Anda di halaman 1dari 35

PERKEMBANGAN KOGNITIF

ANOM HARIADI 201801500200


CYNTIA AMI SUKMANA 201801500235
DINAR ALFI SYAHRIN 201801500207
M. IN’AM ATTAQI 201801500213
NUR SANIAH 201801500174
SYUKRON HANAFI 201801500143

DOSEN : C. MASADA H. T., M. PD. KONS.


SEJARAH SINGKAT KELAHIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF
1. Wilhelm Wundt mengusulkan bahwa psikologi seharusnya
mempelajari pengalaman kesadaran dengan menggunakan metode
introspeksi. Hermann Ebbinghaus juga ikut mengembangkan metode
introspeksi untuk mempelajari keingatan, meskipun sedikit perbedaan
dengan teknik yang dipakai oleh Wundt.
2. Pada akhir abad ke-19, beberapa ahli psikologi di Amerika Serikat banyak
dipengaruhi oleh William James, yang dikenal sebagai bapak psikologi Amerika
pada saat itu. James tidak tertarik dengan metode introspeksi dari Wundt atau
Ebbinghaus. Ia mendeskripsikan pengalaman manusia, menekankan pada pikiran
yang bersifat aktif dan cenderung mencari tahu. Ia mengajukan 2 aspek ingatan,
yaitu struktur dan proses ingatan.
• Pada tahun 1924, ahli psikologi J.B.Watson dari Amerika Serikat,
memprakarsai gerakan baru dalam psikologi yang lebih dikenal dengan
behaviorisme. Behaviorisme merupakan suatu pendekatan yang hanya
menitik beratkan pada reaksi-reaksi objektif yang dapat diamati secara
langsung. Menurut pandangan behavioris, metode introspeksi dianggap
tidak ilmiah dan kesadaran manusia sangat kabur sehingga tidak dapat
diteliti secara memadai. Pendekatan behaviorisme masih tetap memberikan
sumbangan yang penting bagi perkembangan psikologi kognitif, berupa
bagaimana mendefinisikan konsep-konsep secara operasional, sehingga
dapat diukur dan dikendalikan dalam suatu eksperimen.
• Asumsi-asumsi dalam proses kerja kognitif antara lain: proses kognitif
cenderung lebih aktif daripada pasif, proses kognitif berlangsung sangat
efisien dan akurat, proses kogntif cenderung lebih efektif ketika menangani
informasi positif daripada negative, proses kognitif tidak dapat diamati
secara langsung, proses kognitif saling berkaitan antara unit satu dengan
unit yang lain, dan tidak berjalan sendiri-sendiri, proses kognitif menjadi
lebih efektif karena latihan, proses kognitif dapat dipengaruhi oleh konteks
tugas, proses kognitif cenderung dipengaruhi oleh emosi yang tengah
dialami seseorang.
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan psikologi kognitif begitu cepat
adalah:
• Popularitas psikologi behaviorisme yang cukup lama mendominasi di
Amerika sekarang semakin menurun.
• Munculnya perkembangan konsep tentang kemampuan berbahasa yang
dimiliki manusia, dimotori oleh Noan Chomsky.
• Munculnya teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget, seorang Ahli
Psikologi dari Swiss.
• Adanya perkembangan pendekatan pemprosesan informasi. Pendekatan
ini berasal dari ilmu komunikasi dan ilmu computer.
PENGERTIAN KOGNITIF
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara etimologi
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian. Kognitif
yaitu pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi tingkah laku
yang mengakibatkan orang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk
menggunakan pengertian. Tentunya dalam konsep yang lebih luas yakni
berhubungan dengan pemahaman, pengolahan, berpikir, memperkirakan,
membayangkan dan keyakinan di dalamnya.
Terdapat pengertian ‘kognitif’ yang di paparkan Jean Piaget yakni mengatakan
bahwa istilah ‘kognitif’ adalah istilah yang mengacu pada proses-proses mental di
mana manusia dapat memperoleh ‘pengetahuan’. Proses-proses kesadaran dalam
psikologis kognitif (seperti misalnya pengamatan, ingatan, proses belajar,
menggunakan bahasa dan berpikir) dalam menerima informasi itu berarti dicari dan
dibeda-bedakan dari kode-kode lain, diolah, disimpan, dalam ingatan, disusun dan
akhirnya dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat disimpulkan bahwa kognitif dipengaruhi faktor bawaan dan faktor
lingkungan. Kita dibentuk oleh skema biologis kita yang diisi oleh pengalaman-
pengalaman kita. Kognitif juga merupakan proses mental yang digunakan untuk
memperoleh, mengolah,mengorganisasi dan menggunakan pengetahuan.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perkembangan kognitif adalah merupakan perkembangan yang terkait
dengan kemampuan berfikir seseorang. Bisa juga diartikan sebagai
perkembangan intelektual. Dari adanya uraian pengertian
perkembangan dan kognitif secara lebih rinci di atas, maka dapat
diartikan bahwa perkembangan kognitif merupakan perubahan
kemampuan berpikir atau ntelektual. Kematangan otak yang mampu
menunjukkan fungsi nya secara baik, sehingga dapat di harapkan
individu sejak lahir dapat beradaptasi, menginterpretasikan objek dan
kejadian-kejadian di sekitar nya.
MAKNA & DEFINISI
Makna pertama, dalam arti kognisi maka psikologi kognitif dipandang sebagai
suatu cabang psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas
pikiran manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa, penalaran,
dan pemecahan masalah.
Makna kedua, dalam arti pendekatan psikologi kognitif dapat dipandang
sebagai cara tertentu didalam mendekati berbagai fenomena psikologis
manusia, yang berbeda dengan pendekatan-pendekatan psikologi yang lain.

