Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“RAGAM KECERDASAN MANUSIA (IQ, EQ, SQ,
MULTIPLE INTYIGENCE)”

DOSEN PENGAMPU
Dr. Muhammad Daud, M.Si
Dr. Ahmad Razak, M. Psi

OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS C

Muhammad Imran Tahir ( 210002301064 )


A.Kamrida ( 210002301056 )
Puspita Hartono ( 210002301058 )
Nafa Urbach ( 210002301063 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami se..hingga dapat

menyelesaikan makalah Psikologi Pendidikan ini tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan tentang Ragam kecerdasan Manusia. Kami sangat

berharap makalah ini bisa menjadi sumbangsih yang bernilai bagi ilmu khususnya

yang terus berkembang. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca

dan kepentingan ilmu psikologi pendidikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini ma.sih banyak kekurangan dan jauh

dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berhar.ap adanya kritik, saran dan usulan

demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,

mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.

Semoga .Allah SWT meridhoi segala usaha dan langkah kita semua. Amin.

Makassar, 14 September 2021


.
.
Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 2

C. Tujuan................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3

A. Kecerdasan Inteleqtual....................................................................... 3

B. Kecerdasan Emosi............................................................................... 3

C. Kecerdasan Spiritual ………..............................................................10

D. Multiple Intelligence …………..........................................................14

E. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan…………............................ 15

BAB III PENUTUP..........................................................................................16

A. Kesimpulan......................................................................................... 16

B. Saran................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu hal yang dapat membedakan antara manusia dan mahluk
lainya yaitu kecerdasan. Manusis memiliki kecerdasan yang jauh lebih tinggi
di bandingkan dengan mahluk lainya, dengan kecerdasan yang manusia
miliki dapat mengembakan hal-hal baru dengan kecerdasan yang di miliki.
Manusia dapat berkembang sejalan dengan manusia ingin mempelajari
sesuatu hal dengan giat dengan kata lain manusia dapat meningkatkan potensi
kecerdasanya dengan belajar. Kecerdasan yang di miliki manusia ataupun
individu tidak terdapat pada satu sisi saja, tetapi banyak kecerdasan yang
dapat di tingkatkan untuk mengembangkan dirinya. Kecerdasan yang di
miliki seseorang haruslah dapat di seimbangkan agar dapat mencapai tujuan
dengan sebaik-baiknya.
Kecerdasan manusia tidak lagi hanya bertumpuh pada aspek
kecerdasan intelektual atau IQ (intelligence quotient) manusia juga ternyata
memeliki kecerdasan lain selain IQ. Ada juga EQ (emotional quotient) dan
SQ (spiritual quotient).

B. Rumusan Masalah
Beberapa hal pokok yang akan dibahas pada makalah ini sebagai

berikut:

1. Apa pengertian kecerdasan intelektual?

2. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi?

3. Apa yang dimaksud kecerdasan spiritual?

4. Apa yang dimaksud dengaan multiple intelligence?

5. faktor apa sajakah yang mempengaruhi kecerdasan?


