Anda di halaman 1dari 25

INTELEGENSI DAN KREATIVITAS

DOSEN PENGAMPU : Ns. Rina Delfina, S. Kep, M. Kes

DISUSUN OLEH : Kelompok 4

1. Aditiya Risma Pratama


2. Adhitya Yugi Perdana
3. Jeta Diana Dewi
4. Kelvin Martha Abimayu
5. Luise Fernando
6. Ririn Sekar Melati

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas
karunia nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“IntelegensidanKreativitas”.Terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Psikologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikian.

Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,


tetapi kami dapat berhasil menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah
memberi dukungan baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.

Tentunya ada hal yag ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil
makalah ini,karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu
yang berguna bagi kita bersama.Kami menyadari bahwa dalam menyusun karya
tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini.Kami
berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Bengkulu,02 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
2.1 Pengertian Intelegensi ........................................................................... 6
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi.............................................. 8
2.3 Gangguan Intelegensi........................................................................... 18
2.4 Pengertian Kreativitas......................................................................... 21
2.5 Hubungan Intelegensi dengan Kreativitas......................................... 22
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 23
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 23
3.2 Saran ................................................…………………………….. 24
DAFTAR PUSTAKA 2

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk yang unik artinya, tidak ada satu individu pun
yang persis sama dengan individu yang lain.Salah satu perbedaan yang
sering kita jumpai adalah kecepatan dan kemampuan individu dalam
memecahkan suatu masalah atau persoalan yang dihadapi.Untuk
memecahkan masalah atau persoalan yang sama,pada individu yang
mampu dengan cepat memecahkannya,namun ada juga individu yang
lambat bahkan tidak mampu memecahkannya.

Hal itulah uang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau


intelegensi itu memang ada,dan berbeda-beda antara satu individu dengan
individu yang lain. Individu yang taraf intelegansinya tinggi akan mudah
memecahkan suatu persoalan, sedangkan individu yang taraf
intelegensinya rendah hanya mampu memecahkan masalah yang mudah.
Misalnya,pada beberapa mahasiswa yang menghadapi soal ujian yang
sama,ada yang mampu dengan cepat dan benar begitu pula juga
sebaliknya.

Intelegensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau


kemampuan dasar yang bersifat umum.Sementara itu,kecerdasan atau
kecakapan atau kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan
bakat (aptitude).Dalam proses belajar mengajar.Prestasi belajar mahasiswa
salah satunya ditentukan oleh intelegensi.Oleh sebab itu,kami akan
membahas tentang intelegensi,bakat dan kreativitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Intelegensi?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Intelegensi?
3. Bagaimana Klasifikasi Intelegensi?
4. Bagaimana Pengukuran Intelegensi?

4
5. Apa saja gangguan Intelegensi?
6. Apa pengertian kreativitas?
7. Apa saja aspek atau unsur kreativitas?
8. Faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas?
9. Apa karakteristik Individu yang mendukung kreativitas?
10. Bagaimana hubungan Intelegensi dengan kreativitas?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa pengertian Intelegensi


2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi Intelegens
3. Mengetahui Klasifikasi Intelegensi
4. Mengetahui Pengukuran Intelegensi
5. Mengetahui gangguan Intelegensi
6. Mengetahui pengertian kreativitas
7. Memahami aspek atau unsur kreativitas
8. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kreativitas
9. Memahami karakteristik Individu yang mendukung kreativitas
10. Memahami hubungan intelegensi dengan kreativitas

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intelegensi

Dalam menyelesaikan suatu maslah ada yang cepat, ada juga yang lambat,
keadaan demikian ditentukan juga oleh faktor inteligensi dari indviu bersangkutan.
Inteligensi berasal dari bahasa Inggris “intelligence” yang artinya menghubungkan
ata menangkut satu sama lain. Secara umum, inteligensi sering kali disebut
kecerdasan, oleh karena itu seseorang yang mrmiliki inteligensi tinggi disebut
cerdas atau jenius.Sampai saat ini, para ahli belum ada kesamaan pendapat tentang
pengertian inteligensi, mengingat intelignsi merupakan suatu konsep yang
kompleks, sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau
kapasitas pikiran (Wechsler, 1975).Soslo (1988) mendefinisikan inteligensi sebagai
kemampuan dalam memperoleh dan menggali pengetahuan, menggunakan
pengetahuan untuk memahami berbagai konsep konkret dan absrak, dan
menghubungkan di antara objek dengan gagasan, menggunakan pengetahuan
dengan cara-cara yang lebih efektif. Stern ( dala Walgito, 2008) mengemukakan
inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan
organ berpikir seseuai tujuannya. Dari pengertian ini, tampak bahwa Stern
menekankan tentang inteligensi pada soal penysuaian diri terhadap keadaan yang
ada.