• Psikologi Kognitif dapat didefinisikan sebagai suatu studi ilmiah mengenai


proses-proses mental atau aktivitas pikiran. Proses mental ini meliputi
bagaimana sesorang memperoleh informasi, bagaimana informasi itu
representasikan dan ditransformasikan sebagai pengertahuan, bagaimana
pengetahuan itu disimpan didalam ingatan, kemudian dimunculkan kembali,
bagaiman kemampuan itu digunakan seseorang untuk mengarahkan sikap-
sikap dan perilaku-perilakunya. (Ellis dan Hunt, 1993; Matlin, 1989; Solso,
1988).
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF (JEAN
PIAGET)
• Menyatakan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman
mengenai dunia dan melalui 4 (empat) tahap perkembangan kognitif. Usaha
secara kognitif untuk membangun pemahaman mengenai dunianya itu
melibatkan dua proses, yaitu organisasi dan adaptasi. Untuk membuat
dunia kita masuk akal, kita berusaha mengorganisasikan pengalaman-
pengalaman kita ( Carpendale, Muller & Bibok, 2008). Sebagai contoh, kita
berusaha memisahkan gagasan-gagasan yang penting dari gagasan-
gagasan yang kurang penting, dan kita juga berusaha mengaitkan antara
gagasan yang satu dan gagasan lainnya. Setiap tahap memiliki kaitan
dengan usia dan mengandung cara berpikir tertentu, cara yang berbeda
dalam memahami dunia. Dengan demikian, menurut Piaget (1896-1980),
kognisi anak disebuah tahap saling berbeda secara kualitatif. Apa sajakah
empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget itu?
1. Tahap Sensorimotorik ( Usia 0-2 Thn)
Anak yang masih kecil, si bayi menunjukan tindakan-tindakan yang inteligen.
Dalam tindakan-tindakan nampak inteligensinya. Gerakan-gerakan refleks
yang pertama membawa kearah penguasaan pengetahuan mengenai dunia
luar.
Anak sejak lahir, seperti yang telah kita ketahui, mempunyai sejumlah skema
tingkah laku seperti menghisap, meraih (memegang), menggoyang-
goyangkan badan, dan memukul sesuatu. Ini karena adanya dorongan
keinginan untuk mengetahui bagaimana reaksi atas perbuatannya tersebut.
Dalam usia ini anak memiliki senjata terbesar, yakni menangis.
Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium
sensorimotorik ini inteligensi anak baru nampak dalam bentuk aktifitas
motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik dalam stadium ini yang penting
adalah tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau hanya
dibayangkan saja.
Untuk lebih jelasnya Piaget juga berpendapat bahwa tahapan ini menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-
tahapan:

