Anda di halaman 1dari 20

INTELEGENSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Dr. Fifi Nofiaturrahmah, M. Pd. I.

Disusun oleh:

1. Zulfia Milhatin Syirfah (2210210007)


2. Muhammad Febriyanto (2210210032)
3. Amirul Hakim (2210210017)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah INTELEGENSI ini tepat pada
waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Terimakasih kami ucapkan
kepada dosen pengampu mata kuliah ini yaitu Ibu Dr. Fifi Nofiaturrahmah, M.Pd.I.yang telah
membimbing kami dalam penugasan makalah ini.
Dengan segala keterbatasan kami, bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang
hati. Pada akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah ini bisa diterima dan bermanfaat
bagi para pembaca.

Kudus, 14 Desember 2023

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Pengertian Intelegensi.....................................................................................................2
B. Konsep Intelegensi..........................................................................................................4
C. Manfaat Tes Intelegensi..................................................................................................8
D. Teori-Teori Intelegensi....................................................................................................9
E. Faktor yang mempengaruhi Intelegensi.......................................................................10
F. Peran Intelegensi Dalam Kehidupan Manusia..............................................................13
G. Intelegensi dalam Pandangan Al-Quran........................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Intelegensi merupakan salah satu konsep yang dipelajari dalam psikologi.
Pada hakekatnya semua orang sudah merasa memahami makna intelegensi. Sebagian
orang berpendapat bahwa intelegensi sangat berpengaruh dalam segala aspek
kehidupan masyarakat.

Intelegensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak problem-


problem manusia yang berhubungan degan intelegensi. Dalam dunia pendidikanpun,
intelegensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Ibarat intelegensi merupakan
penentu keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan, dan merupakan
suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian intelegensi?
2. Bagaimana konsep intelegensi?
3. Apa saja teori-teori intelegensi?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi intelegensi?
5. Bagaimana peran intelegensi dalam kehidupan manusia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian intelegensi.
2. Untuk mengetahui konsep intelegensi.
3. Untuk mengetahui teori-teori intelegensi.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi intelegensi.
5. Untuk mengetahui peran intelegensi dalam kehidupan manusia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Intelegensi
Istilah "Intelegensi" memiliki akar kata dalam bahasa Inggris, yaitu "Intelligence,"
dan dalam bahasa Latin, yakni "Intellectus/Intelligentia/Intellegere," yang bermakna
pemahaman, penghubungan, atau penyatuan konsep. Dalam konteks bahasa
Indonesia, intelijen dijelaskan sebagai kemampuan reaksi atau penyesuaian yang
cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman baru. Hal ini
melibatkan kemampuan membuat pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki
menjadi siap digunakan ketika dihadapkan pada fakta atau kondisi baru; esensinya,
kecerdasan.

Intelegensi atau kecerdasan intelektual adalah kapasitas mental yang terlibat


dalam proses berpikir rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat dipantau
secara langsung; kita perlu menyimpulkan dari tindakan konkret yang mencerminkan
hasil dari proses berpikir rasional tersebut.1

Ormrod mengungkapkan bahwa intelijen melibatkan kemampuan


mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman secara fleksibel untuk menghadapi
tugas-tugas baru. Individu dikatakan berperilaku cerdas jika dapat berhasil dengan
efektif tanpa bantuan signifikan dari orang lain. Santrock menggambarkan intelijen
sebagai kemampuan menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri, dan belajar dari
pengalaman hidup. Menurut David Wechsler, intelijen mencakup pemahaman dunia,
tindakan terarah, berpikir rasional, dan penggunaan sumber daya secara efektif dalam
menghadapi masalah. Walters dan Gardners mendefinisikan intelijen sebagai
rangkaian kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah atau
menghasilkan produk sesuai dengan konteks budaya tertentu.

Ormrod menguraikan pandangan tokoh-tokoh terkait definisi dan konsepsi


intelegensi, yang menunjukkan sejumlah kualitas utama:

1. Bersifat adaptif, mampu fleksibel merespons beragam situasi dan


kondisipermasalahan.

1
Setyo Mulyadi, Heru Basuki, and Wahyu Rahardjo, “Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Teori-Teori Baru
Dalam Psikologi,” ed. Octiviena, kedua (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2017), 198.