Orang yang inteligensi lebih cepat dapat menyesuaikan diri daripada orang
yang kurang inteligensi.Thorndiken (dalam Skinner, 1959) menyatakan seseorang
dianggap inteligensi jika responnya merupakan respons yang baik atau sesuai
dengan stimulus yang diterimanya.Agar dapat memberikan respons yang tepat,
individu harus memiliki lebih banyak hubungan stimulus-respons.Keadaan
demikian dapat diperoleh dari pengalaman yang diperolehnya. Terman
membedakan adanya ability yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret dan

6
ability yang berkaitan dengan hal-hal yang abstrak (Harriman, 1958)
Tergambar tentang beragamnya pengertian atau definisi inteligensi tersebut,
Morgon, King, dan Robinson (1984) menyatakan bahwa ada dua pendekatan
pokok dalammemberikandefinisi tentang inteligensi, yaitu :

1. Pendekatan atau teori faktor

Dapat dikemukakan bahwa dalam dalam inteligensi tersebut terdapat faktor


tertentu yang membentuk inteligensi faktor yang membentuk inteligensi di antara
para ahli juga belum terdapat satu kesamaan.Thorndike dengan teori
multifaktornya menyatakan bahwa inteligensi tersusun dari berbagai faktor, dan
factor itu terdiri dari elemen-elemen, dan tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan
tiap-tiap atom merupakan hubungan stimulus respons (Skinner, 1959).Jadi,
aktivitas yang berkenaan dengan inteligensi merupakan kumpulan dari atom-atom
aktivitas yang berkombinasi satu dengan yang lainnya. Menurut Spearman,
intelignsi itu mengandung dua macam faktor yaitu, general ability dan faktor
umum (faktor G), dan special ability atau faktor khusus (faktor S) oleh karena itu
terori Spearman terkenal dengan teori dwifaktor atau two-factor theory (Walgito,
20018). General ability terdapat pada semua individu tetapi berbeda antara
individu yang satu dengan yang lainnya.General ability selalu terdapat dalam setiap
performance, sedangkan special ability merupakan faktor yang khusus mengenai
bidang tertentu.Jadi, faktor S itu banyak S1, S2, S3, S4, dan seterusnya. Tiap-tiap
performance selalu ada faktor G dan faktor S, sehingga dapat diformulasikan
sebagai P=G+S. Faktor S itu bersifat khusus, jika individu menghadapi persoalan
yang berdeda-beda, faktot S-nya pun akan berbeda-beda. Misalnya, seseorang
menghadapi tiga macam persoalan yang berbeda-beda, secara skematis dapat
dikemukakan :
P1= G+S1
P2=G+S2
P3=G+S3

7
Burt memiliki pandangan yang berbeda, tetapi melengkapi pandangan
Spearman.Menurut Burn,di samping general ability dan special ability masih
terdapat faktor yang lain lagi common ability atau common factor atau disebut juga
group factor (Walgito,2010).Common factor merupakan faktor kelompok dalam
kemampuan tertentu misalnya common factor dalam hal bahasa dan matematika.
Berdasarkan pandangannya, maka dalam inteligensi ada tiga macam faktor,yaitu
faktor,yaitu faktor G,faktor S,dan faktor C,dan faktor-faktor ini akan nampak
dalam performance individu.Jadi,performance individu dapat digambarkan sebagai
berikut :
P1 = G+S1+Cx
P2=G+S2+Cx
P3=G+S3+Cy

Misalnya :
Cx adalah common factor berhitung dan Cy adalah common factor
kesenian.Thurstone memiliki pandangan yang berbeda lagi dengan para ahli
sebelumnya.Menurut Thurstone,dalam inteligensi terdapat faktor-faktor primer
sebagai berikut :

1) S (spatial relation)
Kemampuan untuk melihat atau mempersepsi gambar dengan
dua atau tiga dimensi yang berkenaan dengan jarak.
2) P (perceptual speed)
Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan
ketepatan dalam memberikan judging mengenai persamaan dan
perbedaan atau dalam respons terhadap sesuatu yang dilihatnya
secara detail.
3) V (verbal comprehension)
Kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman kosakata,
analogi verbal,dan sejenisnya.
4) W ( word fluency)

8
Kemampuan yang berkaitan dengan kecepatan berkaitan dengan
kata-kata, anagram, dan sejenisnya.
5) N (number facility)
Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketetapan
dalam berhitung.
6) M (associative memory)
Kemampuan yang berkenaan dengan ingatan, khususnya yang
berpasangan.
7) I (induction)
Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh
prinsip atau hukum (Walgito, 2010)

2. Teori orientasi proses

Teori ini berpijak atas orientasi proses intelektual dalam penyelesaian masalah.
Para ahli cenderung mengulas proses kognitif daripada intelegensi,tetapi dengan
maksud tentang hal yang sama ( Morgan,King,dan Robinson,1984).Kean Piaget
merupakan pendukung teori ini.Jean Piaget belajar tentang biologi,filsafat,
khususnya epistemology,namun kemudian ia bekerja di laboratorium Binet dan
membantu dalam standarisasi tes.Dari sinilah Jean Piaget memulai psikologi
khususnya dalam intelectual ability dalam pengertian kognitif.Teori orientasi
proses mengemukakan bahwa intelegensi diukur dari fungsi proses sensoris,
koding,ingatan,dan kemampuan mental yang lain termasuk belajar dan
menimbulkan kembali dalan ingatan (Walgito, 2008).

