TEORI INTELEGENSI
OLEH :
Dosen Pengampu :
Siti Khosiyah,S.Psi.I,M.Psi
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan mengucapakan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya
sehingga penulisan dapat menyusun makalah ini dengan harapan dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca khususnya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusun
makalah ini terutama kepada Ibu Siti Khosiyah,S.Psi.I,M.Psi selaku dosen mata kuliah
psikologi kognitif yang telah memberikan arahan serta bimbingannya dalam terselesaikannya
makalah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak
kekurangan.Maka dari itu penulis mengharap kritik serta saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………………………….
Kata Pengantar………………………………………………………………………………..…i
Daftar isi…………………………………………………………..……………………………ii
BAB I……………………………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………...
Latar belakang…………………………………………………………………………….4
Rumusan masalah…………………………………………………………………..……..4
Tujuan penulisan…………………………………………………………………………..5
BAB II……………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….
Teori Intelegensi………………………………………………………………………….6
Perkembangan Intelegensi………………………………………………………………..8
BAB III……………………………………………………………………………………………..
PENUTUP…………………………………………………………………………………………
Kesimpulan………………………………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA…………………….……..……………………………………….……...10
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Intelegensi adalah kecerdasan atau keahlian yang telah ada sejak lahir,kecerdasan
sekarang menjadi tolak ukur seseorang dengan kecerdasan kita bisa melakukan apapun itu.Ingat
setiap manusia memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda tidak semua manusia itu sama.
Inteligensi merupakan atribut psikologis yang memiliki peranan sangat diperhatikan pada proses
pendidikan, terkhusus keilmuan dan praktik Bimbingan dan Konseling. Bentuk peranan
inteligensi tergabung secara implisit dalam upaya pemecahan masalah pendidikan di Indonesia.
Inteligensi atau kecerdasan intelektual adalah salah satu kemampuan mental, pikiran, atau
intelektual dan merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi.
Dalam proses pendidikan inteligensi diyakini sebagai unsur penting yang sangat menentukan
keberhasilan belajar siswa maupun mahasiswa. Namun inteligensi merupakan salah satu aspek
perbedaan individual yang perlu diperhatikan. Setiap orang memiliki inteligensi yang berlainan.
Ada anak yang mempunyai inteligensi tinggi, sedang, dan rendah.
Para ahli kognitif dan juga psikologi kognitif mulai menyadari bahwa untuk menjadi
pembelajar yang benar-benar efektif, seseorang harus terlibat dalam beberapa aktivitas mengatur
diri .Dalam kenyataannya tidak hanya bahwa siswa maupun mahasiswa harus mengatur
perilakunya sendiri, melainkan juga mereka harus mengatur proses-proses mental mereka
sendiri. Pembelajar yang diatur sendiri adalah pengaturan terhadap proses-proses kognitif sendiri
agar belajar semakin sukses.
4
I.3 Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1Teori Intelegensi
Intelegensi dalam psikologi, tokoh pertama yang menyatakan teorinya tentang intelegensi
adalah Spearman dan Wynn Jones Pol yang pada tahun 1951 mengemukakan adanya konsep
lama berkaitan dengan kekuatan yang dapat melengkapi akal dan pikiran manusia. Intelegensi
dalam psikologi,menurut istilah adalah kecerdasan yaitu kemampuan seseorang dalam berfikir
dan belajar, menemukan pemecahan masalah, caranya memproses sesuatu hal, dan kemampuan
yang dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di dalam ilmu psikologi dikenal
adanya istilah intelegensi yang dapat menggantikan berbagai istilah yang berhubungan dengan
kecerdasan manusia. Pada dasarnya psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku, jadi sejarah
intelegensi dalam psikologi jika dikaitkan dengan istilah inteligensi maka ada tingkah laku yang
membutuhkan banyak intelegensi dan tingkah laku yang membutuhkan sedikit intelegensi.
Di dalam ilmu psikologi sendiri, dikenal dengan adanya intelegensi yang dapat menggantikan
berbagai istilah yang berhubungan dengan kecerdasan manusia. Berikut ini adalah berbagai teori
intelegensi dalam psikologi.
6
1.Teori general intelegensi
Teori ini terdapat pada semua aspek inteligensi secara umum, dengan tingkat tertentu
dalam sejarah inteligensi dalam psikologi. Sebagi contoh, bakat tertentu yang didapatkan sejak
lahir. Adapun karakteristik dari teori general inteligensi ini adalah :
Teori ini ini hanya terdapat pada beberapa faktor inteligensi atau untuk hal- hal tertentu saja.
