PSIKOLOGI KOGNITIF
-----------------
Disusun Oleh :
22181004P
PALEMBANG
2023
MATERI 1
KONSEP DASAR PSIKOLOGI KOGNITIF
A. Psikologi Kognitif
2. Wilhelm Wundt
Pada abad 19 dan 20, Wilhelm Wundt (1832-1920) seorang ahli psikologi
dari tanah Jerman memberikan mendapat bagaimana cara mempelajari
pengalaman sensori melalui cara instropeksi. Untuk memahami proses
perpindahan maklumat atau cara berfikir, maka maklumat tersebut harus
dibagi dalam beberapa struktur berfikir yang lingkupnya jauh lebih kecil,
aliran strukturisme Wundt menumpukan pada proses berfikir akan tetapi,
aliran fungsionalisme memiliki pendapat bahwa sangat penting untuk
manusia untuk tahu apa dan mengapa mereka melakukan sesuatu.
Dalam kondisi ini otak merupakan sistem fisik dalam bekerja pada batas
hukum alam dan kekuatan sebab akibat, otak dapat menampung ingatan
secara tak terhingga dan apapun yang masuk dalam sistem memorinya
secara simultan. Otak akan membentuk sebuah kategori yang sangat
konseptual dari hasil kemampuan membedakan pengindraan dan
menghasilkan kemampuan yang tidak terbatas.
F. Aspek kognitif
1. Kognisi
Dalam istilah kognisi, maka psikologi kognitif dipandang sebagai cabang
psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas pikiran
manusia, misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa, penalaran dan
pemecahan masalah.
1. Proses-Proses persepsi
Ada seorang karyawan baru yang bekerja di suatu perusahaan yang
tingkat profesionalismenya kurang. Di situ, baik karyawan yang rajin
maupun yang malas mendapat gaji yang sama. Setelah lama
beradaptasi di kantor itu, karyawan beru tersebut memiliki persepsi
bahwa dia tidak perlu bekerja dengan sungguh-sungguh karena tidak
akan berpengaruh pada gajinya.
2. Ingatan
Kemampuan mengingat informasi dari membaca tentunya akan lebih
lama dari hanya sekedar mendengar. Karena dengan membaca, pikiran /
otak kita akan bekerja lebih keras untuk memahami dan menyimpan
informasi tersebut. Sedangkan dengan mendengar, kita hanya
mengandalkan telinga, asalkan kita hafal. Bahkan kadang-kadang tanpa
pemahaman.
3. Bahasa
Informasi akan lebih mudah kita pahami dan kita mengerti, apabila
bahasa yang digunakan sesuai dengan bahasa kita, maka informasi itu
akan lebih maksimal kita gunakan. Karena otak / pikiran kita mampu
mencerna inti informasi tersebut.
4. Penalaran
Seseorang yang memiliki penalaran secara baik akan dapat
memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, tidak
hanya dari satu sisi saja. Tapi dapat diperoleh dari bagian lain, karena
suatu masalah biasanya yang hanya memiliki indikasi.
5. Persoalan
Sikap dan perilaku manusia dapat mencerminkan masalah yang
sedang dihadapi. Sikap dan perilaku ini, apabila digabungkan dengan
informasi yang sudah ada, maka dapat menciptakan suatu solusi.
2. Pendekatan Kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi kognitif dapat dipandang
sebagai cara tertentu di dalam mendekati berbagai fenomena psikologi
manusia. Konsep ini menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan,
ingatan, dan proses-proses berpikir bagi perilaku manusia.
1. Peran-Peran persepsi
Orang yang berpersepsi / berpikir bahwa kegagalan adalah sukses
yang tertunda, dia akan selalu berusaha untuk mencoba lagi, walaupun
dia ridak tahu kapan dia akan berhasil. Karena dipikirannya semakin dia
mencoba, semakin banyak informasi yang didapat, maka tingkat
kesalahan dapat diminimalisir / dihindari. Hal ini menjadikannya sebagai
pribadi yang sabar dan ulet.