C. Tujuan

Tujuan dari membuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah statistika pada semester ganjil tahun akademik 2021/2022.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ragam Kecerdasan Manusia
1. Kecerdasan Intelektual
Intelegensi adalah potensi yang dimiliki seseorang untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun “questions” adalah satuan
ukuran yang digunakaan oleh intelegensi. Jadi, kalau panjang diukur
dengan meter, berat diukur dengan gram, maka kecerdasan diukur
dengan “questions”. Karenanya untuk tingkatan kecerdasan seseorang
selama ini dikenal dengan IQ (Satiadarma dan Waruwu, 2003 : 24)
Inteligensi/Intelektual adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara
efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi/
intelektual adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional. Sehingga intelektual tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata
yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional (Rahmasari,
2012). Menurut Sarlito (dalam Rahmasari, 2012) Quotient adalah suatu
konsep kuantifikasi yang awalnya diberlakukan dalam rangka
pengukuran tingkat kecerdasan.
Menurut David Wechsler (dalam Rahmasari, 2012), inteligensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara
rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi
dari proses berpikir rasional itu. Intelegensi juga dapat diartikan sebagai
kemampuan koginitif atau intelektual yang diperlukan untuk
memperoleh pengetahuan, dan menggunakan pengetahuan itu dalam cara
yang tepat untuk memecahkan suatu masalah yang memiliki tujuan jelas
dan terstruktur (Triyanto, 2015) . Sedangkan IQ atau singkatan dari
Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan (Rahmasari, 2012).
Definisi lain terkait kecerdasan intelektual juga dikemukakan oleh
Amran (dalam Pasek, 2017), Kecerdasan intelektual (IQ) Merupakan
pengkualifikasian kecerdasan manusia yang didominasi oleh
kemampuan daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80% , IQ
diturunkan dari orangtua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia
sangat dini yaitu 0-2 tahun kehidupan manusia yang pertama. Sifatnya
relatif digunakan sebagai predictor keberhasilan individu dimasa depan.
Implikasinya, sejumlah riset untuk menemukan alat (tes IQ) dirancang
sebagai tiket untuk memasuki dunia pendidikan sekaligus dunia kerja.
Pasek (2017) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual
merupakan kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan,
menguasai dan menerapkannya dalam menghadapi masalah. Selain itu,
Dwijayanti (dalam Pasek, 2017) menyebutkan kecerdasan intelektual
sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari tiga ciri yaitu: a)
Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, b)
Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah
dilakukan, c) Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Robins dan
Judge (dalam Pasek, 2017) mengatakan bahwa kecerdasan Intelektual
adalah kemampuan yang di butuhkan untuk melakukan berbagai
aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
Kecerdasan Intelektual adalah kemampuan manusia untuk memperoleh
pengetahuan dan bertindak searah, berfikir secara rasional dan
menggunkana daya pikir dalam memahami situasi yang baru.

2. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri
sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan hubungannya
dengan orang lain. Seseorang dengan kecerdasan emosional yang
berkembang dengan baik, kemungkinan besar akan berhasil dalam
kehidupannya karena mampu menguasai kebiasaan berfikir yang
mendorong produktivitas (Pasek, 2017)
Davies dan rekan-rekannya (Satiadarma dan Waruwu, 2003 :
24) menjelaskan bahwa intelegensi emosi adalah kemampuan
seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain,
membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan informasi
tersebut untuk menuntun proses berpikir serta perilaku seseorang.
Mereka mengemukakan bahwa kemampuan ini merupakan
kemampuan yang unik yang terdapat di dalam diri seseorang, karena
hal ini merupakan sesuatu yang amat penting dalam kemampuan
psikologis sesorang. Namun demikian mereka juga menjelaskan bahwa
sebagian peneliti beranggapan akan kemampuan adanya hubungan
antara kecendrungan emosi tertentu dengan kemampuan nalar
seseorang. Dilain pihak, peneliti lain beranggapan bahwa intelegensi
emosi secara spesifik terkait erat dengan intelegensi social dan
berbagai bentuk intelegensi lainnya: adapun bentuk intelegensi lainnya
ini kerap kali tidak berhubungan dengan satu sama alian. Sebagai
contoh mereka yang ahli dalam bidang music mungkin sangat tidak
ahli dalam bidang olahraga.
Berbagai kajian yang telah dilakukan selama ini belum mampu
menemukan hubungan yang lebih jelas antara satu kemampuan dengan
kemampuan lainnya. Sebagaia contoh, dikatakan bahwa intelegensi
emosi terkait erat dengan kemampuan social seseorang, akan tetapi
kenyataan yang ditemukan oleh Tomlinson-Keasey dan Little
(Satiadarma dan Waruwu, 2003 : 24) sejak satu decade yang lalu
masih tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti, yaitu
sosiabilitas seorang anak tidak mampu meramalkan kemampuannya
menyesuaikan diri dimasa dewasa kelak padahal kemampuan
menyesuaikan diri terkait dengan kehidupan harmonis individu di
dalam keluarga dan masyarakat. Bahkan Tomlinson-Keasey dan Little
sosiabilitas tinggi membawa dampak negative pada perkembangan
intelektualnya dimasa dewasa. Menurut mereka keadaan seperti ini
memiliki berbagai kemungkinan. Salah satu alasannya adalah anak-
anak yang menikmati kehidupan sosial yang demikian menyenangkan
karena popularitas, kesejahteran hidup yang layak, besar untuk
mengembangkan kemampuan inteleknya. Sebaliknya anak-anak yang
tidak menjadi kebanggaan keluarga, tidak begitu popular dikalangan
teman-temannya dan kurang sejahterah hidupnya justru merasa
tredorong untuk mengembangkan kemampuan inteleknya. Alasan lain
yang dikemukakan oleh Tomlinson-Keasey dan Little (Satiadarma dan
Waruwu, 2003 : 24) adalah anak-anak yang banyak bersosialisasi
dengan teman sebayanya, sedangkan mereka yang tersolir dari
lingkungan sebayanya cenderung mengembangkan lebih banyak
hubungan dengan orang dewasa sehingga pola pikir mereka menjadi
lebih dewasa dibandingkan dengan usia kalendernya. Selanjutnya
Tomlinso-Keasey dan Little (Satiadarma dan Waruwu, 2003 : 24) juga
mengemukakan bahwa anak-anak yang lebih menikmati aktivitas
social kurang berminat pada aktivitas intelektual, sebaliknya mereka
yang lebih menikmati aktivitas intelektual cenderung kurang mampu
bersosialisasi.
Kondisi-kondisi seperti di atas sampai saat ini masih terus dikaji
untuk menemukan konstruksi kecerdasan emosi seseorang dan alat
ukur untuk dapat menemukan nilai EQ.
a. Intelegensi Emosisonal dan Pengembangannya
Catatan akhir Goleman (Satiadarma dan Waruwu, 2003 : 34)
menunjukkan bahwa intelegensi emosi sesungguhnya lebih merupakan
keterampilan (skills) daripada potensi seperti dalam konsep intelgensi
pada umumnya, dan keterampilan ini harus diajarkan oleh masyarakat
tempat individu yang bersangkutan tumbuh dan berekembang. Adapun
berlangsungnya proses belajar sesungguhnya merupaka bagian dari
kemampuan nalar (kognitif) sesorang.
Mengutip pandangan Salovey, Goleman (Satiadarma dan
Waruwu, 2003: 34) menjelaskan bahwa keterampilan yang terkait
dengan intelegensi emosi ini adalah :
1) Memahami pengalaman emosi pribadi
2) Mengendalikan emosi
3) Memmotivasi diri
4) Memahami emosi orang lain
