguraikan
dan menggambarkan tingkah laku manusia. Salah satu aspek kepribadian itu misalnya
keterbukaan, yaitu sikap terbuka terhadap dunia luar, sikap mau memahami perasaan
orang lain, sikap mudah menerima pendapat orang lain dan sikap ini bersifat menetap dan
menjadi ciri bagi orang yang bersangkutan, yang individual dari orang tersebut.
Jadi, kehidupan mental atau psikis mencakup gejala-gejala kognitif, efektif, konatif
sampai pada taraf psikomotis, baik dalam berhadapan dengan diri sendiri maupun dengan
orang lain. Gejala-gejala mental-psikis ini dapat dibedakan dengan yang lain dan dijadikan
objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat dipisahkan secara total yang
satu dari yang lainnya. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasardasar dari gejala yang khas kognitif, tetapi juga meninjau aspek kognitif dalam gejala
mental yang lain, seperti apa penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi
perasaan (afektif) dan keputusan kehendak (konatif)
Psikologi kognitif dirumuskan sebagai studi mengenai kognisi atau aktivitasaktivitas mental
yang
mencakup
penggunaan pengetahuan. Informasi mengenai ruang lingkup yang cukup luas yakni dari
persepsi, rekognisi pola, perhatian, memori, imajeri, bahasa sampai kecerdasasan artfisial
diharapkan memberikan gambaran sekilas mengenai betapa pentingnya psikologi kognitif.
Psikologi kognitif menggunakan tiga model untuk menerangkan bekerjanya kognisi
manusia, yaitu model pemrosesan informasi, model PDP dan juga dari teori evolusi.
B. Saran
Demikian penulisan makalah yang disusun tentang bahasan Perkembangan Psikologi
Kognitif. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
25
C. Daftar Pustaka
Sudi Lestari, 2015, Psikologi Perkembangan Kognitif, Pustaka Mandiri
Purwanto, M Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Uheng, Theodorus dan Yohanes Baptista. 2011. Psikologi Umum. Jakarta Pusat: Dirjen
Bimas Katolik
Desmita., 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya
Santrock. J. W. , 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja.(edisi keenam) Jakarta:
Erlangga
Sumanto, Wasty., 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Muhibin, Syah. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Yusuf,Syamsu., 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Gunadarsa, Singgih D., 2008. Psikologi Perkambangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Gunung Mulia
Muh Said dan Junimar Affan. 1990. Psikologi dari zaman ke zaman. Jermars Bandung
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/M.ARIES/Draft_Psikologi_Kognitif_Perte
muan_1-14.pdf (diakses tanggal 15 desember 2015 jam 9:08 WIB)
http://iraps.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33445/PENGANTAR+PSIKOLOGI+KOG
NITIF2012.pdf (diakses tanggal 15 desember 2015 jam 9:21 WIB)
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_Dasar_Psikologi.pdf (diakses tanggal 16 Desember 2015
jam 2:01 pm)
26