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi

Inteligensi sebagai suatu kapasitas yang bersifat umun,dipengaruhi oleh


berbagai faktor.Faktor tersebut berasal dari dalam diri seseorang maupun yang
berasal dari luar dirinya.Suatu pertanyaan mengenai apakah inteligensi merupakan
suatu kemampuan genetik (keturunan) atau faktor lingkungan,sampai saat ini

9
masih dalam perdebatan.Kecenderungan hasil penelitian genetik menunjukan
bahwa faktor genetik (keterununan) maupun lingkungan memberi andil yang besar
berkisar 50-89% terhadap keberadaan inteligensi seseorang ( Suharnan, 2005).
Plomin dan Spinath (2004) mengemukakan bahwa dalam perspektif
berkembang, pengaruh terbesar lingkungan terhadap inteligensi terjadi ketika masa
anak-anak, kemudian mengalami penurunan setelah bertambah dewasa,sebaliknya
makin bertambah dewasa usia anak,maka faktor genetik makin besar pengaruhnya
terhadap inteligensi.Menurut Irwanto dkk.(1991),dari faktor bawaan hasil
penelitian menunjukan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga
atau bersanak saudara,nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi (0,50),bahkan di
antara kembar berkolerasi sangat tinggi (0.90),sebaliknya di antara individu yang
tidak bersanak saudara korelasinya rendah sekali (0.20).
Bukti lain dari adanyapemgaruh bawaab adalah hasil-hasil penelitian terhadapt
anak-anak yang diadopsi IQ mereka ternyata masih berkolerasi tinggi dengan ayah
ibunya bergerak antara 0.40-0.50,sedangkan korelasinya dengan orang tua
angkatnya sangat rendah yaitu 0.10-0.20.Selanjutnya,studi terhadap kembar yang
diasuh secara terpisah juga menunjukkan bahea IQ mereka tetap berkorelasi sangat
tinggi.Ini menunjukkan bahwa meskipun lingkungan merupakan faktor yang
mempengaruhi kecerdasan seseorang,namun ada beberapa hal dalam inteligensi
yang tidak terpengaruh pada individu bersangkutan.Ternyata,lingkungan juga
memberikan perubahan yang bermakna di mana pertumbuhan organik otak samgat
memengaruhi inteligensi seseorang,pertumbuhan otak ini sangat dipengaruhu oleh
zat gizi yang dikonsumsi.Pemberian makanan bergizi ini merupakan satu di
antaranya pengaruh lingkungan yang amat penting.
Irwanto dkk.(1991) menyatakan penelitian menunjukkan bahwa inteligensi bisa
berkurang karena tidak adanya rangsangan tertentu dalam awal-awal kehidupan
individu.Skeels dan Skodak dalam auatu studi logitudinal menemukan bahwa
anak-anak yang didikan dalam lingkungan yang kaku,kurang perhatian,dan kurang
dorongan lalu dipindahkan ke lingkungan yang hangat,penuh perhatian,rasa
percaya,dorongan menunjukkan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes
kecerdasan.Selain itu,seseorang yang hidup bersama dalam keluarga,memiliki

10
kolerasi kecerdasan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang dirawat
secara terpisah.Zajonc dalam berbagai penelitiannya menemukan bahwa anak
pertama biasanya memiliki taraf kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya.
Hal yang bisa terjadi karena anak pertama dalam jangka waktu yang cukup lama
hanya dikelilingi oleh orang-orang dewasa,suatu lingkungan yang memberinya
keuntungan intelektual dalam bentuk suatu stimulasi yang lebih terarah (Irwanto
dkk,1991).

Dengan bantuan berbagai instrument tes inteligensi yang telah dikembangkan,


inteligensi sebagai suatu ciri yang unik dari seseorang mulai dapat dikelompokkan
atau diklasifikasikan.Klasifikasi inteligensi sangat ditentukan dari instrument tes
yang digunakan karena klasifikasi tersebut didasarkan atas skor IQ pada instrument
tes tertentu dan setiap instrument tes mempunyai skala pengukuran yang berbeda.
Irwanto dkk.(1991) mengemukakan skala inteligensi yang dikembangkan oleh
Wechsler dan klasifikasinya sebagai berikut :
Very superior: IQ di atas 128
Superior: IQ 120-127
Bright normal: IQ 111-119
Average: IQ 91-110
Dull normal: IQ 80-90
Borderline: IQ 66-79
Mental defective : IQ 65 ke bawah
2.1.4 Pengukuran Inteligensi

Setiap orang memiliki inteligensi yang berbeda-beda, sehingga antara individu


yang satu dengan yang lainnya tidak sama kemampuannya dalam menyelesaikan
suatu masalah yang ada. Perbedaan inteligensi dapat dipandang dari perbedaan
kualitatif dan perbedaan kuantitatif.Pandangan kualitatif menyatakan bahwa
perbedaan inteligensi satu dengan yang lainnya memang secara kualitatif berbeda,
yang berarti bahwa pada dasarnya memang telah berbeda inteligensi individu yang
sayu dengan yang lainnya. Pandangan kuantitatif menyatakan bahwa perbedaan