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia 1 bulan dan
berhubungan terutama dengan refleks. Tingkah laku bayi lebih refleks,
tindakannya didasarkan pada refleks yang dibuat terhadap rangsangan dari
luar. Waktu itu, belum ada diferensiasi objek. Contoh: bayi mengikuti objek
yang bergerak dengan mata sampai objek menghilang perhatian segera
hilang dan memandang sebentar pada tempat objek yang menghilang
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia 1-4 bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. Pada usia
ini, bayi mulai membuat diferensiasi objek dan koordinasi mata dan suara
contoh nya : bermain-main dengan jari jari kakinya sendiri.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia 4-8 bulan dan
berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan
pemaknaan. Pada usia ini, bayi mulai membuat reproduksi akan tindakan-
tindakan yang menarik. Ia mulai membedakan antara sarana dan tujuan.
Contohnya : membuka pintu atau tas.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia 8-12 bulan, saat
berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen
walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek). Ia
mulai menggunakan sarana untuk mencapai tujuan, melihat permanensi benda dan
sadar bahwa benda lain dapat menjadi sebab tindakannya. Contohnya anak mencoba
memegang dengan objek yang menghilang dari pandangan mata. Mencari terus dimana
pertama kali menemukan nya walaupun melihat kalau di pindah.
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia 12-18 bulan, dan
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
Tingkah laku intelegensi anak muncul. Ia mencoba mencari pemecahan melalui
eksperimen, trial and error. Contohnya mencari objek di tempat terakhir melihat nya
menghilang, misal di tangan bukan di bawah meja atau layar tempat objek di tinggalkan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, muncul pada usia 18-24 bulan, dan
berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. Anak mulai mampu
menggambarkan objek dan kejadian dengan simbol. Kemampuan ini membebaskannya
dari intelegensi sensorimotor dan berkembang ke intelegensi representasional. Pada
periode terakhir ini, aspek mental sudah banyak berperan. Contohnya anak
menggunakan kecakapan simbolis yang baru berkembang untuk membayangkan
kemungkinan berbagai perpindahan yang tidak nampak dari pada objek yang
tersembunyi. Khusus terikat pada perpindahan yang Nampak.
Tahap Pra-operasional (Usia 2-7 Thn)
Tahap ini merupakan tahap kedua menurut Piaget. Tahap pra operasional dimulai dengan
penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi (tidak langsung) serta
bayangan dalam mental. Semua proses ini menunjukan bahwa anak sudah mampu untuk
menunjukan tingkah laku simbolis. Anak sekarang tidak lagi mereaksi begitu saja terhadap
stimulus-stimulus melainkan nampak ada suatu aktivitas internal.
Dalam tahap ini juga anak mulai melukiskan dunia dengan kata kata dan gambar gambar,
melampaui hubungan sederhana antara informasi sensoris dan tindakan fisik. Meskipun
demikian menurut Piaget anak anak pra sekolah ini belum mampu melakukan apa yang
oleh Piaget sebut “operasi”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang
memungkinkan anak-anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya dilakukan
secara fisik.
Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Misal ketika kita berada disekitar bayi
atau anak dan anak itu tidak melihat kita, dia tidak berpikir kita dapat melihatnya. Anak juga
belum mampu (secara persepsual, emosional-motivational, dan konsepsual untuk
mengambil perspektif orang lain).
Contoh : anak diajak kelapangan balap mobil. Dilapangan tadi ada tiga buah mobil, merah,
putih, dan biru berjejeran. Bila anak diminta untuk menyebutkan urutan mobil tadi dari sudut
pandangan orang lain yang berdiri diseberang sebaliknya, maka ia akan menjawab dari
sudut perspektifnya sendiri.
Tahap Operasional Konkrit ( Usia 7 – 11 tahun )