5) Mengambangkan hubungan dengan orang lain
Apabila hal ini lebih disederhanakan lagi, pada dasarnya
mengacu pada kemampuan sesorang menegendalikan diri ketika
marah, takut, gembira, kasmaran, terkejut, terpesona, muak, tersiggung
dan berduka. Jadi pada hakikatnya seseorang harus mampu meredam
gejolak emosinya.
Robins, John, Caspi, Moffit dan Stouthamer-Leober
(Satiadarma dan Waruwu, 2003 : 34) melakukan penelitian terhadap
300 anak laki-laki di Amerika dan memperoleh gambaran adanya 3
golongan yaitu :
1) Mereka yang tangguh
2) Mereka yang terlalu dikendalikan
3) Mereka yang lepas kendali
Kelompok anak-anak yang tergolong tangguh dan kelompok
anak yang terlalu dikendalikan oleh orangtua mereka cenderung
berhasil dalam menjalani pendidikan, tidak terlibat dalam tindak
kenakalan dan tidak menujukkan gejala patologis. Akan tetapi, mereka
yang terlalu dikendalikan oleh orangtuanya, pada perkembangan
selanjutnya cenderung menyimpan dan menginternalisasikan stress
kedalam diri mereka sendiri. Adapun mereka yang lepas kendali dari
orangtua pada umunya menunjukkan gangguan perilaku social,
hambatan dalam pendidikan dan cenderung mengalami gangguan eosi
yang bersifat patologis.
b. Pentingnya intelegensi emosional dan beberapa pertimbangannya
Betapapun sulitnya mengukur intelegensi emosional dan
memperoleh nila EQ, masyarakat hendaknya tidak terlalu terpukau
untuk mengharapkan memperoleh satuan angka seperti halnya pada
nilai IQ. Disamping itu, masyarakat juga hendaknya tidak terlalu
melebih-lebihkan keunggulan intelegensi emosional diatas
kemampuan skolistik. Karena pada kenyataannya, sejumlah lapangan
kerja membutuhkan sertifikat pendidikan formal sperti ijazah, diploma,
lisensi dan lain-lain yang harus diperoleh individu melalui proses
sekolah. Bahkan persyaratan admininstratif ini sering kali merupakan
persyaratan awal sebelum individu yang bersangkutan menujukkan
keterampilan mengendalikan emosiya. Namun sebaliknya masyarakat
juga perlu menyadari bahwa pendidikan formal hanya merupakan
salah satu syarat yang dibutuhkan seseorang untuk berkarya didalam
hidupnya. Karenanya, mereka yang tidak berpeluang memperoleh
pendidikan yang lebih baik tidak perlu berkecil hati, namun hedaknya
mereka yang berpeluang mengikuti pendidikan yang tinggi.
Intelegensi emosional tidak sekedar kemampuan untuk
mengendalikan emosi dalam kaitannya dengan hubungan social tetapi
juga mencakup kemampuan untuk menegendalikan emosi dalam
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan psikofisik. Sebagai contoh,
seseorang yang memiliki intelegensi emosional tinggi mampu
mnegendalikan nafsu belanjanya dengan baik sehungga ia tidak mudah
terperangkap gaya hidup konsumerisme. Jadi secara umum intelegensi
emosional berperan dalam diri seseorang untuk mengendalikan
perilaku termasuk gaya hidupnya dengan lebih baik. Hasilnya gaya
hidupnya dapat menjadi lebih sehat, hemat serta efisien.
Penting untuk dikaji seksama penelitian Tomlinson-Keasey dan
Little (Satiadarma dan Waruwu, 2003 : 35) bahwa sukses seseorang
dalam pendidikan dan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh :
1) Kecendrungan kepribadian yang bersangkutan
2) Pendidikan orangtua
3) Variable lingkungan rumah tangga
Adapun gambaran mengenai unsur-unsur kecerdasan emosional
dapat disimak dari yang disampaikan Yusuf LN (dalam Saeful, 2018 :
123 – 124) sebagaimana tampak pada table berikut.
Aspek Karakteristik Perilaku
Mengebal dan merasakan emosi
Kesadaran diri Memahami penyebab p.erasaan timbul
Mengenal pengaruh perasaan terahadap tindakan
Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola
amarah dengan lebih baik
Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa
berkelahi
Dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri
sendiri dan orang lain
Mengelola Emosi Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri,
sekolah dan keluarga
Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa
(stress)
Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dala
pergaulan
Memiliki rasa taggung jawab
Memanfaatkan emosi Mampu memusatkan perhatian dan tugas-tugas yang
dikerjakan
Mampu mengendalikan diri dan tidak bersifat implus
Mampu mnerima sudut pandang orang lain