5
2. Terkait dengan kapasitas belajar; individu cerdas dalam suatu bidang
dapatmengasimilasi informasi dan perilaku baru lebih cepat dibandingkan
dengan yang kurang cerdas.
3. Intelegensi merujuk pada penggunaan pengetahuan sebelumnya untuk
menganalisis dan memahami situasi baru secara efektif.
4. Melibatkan interaksi dan koordinasi kompleks dari berbagai proses mental.
5. Terkait dengan konteks budaya; perilaku cerdas dalam satu budaya mungkin
tidak selalu diakui sebagai perilaku cerdas dalam budaya lain.2
Selain dari pendapat di atas banyak tokoh ilmuan lain yang merumuskan
mengenai pengertian intelegensi yang menghasilkan:
1. Intelegensi merupakan faktor total. Berbagai macam upaya jiwa erat
bersangkutan di dalamnya baik itu ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, dan
minat dan sebagainya turut mempengaruhi intelegensi seseorang.
2. Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah laku atau perbuatan yang
tampak. Intelegensi hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung,
melalui kemampuan intelegensinya.
3. Bagi suatu perbuatan intelegensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak
lahir saja yang penting faktor-faktor lingkungan dan pendidikan memegang
peranan.
4. Bahwa manusia itu senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru,
dapat memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan
mencapai tujuan itu.

Dalam ranah psikologi, evaluasi intelegensi dilakukan melalui


pemanfaatan instrumen psikodiagnostik yang dikenal sebagai Psikotest. Hasil
pengukuran intelegensi umumnya diungkapkan dalam bentuk IQ (Intellegence
Quotient), satuan ukuran yang mencerminkan tingkat intelegensi yang
terukur.Secara menyeluruh, dapat disimpulkan bahwa intelegensi tidak hanya
mencakup keterampilan dalam menyelesaikan problematika yang bersifat
simbolis, seperti dalam konteks matematika, tetapi juga mencakup kapasitas
belajar, kemampuan menggunakan pengalaman untuk mengatasi berbagai
masalah, dan kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai alternatif.

2
Binti M.Pd.I. Maunah, “Psikologi Pendidikan,” in Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, ed. Aminatul Zahroh,
I (Tulungagung: Lingkar Media Yogyakarta, 2014), 88.

6
B. Konsep Intelegensi
Effendi dan Praja menyebutkan beberapa ciri-ciri dalam menggolongkan
intelegensi yaitu:

1) Purposeful behavior, artinya selalu terarah pada tujuan atau mempunyai tujuan
yang jelas.
2) Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi, semua tenaga dan
alat-alat yang digunakan dalam suatu pemecahan masalah terkoordinasi dengan
baik.
3) Physical Well toned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniyah yang baik,
penuh tenaga, ketangkasan, dan kepatuhan.
4) Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis, dan
kaku, tetapi selalu siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi
yang baru.
5) Success oriented behaviour, artinya tingkah laku yang didasari rasa aman, tenang,
gairah, penuh kepercayaan akan sukses atau optimal.
6) Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang memenuhi kebutuhannya
dan bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7) Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efisien, efektif dan cepat atau
menggunakan waktu yang singkat.
8) Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan
pandangan luas yang meliputi sikap dasar dan jiwa yang terbuka.3

Di samping adanya ciri-ciri Moeney dan Ward juga mengemukakan


pemahaman mengenai hakikat intelegensi dengan empat pendekatan yaitu:

1) Pendekatan teori belajar Inti pendekatan teori belajar yaitu mengenai bagaimana
hakikat intelegensi terletak pada pemahaman mengenai hukum-hukum dan prinsip
umum yang dipergunakan oleh individu untuk memperoleh bentuk-bentuk
perilaku baru.
2) Pendekatan Neurobiologis Pendekatan neurobiologis beranggapan bahwa
inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Peristiwa intelegen menurut
pendekatan ini, dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan proses
neurofisiologisnya.

3
Sama’ et al., “Psikologi Pendidikan,” ed. I Ketut Ardiawan Ngurah, Pertama (Aceh: Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini, 2021), 122.

7
3) Pendekatan Psikometri Ciri utama dalam pendekatan ini adalah adanya anggapan
bahwa inteligensi merupakan suatu konstruksi atau sifat psikologis yang berbeda
kadarnya bagi setiap orang.
4) Pendekatan teori perkembangan Dalam pendekatan teori perkembangan, studi
inteligensi didekatkan pada masalah perkembangan inteligensi secara kualitatif
dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu

Secara umum intelegensi itu pada hakikatnya adalah suatu kemampuan umum
untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen. Untuk
mengungkap kemampuan individu biasanya dipergunakan instrumen tes intelegensi .4
Selain mengetahui ciri dan pendekatan dari intelegensi kita juga harus mengetahui
bagaimana cara mengukur suatu intelegensi seseorang. Karena dengan tolok ukur
tersebut dapat mengetahui tingkatan seseorang sudah di tahap apa. Kemudian dengan
adanya pengukuran inteligensi adalah prosedur pengukuran yang meminta peserta
untuk menunjukkan penampilan maksimum, sehingga pengukuran inteligensi
dilakukan menggunakan tes yang dikenal dengan tes inteligensi. Terdapat berbagai
test intelegensi yang berkembang, diantaranya:

1. Tes Binet-Simon, Binet-Stanford


Tes inteligensi yang awal dikenal dikemukakan oleh Alfred Binet dan
Theodore Simon, biasa disebut dengan Tes Binet-Simon, yaitu psikolog asal
Prancis yang merancang alat untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Tes ini terdiri
dari 30 item yang mencakup kemampuan seseorang untuk menyentuh hidung atau
telinganya ketika diminta, hingga kemampuan untuk menggambar desain dari
ingatan dan mendefinisikan konsep-konsep abstrak. Binet mengembangkan
konsep usia mental (Mental Age - MA) yang merupakan tingkat perkembangan
mental seseorang dibandingkan dengan orang lain. Binet berpendapat bahwa anak
yang mengalami keterbelakangan mental akan menunjukkan kinerja seperti anak
yang usianya lebih muda. Binet mengembangkan norma untuk kecerdasan dengan
menggunakan rerata usia mental (Mental Age= MA) berkaitan dengan usia
kronologis (Chronological Age= CA), yang merupakan usia seseorang dari hari
kelahirannya. Anak yang sangat cerdas akan memiliki MA yang lebih tinggi

4
Umi Rohmah, “Tes Intelegensi Dan Pemanfaatannya Dalam Dunia Pendidikan,” Cendekia: Journal of
Education and Society 9 (2011): 125–39, https://doi.org/https://doi.org/10.21154/cendekia.v9i1.869.

8
dibandingkan dengan CA, sedangkan anak yang kurang cerdas akan memiliki MA
di bawah CA-nya.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan
banyak perbaikan terhadap tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah
menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio
(perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan yang
disebut Tes Stanford-Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh
seorang psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal
dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan
untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa
tes itu terlalu umum, Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Spearman
mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum
saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori
ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence).
2. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) dan WISC (Wechsler Intelligence
Scale for Children)
Tokoh lain, David Wechsler membuat suatu alat tes inteligensi yang menjadi
saingan besar tes Stanford-Binet. Menurut Wechsler, tes Stanford-Binet terlalu
banyak menggali unsur verbal, padahal kecerdasan menggali unsur verbal dan
nonverbal. Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor oleh Wechsler adalah
WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC
(Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak. Tes kecerdasan
Wechsler juga sudah mengalami berbagai revisi. Sampai saat ini tes Wechsler
(WAIS-III dan WISC-IV) menjadi alat tes kecerdasan yang sangat populer dan
paling banyak digunakan. Di samping alat- alat tes yang sudah dijelaskan, banyak
dikembangkan alat tes dengan tujuan yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan
dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.5

Hasil tes inteligensi dapat membedakan tingkat inteligensi atau kecerdasan


individu yang terkait dengan kemampuannya dalam belajar WISC (Wechsler
Intelligence Scale for Children).

5
Purwanto M.Ed, “Intelegensi: Konsep Dan Pengukurannya,” Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan 16, no. 4
(2010): 477–85, https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i4.479.

9
Skor IQ Kualifikasi Keterangan
>140 Genius Dapat mengikuti program Pendidikan dengan sangat cepat
120-129 Very superior Dapat mengikuti program Pendidikan dengan sangat cepat
110-119 Superior Dapat belajar dengan lebih baik
90-109 Average/ Dapat mengikuti program Pendidikan sampai perguruan
normal tinggi
80-89 Dull/bodoh Kurang mampu bersain di dunia kerja, mengalami
kesulitan dalam Pendidikan lanjutan
70-79 Border line Masih dapat dididik dan dilatih
50-69 Debil/moron Dapat dilatih skill tertentu
30-49 Embesil Dapat dilatih mengenal bahaya, mengurus diri sendiri
< 30 Idiot Tidak mampu mengurus diri sendiri

Perlu diingat bahwa pengklasifikasian skor kecerdasan tidak untuk melabel atau
menghakimi bahwa seorang anak itu "bodoh" atau "pintar", tetapi sebagai pijakan bagi
guru untuk memberikan layanan pendidikan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan anak didik. Kecerdasan (inteligensi) memang merupakan modal potensial
untuk kemudahan dan keberhasilan belajar, namun selain kecerdasan, ada faktor
individual lain yang ikut memengaruhi, seperti motivasi, minat, emosi, kesehatan fisik,
dan lainnya. Inteligensi merupakan potensi dasar dari pengembangan berbagai
kemampuan berpikir seperti berpikir kritis, berpikir konvergen dan berpikir divergen
(kreatif).