Tahap ini adalah tahap ketiga dari Piaget. Tahap Operasional Konkrit dapat
digambarkan sebagai menjadinya positif ciri-ciri yang negative pada stadium
berpikir pra-operasional.
Anak dapat melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat
bernalar secara logis, sejauh hal itu diterapkan dengan contoh-contoh yang
spesifik atau konkrit.
Pada tahap ini juga kemampuan klasifikasi sudah mulai muncul tapi masih
kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah abstrak
Pada tahap ini juga terdapat penyempurnaan tiga ranah penting dalam pertumbuhan
intelektual yaitu, konservasi, klasifikasi, dan transitivitas.
• Konservasi (conversation) ranah pertama adalah kemampuan untuk
mentransformasikan sifat objek. Contohnya ialah anak dihadapkan kepada tiga
bentuk bejana yang berbeda kemudian anak disuruh menuangkan air kedalam
bejana dan bergantian, maka akan dilihat bahwa tinggi air akan berbeda dalam tiga
bejana tersebut padahal volume air yang dituangkan sama.
• Klasifikasi (classification) melibatkan pengelompokan dan kategorisasi objek-objek
yang mirip. Pada tahap operasional konkrit, anak akan menjawab pertanyaan ini
dengan menggunakan kemampuannya untuk mengklasifikasikan. Sistem operasional
konkrit atau pengelompokan ini mirip dengan konservasi. Semua ini dapat dilakukan
dalam pikiran. Contohnya ialah didalam suatu kandang terdapat 3 ekor kucing dan 4
ekor anjing yang dihadapkan pada anak, anak ditanya banyak manakah maka
mereka akan menjawab lebih banyak anjing dibanding kucing.
• Seriasi (seriation) dan transitivitas (transitivity) adalah dua kemampuan yang
terpisah, namun saling berhubungan. Seriasi melibatkan kemampuan untuk
merangkai secara bersamaan serangkaian elemen menurut hubungan tertentu.
Contohnya seorang anak yang diminta mengatur beberapa tongkat menurut
panjangnya akan mampu mengatur semuanya. Kemampuan seriasi secara lengkap
dapat dicapai setelah system operasi konkrit berkembang. Transitivitas berhubungan
dengan kemampuan seriasi.
Tahap Operasional Formal (Mulai Usia 11 tahun)
Tahap ini adalah tahap keempat dari piaget. Tahap ini berlangsung
antara usia 11 hingga 15 tahun dan terus berlangsung hingga masa
dewasa. Dalam tahap ini, individu melampaui pengalaman-pengalaman
konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari
pemikiran yang lebih abstrak, remaja mengembangkan gambaran
mengenai keadaan yang ideal. Anak dalam stadium operasinal konkrit
sangat terikat pada masa kini. Ia belum mampu untuk
memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa ada.
• Berpikir operasional formal mempunyai dua sifat yang penting :
Sifat deduktif-hipotetis, bila anak yang berpikir operasional konkrit harus
menyelesaikan suatu masalah maka ia langsung memasuki masalahnya. Misalnya:
anak biasanya melewati jalan yang sama ketika jalan ke sekolah nya ,namun
karena ada acara besar sehingga jalan di tutup maka dia pun memilih atau mencari
jalan lain untuk ke sekolah nya.
• Berpikir operasional formal juga berpikir kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan
cara bagaimana di lakukan analisis nya. Hal ini dapat di gambarkan dengan contoh
berikut:
Pencoba memberikan 5 buah gelas berisi cairan tertentu kepada anak. Suatu
kombinasi cairan ini membuat cairan tadi berubah warna. Anak di minta mencari
kombinasi ini. Di tahap inilah anak mencoba untuk mencari kemungkinan-
kemungkinan kombinasi tadi secara tidak sistematis, secara trial and error sampai
secara kebetulan ia menemukan kombinasi tersebut.
Dengan adanya keempat tahapan perkembangan kognitif di atas,
jelaslah bahwa kemampuan yang harus dimiliki anak tidak diperoleh
secara langsung, tetapi secara bertahap dan bergantung pada
banyaknya stimulus dan ruang gerak anak dalam mengeksplorasi
lingkungan hidupnya sejak anak lahir.
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky’s
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara
aktif membangun pengetahuan dan pemahamannya. Dalam teori
Piaget, anak-anak mengembangkan cara berpikir dan