Sebagai contoh inteleligensi yang terdapat pada seseorang yanag lebih unggul di beberapa
inteligensi saja. Teori ini biasanya berhubungan dengan saraf otot, ingatan, latihan serta
pengalaman. Adapun karakteristik dari teori specific inteligensi ini adalah :
3. Teori Pembawaan
Teori yang ketiga adalah teori pembawaan. Teori pembawaan adalah teori yang meyakini
bahwa hal yang menentukan pembawaan seseorang adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang dibawa
oleh orang tersebut sejak lahir. Batas kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu hal
ditentukan oleh pembawaan masing – masing. Pada dasarnya perbedaan akan tetap ada walaupun
setiap orang menerima informasi, pelajaran dan latihan yang sama.
4. Teori Kematangan
Teori kematangan merupakan teori yanga meyakini bahwa manusia dikatakan mencapai
tingkat kematangan apabila setiap organ tubuhnya telah dapat menjalankan fungsinya masing-
masing dengan optimal. Misalnya, apabila ada seorang individu yang belum bisa memecahkan
masalah tertentu, artinya organ tubuh serta fungsi organ tubuh seseorang tersebut belum
7
mencapai tingkat kematangan yang sesuai dengan yang seharusnya. tingkat kematangan ini
berhubungan erat dengan umur atau usia seseorang.
5. Teori Minat
Teori minat ini merupakan teori yang meyakini bahwa adanya minat yang khas akan
mengarahkan perbuatan seseorang kepada cara atau proses yang dilakukannya untuk mencapai
tujuannya. Motif merupakan dorongan untuk sutau perbuatan yang dilakukan. Biasanya manusia
terdorong untuk melakukan interaksi dengan dunia luar dengan mengeksplorasi, dan lama
kelamaan akan timbul minatnya untuk sesuatu hal yang memang sesuai dengan minta individu
tersebut.
6. Teori Kebebasan
Teori ini adalah salah satu teori yang menekankan bahwa manusia dapat memilih metode
tertentu dalam upayanya untuk memecahkan masalah yang dihadapainya. Kebebasan ini berarti
bahwa minat tidak akan selalu menjadi syarat dalam perbuatan yang mengandung intelegensi.
Pendapat - pendapat baru membuktikan bahwa inteligensi anak - anak yang mempunyai
pikiran lemah juga dapat didik dengan cara yang lebih tepat. Kenyataan juga membuktikan
bahwa daya pikir anak - anak yang telah mendapat didikan dari sekolah, menunjukkan
sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah. Dari batasan yang
dikemukakan diatas, dapat kita ketahui bahwa:
1. Inteligensi adalah faktor total. Berbagai macam daya jiwa yang ada didalamnya
(ingatan, fantasi, perasaan, minat, dan sebagainya) saling bersangkutan erat.
2. Kita hanya dapat mengetahui inteligensi dari tingkah laku atau perbuatannya yang
tampak. Inteligensi dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung. Yaitu melalui
kelakuan inteligensinya.
3. Bagi suatu perbuatan, inteligensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir
saja, namun factor-faktor lingkungan dan pendidikan juga memegang peranan.
4. Bahwa manusia itu dalam kehidupan senantiasa dapat menentukan tujuan - tujuan yang
baru dan dapat memikirkan atau menggunakan cara - cara untuk mewujudkan dan mencapai
tujuan itu.
8
mengembangkan instrumenyang dikenal dengan “tes inteligensi” yang kemudian lebih popular
dengan istilah Intellegenci Qoutientdisingkat IQ.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya kemampuan seorang anak, guru dapat menggunakan
beberapa tes kecerdasan inteligensi dengan beberapa tes yaitu sebagai berikut:
1. Tes Binet
Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon Tes itu disebut skala 1905. Tes ini
terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga hingga
kemampuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan mendefenisikan
konsep abstrak. Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yakni level
lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep Intelligence quotient (IQ), yaitu
usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis (chronogical age-CA).
9
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Suryahanto,Arbi https://dosenpsikologi.com/teori-intelegensi-dalam-psikologi
Khairiah, Dina. 2018. “Perkembangan Fisik, Intelegensi, Emosi dan Bahasa AUD” dalam Jurnal
Al Athfal, Vol. 1, No. 1, Januari - Juni, 2018.
11