Berdasarkan kualifikasi tingkat kecerdasan anak, dapat dibedakan antara anak yang
memiliki kecerdasan normal (average), di atas normal dan di bawah normal. Untuk anak
yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata disebut anak berbakat intelektual (gifted),
sedangkan anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata disebut mental retarded
atau penyandang tuna grahita. Baik anak berbakat intelektual maupun tuna grahita
merupakan anak berkebutuhan khusus yang memiliki kebutuhan khusus sehingga
memerlukan layanan pendidikan khusus.

10
C. Manfaat Tes Intelegensi
Dari sekian contoh tes intelegensi terdapat beberapa manfaat dari tes intelegensi
antara lain:
1. Dapat digunakan untuk seleksi penerimaan murid baru Diharapkan dengan adanya
pelaksanaan tes intelegensi pada saat penerimaan siswa baru, maka pihak sekolah
tidak akan sembarangan dalam memilih dan menerima siswa baru, sehingga pihak
sekolah akan memperoleh siswa-siswa yang berbobot dan dapat mengikuti
pelajaran dengan lancar tanpa adanya hambatan dari aspek kognitifnya.
2. Pembinaan/mengevaluasi terhadap prestasi yang telah dicapai Dengan adanya tes
intelegensi, dapat diketahui potensi yang dimiliki siswa, sehingga dapat mengukur
prestasi yang akan dicapai atau yang telah dicapai siswa selama ini sesuai atau
tidak dengan potensi yang dimilikinya, serta dapat diketahui juga hambatan yang
dialami oleh siswa tersebut. Oleh karena itu, sebagai orang tua, maupun guru di
sekolah dapat segera mawas diri apabila diketahui ternyata siswa ataupun anak
yang bersangkutan ternyata memiliki IQ di bawah rata-rata (rendah) untuk tidak
memaksakan memiliki prestasi yang tinggi atau sama dengan siswa ataupun anak
yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata (ber IQ tinggi). Orang tua
maupun guru hendaknya dapat lebih sabar, lebih rajin dan memberikan perhatian
serta bimbingan yang lebih terhadap siswa maupun anak yang ber IQ rendah,
sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Sementara itu bagi siswa
yang memiliki IQ tinggi, tetapi berprestasi rendah di sekolah, dapat 23 Sukardi &
Kusmawati, Proses Bimbingan, 276. 138 Umi Rohmah, Tes Intelegensi dan
Pemanfaatannya dalam Dunia Pendidikan... segera diteliti lebih lanjut untuk
mengetahui penyebabnya secara jelas. Berbagai sebab dapat timbul baik dari
faktor eksternal maupun internal siswa tersebut. Dengan demikian, melalui tes
intelegensi ini, para orang tua maupun guru di sekolah dapat mengetahui lebih
dini kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dari tiap-tiap anak didiknya,
sehingga sebagai orangtua maupun pendidik kita dapat dengan segera membenahi,
membina dan menindaklanjuti dengan langkah yang tepat, agar anak didik kita
dapat berkembang dan berprestasi secara optimal dan sehat sesuai dengan harapan
kita semua.
3. Mengelompokkan siswa pada program khusus. Melalui tes intelegensi, para
pendidik maupun orang tua dapat mengetahui berapa besar tingkat kemampuan
siswa dalam menerima materi di sekolah. Bagi siswa yang cerdas, biasanya

11
mereka akan dengan cepat menangkap, mengerti dan memahami pelajaran yang
diberikan di kelas. Sementara itu bagi siswa yang kurang cerdas, mereka akan
lamban bahkan akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yag
diterima. Oleh sebab itu, bagi sekolah yang bermaksud mengadakan kelas
akselerasi, kelas unggulan, akan lebih baik jika menggunakan data yang diperoleh
dari hasil tes intelegensi, sehingga memudahkan untuk mengelompokkan siswa
sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya secara tepat dan
proporsional.
4. Hasil tes intelegensi dapat disumbangkan pada program pemilihan jurusan/
program studi.
5. Apabila hasil tes intelegensi ini dilengkapi dengan data-data hasil tes kepribadian,
tes prestasi, tes bakat, tes minat dan hasil tes lain maka semua data yang terpadu
ini sangat berguna bagi kepala sekolah, guru, orang tua untuk lebih memahami
peserta didiknya dan mereka dapat menyediakan lingkungan yang dibutuhkan
peserta didiknya.6

D. Teori-Teori Intelegensi
Menurut pendapat Hendyat Soetopo teori intelegensi ada beberapa model
yaitu:

1) Teori uni – faktor William Stern


Teori Stem adalah teori inteligensi yang sangat sederhana karena dalam
teorinya intelegensi hanya memiliki satu faktor yaitu kapasitas umum.
2) Teori dua-faktor Spearman
Spearman berpendapat sama dengan Stern namun Spearman memberikan
penambahan pada kapasitas tambahan dengan metode statistik yang kemudian
disebut dengan intelegensi khusus.
3) Teori sampling dari Thomson
Pada teori ini Thomson mengujikan pemahaman terhadap kemampuan
pemecahan masalah secara menarik yaitu dengan teknik statistik dan filsafat
seleksi kebetulan ini sangat komplek. Berbeda halnya dengan Stern dan Sperman
yang menggunakan teknik sampling purposive, maka Thomson menggunakan
teknik seleksi secara random.
6
Sukardi, Dewa Ketut & Desak P. E. Nila Kusmawati. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

12
4) Teori multi-faktor Thorndike
Ia berpendapat bahwa teorinya sangat teoritis, maka untuk masuk ke dalam
dunia praktis untuk mengukur intelegensi yang bersifat abstrak dia membuat tes
yang diberi nama CAVD. Thorndike mengemukakan bahwa ada tiga macam
intelegensi yaitu: (a) intelegensi sosial atau hubungan antar manusia, (b)
intelegensi konkrit atau hubungan dengan benda, dan (c) intelegensi abstrak yang
berkaitan dengan simbol-simbol verbal dan matematis
5) Teori primary mental ability
Para ahli menyoroti teori ini sebagai teori yang mengandung kelemahan
karena menganggap adanya pemisahan fungsi atau kemampuan pada mental
individu. Menurut mereka setiap kemampuan pada mental individu. Menurut
mereka setiap kemampuan individu adalah saling berhubungan secara
integrative. 7

E. Faktor yang mempengaruhi Intelegensi


Penelitian dari berbagai sumber menyatakan bahwa kecerdasan anak
cenderung dipengaruhi oleh faktor keturunan, yang terutama terkait dengan
kromosom X yang dimiliki oleh ibu. Karena perempuan memiliki dua kromosom X,
sedangkan laki-laki hanya memiliki satu, kromosom ini diyakini memainkan peran
kunci dalam perkembangan kemampuan kognitif anak. Namun, pertanyaan muncul
apakah intelegensi sepenuhnya berasal dari faktor keturunan, dan sejauh mana faktor
keturunan menentukan intelegensi seseorang.

Menurut Jean Mark, para ilmuwan telah mencapai hasil penelitian yang
beragam mengenai kecerdasan. Teori yang berasal dari Inggris menegaskan bahwa
faktor keturunan memegang peran utama dalam pengembangan kecerdasan, dan
pandangan ini didukung oleh pakar dari Denmark, Belgia, dan Belanda. Sebaliknya,
para ahli dari Prancis berpendapat bahwa lingkungan berperan signifikan dalam
membentuk tingkat kecerdasan seseorang.8

Azwar mengemukakan bahwa intelegensi dipengaruhi oleh dua faktor


determinasi utama:

1) Determinasi Faktor Bawaan


7
Ina Magdalena, “Psikologi Pendidikan Dasar,” in Pendidikan, ed. Dewi Asti Restiani, pertama (Sukabumi: CV.
Jejak, anggota IKAPI, 2021), 49.
8
A Adeniran et al., “Arti Penting Intelegensi Dalam Dunia Pendidikan,” Theoretical and Applied
Genetics 7, no. 2 (2010): 1–7.

13
Faktor bawaan, dikenal juga sebagai faktor keturunan atau herediter,
menjadi penyebab dasar di balik karakteristik unik seperti kemampuan ikan
berenang, burung terbang, sapi berkaki empat, atau harimau menyukai daging.
Faktor bawaan ini langsung diturunkan melalui gen dari kedua orang tua,
membentuk landasan dasar intelegensi.
2) Determinasi Faktor Lingkungan
Lingkungan memainkan peran krusial dalam perkembangan seseorang,
mulai dari masa kehamilan. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu dan pikiran
yang dijalani olehnya memiliki dampak signifikan terhadap kondisi anak
dalam kandungan. Setelah kelahiran, lingkungan tetap berpengaruh, terbukti
melalui proses belajar yang membentuk perbedaan perilaku antarindividu.
Pengalaman belajar individu menciptakan variasi dalam reaksi terhadap
stimulus yang dihadapi.

Soetopo, dalam karyanya tentang keunikan intelegensi manusia, menjelaskan


tiga faktor kunci yang membentuk intelegensi manusia:

1) Faktor Pembawaan
Faktor pertama yang memberikan pengaruh pada intelegensi seseorang
adalah faktor pembawaan. Segala makhluk hidup, termasuk manusia,
membawa sifat-sifat khusus sejak lahir, yang menentukan karakteristik
bawaan individu. Pembawaan ini memiliki peranan sentral dalam membentuk
intelegensi.
2) Faktor Kematangan
Seorang anak normal berusia 7 tahun mungkin tidak akan mengalami
kesulitan dalam menghitung 8 + 9. Namun, ketika dihadapkan pada
perhitungan seperti 5 + x = 8, anak tersebut mungkin mengalami kesulitan. Ini
tidak berarti anak tersebut dapat dianggap bodoh; bahkan, mungkin bisa
dianggap sebagai tanda kecerdasan. Dalam konteks ini, anak tersebut mungkin
belum mencapai kematangan untuk menangani jenis perhitungan semacam itu.
3) Faktor Pembentukan.
Kematangan didefinisikan sebagai pertumbuhan internal, sedangkan
pembentukan mengacu pada perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor eksternal. Dengan kata lain, kematangan mencakup pertumbuhan dari

14
dalam, sementara pembentukan melibatkan pengaruh dari lingkungan
eksternal.

Setelah memahami faktor-faktor yang memengaruhi intelegensi, kita juga


perlu mengevaluasi faktor-faktor yang berkontribusi pada perkembangan intelegensi.
Menurut Ngalim Purwanto, perkembangan intelegensi dipengaruhi oleh beberapa
faktor utama:

1. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dimiliki sejak lahir.
Keefektifan seseorang dalam memecahkan masalah pertama-tama bergantung
pada pembawaannya. Perbedaan dalam tingkat kecerdasan tetap ada meskipun
individu menerima pelatihan dan pembelajaran yang sama.
2. Kematangan
Setiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Sebuah organ dianggap matang jika sudah mampu menjalankan
fungsinya dengan baik. Kematangan erat kaitannya dengan usia dan dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas tertentu.
3. Pembentukan
Pembentukan mencakup pengaruh dari lingkungan luar yang memengaruhi
perkembangan intelegensi. Ini dapat bersifat sengaja, seperti yang terjadi di
sekolah, atau tidak sengaja, seperti pengaruh lingkungan alam sekitar.
4. Minat dan Pembawaan yang Khas
Minat mendorong tindakan menuju tujuan dan menjadi dorongan bagi
perbuatan. Dorongan ini, bersama dengan manipulasi dan eksplorasi terhadap
dunia luar, membentuk minat terhadap sesuatu. Minat yang menarik akan
mendorong seseorang untuk bertindak lebih giat dan lebih baik.
5. Kebebasan
Kebebasan memberikan manusia kemampuan untuk memilih metode dan
memecahkan masalah sesuai kebutuhan mereka. Kemampuan ini menunjukkan
bahwa minat tidak selalu menjadi syarat utama dalam perbuatan intelegensi. 9

9
Fadhilah Suralagah, “Psikologi Pendidikan: Implikasi Dalam Pembelajaran,” ed. Solicha, pertama
(Depok: Rajawali Pers, 2008), 282.

15
F. Peran Intelegensi Dalam Kehidupan Manusia
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelasakan bahwa seseorang yang memiliki
inteligensi yang tinggi cenderung memiliki perbedaan dan kelebihan dalam
menanggapi sesuatu permasalahan demi mencapai tujuannya. Sebagai contoh dalam
bidang pendidikan, pelajar yang memiliki inteligensi tinggi dalam proses belajar, dia
akan lebih mudah mengatasi masalahnya dan cenderung bisa mencapai tujuan
pembelajaran. Ini dikarenakan seorang pelajar yang memiliki inteligensi tinggi
cenderung bisa menentukan tujuannya tanpa harus mendapatkan bimbingan lebih dari
gurunya, dan dapat menyesuaikan dirinya untuk mencapai tujuan. Selain itu, seorang
pelajar yang memiliki inteligensi yang tinggi memiliki kemampuan oto-kritik yang
tinggi, sehingga dia hisa memperbaiki diri dari kesalahan yang ada. Sebaliknya,
seorang pelajar dengan inteligensi yang rendah (pada tingkatan di bawah normal)
tidak akan sama kemampuannya dalam kegiatan belajar. Bagi seorang guru dengan
diketahuinya inteligensi akan mempengaruhi dalam perlakuan kepada subjek didik
yang berbeda-beda tersebut. Sejalan dengan uraian di atas, Khadijah mengemukakan
inteligensi seseorang diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar yang
dicapainya. Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar biasanya. berkorelasi searah
dengan tingkat inteligensi Artinya, semakin tinggi tingkat inteligensi seseorang, maka
semakin tinggi prestasi belajar yang dicapainya.10

Setiap individu memiliki tingkat inteligensi yang berbeda-beda pada.


kenyatannya. Perbedaan individu dalam inteligensi ini perlu diketahui dan dipahami
oleh pendidik terutama dalam hubungannya dengan pengelompokan siswa. Selain itu,
pendidik harus menyesuaikan tujuan pembelajarannya dengan kapasitas inteligensi
siswa. Perbedaan inteligensi yang dimiliki oleh siswa membuat guru harus
mengupayakan agar pembelajaran yang ia berikan dapat membantu semua siswa
dengan perlakuan metode yang beragam Lebih lanjut Khadijah juga menambahkan
mengenai perbedaan tersebut juga tampak dari hasil belajar yang dicapai. Tinggi
rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa bergantung pada tinggi rendahnya
inteligensi yang dimiliki. Meski demikian, inteligensi bukan merupakan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, masih terdapat faktor-
faktor lain yang mempengaruhinya.11

10
Nyanyu Khadijah, Psikologi Pendidikan, Pertama (Palembang: Grafika Telindo Press, 2009).
11
Jati Fatmawiyati, “Telaah Intelegensi,” Researchgate, no. October (2018): 1.

16
G. Intelegensi dalam Pandangan Al-Quran
Secara umum Alquran diturunkan oleh Allah SWT adalah untuk
mencerdaskan ummat manusia, sehingga manusia bisa hidup dalam hidayah-Nya,
mendapat kelapangan, jaminan surge yang penuh kenikmatan bagi orang yang
beriman dan beramal saleh. Alquran diturunkan oleh Allah sebagai pembeda antara
yang haq dengan yang bathil. Untuk itu, Allah kemudian memberi manusia potensi-
potensi kecerdasan sebagai sarana untuk beriman danberamal saleh, seperti nafs, akal,
qalb dan ruh. Sementara menurut Gardner memberi istilah kecerdasan majemuk.
Ketujuh macam intelegensi atau kecerdasan tersebut adalah linguistik, logika
matematika, pengamatan ruang, kinestetik, musik, interpersonal, danintra
personal (Gardner, 1993). Semua jenis kecerdasan yang disebut oleh Gardner pada
hakekatnya adalah varian dari ketiga kecerdasan utama yakni IQ, EQ, dan SQ.
Dalam pandangan islam kecerdasan merupakan salah satu anugrah yang allah
berikan kepada setiap manusia yang terlahir di dunia. Kecerdasan ini
mengistimewakan posisi penting manusia sebagai mahluk Allah. Kecerdasan ini
meniscaykan mausia untuk berperan aktif dengan segala kebutuhan dan perosalan
kehidupan, Dalam Al-Qur’an disebutkan berbagai macam bentuk aktifitas yang
berkaitan dengan pemanfaatan potensi akal/kecerdasan, yaitu:

I. Nadhara melihat bentuk penelaahan (observasi)


‫َف ۡل َي نُظ ٱ نَٰس ُن َّم ُخ َق‬
‫ِم ِل‬ ‫ِر ِإۡل‬
"Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan."
(QS. At-Tariq 86: Ayat 5)
II. Tadabbara, bermakna merenungkan, menelaah kembali sesuatu yang telah lalu
atau sesuatu yang telah berubah dari keadaanya yang telah berubah dari
keadaan yang awalnya untuk kemudian di terapkan kebaikannya di masa
sekarang yang akan datang.
‫َأ َل ُق ُل َأ ۡق ُل‬ ‫ۡل‬ ‫َأ َف اَل‬
‫َي َتَد َّب ُر وَن ٱ ُق ۡر َء اَن ۡم َع ٰى وٍب َف ا َه ٓا‬

"Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an, ataukah hati mereka sudah


terkunci?"

(QS. Muhammad 47: Ayat 24)

III. Tafakkara, berfikir. Penyebetan ini terdapat dalam 16 ayat:

17
‫َك َٰذ َك ُيَب ُن ٱلَّل ُه َل ُك ُم ٱٓأۡل َٰي َل َع َّلُك ۡم َتَتَف َّك ُر وَن‬
‫ِت‬ ‫ِل ِّي‬
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu

memikirkan,"(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2)

IV. Faqiha, bermakna mengerti dan memahami. Ada 16 ayat contohnya yaitu:

‫ع ۗ َق ۡد َف َّص ۡل َن ا ٱٓأۡل َٰي َق ۡو َي ۡف َق ُه وَن‬ٞ ‫ّر َو ُم ۡس َت ۡو َد‬ٞ ‫َو ُه َو ٱَّل ٓي َأ نَش َأ ُك م ن َّن ۡف َٰو َد َف ُم ۡس َتَق‬
‫ِت ِل ٍم‬ ‫ِّم ٍس ِح ٍة‬ ‫ِذ‬
"Dan Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), maka (bagimu)
ada tempat menetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan
tanda-tanda (kebesaran Kami) kepada orang-orang yang mengetahui."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 98)12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Intelegensi merupakan sebagai kemampuan reaksi atau penyesuaian yang


cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental, terhadap pengalaman baru. Hal ini
melibatkan kemampuan membuat pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki
menjadi siap digunakan ketika dihadapkan pada fakta atau kondisi baru; esensinya,
kecerdasan

12
Ustman Najat, Psikologi Dalam Al-Qur’an (Jawa Barat: Pustaka Setia, 2005).

18
Ciri – ciri orang yang memiliki sikap intelegensi adalah memiliki tujuan yang
jelas, tingkah lakunya terkoordinasi, memilikijasmaniyah yang baik, memiliki tingkah
laku yang fleksibel, tingkah laku didasari rasa aman, tenang, gairah, penuh
kepercayaan, bermanfaat bagi orang lain, efisien, efektif dan cepat atau menggunakan
waktu yang singkat.
Teori – teori dalam intelegensi yakni ada teori uni-faktor William Stern, teori
dua-faktor, spearman, teori sampling dari Thomson, teori multi-faktor thorndike,
Ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi menurut Ngalim
Purwanto yaitu: pembawaan, kematangan, pembentukan, Mminat dan pembawaan
yang khas, kebebasan.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan. kami
menerima saran dan kritik kalian terhadap makalah ini jika terdapat sumber yang
tidak konkrit terhadap masalah yang dijelaskan. Penulis mengharapkan untuk
kedepanya pembaca dapat memahami dan memaknai tentang intelegensi.

19
DAFTAR PUSTAKA
Adeniran, A, O K Adeyemo, B O Emikpe, S A Alarape, Bamidele Adewumi, Germaine
Akinola Ogunwole, Ebenezer Akingunsola, et al. “Arti Penting Intelegensi Dalam Dunia
Pendidikan.” Theoretical and Applied Genetics 7, no. 2 (2010): 1–7.

Fatmawiyati, Jati. “Telaah Intelegensi.” Researchgate, no. October (2018): 1.

Khadijah, Nyanyu. Psikologi Pendidikan. Pertama. Palembang: Grafika Telindo Press, 2009.

M.Ed, Purwanto. “Intelegensi: Konsep Dan Pengukurannya.” Jurnal Pendidikan Dan


Kebudayaan 16, no. 4 (2010): 477–85. https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i4.479.

Magdalena, Ina. “Psikologi Pendidikan Dasar.” In Pendidikan, edited by Dewi Asti Restiani,
Pertama., 49. Sukabumi: CV. Jejak, anggota IKAPI, 2021.

Maunah, Binti M.Pd.I. “Psikologi Pendidikan.” In Tulungagung: IAIN Tulungagung Press,


edited by Aminatul Zahroh, I., 88. Tulungagung: Lingkar Media Yogyakarta, 2014.

Mulyadi, Setyo, Heru Basuki, and Wahyu Rahardjo. “Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Teori-Teori Baru Dalam Psikologi.” edited by Octiviena, Kedua., 198.
Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2017.

Najat, Ustman. Psikologi Dalam Al-Qur’an. Jawa Barat: Pustaka Setia, 2005.

Rohmah, Umi. “Tes Intelegensi Dan Pemanfaatannya Dalam Dunia Pendidikan.” Cendekia:
Journal of Education and Society 9 (2011): 125–39.
https://doi.org/https://doi.org/10.21154/cendekia.v9i1.869.

Sama’, A Annisa Wahyuni, A.D Anastasia Dewi Anggraeni, Tonasih, D.M Desak Made
Yoniartini, S.S Sri Sofiana Amni, Ismarianti, H.J Pentury, I Pelangi, and R Ratna
Widiastuti. “Psikologi Pendidikan.” edited by I Ketut Ardiawan Ngurah, Pertama., 122.
Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021.

Sukardi, Dewa Ketut & Desak P. E. Nila Kusmawati. Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Suralagah, Fadhilah. “Psikologi Pendidikan: Implikasi Dalam Pembelajaran.” edited by


Solicha, Pertama., 282. Depok: Rajawali Pers, 2008.

20

Anda mungkin juga menyukai