Empati Memiliki sikap atau kepekaan terhadap perasaan orang


lain
Mampu mendengarkan orang lain

Memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menganalisis


hubungan dengan orang lain

Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain

Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan


teman sebaya

Membina hubungan Memiliki sikap tenggang rsa dan perhatian terhadap orang
lain

Memperhatikan kepentingan social (senang menolong


orang lain) dan dapat hidup selaras dengan kelompok

Bersikap senang berbagi dan bekerjasama

Bersikap demokratis dalam bergaul dengan orang lain

3. Kecerdasan Spritual
Robert Coles (dalam Tokan, 2016: 26) mengemukakan bahwa
ada suatu jenis kecerdasan lain yang disebut dengan kecerdasan moral.
Hal ini ditulis dalam bukunya yang berjudul “The moral intelligence of
children”. Menurutnya bahwa kecerdasan ini juga memegang peranan
penting bagi kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Kecerdasan moral
ditandai dengan kemampuan seseorang peserta didik untuk bisa
menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain; memahami perasaan
orang-orang disekelilingnya; mengikuti aturan-aturan yang berlaku di
sekolah maupun di masyarakat tempat ia berada. Namun masih ada hal
lain yang teramat penting dalam hidup kita manusia yakni bahwa
sebagai makhluk ciptaan Tuhan, peserta didik atau setiap kita memiliki
kewajiban untuk selalu taat menjalankan perintah agama kita masing-
masing. Jika seorang menjalankan perintah agamanya secara sungguh-
sungguh dan dengan penuh rasa syukur maka dapat dikatakan bahwa ia
memiliki kecerdasan spiritual (Spiritual quotient).
Definisi lain terkait kecerdasan spiritual dikemukakan oleh Pasek
(2017), kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia memaknai
bagaimana arti dari kehidupan serta memahami nilai tersebut dari setiap
perbuatan yang dilakukan dan kemampuan potensial setiap manusia
yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna,
nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama
makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga
membuat manusia dapat menempatkan diri Jurnal Ilmiah Akuntansi •
Vol. 1, No. 1, hal: 62-76 • Juni 2016 71 dan hidup lebih positif dengan
penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.Berikut
ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan spiritual menurut ahli
(Rahmasari, 2012):
a. Sinetar (2000)
Sinetar (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang
terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia
menjadi bagian di dalamnya.
b. Khalil A. Khavari (2000)
Khavari (2000) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
fakultas dimensi nonmaterial atau jiwa manusia. Lebih lanjut
dijelaskan oleh Khavari (2000), kecerdasan spiritual sebagai intan
yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Manusia harus
mengenali seperti adanya lalu menggosoknya sehingga mengkilap
dengan tekad yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan
untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
c. Zohar dan Marshall (2001
Kecerdasan spiritual sebagai kemampuan internal bawaan otak
dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta
sendiri, yang memungkinkan otak untuk menemukan dan
menggunakan makna dalam memecahkan persoalan.
d. Ary Ginanjar Agustian (2001)
Agustian (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku
dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat
fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran
integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai
landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita.Dari
pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan
permasalahan, karena diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan
emosi dan intelektualnya.Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap
orang mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan
jiwa-raga yang penuh keseimbangan.Dari pernyataan tersebut, dapat
dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah keseimbangan Body
(Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual) (Rahmasari, 2012).
Prinsip-prinsip kecerdasan spiritual menurut Rachmi (dalam Pasek,
2017), yaitu:
a. Prinsip Bintang
Prinsip bintang adalah prinsip yang berdasarkan iman kepada
Tuhan yang Maha Kuasa. Semua tindakan yang dilakukan hanya
untuk Tuhan dan tidak mengharap pamrih dari orang lain dan
melakukannya sendiri.
b. Prinsip Malaikat (Kepercayaan)
Prinsip malaikat adalah prinsip berdasarkan iman kepada
Malaikat. Semua tugas dilakukan dengan disiplin dan baik sesuai
dengan sifat malaikat yang dipercaya oleh Tuhan untuk menjalankan
segala perintah Tuhan yang Maha Kuasa.
c. Prinsip Kepemimpinan
Prinsip kepemimpinan adalah Pada Agama Islam yaitu prinsip
berdasarkan iman kepada Rasullullah SAW. Seorang pemimpin
harus memiliki prinsip yang teguh, agar mampu menjadi pemimpin
yang sejati. Seperti Rasullullah SAW adalah seorang pemimpin sejati
yang dihormati oleh semua orang.
d. Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran adalah prinsip berdasarkan iman kepada
kitab. Suka membaca dan belajar untuk menambah pengetahuan dan
mencari kebenaran yang hakiki. Berpikir kritis terhadap segala hal
dan menjadikan kitab suci sebagai pedoman dalam bertindak.
e. Prinsip Masa Depan
Prinsip masa depan adalah prinsip yang berdasarkan iman
kepada ”hari akhir”. Berorientasi terhadap tujuan, baik jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, disertai
keyakinan akan adanya ”hari akhir” dimana setiap individu akan
mendapat balasan terhadap setiap tindakan yang dilakukan.
f. Prinsip Keteraturan
Prinsip keteraturan merupakan prinsip berdasarkan iman