memahami melalui tindakan dan interaksi mereka dengan dunia
secara fisik. Dalam teori Vygotsky, anak-anak lebih
dideskripsikan sebagai makhluk sosial daripada dalam teori
Piaget. Anak-anak menyusun pemikiran dan pemahamannya
terutama melalui interaksi sosial. Dalam Teori Perkembangan
Kognitif ini, Vygostky mempunyai 3 metode perkembangan
antara lain sbb:
1. Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development/ZPD)
Zone of Proximal Development adalah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas
yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat
dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau
anak-anak yang lebih terampil. Dengan ZPD ini, Vygotsky yakin pentingnya
pengaruh ‘sosial’ dan ‘pengajaran’ terhadap perkembangan ‘kognitif’
seorang anak.
Gambaran metode ZPD
2. Metode Scaffolding
Konsep yang berkaitan erat dengan gagasan mengenai ZPD adalah konsep
mengenai scaffolding. Scaffolding berarti mengubah level dukungan.
Sepanjang sesi pengajaran, seseorang yang lebih terampil (guru atau
teman yang lebih pandai) dapat menyesuaikan besar nya bimbingan yang di
berikan dengan prestasi anak (Daniels, 2007). Ketika siswa mempelajari
sebuah tugas baru orang yang terampil dapat menggunakan instruksi
langsung. Seiring dengan meningkatnya kompetensi siswa, bimbingan yang
di berikan dapat di kurangi. Tujuan setiap pengajaran seyogjanya
menanamkan dalam jiwa peserta didik rasa penemuan dan kesadaran,
bukannya sekadar pendidikan di permukaan saja, soalnya, setiap
kecakapan yang berhasil dipelajari sebuah balok bangunan yang akan
memperkuat proses pembelajaran berikutnya.
3. Bahasa dan Pemikiran
Penggunaan dialog sebagai alat scaffolding merupakan salah satu contoh
penting peran bahasa di dalam perkembangan anak. Menurut Vygotsky,
tujuan dari percakapan yang di lakukan anak-anak sebetulnya tidak hanya
untuk melakukan komunikasi sosial namun juga untuk membantu mereka
dalam menyelesaikan tugas.
Contohnya: seorang anak yang sedang mengerjakan sebuah puzzle mungkin
berkata dengan dirinya sendiri " potongan manakah yang harus aku
gabungkan pertama kali? Pertama- tama aku akan mencoba dengan
potongan puzzle yang berwarna kuning , sekarang aku membutuhkan yang
warna biru. Oh tidak, yang biru tidak cocok disitu, aku mencobanya di sini.
Aspek Kognitif dalam Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar
mengejar masalah kecerdasannya saja. Berbagai potensi anak didik atau subyek
belajar lainnya juga harus mendapatkan perhatian yang proporsional agar
berkembang secara optimal. Karena itulah aspek atau factor rasa atau emosi maupun
ketrampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang.
Konsep kognitif dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956. Karena itulah
konsep tersebut juga dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom.
Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :
1. Pengetahuan (knowledge) -> Mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang
sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting
adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
2. Pemahaman (comprehension) -> Mengacu kepada kemampuan memahami makna
materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir
yang rendah.
3. Penerapan (application) -> Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan
menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
4. Analisis (analysis) -> Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke
dalam komponen-komponen atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu
memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga
struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun
penerapan.
5. Sintesis (evaluation) -> Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk
baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan
kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
6. Evaluasi (evaluation) -> Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat
kemampuan berfikir yang tinggi.

Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan
akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang
dalam proses pengajaran.
Prinsip-Prinsip Perkembangan Kognitif
Piaget mengembangkan beberapa konsep yang dimana ingin mengembangkan
pengetahuan anak untuk mengenal dunia. Konsep khusus yang ada di dalamnya
di dalam prinsip-prinsip perkembangan kognitif adalah :
A. Skema, menurut piaget ketika seorang bayi mencoba membangun
pemahamannya mengenai dunia maka otak mereka yang sedang
berkembang itu menciptakan skema, yakni berbagai tindakan atau
representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan.
B. Organisasi (Organization), Pikiran dalam perspektif Piaget bersifat
terstruktur atau terorganisasi, meningkat kompleksitasnya, dan terintegrasi.
Contoh: Seorang bayi dapat menggenggam dan melihat. Pada mulanya bayi
hanya bisa melihat dan menggenggam benda yang diletakkan di tangannya,
belum dapat meraih benda, namun lama kelamaan anak akan mampu
mengkoordinasikan fungsi tangan dan melihatnya secara bersamaan untuk
akhirnya bisa meraih benda.
C. Adaptasi (adaptation) adalah proses penyesuaian skema sebagai tanggapan
atas lingkungan, yakni dengan cara asimilasi dan akomodasi. (Asimilasi
adalah proses perolehan informasi informasi dari luar, Akomodasi meliputi
proses perubahan (adaptasi) skema lama untuk memproses informasi dan
objek-objek baru di lingkungannya.
D. Ekuilibrasi, yakni mekanisme yang di ajukan Piaget untuk menjelaskan
bagaimana anak beralih dari satu tahap berpikir ke tahap berpikir berikut nya, atau
bisa juga di artikan Ekuilibrasi adalah merujuk pada keseimbangan antara asimilasi
dan akomodasi atau dengan kata lain kemampuan yang mengatur dalam diri
individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya.
Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol,
kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas).
Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut
dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya,
maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama.
Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema
menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi
dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.
KARAKTERISTIK KOGNITIF ANAK
Karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada
pada individu sebagai hasil pembawaan dan lingkungannya, atau untuk lebih
luasnya kemampuan kognisi seorang anak berkembang melalui proses
rangsangan yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.
• Berikut tahapan yang di kemukakan oleh Jean Piaget beserta karakteristik di
dalam nyaPiaget membagi tahapan perkembangan kognitif ke dalam empat
periode, yaitu:
1. 0-2 tahun disebut sebagai periode kepandaian sensori-motorik
(sensorimotorik). Periode ini terbagi atas 6 tahapan, antara lain:
• Tahap 1. (lahir-1 bulan) penggunaan refleks-refleks. Bayi berkoordinasi sensasi
dan tindakan melalui perilaku refleks. Bayi sudah dapat refleks mencari,
mengisap dan menggenggam,. Secara relaksif, bayi yang baru lahir akan
mengisap ketika bibirnya di Sentuh.
• Tahap 2. (1-4 bulan) reaksi-reaksi sirkuler primer. Anak dapat berkoordinasi
sensasi dan dua jenis skema kebiasaan (refleks) dan reaksi sirkuler primer
(usaha mereproduksi suatu peristiwa yang mulanya terjadi secara kebetulan).
Fokus utamanya masih di sekitar tubuh bayi. Bayi belajar menyesuaikan
gerakan kepala dan bibir untuk menemukan putting susu saat menyusui
• Tahap 3. (4-8 bulan) reaksi-reaksi sirkuler sekunder. Bayi lebih berorientasi pada
objek melampaui preokupasi terhadap diri sendiri; tindakan di ulang-ulang karena
takjub atau menyenangkan. Bayi mendekat agar orang tetap berada di dekatnya;
ketika orang itu menjauh, bayi mendekat lagi. Bayi sudah mulai ingin menarik
perhatian orang di sekitar nya
• Tahap 4. (8-12bulan) koordinasi reaksi sirkuler sekunder. Koordinasi penglihatan dan
sentuhan tangan mata; koordinasi skema dan kesengajaan. Bayi sudah terbiasa
dengan kegiatan yang berulangkali di lihatnya. (Ibunya memberi susu, Melihat kakak
nya mengajak bermain)
• Tahap 5. (12-18 bulan) reaksi-reaksi sirkuler tersier. Minat bayi semakin tergugah
terhadap berbagai karakteristik objek ataupun segala yang di dapat mereka lakukan
terhadap objek itu; mereka bereksperimen dengan perilaku baru. Bayi sudah mulai
bermain dengan mainnya dan bereksperimen .misal sebuah kotak mungkin di
jatuhkan, di putar, di tabrakkan ke benda lain, dan di gelindingkan.
• Tahap 6. (18 bulan-2 tahun) internalisasi skema. Bayi mengembangkan kemampuan
menggunakan simbol-simbol primitif dan membentuk representasi mental yang
menetap. " bayi yang belum pernah menunjukkan tempat Tantrum Sebelum melihat
kawannya menunjukkan perilaku ini; bayi menyimpan memori mengenai suatu
peristiwa, kemudian menampilkan perilaku itu di hari berikutnya. Bayi sudah mulai
melakukan kegiatan berulang-ulang yang sebelumnya di lihatnya. Misal nya meraih
bola atau mainan di sekitarnya
2. Masa praoperasional (2-7 tahun). Pada masa ini seorang anak sudah
memiliki kemampuan menggunakan simbol yang mewakili suatu konsep.
Terbagi atas :
3. 7-11 tahun disebut sebagai periode operasi-operasi berpikir konkret
(operasional konkret). Bagaimana karakteristik lain dari anak-anak yang
telah mencapai tahap operasi konkret? Salah satu keterampilan yang
penting adalah kemampuan mengklarifikasikan atau membagi benda-benda
ke dalam perangkat atau diberangkatkan yang berbeda, dan
memperhitungkan keterkaitannya.
4. 11 tahun sampai dewasa disebut sebagai periode operasional
formal. Bagaimana karakteristik dari tahapan Operasional formal itu?
Pemikiran operasional formal lebih bersifat abstrak di bandingkan pemikiran
operasional konkret. Pemahaman remaja tidak lagi terbatas pengalaman-
pengalaman yang aktual atau konkret. Remaja sudah mampu merekayasa
menjadi seakan-akan benar terjadi. * Sudah tahu baik buruknya dalam
bersikap dan bertindak, misal tidak mencuri, merokok dan lainnya
• IMPLIKASI PERKEMBANGAN KOGNITIF TERHADAP
PROSES PEMBELAJARAN