11
inteligensi itu terjadi karena perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan
dalam proses belajarnya. Dalam psikologi, pengukuran inteligensi dilakukan
dengan menggunakan alat-alat psikodiasnogtik atau yang dikenal dengan istilah
psikoitest. Hasil pengukuran inteligensi biasanya dinyatakan dalam sutuan ukuran
tertentu yang dapat menyatakan tinggi rendahnya inteligensi yang diukur, yaitu IQ
(Intelligence Quotioen).
Prinsip pengukuran inteligensi adalah membandingkan individu yang dites
dengan norma yang ada. Untuk dapat mengetahui taraf inteligensi seseorang,
digunakan tes inteligensi.Orang yang dapat dipandang sebagai orang yang pertama
menciptakan tes inteligensi adalah Binet (Walgito, 2008).Setelah Binet
menciptakan tes inteligensi, tes inteligensi menjadi berkembang begitu pesat. Tes
inteligensi Binet pertama kali disusun dalam tahun 1905, kemudian direvisi oleh
Binet sendiri tahun 1908 dan tahun 1911 diadakan revisi lagi sebagai revisi yang
kedua. Tahun 1916 tes Binet direvisi dan diadaptasi disesuaikan penggunaannya di
Amerika yang dikenal dengan revisi Terman dari Stanford University dan dikenal
dengan Stanford revision, juga dikenal dengan tes Inteligensi Standford-Binet
(Morgan, King, dan Robinson, 1984).saat itu pula digunakan pengertian
Intelligence Quotient atau disingkat dengan IQ.
Untuk memperoleh IQ pada anak digunakan rumus IQ=MA/CA. untuk
menghindari adanya angka pecahan maka rumus tersebut dikalikan dengan 100,
sehingga rumusnya menjadi : IQ = MA/CA x 100. MA adalah mental age atau
umur mental dan CA adalah chronological age atau umur kronologis yaitu umur
yang sebenarnya (Morgan, King dan Robinson, 1984). Tes inteligensi terus
berkembang dan pada tahun 1939 David Wechsler membuat individual intelligence
test, yang dikenal dengan Wechsler Bullevue Intelligence Scale atau sering disebut
tes inteligensi WB. Tahun 1949 diciptakan Test Wechsler Intelligence Scale for
Children atau sering dikenal dengan tes inteligensi WISC, yang khusus untuk anak-
anak.
Tahun 1955 Wechsler menciptakan tes inteligensi untuk orang dewasa yang
dikenal dengan Wechsler Adult Intellence Scale atau yang dikenal dengan tes
inteligensi WAIS.Menurut Morgan, King dan Robinson(1984), ada dua tes

12
inteligensi individual yang paling menonjol yaitu Test Stanford-Binet dan
Wechsler Adult Intellegence Scale (WAIS).

2.3 Gangguan Inteligensi

Menurut Maramis (2004), gangguan inteligensi yang paling sering ditemukan


adalah retardasi mental dan demensia.Retardasi mental adalah keadaan dengan
inteligensi kurang sejak masa perkembangan atau keadaan kekurangan inteligensi,
sehingga adanya hendaya daya guna sosial.Retardasi mental ada yang primes
disebabkan kemungkinan faktor keturunan,sedangkan retardasi mental sekunder
disebabkan oleh faktor yang dari luar misalnya gangguan metabolisme gizi. Gejala
dan tanda retardasi mental adalah kapasitas kecerdasannya (IQ) sangat rendah,
daya ingat lemah, tidak mampu mengurus diri sendiri, acuh tak acuh terhadap
lingkungan, minat hanya mengarah pada hal-hal sederhana, perhatiannya mudah
berpindah-pindah, keterbatasan emosi, dan adanya kelainan jasmani yang khas.
Demensia adalah kemunduran inteligensi karena kerusakan otak yang sudah tidak
bisa diperbaiki lagi.Orang yang mengalami demensia adalah orang yang tidak bisa
menginngat sesuatu yang telah dialaminya.

2.4 Pengertian Kreativitas

Kreativitas didefinisikan beragam oleh para ahli,tergantung pandangannya.


Sukarti (1983)bahwa kreativitas dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan
prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru,menemukan cara
penyelesaian masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide
baru,dan melihat adanya berbagai kemungkinan.Evans (1991) mengemukakan
bahwa kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan
konsep-konsep yang sudah ada, selain juga menemukan hubungan-hubungan baru
dan memandang sesuatu menurut perspektif yang baru. Solso (1998)
mengungkapkan bahwa kreativitas itu adalah aktivitas kognitif yang menghasilkan
cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi.Ahli lain Munandar (1982)

13
menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
asosiasi baru berdasarkan bahan,informasi,data atau elemen yang sudah ada
sebelumnya,menjadi hal yang bermakna dan bermanfaat.Torrence (1974)
memandang kreativitas sebagai suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan,orisinalitas dalam berpikir,serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu
gagasan.
Dari berbagai definisi diatas dapat dinyatakan bahwa kreativitas adalah
menciptakan sesuatu baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang baru,ide
baru,cara pandang yang baru,dan membuat kombinasi yang baru,serta memiliki
orisinalitas yang bermakna dan bermanfaat,dari pengertian ini, tampak bahwa
hakikat kreativitas adalah sesuatu yang baru,bernilai,serta orisinal,
dan bermanfaat bagi masyarakat.

2.2.2 Aspek atau Unsur Kreativitas


Suharnan (1998) mengemukakan bahwa dalam berkreativitas terdapat aspek
atau unsur sebagai berikut :
1. Aktivitas berpikir
Kreativitas selal melibatkan aspek berpikir dalam diri seseorang. Aktivitas ini
merupakan suatu proses menal yang tidak tampak ole orang lain dan hanya drasaan
oleh orang yang bersangkutan. Aktivitas ini bersifat kompleks karena melibatkan
berbagai kemampuan kognitif seperti pesepsi, atensi, ingatan imajiner, penalaran,
pengambilan keoutusan, dan penyelesaian masalah.
2. Menemukan sesuatu yang baru
Menemukan sesuatu yang baru yang meliputi kemampuan menghubungkan dua
gagasan atau lebih yang semula tidak berhubungan. Kemampuan mengubah
pandangan yang ada dan menggantikan dengan cara pandang lain yang baru dan
kemudian membuat kombinasi baru berdasarkan konsepyang telahada dalam
pkiran.aktivitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses imajinasi, yaitu
suatu kemampuan memanipulasi sjumla objek atau situasi d dala pikiran sebelum
sesuatu ang baru diharapkan timbul.
3. Orisinal

