PSIKOLOGI KOGNITIF
Disusun Oleh :
-------
Dosen Pengampu
A. Psikologi Kognitif
2. Wilhelm Wundt
Pada abad 19 dan 20, Wilhelm Wundt (1832-1920) seorang ahli psikologi
dari tanah Jerman memberikan mendapat bagaimana cara mempelajari
pengalaman sensori melalui cara instropeksi. Untuk memahami proses
perpindahan maklumat atau cara berfikir, maka maklumat tersebut harus
dibagi dalam beberapa struktur berfikir yang lingkupnya jauh lebih kecil, aliran
strukturisme Wundt menumpukan pada proses berfikir akan tetapi, aliran
fungsionalisme memiliki pendapat bahwa sangat penting untuk manusia untuk
tahu apa dan mengapa mereka melakukan sesuatu.
Dalam kondisi ini otak merupakan sistem fisik dalam bekerja pada
batas hukum alam dan kekuatan sebab akibat, otak dapat menampung
ingatan secara tak terhingga dan apapun yang masuk dalam sistem
memorinya secara simultan. Otak akan membentuk sebuah kategori yang
sangat konseptual dari hasil kemampuan membedakan pengindraan dan
menghasilkan kemampuan yang tidak terbatas.
Ada dua konsep dasar psikologi kognitif, yaitu kognisi dan pendekatan
kognitif.
1. Kognisi
Dalam istilah kognisi, maka psikologi kognitif dipandang sebagai
cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas
pikiran manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa,
penalaran dan pemecahan masalah.
Contoh-contoh yang berkaitan dengan informasi :
1. Proses-Proses persepsi
Ada seorang karyawan baru yang bekerja di suatu perusahaan yang
tingkat profesionalismenya kurang. Di situ, baik karyawan yang rajin
maupun yang malas mendapat gaji yang sama. Setelah lama beradaptasi
di kantor itu, karyawan beru tersebut memiliki persepsi bahwa dia tidak
perlu bekerja dengan sungguh-sungguh karena tidak akan berpengaruh
pada gajinya.
2. Ingatan
Kemampuan mengingat informasi dari membaca tentunya akan lebih
lama dari hanya sekedar mendengar. Karena dengan membaca, pikiran /
otak kita akan bekerja lebih keras untuk memahami dan menyimpan
informasi tersebut. Sedangkan dengan mendengar, kita hanya
mengandalkan telinga, asalkan kita hafal. Bahkan kadang-kadang tanpa
pemahaman.
3. Bahasa
Informasi akan lebih mudah kita pahami dan kita mengerti, apabila
bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa kita, maka informasi itu
akan lebih maksimal kita gunakan. Karena otak / pikiran kita mampu
mencerna inti informasi tersebut.
4. Penalaran
Seseorang yang memiliki penalaran secara baik akan dapat
memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, tidak
hanya dari satu sisi saja. Tapi dapat diperoleh dari bagian lain, karena
suatu masalah biasanya yang hanya memiliki indikasi.
5. Persoalan
Sikap dan perilaku manusia dapat mencerminkan masalah yang
sedang dihadapi. Sikap dan perilaku ini, apabila digabungkan dengan
informasi yang sudah ada, maka dapat menciptakan suatu solusi.
2. Pendekatan Kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi kognitif dapat dipandang
sebagai cara tertentu di dalam mendekati berbagai fenomena psikologi
manusia. Konsep ini menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan,
ingatan, dan proses-proses berpikir bagi perilaku manusia.
1. Peran-Peran persepsi
Orang yang berpersepsi / berpikir bahwa kegagalan adalah sukses
yang tertunda, dia akan selalu berusaha untuk mencoba lagi, walaupun
dia ridak tahu kapan dia akan berhasil. Karena dipikirannya semakin dia
mencoba, semakin banyak informasi yang didapat, maka tingkat
kesalahan dapat diminimalisir / dihindari. Hal ini menjadikannya sebagai
pribadi yang sabar dan ulet.
2. Pengetahuan
Orang yang banyak pengetahuan, biasanya lebih mengerti dan dapat
mengelola informasi dengan cepat, karena dia tahu bagaimana cara
mendapatkan informasi yang cepat, tepat, murah dan efisien.
3. Proses-Proses Berpikir
Jenjang pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup
mempengaruhi proses-proses dan pola berpikir kita. Orang yang
berpendidikan tinggi, hidup di lingkungan berpendidikan dan cara hidup
yang modern, biasanya akan mencari suatu informasi dengan cara yang
berbasis teknologi yang lebih cepat dan praktis. Ini karena mereka telah
dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara berpikir yang cepat.
H. Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif
1. Menggambarkan Perilaku
Disadari atau tidak, salah satu Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif
adalah untuk mengetahui perilaku. Sebenarnya psikologi kognitif ini tidak
sekedar tentang mengamati manusia tetapi juga manusia. Setidaknya
dengan mengetahui perilaku makhluk, memudahkan kita bisa lebih
memahami orang lain.
2. Menjelaskan sesuatu
Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif yang tidak kalah penting adalah,
dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu terhadap banyak hal. Tidak
Hanya melulu tentang menjelaskan kepribadian,perilaku sosial,
perkembangan, kesehatan mental. Tetapi juga dapat lebih bermakna dari
itu, yaitu mengeksplorasi ilmu pengetahuan.
3. Memprediksi
Tidak berhenti sampai disitu saja. Psikologi kognitif juga dapat
membantu untuk memprediksi tentang banyak hal. Misalnya memprediksi
tentang cara seseorang bertindak, dan cara seseorang melakukan
banyak hal yang dapat membantu untuk merancang atau meramalkan
masa depan.
4. Mengubah
Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif yang terakhir adalah dapat
mengubah, mengendalikan perilaku seseorang dan mempengaruhi
seseorang. Dimana, dalam kehidupan sosial yang mengalami konflik atau
permasalahan, perubahan penting untuk membuat tatanan yang lebih
tertata dan terstruktur.
‘
MATERI 2
PERSEPSI
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di
sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas,
menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi
yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung
makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi
adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu
sekumpulan objek.
4. Proses Persepsi
Persepsi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Walgito
(1989:54) menyatakan bahwa terbentuknya persepsi melalui suatu proses,
dimana secara alur proses persepsi dapat dikemukakan sebagai berikut:
berawal dari objek yang menimbulkan rangsangan dan rangsangan
tesebut mengenai alat indra atau reseptor. Proses ini dinamakan proses
kealaman (fisik). Kemudian rangsangan yang diterima oleh alat indra
dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses
fisiologis. Selanjutnya terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu
dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu
rangsangan yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak/pusat
kesadaran itulah dinamakan dengan proses psikologis. Dengan demikian
taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa
yang diterima melalui alat indra (reseptor).
Persepsi perabaan
Persepsi perabaan merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
perabaan yaitu kulit. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa
yang disentuhnya atau akibat persentuhan sesuatu dengan kulitnya.
Persepsi penciuman
Persepsi penciuman merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari
apa yang cium.
Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa merupakan jenis persepsi yang
didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Seseorang dapat
mempersepsikan sesuatu dari apa yang ecap atau rasakan.
6. Indikator Persepsi
Menurut Robbin indikator-indikator persepsi ada dua macam, yaitu:
a. Penerimaan.
Proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi dalam
tahap fisiologis, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap rangsang
dari luar.
b. Evaluasi
Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera,
kemudian dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif. Individu
yang satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang sulit dan
membosankan, tetapi individu yang lain menilai rangsang yang sama
tersebut sebagai sesuatu yang bagus dan menyenangkan.
a. Menyerap
Stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera, masuk
ke dalam otak, mendapat tempat, sehingga disitu terjadi proses analisis,
diklasifikasi dan diorganisir dengan pengalaman-pengalaman individu
yang telah dimiliki sebelumnya, karena itu penyerapan itu bersifat
individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap sama.
9. Objek Persepsi
Objek persepsi merupakan factor yang sangat menentukan dalam hasil
persepsi. Menurut Bimo Walgito objek persepsi dapat dibedakan atas objek
yang non manusia dan manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia ini
disebut person perception atau juga ada yang menyebutkan sebagai social
perception. Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi
mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan, ataupun aspek- aspek lain
seperti halnya pada orang yang mempersepsi. Karena itu pada objek persepsi,
yaitu manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatarbelakangi objek
persepsi, dan perseptor sendiri.
Para ahli sepakat bahwa proses memori tidak hanya seperti yang
dijelaskan pada tersebut diatas tetapi tergantung dari mana memori dilihat,
seperti penjelasan Davis (dalam Hamberg, 2006), menurutnya informasi yang
masuk harus melalui tiga tahapan yang belum disimpan dalam waktu yang
lama. Tiga tahapan tersebut adalah:
d. Memori Kerja
g. Memori Flashbulb
Memori Flashbulb merupakan memori pada situasi dimana
seseorang untuk pertama kalinya belajar/mencoba sesuatu yang sangat
berkesan baginya atau yang secara emosiional menyentuh perasaannya
(Bhinnety, 2009).
Model Atkinson dan Shiffrin muncul antara tahun 1960 dan 1970.
Konsepnya yang paling diterima dan bertahan lama dalam pengkajian para
ahli psikologi kognitif adalah elaborasi model pengolahan informasi yang
diususlkan oleh Broadbent. Atkinson dan Shiffrin membagi memori ke dalam
tiga komponen utama. Pertama, penyimpanan singkat yang bertugas
menyimpan informasi. Kedua, penyimpanan informasi jangka pendek, dan
ketiga, penyimpanan informasi jangka panjang. Model Atkinson dan Shiffrin,
yang disebut sebagai model modal, menurut para peneliti lain terlalu
menyederhanakan konsep memori dan menempatkan terlalu banyak
penekanan pada struktur sementara mengabaikan proses (Kuswana, 2011).
Memori sensori mencatat informasi atau stimuli yang masuk melalui salah
satu atau kombinasi dari panca indra, yaitu secara visual melalui mata,
pengdengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui kulit. Bila
informasi atau stimuli tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan,
namun bila diperhatikan maka informasi tersebut ditransfer ke sistem ingatan
jangka pendek. Sistem ingatan jangka pendek menyimpan informasi atau
stimuli selama 30 detik, dan hanya sekitar tujuh bongkahan informasi (chunk)
dapat disimpan dan dipelihara di sistem memori jangka pendek. Setelah
berada di sistem memori jangka pendek, informasi tersebut dapat ditransfer
lagi dengan proses pengulangan ke sistem ingatan jangka panjang untuk
disimpan, atau dapat juga informasi tersebut hilang/terlupakan karena
tergantikan oleh informasi yang baru (Solso, 2007).
e. Model Baddeley
Hitch dan Baddeley mengusulkan suatu model multikomponen, memori
jangka pendek dan beberapa fungsi komponen sebagai buffer penyimpanan
informasi sementara dan yang lainnya sebagai proses pasif. Baddeley telah
melakukan berbagai penyelidikan dan menambahkan subkomponen lain yang
disebut episodic buffer (penyangga episodik). Hasil penelitian memberikan
bukti empiris bahwa pembagian memori kerja ke penyimpan berbasis
modalitas jangka pendek dan eksekutif pusat merupakan pengolahan
modalitas bebas yang dilakukan memori kerja (Kuswana, 2011).
i. Model Oberauer
Menurut Oberauer pada memori kerja terdapat dimensi fungsional
yang terdiri dari tiga proses umum. Sejalan dengan pandangan Baddeley,
dilihat dari isi terdiri dari dua faktor, yaitu (1) verbal dan numerik (2) spasial
dan figural (Kuswana, 2011).
1. Pemecahan Masalah
Memecahkan masalah merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran matematika, karena persoalan yang ada dalam matematika
tidak dapat diperoleh secara instan ataupun hafalan. Sebagaimana dalam
kehidupan, setiap persoalan memiliki langkah penyelesaian masalah
masing- masing. Menurut Akyuz, Yetik, dan Keser (2012), “People face
lots of problems in their everyday lives and try to solve these problems”.
Sedangkan menurut Tarhadi (2015), mendefinisikan pemecahan masalah
sebagai cara berpikir, menganalisis, serta menalar dengan menggunakan
pengalaman dan pengetahuan yang terkait dengan masalah tersebut.
Terdapat beberapa jenis masalah, yaitu;
b) Berpikir Deduktif
Kebalikan dari berpikir induktif, berpikir deduktif prosesnya
berlangsung dari umum menuju kepada yang khusus. Dalam cara berpikir
ini orang bertolak dari suatu teori ataupun prinsip ataupun kesimpulan
yang dianggap benar dan sudah bersifat umum. Darisitulah diterapkan
kepada fenomena-fenomena yang khusus dan mengambil kesimpulan
khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
c) Berpikir Analogis
Analogi berarti persamaan atau perbandingan. Berpikir analogis
adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan
fenomena- fenomena yang biasa/pernah dialami. Di dalam cara berpikir
ini orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang
pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang.
Dari penjelasan berpikir diatas dapat diperinci lagi kedalam indikator
proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika yang
diambil dalam tabel milik (utomo, 2013) adalah sebagai berikut:
Tabel Indikator proses berpikir siswa dengan pendekatan polya (Utomo,
2013)
Menerima
Mengakses informasi
informasi
Memahami Mengolah
Menyebutkan tujuan
masalah informasi
tujuan
rencana informasi
Memanggil
Mengingat penyesuaian yang dilakukan
kembali
- Coba identifikasi standar, norma-norma atau nilai-nilai apa saja yang telah
dilanggar dari permasalahan ini.
- Kita perlu menentukan dimana titik permasalahan yang ada dan mulai
merancang proses pemecahan masalah.
JUDUL 1 :
PSIKOLOGI KOGNITIF SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN
TES KEMAMPUAN DASAR MEMBACA BIDANG SAINS
LINK 1 :
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/download/1414/120
HASIL 1 :
Hasil penelitian ini berupa model pengembangan tes berdasarkan
psikologi kognitif, karakteristik soal TKD-membaca, dan TKD-membaca
yang karakteristik soalnya telah distandarisasi. Produk akhir berupa
TKD membaca, yang dikemas dalam tiga buah Buku Tes, dan manual
penggunanya. Aplikasi psikologi kognitif pada pengembangan soal
TKD membaca dilakukan sejak penetapan indikator kemampuan membaca.
Pada penelitian ini, langkah pengembangan TKD-membaca meliputi
penetapan indikator kemampuan membaca, pendefinisian konstruk
kemampuan membaca, pemvalidasian konstruk pada kerangka konseptual,
penerapan model kognitif dalam penulisan soal pada kerangka prosedural,
dan pengevaluasian soal yang dikembangkan.
JUDUL 2 :
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT JEAN PIAGET
LINK 2 : https://journal.peradaban.ac.id/index.php/jdpgsd/article/view/17/16
HASIL 2 :
Berdasarkan akar teoritis yang dibangun oleh Piaget, beberapa
penulis mendefinisikan kognisidengan redaksi yang berbeda-beda, namun
pada dasarnya sama, yaitu aktivitas mental dalam mengenal dan
mengetahui tentang dunia.
Kognisi merupakan salah satu aspek perkembangan individu yang
meliputi kemampuan dan aktivitas mental yang terkait
dalam prosespenerimaan-pemrosesan-dan penggunaan informasi
dalam bentuk berpikir, pemecahan masalah, dan adaptasi.
2. JURNAL PERSEPSI
JUDUL 1 :
PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN ORANGTUA DAN KESULITAB
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA REMAJA
LINK 1 :
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/psikologi/article/view/3006/1907
JUDUL 2 :
PERSEPSI PADA BY STANDER TERHADAP INTENSITAS BULLYING
PADA SISWA SMP
LINK 2 :
https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7168
JUDUL 1 :
DAMPAK PANDEMI COVID 19 PADA PSIKIS DAN INGATAN ANAK
LINK 1:
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/elementary/article/view/19287/13919
HASIL 1 :
Pandemi Covid 19 menjadi kondisi yang berpengaruh pada kehidupan banyak
orang. Penyebarannya yang semakin meluas mengakibatkan banyak tekanan,
cemas, dan stres. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi orang dewasa namun
juga rentan mempengaruhi kondisi psikologis anak.
Sebagian besar anak akan tangguh dalam menghadapi stres atau trauma parah.
Namun, ada beberapa anak yang mungkin mengalami beberapa efek kesehatan
mental yang permanen. Ini menjadi lebih mungkin jika anak telah mengalami
ancaman langsung terhadap keselamatannya (seperti tidak memiliki cukup makanan
atau tempat tinggal yang stabil, menjadi sangat sakit sendiri atau melihat orang yang
dicintai yang sangat sakit) atau mengalami kematian atau kerugian karena pandemi.
Anak anak dengan masalah kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya juga
berisiko lebih tinggi untuk masalah kesehatan mental yang lebih lama. Berbagai
upaya dapat dilakukan untuk membuat anak memiliki ingatan yang baik tentang
bagaimana mereka melewati masa pandemi Covid 19. Selain itu, orangtua sebaiknya
berbagi dengan anak tentang optimisme bahwa masa depan yang positif ada di depan
dan orangtua akan membantu mewujudkannya. Ini tidak hanya membantu
kesejahteraan anak-anak tetapi juga menjadi bagian dari apa yang anak-anak ingat.
Waktu yang menyenangkan dan momen khusus akan dikodekan dalam memori
jangka panjang. Ingatan anak-anak tentang pandemi nantinya juga dipengaruhi
tentang apa yang mereka lihat saat ini, mereka baca, dan mereka dengar.
Anak akan mengingat dan menciptakan narasi mereka sendiri, dimana peristiwa ini
dianggap sebagai pengalaman tentang ketahanan. Sehingga diharapkan akan tercipta
suatu ingatan di dalam memori anak dimana pandemi ini adalah salah satu
peristiwa terburuk yang terjadi di abad ini, namun mereka selamat melewatinya.
JUDUL 2 :
PERANAN INGATAN DAN IMPLIKASINYA DALAM PROSES
PEMBELAJARAN
LINK 2 :
https://ejurnal.umri.ac.id/index.php/JeITS/article/view/1687/1192
HASIL 2 :
Pendekatan pemrosesan informasi sangat penting untuk diketahui
dan dipahami oleh pendidik yang berkaitan dengan proses
pembelajaran. Pendekatan pemrosesan informasi merupakan
pendekatan kognitif dimana anak mengolah informasi,
memonitornya,dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut.
Inti dari pendekatan ini adalah proses mengingat dan cara berpikir. Ingatan
merujuk pada kemampuan pembelajar untuk secara mental menyimpan hal-hal
yang telah mereka pelajari sebelumnya. Proses mengingat dimulai
dengan pengkodean, penyimpanan dan diungkap kembali untuk tujuan tertentu di
kemudian hari. Guru dapat menggunakan berbagai macam cara untuk
membantu siswa dalam proses mengingat diantaranya dengan cara
pengulangan, melakukan pembelajaran bermakna, organisasi,
elaborasi, dan pembayangan visual.Agar hasil belajar siswa dapat
dicapai secara optimal, diperlukan pula penguasaan guru terhadap
pendekatan pemrosesan informasi terutama tentang ingatan, lupa dan transfer.
Dengan demikian usaha guru untuk meningkatkan mutu
pendidikan perlu diarahkan pada pengembangan kemampuan
mengingat, mentransfer informsi dan meminimalisirkan lupa
dengan menerapkan strategi yang tepat terkait dengan kemampuan tersebu
LINK 1 :
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/axiom/article/view/8069/3881
HASIL 1 :
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa terbentuk dalam tiga kategori
yaitu kemampuan pemecahan masalah siswa tinggi, sedang dan rendah.
Pada tahap memahami masalah siswa dengan kamampuan pemecahan masalah
tinggi dan sedang dikategorikan mampu untuk menjalankan proses memahami
masalah dengan baik. Sedangkan siswa dengan kemampuan
pemecahan masalah rendah hanya mampu menuliskan apa yang
diketahui dari soal yang diberikan dan masih salah menuliskan
apa yang ditanyakan dari soal. Kemudian kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal kemampuan pemecahan masalah
matematis terletak pada proses merencanakan strategi pemecahan
masalah dan melaksanakan perhitungan. Kemudian pada tahap
memeriksa kembali, siswa juga masih salah dalam melakukannya
dan rata-rata siswa tidakmelakukan pemeriksaan kembali.
Berdasarkan hasil jawaban siswa dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah siswa di salah satu MAN tergolong cukup walau masih
banyak yang kesulitan mengerjakan pada indikator menjalankan
rencana penyelesaian dan memeriksa kembali jawaban yang
telah dikerjakan
JUDUL 2 :
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA BERDASARKAN GAYA BELAJAR
PADA MATERI PECAHAN DI SMP
LINK 2 :
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/20462/16773
HASIL 2 :
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, secara umum dapat
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan
soal cerita berdasarkan gaya belajar pada materi pecahan di SMP Negeri 7
Pontianak adalah berbeda beda tergantung dari gaya belajar yang dimiliki. Selain
itu, kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki gaya belajar asimilator
lebih baik dibandingkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki
gaya belajar konverger, diverger, dan akomodator. Sedangkan secara khusus
dapat disimpulkan bahwa 1) kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memiliki gaya belajar asimilator mampu memenuhi semua indikator dalam
pemecahan masalah. 2) kemampuan pemecahan masalah siswa yang memiliki
gaya belajar konverger mampu memenuhi indikator dalam pemecahan masalah,
tetapi ada satu siswa yang kurang mampu memenuhi indikator dalam menyusun
rencana, melaksanakan rencana, dan hanya mampu memenuhi satu indikator
dalam memeriksa kembali. 3) kemampuan pemecahan masalah siswa yang
memiliki gaya belajar diverger hanya mampu memenuhi satu indikator dalam
mamahami masalah dan memeriksa kembali, sedangkan kurang mampu dalam
menyusun rencana dan melaksanakan rencana. Dan 4) kemampuan pemecahan
masalah siswa yang memiliki gaya belajar akomodator mampu memenuhi dua
indikator dalam memahami masalah, tetapi kurang mampu dalam menyusun
rencana dan melaksanakan rencana, dan tidak mampu memenuhi indikator dalam
memeriksa kembali.