Implikasi merupakan sebuah konsekuensi, keterlibatan, atau akibat langsung dari


hasil penemuan suatu penelitian ilmiah.
Perkembangan kognisi adalah perkembangan tentang pengetahuan.
Perkembangan kognitif meliputi kemampuan metakognitif, strategi kognitif, gaya
kognitif, dan pemikiran kritis. Metakognisi adalah pengetahuan dan kesadaran
tentang proses kognitif atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya.
Strategi kognitif merupakan salah satu kecakapan aspek kognitif yang penting
dikuasai oleh peserta didik dalam belajar atau memecahkan masalah. Kemampuan
metakognisi merupakan aspek-aspek kognitif yang penting dalam meningkatkan
prestasi belajar peserta didik. Meskipun demikian, hasil penelitian menunjukan
adanya perbedaan individual antara peserta didik dalam usia yang sama.
Berikut ini berapa upaya yang harus dilakukan pendidik dalam mengembangkan
kemampuan metakognisi dan strategi kognitif.
1. Pendidik harus mengajarkan peserta didik untuk menggunakan strategi belajar
yang sesuai dengan kelompok usia mereka.
2. Memberikan pelatihan tentang strategi belajar, kapan, dan bagaimana
menggunakan strategi untuk mempelajari tugas-tugas dan sulit.
3. Menunjukan strategi belajar yang efektif serta mendorong peserta didik untuk
menggunakan startegi nya sendiri
4. Mengidentifikasi situasi-situasi dimana suatu strategi memungkinkan untuk
digunakan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sendiri dengan sedikit
atau tanpa bantuan pengajar.
6. Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengakses
hasil belajarnya sendiri sehingga mereka bisa mengetahui apa yang telah
dikerjakannya dan apa yang belum diketahuinya.
7. Sering memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar mereka ketika
pendidik sering memberikan umpan balik
8. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi belajarnya
sendiri dan menolong mereka mengembangkan mekanisme melakukan
perbuatan belajar yang efektif.
9. Mengharapkan dan menganjurkan peserta didik untuk belajar mandiri,
yakni melakukan perbuatan belajar sendiri, menetukan sendiri apa yang
harus dilakukan untuk memecahkan masalah sendiri, tanpa bergantung
pada orang lain.
Implikasi Pengajaran Menurut Vygotsky & Jean Piaget:
Menurut Vygotsky, guru sebagai fasilitator dan pembimbing, bukan sebagai
pengarah; meraih banyak kesempatan bagi anak-anak untuk belajar dengan guru
dan kawan-kawan sebaya yang lebih terampil.
Menurut Jean Piaget juga memandang guru sebagai fasilitator dan pembimbing
bukan sebagai pengarah; menyediakan dukungan bagi anak-anak untuk
mengeksplorasi dunia mereka dan menemukan pengetahuannya.

Implikasi Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran


Implikasi tentang perkembangan kognitif menurut Bruner dalam pembelajaran,
yaitu sebagai berikut:
1. Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu
memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak. Contoh cara berteman
yang baik dengan kawannya bagaimana.
2. Anak, terutama pada pendidikan anak usia dini dan anak SD kelas rendah, akan
belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari, misalnya
dengan melihat, merasakan, mencium, dan sebagainya.
3. Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif dapat menarik minat
dan mengembangkan pemahaman anak.
Perkembangan kognitif (intelektual) pada usia 12-20 tahun proses
pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Pada usia 16 tahun berat otak
sudah menyamai orang dewasa. Pada masa remaja terjadi reorganisasi
lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif
tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau
mengambil keputusan. Lobe frontal ini berkembang sampai usia 20 tahun
lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual remaja, seperti
halnya anak usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja tersebut
berbakat namun belum bijaksana.
KESIMPULAN

Kognitif adalah salah satu ranah dalam pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis),
sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif manusia
mulai dari usia anak-anak sampai dewasa, mulai dari proses- proses berpikir
secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep abstrak
dan logis. Jean Piaget seorang pakar yang banyak melakukan penelitian
tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia, mengemukakan dalam
teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir
hingga dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia tetapi usia pada
saat seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak sama untuk setiap orang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai