Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI

“INTELEGENSI DAN KREATIFITAS”

Disusun Oleh :

Kelompok 10
Radhiatul Umsonia

Ratu Budiastuty

Rossalina Agustin

Disusun untuk memenuhi tugas psikologi untuk diseminarkan pada Hari Senin 23, Agustus 2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan judul INTELEGENSI DAN KREATIFITAS disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi yang akan diseminarkan pada tanggal 23 Agustus 2021.

Menyetujui,

Dosen Pengampu

Sukmawati, S.Kep.Ns.M.Kes

NIP

2
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat karunia-Nya lah
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan rapi.
Dengan selesainya makalah ini maka yang pertama kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terutama sumber-sumber yang
menjadi referensi kami sehingga memudahkan kami dalam mengerjakan makalah ini.
Makalah ini juga masih tergolong makalah yang belum sempurna, karena dari itu kami
selaku pembuat makalah ini, mohon dengan sangat agar para pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun agar kami dapat memperbaiki kesalahan yang terdapat
pada makalah ini. Dan tidak lupa kami sangat berharap agar makalah ini sangat bermanfaat
bagi para pembaca.

Bima, 20 Agustus 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................4
BAB I......................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5
A.Latar Belakang...............................................................................................................................5
B.Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................7
A. Analisa dan Pembahasan...............................................................................................................7
1. Intelegensi..............................................................................................................................7
B. Kreatifitas................................................................................................................................11
C. Peran Intelegensi dan Kreatifitas.............................................................................................14
A. Peran Inteligensi dalam Dunia Pendidikan..................................................................................14
B. Peran Kreativitas dalam Kewirausahaan......................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................................16
B. Daftar Pustaka.........................................................................................................................16

4
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perkembangan zaman di era globalisasi semakin pesat dikarenakan pertukaran informasi


yang juga semakin cepat. Hal ini menyebabkan pembelajaran setiap siswa di bumi semakin
mudah dalam meningkatkan pengetahuannya. Setiap negara mempersiapkan generasinya
dengan berbagai macam metode pendidikan untuk meningkatkan kualitas bangsanya. Bukan
hanya pendidikan yang meningkatkan kualitas secara akademisnya, tetapi juga meningkatkan
intelegensinya.

Intelegensi adalah hal yang sangat penting dalam persaingan global ini. Seseorang dengan
intelegensi yang lebih tinggi mampu mempengaruhi orang- orang dengan inteegensi yang
lebih rendah darinya. Intelegensi tidak dapat diukur dengan tinggi rendahnya tingkat
akademisnya. Intelegensi seseorang berkembang seiring dengan kemampuan seseorang
dalam menghadapi masalah. Ketika seseorang memperolah informasi baru dan
menerapkannya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya maka intelegensi orang
tersebut telah meningkat, dan begitu seterusnya.

B.Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang intelegensi. informasi
tentang intelegensi sangat penting bagi setiap orang agar dapat meningkatkan tingkat
intelegensinya.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

David Wechsler (dalam Jackson, 2003), Inteligensi adalah kapasitas keseluruhan atau global
individu untuk bertindak, berpikir rasional, dan menangani lingkungan secara efektif. Istilah
keseluruhan atau global digunakan karena terdiri dari elemen atau kemampuan yang
meskipun tidak sepenuhnya independen, namun secara kualitatif terdiferensialkan.

William Stern mengemukakan inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada
kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.
William Stern berpendapat bahwa inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan
turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi seseorang
(Anne Anastasi, 1997).

Munandar (1999) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat


kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur- unsur yang ada. Secara operasional
kreativitas dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisa dan Pembahasan


1. Intelegensi

a. Pengertian
Menurut Chaplin dalam Rufaidah intelegensi diartikan sebagai: (1)
Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara
cepat dan efektif. (2) kemampuan .menggunakan konsep abstrak secara
efektif. Garrt menyatakan bahwa inteligensi setidak-tidaknya mencakup
kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang
memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol. Bischop
mengatakan bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan
berbagai jenis masalah. Alfred menyatakan ntelegensi sebagai penilaian atau
disebut juga akal yang baik (good sense), berfikir praktis (practical sense),
inisiatif, kemampuan untuk menyesuaikan diri sendiri pada keadaan serta
kritik pada diri sendiri.
Menurut Stern dalam Sujanto intelegensi adalah kesanggupan jiwa untuk
dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang
baru. V. Hees menyatakan bahwa intelegensi adalah sifat kecerdasan jiwa.
Pengertian intelegensi secara singkat adalah kemampuan seseorang
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Lingkungan baru
yang dimaksud adalah kondisi yang orang tersebut belum pernah alami,
dengan demikian kondisi tersebut bisa dikatakan dengan masalah baru.

7
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
Pendidikan memiliki kewajiban dan tugas untuk mengembangkan intelegensi
peserta didik agar berfungsi secara optimal. Sujanto mengidentifikasikan
beberapa faktor yang mempengaruhi intelegensi yaitu:
1. Pembawaan, ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir,
dan yang tidak sama pada tiap orang.
2. Kemasakan, ialah saat munculnya suatu daya jiwa kita yang kemudian
berkembang dan mencapai saat puncaknya.
3. Pembentukan, ialah segala faktor luar yang mempengaruhi intelegensi di
masa perkembangannya.
4. Minat, inilah yang merupakan motor penggerak dari inelegensi kita.

Menurut Kohnstamm dalam Sujianto intelegensi itu dapat dikembangkan.


Tetapi harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Dan hanya mengenai segi
kwalitasnya saja. Syarat-syarat itu ialah:
1. Bahwa pengembangan itu hanya sampai pada batas kemampuannya saja.
Pengembang tidak dapat melebihi batas itu. Dan setiap orang mempunyai
batas-batas yang berlainan.
2. Terbatas juga pafa mutu intelegensi. Artinya seseorang tidak akan selesai
mengerjakan sesuatu diatas mutu intelegensinya.
3. Perkembangan intelegensi, bergantung pula kepada cara berfikir yang
metodis.

c. Model-model kecerdasan alami


Beberapa model yang berbeda telah diusulkan untuk mengkategorikan
inteligensi (Sternberg dalam ). Apa saja perbedaan dan persamaan dari model
yang satu dengan yang lain?

1.Model Psikometrik

Spearman (1904, 1927) menyatakan teori kecerdasan dua faktor, sebuah


teori yang masih digunakan hingga hari ini (misalnya, Brand, 1996; Jensen,
1998, 2002). Teori ini mengemukakan faktor umum (g) biasanya semua tugas
yang membutuhkan kecerdasan dan satu faktor spesifik (s) yang unik untuk
setiap jenis tugas yang berbeda. Itulah dua faktor yang dimaksudkan.

8
Spearman (1904) mencetuskan ide ini sebagai hasil dari melihat data yang
diolah dengan teknik statistik dari penemuannya sendiri, analisis faktor, yang
mencoba mengidentifikasi sumber yang tersembunyi dari perbedaan individu
(atau lainnya) yang mendasari pengamatan sumber variasi dalam kinerja
pengujian. Spearman mengamati bahwa ketika dia menganalisis matriks
korelasi, dua jenis faktor yang tampak - faktor umum yang umum untuk semua
tes, dan faktor spesifik yang unik untuk setiap tes tertentu. Spearman (1927)
mengakui dia tidak yakin apa dasar psikologis dari g, tetapi menyarankan
bahwa itu mungkin energi mental (istilah yang tidak pernah dia definisikan
dengan sangat jelas). Apa pun itu, itu adalah sumber tunggal dan utama
perbedaan individu dalam kinerja tes kecerdasan

5. Teori Keterkaitan dan Hubungan

a. Teori Keterkaitan

Teori Spearman segera ditantang, dan terus ditantang hari ini


(misalnya, Gardner, 1983; Sternberg, 1999). Salah satu kritikus utama
Spearman adalah psikolog Inggris Sir Godfrey Thomson, yang menerima
statistik Spearman tetapi bukan karena tafsirannya. Thomson (1939)
berpendapat bahwa adalah mungkin untuk memiliki faktor umum
psikometrik dalam ketiadaan kemampuan umum apa pun. Secara khusus,
ia berpendapat bahwa “g” adalah realitas statistik tetapi artefak psikologis.
Dia menyarankan bahwa faktor umum mungkin hasil dari kerja yang
sangat besar dari apa yang disebutnya obligasi, yang semuanya diambil
secara simultan dalam tugas intelektual. Bayangkan, misalnya, bahwa
masing-masing tugas intelektual yang ditemukan dalam baterai uji
Spearman dan lainnya membutuhkan keterampilan mental tertentu. Jika
masing-masing sampel menguji semua keterampilan mental ini, maka
penampilan mereka akan berkorelasi sempurna satu sama lain karena
mereka selalu terjadi bersama. Dengan demikian, mereka akan
memberikan tampilan faktor umum tunggal, padahal sebenarnya ada
banyak.
b. Teori Hubungan

Mereka menyatakan bahwa dalam sifatnya yang lebih alami, bentuk-

9
bentuk operasi intelektual yang lebih tinggi identik hanya dengan asosiasi
atau pembentukan koneksi, tergantung pada jenis koneksi fisiologis yang
sama tetapi membutuhkan lebih banyak lagi. Dengan argumen yang sama,
orang yang inteleknya lebih besar atau lebih baik daripada orang lain
berbeda dengannya dalam analisis terakhir dalam memiliki, bukan
semacam proses fisiologis baru, tetapi hanya sejumlah besar koneksi dari
jenis biasa.

6. Teori Thurstone tentang Kemampuan Mental Primer

Thurstone dan Thurstone (1941) mengemukakan keberadaan tujuh


kemampuan mental primer.
a. Pemahaman Verbal
Kemampuan untuk memahami materi verbal. Kemampuan ini diukur
dengan tes seperti kosakata dan membaca pemahaman.
b. Kemampuan Kelancaran Berbicara
Kemampuan yang terlibat dalam menghasilkan kata, kalimat, dan
materi verbal lainnya. Kemampuan ini diukur dengan tes seperti yang
mengharuskan peserta ujian untuk menghasilkan banyak kata mungkin
dimulai dengan huruf tertentu dalam jumlah pendek waktu.
c. Angka
Kemampuan untuk menghitung dengan cepat. Kemampuan ini
diukur dengan tes yang membutuhkan solusi masalah aritmatika numerik
dan sederhana masalah kata aritmatika.
d. Ingatan
Kemampuan mengingat string kata, huruf, angka, atau simbol atau
benda lain. Kemampuan ini diukur dengan serial- atau freerecall tes.
e. Kecepatan dalam Persepsi Sesuatu
Kemampuan mengenali huruf, angka, atau lainnya simbol dengan
cepat. Kemampuan ini diukur dengan tes proofreading, atau dengan tes
yang membutuhkan individu untuk mencoret surat yang diberikan (seperti
A) dalam serangkaian huruf.
f. Penalaran Induktif
Kemampuan untuk berpikir dari yang spesifik ke yang umum.
Kemampuan ini diukur dengan tes seperti seri huruf (“Apa huruf yang

10
muncul pada urutan berikut? b, d, g, k,. . . . ”) Dan angka seri ("Apa nomor
berikutnya dalam seri berikut? 4, 12, 10, 30, 28, 84,. . . ”).
g. Visualisasi spasial
Kemampuan yang terlibat dalam memvisualisasikan bentuk, rotasi
objek, dan bagaimana potongan-potongan teka-teki akan cocok bersama.
Kemampuan ini diukur dengan tes yang membutuhkan rotasi mental atau
lainnya manipulasi objek geometris.

7. Teori Hirarki

Sir Cyril Burt (1949), yang dikenal terutama karena karyanya yang
banyak dipertanyakan tentang heritabilitas kecerdasan, menyarankan bahwa
hirarki tingkat lima akan menangkap sifat kecerdasan. Di puncak hirarki Burt
adalah "pikiran manusia." Pada tingkat kedua, "tingkat hubungan," adalah g
dan faktor praktis. Di tingkat ketiga adalah asosiasi, pada tingkat keempat,
persepsi, dan pada tingkat kelima, sensasi. Model ini telah terbukti tidak tahan
lama dan relatif jarang dikutip hari ini.
Holzinger (1938) mengusulkan teori kecerdasan bifaktor, yang
mempertahankan baik faktor umum maupun spesifik dari Spearman, tetapi
juga mengizinkan faktor-faktor kelompok seperti yang ditemukan dalam teori
Thurstone. Faktor-faktor tersebut adalah umum untuk lebih dari satu tes, tetapi
tidak untuk semua tes. Teori ini membantu membentuk dasar bagi teori
hierarkis lain yang menggantikannya.

B. Kreatifitas
a. Pengertian
Munandar (1999) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan
untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-
unsur yang ada. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai
“kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.
Kim (2007) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah fenomena antara
individu dan kebudayaan yang memungkinkannya untuk mengubah

11
kemungkinan menjadi kenyataan. Ketika seorang individu menemukan
wawasan atau menghasilkan bentuk-bentuk seni yang baru dan diterima dari
orang lain, maka temuan tersebut menjadi bagian dari tradisi budaya, tercatat,
dan dikirim ke generasi selanjutnya.
Hurlock (1999) menambahkan mengenai kreativitas, menurutnya
kreativitas adalah proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata
dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal.
Begitu juga Sternberg (2008) yang juga menyatakan bahwa kreativitas sebagai
proses memproduksi sesuatu yang orisinil dan bernilai. Sesuatu yang
dimaksud adalah berupa sebuah teori, tarian, zat kimia, suatu proses atau
prosedur, cerita, simfoni, dan lain-lain. Lalu Santrock (2007) menyatakan
bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang
baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan masalah yang unik.
Maksud dari definisi tersebut, kreativitas adalah bagaimana seseorang berfikir
dengan cara baru yang menghasilkan pemecahan masalah yang belum ada
sebelumnya sehingga seseorang dapat menemukan produk atau solusi yang
belum pernah ditemukan orang lain.

b. Aspek-aspek Kreatifitas
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan aspek-aspek dari
kreativitas antara lain:
a. Fluency of Thinking, kelancaran berpikir dalam menghasilkan ide-ide baru
yang berkualitas.
b. Flexibility keluwesan berpikir, yaitu kemampuan untuk memproduksi
sejumlah ide yang bervariasi, mampu mencari alternatif atau arah yang
berbeda.
c. Elaboration, yaitu kemampuan dalam mengembangkan ide sehingga
menjadi lebih menarik.
d. Originality yaitu kemampuan untuk mencetuskan ide unik.
c. Dimensi Kreatiftas
Kreativitas memiliki dimensi dalam pengembangan kreativitas. Menurut
Utami Munandar (2009), bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan
dikembangkan. Kreativitas diidentifikasi dari 4 dimensi, yaitu:

12
1. Person

Kreativitas tidak berhenti pada tataran person saja, tetapi person yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.

2. Press

Untuk mewujudkan bakat kreatif seseorang diperlukan dorongan dan


dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi,
dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam
diri sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.

3. Process

Kegiatan yang penting adalah memberi kebebasan kepada seseorang untuk


mengekspresikan dirinya secara kreatif. Hal yang perlu adalah proses bersibuk
diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkan
produk kreatif yang bermakna.

4. Product

Selanjutnya dijelaskan oleh Munandar (2002) definisi produk kreativitas


menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu
yang baru, orisinil, dan bermakna. Interaksi dari ketiga P (Pribadi, Pendorong,
Proses) di atas menghasilkan produk-produk kreativitas yang konstruktif.

c. Faktor yang mmpengaruhi Kreatifitas


Hurlock (1999) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas,
diantaranya;

1. Jenis Kelamin

Anak laki-laki lebih kreatif dibandingkan dengan anak perempuan. Hal


tersebut disebabkan karena anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk
mandiri, bahkan didesak oleh teman sebayanya untuk bertindak suatu hal yang
beresiko, dan juga anak laki-laki didorong oleh para orang tua danguru untuk
menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

2. Status Sosioekonomi

13
Seseorang yang memiliki status sosioekonomi lebih tinggi cenderung lebih
kreatif dari yang lebih rendah status sosioekonominya. Hal tersebut
disebabkan karena status sosioekonomi yang lebih tinggi memberikan lebih
banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang
diperlukan bagi kreativitas.

3. Urutan kelahiran

Anak dengan urutan kelahiran tengah, belakang dan anak tunggal,


mungkin lebih kreatif dari yang lahir pertama, karena pada umumnya anak.

4. Ukuran keluarga

Dalam ukuran keluarga yang kecil, lebih memungkinkan anak untuk lebih
kreatif dibandingkan ketika anak berada dalam ukuran keluarga
yang besar, terlebih jika anak terdidik secara otoriter dan kondisi sosioekonomi
yang rendah.

5. Lingkungan kota versus lingkungan desa

Lingkungan kota cenderung lebih memungkinkan anak untuk kreatif


dibandingkan anak dari lingkungan desa. Disebabkan, karena dalam
lingkungan desa pada umumnya anak dididik secara otoriter yang kurang
merangsang kreativitas.

6. Inteligensi

Setiap anak yang pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar. Hal ini
disebabkan, karena mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk
menanganiih besar. Hal ini disebabkan, karena mereka mempunyai lebih
banyak gagasan baru untuk menangani suasana konflik sosial dan mampu
merumuskan lebih banyak penyelesaian pada konflik tersebut.

C. Peran Intelegensi dan Kreatifitas


A. Peran Inteligensi dalam Dunia Pendidikan

Inteligensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling
berkaitan. Di mana biasanya seseorang yang memiliki inteligensi yang tinggi dia
akan memiliki prestasi yang membanggakan di kelasnya, dan dengan prestasi

14
yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan atau dengan kata lain
seseorang tersebut memiliki peluang yang cukup besar untuk meraih sukses
dibidang akademik. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi
seseorang maka semakin kecil peluang untuk meraih sukses dibidang akademis.
Pernyataan diatas didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh
peneliti anatara lain Lukman Gumadi (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan
adanya hubungan positif dan signifikan antara intelegensi terhadap prestasi
akademik taruna Jurusan Nautika di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta,
semakin tinggi intelegensiyang dimiliki maka akan semakin tinggi prestasi
akademik mereka. Hasil yang serupa dijumpai dalam penelitian yang dilakukan
Ni Kadek Sukiarti (2009) pada sampel penelitian sebanyak 180 orang siswa. Pada
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara intelegensi dengan prestasi akademik. Diperoleh bahwa secara parsial
intelegensi dan motivasi belajar berpengaruh sangat nyata terhadap prestasi
akademik dan konstribusi (sumbangan) dari variabel intelegensi yang cukup
besar. Hal ini terjadi karena seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya
tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya
orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar,
lambat berpikir, sehingga prestasi akademiknya pun rendah. Mencari penelitian
yang lebih relevan
B. Peran Kreativitas dalam Kewirausahaan

Baldacchino (2009) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan


kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari
peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang. Kreativitas: kemampuan untuk
mengembangkan ideide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan
menemukan peluang. Intinya kreativitas adalah memikirkan sesuatu yang baru
dan berbeda. Sedangkan inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan
kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang. Intinya
inovasi adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda.
Seorang wirausahawan harus memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu
kreativitas. Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk

15
berinovasi terhadap usahanya.
Suryana (2003) menyatakan bahwa kreativitas adalah: “Berpikir sesuatu yang
baru”. “Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dalam
menghadapi peluang”.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir secara abstrak,
memecahkan masalah dengan menggunakan simbol-simbol verbal, dan
kemampuan untuk belajar dari dan menyesuaikan diri dengan pengalaman-
pengalaman hidup sehari-hari. Sedangkan kreatifitas berarti bagaimana seseorang
berfikir dengan cara baru yang menghasilkan pemecahan masalah yang belum
ada sebelumnya sehingga seseorang dapat menemukan produk atau solusi yang
belum pernah ditemukan orang lain.
Intelegensi dan kreatifitas merupakan dua hal yang erat hubungannya dan
terkait tanpa dapat dipisahkan. Kreatifitas berkembang karena faktor dominan
intelegensi individu yang cukup dalam penangkapan saat belajar cenderung akan
memiliki kemampuan untuk pengembangan akalnya.

B. Daftar Pustaka

Hurlock. Child development, Perkembangan anak. Meitasari Tjandrasa.


Terj.1999. Jakarta : Erlangga.
Kim, U. (2007). Creating a world of possibilities: indigenous and cultural perspectives.
Dalam Ai-Girl Tan (ed). Creativity a handbook for teacher (11- 16). Singapore:
World Scientific.
M. Suyanto, 2005. Strategi Perancangan Iklan. Yogyakarta: Andi Offset. Munandar,
S.C.U. (1999). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah.

16
Jakarta: PT Gramedia Widiasarna Indonesia.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas AnakBerbakat. Jakarta:
Rineka Cipta
Rufaidah, Anna. 2015. Pengaruh Intelegensi dan Minat Siswa terhadap Putusan
Pemilihan Jurusan. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan.
Stenberg, Robert J. 2003. Wisdom, Intelligence, and Creativity Synthesized. New York:
Cambridge University Press.
Sujanto, Agus. 2006. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Bumi Aksara

17

Anda mungkin juga menyukai