2. Pengetahuan
Orang yang banyak pengetahuan, biasanya lebih mengerti dan dapat
mengelola informasi dengan cepat, karena dia tahu bagaimana cara
mendapatkan informasi yang cepat, tepat, murah dan efisien.
3. Proses-Proses Berpikir
Jenjang pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup
mempengaruhi proses-proses dan pola berpikir kita. Orang yang
berpendidikan tinggi, hidup di lingkungan berpendidikan dan cara hidup
yang modern, biasanya akan mencari suatu informasi dengan cara yang
berbasis teknologi yang lebih cepat dan praktis. Ini karena mereka telah
dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara berpikir yang cepat.
1. Menggambarkan Perilaku
Disadari atau tidak, salah satu Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif
adalah untuk mengetahui perilaku. Sebenarnya psikologi kognitif ini tidak
sekedar tentang mengamati manusia tetapi juga manusia. Setidaknya
dengan mengetahui perilaku makhluk, memudahkan kita bisa lebih
memahami orang lain.
2. Menjelaskan sesuatu
Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif yang tidak kalah penting adalah,
dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu terhadap banyak hal. Tidak
Hanya melulu tentang menjelaskan kepribadian,perilaku sosial,
perkembangan, kesehatan mental. Tetapi juga dapat lebih bermakna dari itu,
yaitu mengeksplorasi ilmu pengetahuan.
3. Memprediksi
Tidak berhenti sampai disitu saja. Psikologi kognitif juga dapat
membantu untuk memprediksi tentang banyak hal. Misalnya memprediksi
tentang cara seseorang bertindak, dan cara seseorang melakukan
banyak hal yang dapat membantu untuk merancang atau meramalkan
masa depan.
4. Mengubah
Tujuan Mempelajari Psikologi Kognitif yang terakhir adalah dapat
mengubah, mengendalikan perilaku seseorang dan mempengaruhi
seseorang. Dimana, dalam kehidupan sosial yang mengalami konflik atau
permasalahan, perubahan penting untuk membuat tatanan yang lebih tertata
dan terstruktur.
MATERI 2
PERSEPSI
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di
sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas,
menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi
yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung
makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi
adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu
sekumpulan objek.
4. Proses Persepsi
Persepsi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui suatu proses. Walgito
(1989:54) menyatakan bahwa terbentuknya persepsi melalui suatu
proses, dimana secara alur proses persepsi dapat dikemukakan sebagai
berikut: berawal dari objek yang menimbulkan rangsangan dan
rangsangan tesebut mengenai alat indra atau reseptor. Proses ini
dinamakan proses kealaman (fisik). Kemudian rangsangan yang diterima
oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini
dinamakan proses fisiologis. Selanjutnya terjadilah suatu proses di otak,
sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor
itu, sebagai suatu rangsangan yang diterimanya. Proses yang terjadi
dalam otak/pusat kesadaran itulah dinamakan dengan proses psikologis.
Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu
menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indra (reseptor).
Persepsi perabaan
Persepsi perabaan merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
perabaan yaitu kulit. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa
yang disentuhnya atau akibat persentuhan sesuatu dengan kulitnya.
Persepsi penciuman
Persepsi penciuman merupakan persepsi yang didapatkan dari indera
penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa
yang cium.
Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa merupakan jenis persepsi yang didapatkan
dari indera pengecapan yaitu lidah. Seseorang dapat mempersepsikan
sesuatu dari apa yang ecap atau rasakan.
6. Indikator Persepsi
Menurut Robbin indikator-indikator persepsi ada dua macam, yaitu:
a. Penerimaan.