14
Pada dasarnya, kreativitas dapat dilihat dari adanya suatu produk baru. Produk
ini biasanya akan dianggap sebagai karya kreatif bila belum pernah diciptakan
sebelumnya, bersifat luar biasa dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Sifat baru
yang tedapat dalam kreativitas adalah produk bersifat baru dan belum pernah ada
sebelumnya, produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinai berbagai
produk yang sudah ada sebelumnya, dan produk yang memiliki sifat baru sebagai
hasil inovasi dan pengembangan dari hasil yang sudah ada.
4. Produk yang bermanfaat
Suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki manfaat yang
dapat dirasakan oleh masyarakat, seperti lebih mudah dipakai, lebih cepat, dan
lebih enak. Di samping itu, dapat mendorong, mendidik, menyelesaikan masalah,
mengurangi hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak dari
sebelumnya.

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Kreativitas


Menurut Suharnan (1998), ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi
kreativitas seseoran dalam aktivitas kehidupannya, yaitu :
1. Faktor instrinsik yaitu, inteligensi, bakat,minat, kepribadian, dan perasaan.
2. Faktor eksternal yaitu, adat istiadat, sosial budaya, pendidikan dan suasana
lingkungan.

2.2.4 Karakteristik Individu yang Mendukung Kreativitas


Ciri-ciri karakteristik individu yang mendukung kreativitas ada berbagai hal
yang didalamna ermasuk ciri-ciri pokok, ciri-ciri yang memungkinkan, serta ciri-
ciri sampingan. Campbell (1986) mengemukakan hal tersebut sebagai berikut :
1. Ciri pokok
a. Memliki kelincahan mental
Kelincahan mental (mental agility) adalah kemampuan untuk berman dengan
ide, agasan, konsep, lambing, kta-kata, angka, dan melihat hubungan yang tidak
bisa antara unsur tersebut. Berpikir dari segala arah (kelincahan mental ) atau
sering disebut convergent thinking merupakan kemampuan untuk melihat masalah

15
dari berbagai arah, segi, dan mengumpulkan berbagai fakta yang penting dan
mengarah fakta itu pada masalah yang dihadapi. Dengan cara itu ada kemungkinan
besar dihasilkan penyelesaian yang tepat tentang masalah itu. Orang kreatif
memiliki kemampuan itu dengan baik, dan kemampuan-kemampuan itu menjadi
makin baik dan erfungsi makin baik karena digunakan dan dilaih scara teratur.
b. Berpikr ke sagala arah
Berpiir ke segala arah atau divergent thinking merpakan kemampuan ntuk
berpikir dari satu ide, gagasan,menyebar ke segala arah, dan sei. Bepikir ke segala
arah mendorong ita untuk mencari berbagai jawaban yang berbeda dan yang
mungkin, daripada langsun menari jawaban yang benar.
c. Fleksibilitas konseptual
Merupakan suatu kemampuan secara spontan mengganti cara pandang,
pendekatan, dan aktivitas yang tidak berjalan. Secara cepat individu dapat
menyelesaikan masalah dengan menganti yang tidak ada pada saat diperlukan di
tempat tersebut.
d. Orisinalitas
Merupakan suatu kemampuan untuk mengungkapkan ide, gagasan ,
penyelesaian, dan cara kerja yang tidak lazim bahkanuntuk memberikan gambaran
mengenai peristiwa yang terjadie jarang mengejutkan. Contoh : apakah manfaat toi
baja ? orang yan tidak orisinal kebanyakanmenjawab untuk melindungi kepala dari
panas, dingin, angina, pukulan, dan sebagai hiasan epala. Oran orisinal akan
mengatakan untuk mengambil air dari sungai, untuk tempat duduk dan untuk
mengumpulkan peralatan besi bengkel.
e. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplitas
Hasil penelitian menemukan, pada umumnya orang reaif lebih menykai
kesulitn daripada kemudahan, memilih tantangan daripada keamanan, dan
cenderung yang bnyaktali-temalinya (complecity) daripada yang
sederhana(simplcity).engan keadaan yang demikian, mereka dapat menemukan
gagsan lain, ali-temali antara masalah yang menakjubkan, dan hal baru.
Kecenderungan pada hal-al ang sulit itu dari yang mudah itu, mewarnai hidup
orang-orang kreatig dan meiputi sebagian besar aktivitas hidupya, oleh karena itu

16
tidak jarang mereka mengalami banyak kesulitan.Pengalaman sulit itu memperkaya
dan memperluas cakrawala hidup mereka, dan keadaan ini makin menambah daya
kreatif mereka.
f. Latar belakang yang merangsang
Orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang yang
dapatg menjadi contoh seperti dalam tulis-menulis, seni, studi, penelitian, dan
pengembangan ilmu serta penerapannya, serta dalam suasana ingin belajar, ingin
makin tahu, ingin maju dalam hal yang ditekuni. Latar belakang yang merangsang
(stimulating background) adalah lingkungan dan suasana yang mendorog itu yang
dapat dimulai di keluarga, lingkungan sekolah, tetangga, bahkan di dunia kerja.
Dalam lingkungan demikian, orang kreatif melihat dan mengalami cara hidup dan
cara kerja oang-orang yang sudah jadi dalam bidang mereka masing-masing. Bagi
orang kreatif dari keadaan itulah mempelajri pengetahuan, melati kecakapan baru,
dan terdorong untuk memiliki sifat khas mereka : terus berusaha, tenang dalam
menghadapi kegagalan, tidak putus asa, disiplin, terus mencari, berprestasi, dan
bergairah dalam hidup.
g. Kecakapan dalam banyak hal
Manusia kreatif pada umumnya mempunyai banyak minat dan kecakapan
dalam berbagai bidang kehidupan. Orang yang memiliki banyak kecakapan tidak
mudah terpaku ada satu bidang kehidupan, dipaksa melewati satu jalur hidup, dan
mengerjakan yang itu-itu saja, tetapi memiliki banyak ruang, tersedia berbagai
jalan untuk melangkah dari variasi dalam cara hidupnya. Berbagai kecakapan
tersebut tidak saling mengganggu tetapi sebaliknya saling mendukung.Ilmuwan
yang sastrawan dapat mengemukakan gagasan ilmiahnya secara jelas dan indah,
pelukis yang musikus dapat melukis dengan penuh irama seolah-olah diiringi
music pendukung. Orang yang memilki banyak kecakapan,kancah kehidupannya
tampak sebagai suatu taman indah yang memiliki berbagai jalan masuk dan dapat
dinikmati dari berbagai sudut dan pandangan.

17
3. Ciri yang memungkinkan

Ciri yang memungkinkan diperlukan untuk mempertahankan gagasan kreatif


yang sudah dihasilkan, melputi :
a. Kemampuan untuk bekerja keras
Orang kreatif melukiskan irinya “saya hanya bekerja keras”, mereka bekerja
kerja membanting tulang, memeras tenaga berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.Mereka sungguh hidup dalam aktivitas di
bidang seni, imu, politik, hukum, dan dagang.Pekerjaan mereka seperti menelan
hidup mereka. Orang yang kurang produktif tampak loyo, tanpa semangat, tujuan
tampak tidak terarah, tanpa cita-cita, dan tidak akan pernah menjadi orang kreaif.
Orang kreatif adalah pekerja keras, namun tidak tegang, serius tetapi santai, karena
kerja sudah menyatu dengan gaya hidupnya, mereka memiliki kemampuan bekerja
keras.
b. Berpikir mandiri
Orang kreatif memiliki rasa individualitas yang kuat, mereka membuat
keputusan sendiri, percaya dengan daya pikirnya, dan percaya dengan pendapatnya
sendiri.Dalam situasi tertekan oleh kelompok, orang kreatif tidak mudah tunduk,
mereka minta penjelasan tentang pendapat umum itu dan mengutarakan pendapat
mereka sendiri dengan alas an-alasanya.Mereka tidak mudah dipermainkan oleh
pendapat umum.Mereka juga tidak begitu saja melepaskan pendapat sendiri tanpa
melihat sanggahan melawan yang dapat dipertanggngjawabkan.
Menerima pendapat umum dan melepas pendapat sendiri bukan karena
tekanan, tetapi karena kebenaran persoalan yang dirasakan dan dipikirkan.Orang
kreatif mampi menghadapi dengan tenang dalam silang pendapat, tidak mudah
termakan kabar angin, issue, gossip, dan kabar burung, dan pikirannya tidak mudab
digoyang oleh hal kecil yang menggoda.Mereka lurus, konsisten, dan maju terus
dengan nyala obor kebenaran yang dilihat dan diperoleh daya pikirnya.Orang yang
berpikir mandiri, orang kreatif bisa jadi kaku. Sulit menyesuaikan pendapatnya
dengan pendapat orang lain, atau ia sangat kuat mempertahankan pendapat sendiri.
Keadaan demikian dapat merusak suasana kebersamaan. Orang berpikir mandiri

18
adalah orang kreatif yang dapat bertindak, berbuat atau merencanakan sesuatu yang
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, sebagai konsekuensi
logis dari suatu keputusa kreatif. Perlu diketahui bahwa kecenderunhan berpikir
mandiri itu bukanlah memberikan ketegasan untuk bertahan dan terus maju
mencapai sesuatu yang diperlukan untuk mewujudkan ide atau gagasan
kreatif.Menciptakan ide atau gagasan kreatif adalah satu hal, dan membuat ide atau
gagasan itu dapat diwujudnyatakan dalam produk kreatif adalah hal yang lain
lagi.Dunia ini dipengaruhi oleh orang yang berpikir berbeda-beda, tanpa nyali
untuk tetap bertahan untuk mewujudkan ide atau gagasan dalam produk
nyata.Betapa pun cemerlangnya ide ataungagasan itu ditemukan, tetaplah tinggal
ide atau gagasan yang tidak dapat diwujudkan dalam rangka memperkaya
kehidupan. Kemandirian orang kreatif bukanlah kemandirian asal mandiri dan
demi mandiri sendiri, tetapi kemandirian atas dasar kebenaran, terbuka untuk
menerima pandangan-pandangan lain dan menjadi 'abdi' untuk mewujudkan
'impian' mereka menjadi kenyataan. Maka kebenaran dulu, mandiri kemudian, dan
mandiri untuk menjelmakan kebenaran.
c. Pantang menyerah
Ada orang yang percaya akan pikirannya sendiri dan tidak terlalu ambil pusinh
pendapat orang lain dan sebagian orang lain memiliki gambaran baik tentanh diri
sendiri sebagai akibat keberhasilannya di masa lampau, sehingga orang kreatif
tidak takut gagal. Mereka senang, rela dan mau mencoba lagi tanpa mengenal
menyerah, bahkan terkadang mereka tidak melihat kegagalan sebagai kegagalan,
tetapi hanya gangguan kecil yang tidak mengenakkan di jalan menuju sukses.
d. Mampu berkomunikasi dengan baik
Pencipta paling cemerlang di dunia ini tanpa kecakapan berkomunikasi
tidaklah efektif.Pada umumnya, orang kreatif juga sebagau komunikator yang baik,
jelas, dan terarah.Tanpa kecakapan komunikasi ide atau gagasan, mereka tidak bisa
ditangkap dengan lengkap dan benar, argumennya tidak bahwa orang kreatif adalah
penulisan dan penceramah yang baik. Krcakapannya itu menarik perhatian
masyarakat untuk suatu karya cipta yang baru, berupa ide, gagasan, penyelesaian,
dan cara kerja yang baru.