Proses penerimaan merupakan indikator terjadinya persepsi dalam
tahap fisiologis, yaitu berfungsinya indera untuk menangkap rangsang
dari luar.
b. Evaluasi
Rangsang-rangsang dari luar yang telah ditangkap indera,
kemudian dievaluasi oleh individu. Evaluasi ini sangat subjektif. Individu yang
satu menilai suatu rangsang sebagai sesuatu yang sulit dan membosankan,
tetapi individu yang lain menilai rangsang yang sama tersebut sebagai
sesuatu yang bagus dan menyenangkan.
a. Menyerap
Stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera, masuk
ke dalam otak, mendapat tempat, sehingga disitu terjadi proses analisis,
diklasifikasi dan diorganisir dengan pengalaman-pengalaman individu
yang telah dimiliki sebelumnya, karena itu penyerapan itu bersifat
individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap sama.
8. Sifat Persepsi
Menurut New Comb ada beberapa sifat yang menyertai proses persepsi
yaitu:
a. Konstansi (menetap), bahwa individu mempersepsikan kubus kayu
itu sebagai kubus, meskipun warnanya berubah-ubah, atau besar
kecilnya berbeda-beda. Demikian pula meskipun bahannya dari
selain kayu. Sama halnya juga dengan individu akan
mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri (tetap),
meskipun gerak-gerik, sifat dan tingkah lakunya berubah.
b. Selektif bahwa tidak semua objek yang diterima dalam waktu yang
sama akan dipersepsi, namun individu akan memilih tergantung
keadaan psikologis individu. Misalnya objek mana yang menarik,
menyenangkan, berguna, kesesuaiannya dengan tingkat
kemampuan individu dan sebagainya.
c. Bahwa objek-objek persepsi yang berupa informasi-informasi yang
sama, dapat diorganisir, ditafsirkan dan dinilai secara berbeda oleh
orang yang berbeda, maupun orang yang sama.
9. Objek Persepsi
Objek persepsi merupakan factor yang sangat menentukan dalam hasil
persepsi. Menurut Bimo Walgito objek persepsi dapat dibedakan atas objek
yang non manusia dan manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia ini
disebut person perception atau juga ada yang menyebutkan sebagai social
perception. Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi
mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan, ataupun aspek- aspek lain
seperti halnya pada orang yang mempersepsi. Karena itu pada objek
persepsi, yaitu manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatarbelakangi
objek persepsi, dan perseptor sendiri.
MATERI 3
INGATAN (MEMORY)
Para ahli sepakat bahwa proses memori tidak hanya seperti yang
dijelaskan pada tersebut diatas tetapi tergantung dari mana memori dilihat,
seperti penjelasan Davis (dalam Hamberg, 2006), menurutnya informasi yang
masuk harus melalui tiga tahapan yang belum disimpan dalam waktu yang
lama. Tiga tahapan tersebut adalah:
d. Memori Kerja
g. Memori Flashbulb
Memori Flashbulb merupakan memori pada situasi dimana
seseorang untuk pertama kalinya belajar/mencoba sesuatu yang sangat
berkesan baginya atau yang secara emosiional menyentuh perasaannya
(Bhinnety, 2009).
Model Atkinson dan Shiffrin muncul antara tahun 1960 dan 1970.
Konsepnya yang paling diterima dan bertahan lama dalam pengkajian para
ahli psikologi kognitif adalah elaborasi model pengolahan informasi yang
diususlkan oleh Broadbent. Atkinson dan Shiffrin membagi memori ke dalam
tiga komponen utama. Pertama, penyimpanan singkat yang bertugas
menyimpan informasi. Kedua, penyimpanan informasi jangka pendek, dan
ketiga, penyimpanan informasi jangka panjang. Model Atkinson dan Shiffrin,
yang disebut sebagai model modal, menurut para peneliti lain terlalu
menyederhanakan konsep memori dan menempatkan terlalu banyak
penekanan pada struktur sementara mengabaikan proses (Kuswana, 2011).
c. Model Broadbent.
Bertolak dari penelitian mengenai pengindraan, model ini pada intinya
mempelajari tanggung jawab pengolahan informasi yang saling
berhubungan, seperti perhatian, persepsi dan memori (Kuswana, 2011).
e. Model Baddeley
Hitch dan Baddeley mengusulkan suatu model multikomponen, memori
jangka pendek dan beberapa fungsi komponen sebagai buffer penyimpanan
informasi sementara dan yang lainnya sebagai proses pasif. Baddeley telah
melakukan berbagai penyelidikan dan menambahkan subkomponen lain
yang disebut episodic buffer (penyangga episodik). Hasil penelitian
memberikan bukti empiris bahwa pembagian memori kerja ke penyimpan
berbasis modalitas jangka pendek dan eksekutif pusat merupakan
pengolahan modalitas bebas yang dilakukan memori kerja (Kuswana, 2011).
1. Pemecahan Masalah
Memecahkan masalah merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran matematika, karena persoalan yang ada dalam
matematika tidak dapat diperoleh secara instan ataupun hafalan.
Sebagaimana dalam kehidupan, setiap persoalan memiliki langkah
penyelesaian masalah masing- masing. Menurut Akyuz, Yetik, dan Keser
(2012), “People face lots of problems in their everyday lives and try to
solve these problems”. Sedangkan menurut Tarhadi (2015),
mendefinisikan pemecahan masalah sebagai cara berpikir, menganalisis,
serta menalar dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan
yang terkait dengan masalah tersebut. Terdapat beberapa jenis masalah,
yaitu;
b) Berpikir Deduktif
Kebalikan dari berpikir induktif, berpikir deduktif prosesnya
berlangsung dari umum menuju kepada yang khusus. Dalam cara
berpikir ini orang bertolak dari suatu teori ataupun prinsip ataupun
kesimpulan yang dianggap benar dan sudah bersifat umum. Darisitulah
diterapkan kepada fenomena-fenomena yang khusus dan mengambil
kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
c) Berpikir Analogis
Analogi berarti persamaan atau perbandingan. Berpikir analogis
adalah berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan
fenomena- fenomena yang biasa/pernah dialami. Di dalam cara berpikir
ini orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang
pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang.
Dari penjelasan berpikir diatas dapat diperinci lagi kedalam indikator
proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika yang
diambil dalam tabel milik (utomo, 2013) adalah sebagai berikut:
Tabel Indikator proses berpikir siswa dengan pendekatan polya (Utomo, 2013)
Pemecahan Masalah Proses Berpikir Indikator Polya
Menerima
Mengakses informasi
informasi
Menyimpan Melakukan pengulangan dalam membaca
informasi masalah
Mengolah
Memahami masalah Menyebutkan tujuan
informasi
Mendeskripsikan kembali dengan bahasa
Memanggil
sendiri
Kembali
Mengingat kembali cara pemahaman yang
informasi
dilakukan sebelumnya
Mengingat konsep, rumus atau aturan serupa
Memanggil
yang sudah dikuasai dan mencoba masalah
kembali
Merencanakan yang berhubungan
Pemecahan Mengaitkan informasi yang ada dengan
Mengolah
pengetahuan yang dimilik i
informasi
Memeriksa pengetahuan awal dengan tujuan
Memanggil
kembali Mengingat informasi yang penting
Melaksanakan informasi
pemecahan rencana Mengaitkan rencana penyelesaian dengan
Mengolah pengetahuan yang dikuasai
informasi
Berargumen logis
Memanggil
Mengingat penyesuaian yang dilakukan
kembali
Memeriksa kembali Mengetahui adanya gagasan yang salah
Mengolah
Meneliti kembali kebenaran
informasi
Mengetahui hal penting yang perlu dicek
- Coba identifikasi standar, norma-norma atau nilai-nilai apa saja yang telah
dilanggar dari permasalahan ini.
- Kita perlu menentukan dimana titik permasalahan yang ada dan mulai
merancang proses pemecahan masalah.