19
e. Lebih tertarik pada konsep daripada hal kecil
Orang kreatif tidak terserap oleh hal kecil dari berbagai hal yang dihadapi.
Mereka lebih tertarik pada konsep daripada detail, mereka tidak sejak awal
mencurahkan perhatian pada cara menyelesaikan masalah, tetapi pada pemahaman
menyeluruh tentang berbagai hal dalam hubungan masalah tersebut dengan hal
yang lain. Pendekatan konseptual yang menyeluruh ini pada umumnya akan
menghasilkan penyelesaian masalah secara kreatif dan seimbang.
f. Keingintahuan intelektual
Orang kreatif memiliki keingintahuan (intelectual curiosity) yang tidak habis-
habisnya mengenai hal yang ditemukan dalam hidupnya. Orang mengatakan : pada
umur 1-7 tahun suka bertanya "mengapa", pada umur 7-17 tahun suka mengajukan
soal "mengapa tidak", dan pada umur 17-70 tahun kita suka berkata "karena".
Dengan perkataan lain, makin menjadi tua, makin kehilangan keingintahuan. Hal
demikian menyebabkan kita tidak terdorong untuk mendapatkan pengalaman baru
yang mencari hal-hal yang baru, ini menghambat kreativitasnya.
g. Kaya humor dan fantasi
Kebanyakan orang kreatif memiliki rasa humor yang tinggi dan kaya dengan
fantasi.Mereka mencari yang aneh dan kurang menaruh minat untuk ngatur pikiran,
emosi, dorongan hati, dan gejolak jiwanya.Mereka hidup dalam dunia yang lebih
luas dan penuh berbagai unsur menarik, hal yang demikian dapat mendorong
mereka makin aktif dalam kegiatan kreatif.Kebanyakan hunor dan fantasi tentu
tidak selalu menyenangkan orang, karena kekurangan minat pada pengendalian
berpikir, mengungkapkan emosi, dan menyatakan dorongan hati. Orang kreatif
dapat keluar dari jalur adaptif dan norma yanh ada dalam masyarakat, sehingga
sering disebut kurang sopan dan tidak bisa beradaptasi.
h. Tidak segera menolak ide
Saat diajukan suatu ide atau gagasan pada orang kreatif tidak begitu saja
menolaknya walaupun ia melihat kekurangannya. Ide atau gagasan itu dilihat
sevara menyeluruh dan rinci dengan berbagai pertimbangan, ia mencari segala
unsur menarik dari ide atau gagasan itu dan mengesampingkan kekurangan-
kekurangannya. Orang-orang kreatif memiliki pendirian bukan hanya mendekati

20
masalah dari unsur positif dan negatifnya, tetapi lebih dari segi menariknya, karena
kreativitas justru lahir dari kemampuan mengembangkan unsur menarik dari suatu
ide, gagasan, penyelesaian, cara, dan kemungkinan baru mengenai masalah
tersebut.
i. Arah hidup yang mantap
Orang yang kreatif kebanyakan menampakkan dalam diri mereka sikap terlibat
dalam sesuatu, yakin akan tujuan dan arti hidupnya, dan ada rasa ditakdirkan.
Mereka merasa mendapat kemampuan khusus untuk menyelesaikan suatu tugas
hidup di tempat dan di zamannya.Mereka memandang dirinya unik, tugas yang
unik diruang hidup tertentu.Orang kreatif sungguh-sungguh ada di dalam motivasi
untuk terus berkarya mencapai cita-cita, memenuhi tugas hidup, dan memainkan
peranan menanggung, dan mengatasi kegagalan, dan maju terus pantang mundur
untuk meraih keinginan yang didambakannya.

4. Ciri sampingan
Ciri sampingan ini memengaruhi perilaku orang kreatif.Banyak orang kreatif
memiliki ciri yang membuat mereka sulit diterka, sulit bergaul dan hidup dengan
mereka, serta sulit diatur.Ciri ini bukan untuk kreativitas tetapi menjadi efek
samping dari kreativitasnya. Ciri sampingan ini antara lain :
a. Tidak mau tahu jalan pikiran orang lain
Orang kreatif berpikir sendiri, ia tidak ambil pusing mengenai sesuatu yang
dipikirkan orang lain, akibatnya ia tidak peka dengan perasaan orang lain di
sekitarnya. Biasanya, ia kurang memperhatikan adat yang berlaku, tampak aneh,
dan angkuh.
b. Kekacauan psikologis
Orang kreatif lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, tidak
mengendalikan perasaan dan tidak peduli dengan keberadaan orang lain.
Memandang dunia dengan kacamata berbeda dari yang lazim, hidup dengan aturan
yang tidak biasa, bertindak atas dasar perhitungan khusus, dan dapat membawa
orang kreatif ke dunia batin yang penuh dengan angin topan.Hal yang demikian
dapat membawa mereka ke tengah kekacauan psikologis dan dapat mengakibatkan

21
hidup jadi berantakan, perkawinan hancur, kehilangan pekerjaan, minum-minuman
keras, bahkan bisa melakukan bunuh diri.Orang aneh, suka minum, asosial, dan
dengan sendirinya tidak kreatif.Ciri tadi merupakan akibat dari integritas
kepribadian orang kreatif dan situasi batin yang diakibatkan oleh kreativitas.Ekses
negatif dari orang kreatif tadi dapat diarahkan, dan diatasi dengan refleksi dan olah
diri.Kreatif tidak mesti aneh, orang kreatif dapat juga biasa saja, sopan dan
bermasyarakat.

2.5 Hubungan Inteligensi dengan Kreativitas


Kreativitas merupakan suatu aktivitas berpikir untuk menghasilkan gagasan-
gagasan baru, tindakan baru, dan penyelesaian suatu masalah yang baru.Sudah
tentu kreativitas memerlukan peran inteligensi pada tingkatan tertentu, karena
ingteligensi maupun kreativitas merupakan suatu kemampuan intelektual, namun
keduannya memiliki dimensi yang berbeda. Inteligensi lebih dekat dengan berpikir
konvergen yaitu mencari dan memilih satu jawaban yang terbaik atau paling cocok,
sedangkan kreativitas lebih dekat dengan dimensi berpikir divergen yang
menghasilkan berbagai alternatif jawaban (Hattie dan Rogers,1986). Di dalam
proses kreatif, sudah barang tentu terdapat tahapan-tahapan berpikir konvergen,
sehingga sampai saat ini inteligensi dianggap sebagai variabel penting dalam
hubungannya dengan kreativitas.
Penelitian Munandar (1982) menemukan korelasi positif dan signifikan antara
inteligensi dengan kreativitas dengan angka korelasi sebesar 0.53.Suharnan (1998)
menemukan angka korelasi sebesar 0.23, dan hasil penelitian terbaru dari Kuncel,
Hezlett, dan Ones (2004) menemukan korelasi sebesar 0.36.Berdasarkan hasil
penelitian ini dan hasil penelitian sebelumnya, korelasi antara inteligensi dengan
kreativitas bergerak dari tingkat rendah sampai sedang. Dapat disimpulkan bahwa
orang yang memiliki inteligensi tinggi cenderung lebih kreatif daripada mereka
yang memiliki inteligensi rendah, tetapi hal ini tidak berarti bahwa dengan makin
tinggi inteligensi seseorang, maka dengan sendirinya akan menjadikan ia lebih
kreatif daripada yang lain. Hal ini harus disadari mengingat antara inteligensi
dengan kreativitas menunjukkan korelasi yang tidak sempurna (Halpern,1996).

22
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kreativitas, disamping bermakna untuk pengembangan diri maupun
pembangunan masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu
kebutuhan paling tinggi manusia ( Maslow, 1968 ).

Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek,


yaitu aspek pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek
pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan
lingkungannya. Ditinjau dari proses, menurut Torrance ( 1988), kreativitas
adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan
tentang kekurangan ( masalah ) ini, menilai dan menguji dugaan atau
hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya
menyampaikan hasil – hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap,
yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai
produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses
kreativitas, ialah sesuatu yang baru, orisinalitas, dan bermakna.

Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya


memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungannya. Jadi
peranan Intelegensi / kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi
kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat
intelegensinya (IQ) tinggi belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan
prestasi belajarnya tinggi pula karena setiap individu memiliki motivasi
yang berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih
mudah berkreativitas dan meraih prestasi belajar yang tinggi dibandingkan
dengan yang memiliki IQ rendah.

Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa


pengajar yang masih kurang memperhatikan dalam pengembangan
intelegensi anak didiknya, maka dari itu kita sebagai calon-calon pendidik
masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran

23
yang merujuk pada pengembangan intelegensi sehingga kreativitas anak-
anak didik mengalami kemajuan dimasa yang akan datang.

1.2 Saran
Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa
pengajar yang masih kurang memperhatikan dalam pengembangan intelegensi
anak didiknya, maka dari itu kita sebagai calon-calon pendidik masa depan harus
mempersiapkan sejak dini rencana-rencana pengajaran yang merujuk pada
pengembangan intelegensi sehingga kreativitas anak-anak didik mengalami
kemajuan dimasa yang akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011 (diakses
melalui www.psikologiina.ac.id pada 26 November 2017)

Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN SU, 2011(diakses


melalui www.psikologiina.ac.id pada 26 November 2017)

Candra, I Wayan,dkk,Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan


Jiwa,Poltekkes Kemenkes Denpasar : ANDI, 2017

25

Anda mungkin juga menyukai