kepada ”ketentuan Tuhan”. Membuat semuanya serba teratur dengan
menyusun rencana atau tujuan secara jelas. Melaksanakan dengan
disiplin karena kesadaran sendiri, bukan karena orang lain.
Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual berdasarkan
teori Zohar dan Marshall (2001) dan Sinetar (2001) yang dikutip dalam
Rahmasari (2012), yaitu:
a. Memiliki Kesadaran Diri
Memiliki kesadaran diri yaitu adanya tingkat kesadaran yang
tinggi dan mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang
datang dan menanggapinya.
b. Memiliki Visi
Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidup
dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
c. Bersikap Fleksibel
Bersikap fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri secara
spontan dan aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki
pandangan yang pragmatis (sesuai kegunaan), dan efisien tentang
realitas.
d. Berpandangan Holistik
Berpandangan holistik yaitu melihat bahwa diri sendiri dan
orang lain saling terkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai
hal. Dapat memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu
menghadapi dan memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa
sehat, serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari makna
dibaliknya.
e. Melakukan Perubahan
Melakukan perubahan yaitu terbuka terhadap perbedaan,
memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan status
quo dan juga menjadi orang yang bebas merdeka.
f. Sumber Inspirasi
Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi sumber inspirasi bagi
orang lain dan memiliki gagasan-gagasan yang segar.
g. Refleksi Diri
Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan apakah yang mendasar dan
pokok.
4. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
Kecerdasan menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan,
dan kesempurnaan sesuatu.
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) dikembangkan oleh
seorang ahli psikologi, yaitu Prof. Howard Gardner menel.aaskan bahwa
kecerdasan (intelligence) merupakan suatu kumpulan kemampuan atau
keterampilan yang dapat ditumbuh kembangkan.
Kecerdaasan (Intelligence) menurut Gardner mengacu pada 3 hal,
yaitu:
1. Kecakapan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan.
2. Kecakapan untuk mengembangkan masalah untuk dipecahkan.
3. Kecakapan untuk membeuat sesuatu atau untuk melakukan esuatu
yang bermanfaat di dalam kehidupan.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
Hildayati (2020) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi
kecerdasan manusia yaitu:
a. Faktor bawaan atau biologis
Faktor kecerdasan ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
Faktor bawaan juga menentukan batas kesanggupan seseorang dalam
memecahkan masalah. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana
mengarahkan ke perbuatan pada suatu tujuan dan ini merupakan dorongan
bagi perbuatan tersebut. setiap orang ada yang pintar da nada yang kurang
pintar. Meskipun penerima pelajaran yang sama perbedaan ini masih tetap
ada.
b. Faktor pembentukan atau lingkungan
Segala keadaan yang ada di luar diri seseorang atau lingkungan
akan mempengaruhi perkembangan inteligensi seseorang. Segala keadaan
di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan
disekolah), dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
Minat dan pembawaan yang khas, minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan ini. Dalam
diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan
menyelidiki dunia luar. Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakuka di
dunia luar, lama kelamaan timbullah minat untuk berbuat lebih giat dan
lebih baik.
c. Faktor kematangan
Dimana setiap organ dalam tubuh manusia akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat
dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan
fungsinya masing-masing.
Anak-anak tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu, karena soal
tersebut masih terlampau sukar baginya. Organ dan fungsi jiwanya masih
belum matang untuk mengerjakan soal itu. Kematangan berhubungan erat
dengan umur.
d. Faktor kebebasan
Dalam hal ini berarti manusia bisa memilih metode dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya. Selain kebebasan memilih
metode, adapula kebebasan dalam memilih masalah yang sesuai dengan
kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu
tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu hal yang dapat membedakan antara manusia dan mahluk lainya
yaitu kecerdasan. Manusis memiliki kecerdasan yang jauh lebih tinggi di
bandingkan dengan mahluk lainya, dengan kecerdasan yang manusia miliki dapat
mengembakan hal-hal baru dengan kecerdasan yang di miliki. Manusia dapat
berkembang sejalan dengan manusia ingin mempelajari sesuatu hal dengan giat
dengan kata lain manusia dapat meningkatkan potensi kecerdasanya dengan
belajar. Kecerdasan yang di miliki manusia ataupun individu tidak terdapat pada
satu sisi saja, tetapi banyak kecerdasan yang dapat di tingkatkan untuk
mengembangkan dirinya. Kecerdasan yang di miliki seseorang haruslah dapat di
seimbangkan agar dapat mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya
B. Saran
Saran dari penyusun makalah yaitu seorsebagai tenaga pendidik sebaiknya
jangan hanya menitikberatkan kecerdasan intelktual atau intelegent quetient (IQ)
peserta didik tetapi harus di imbangi dengan Emotional Quetien (EQ), dan
kecerdasan spiritual atau Spiritual Quetien (SQ), karena semua kecerdasan
tersebut sama pentingnya tanpa ada yang lebih menonjol da nada yang
dikesampingkan.

Daftar Pustaka
Rahmat, Pupu Saeful. 2018. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi
aksara
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E.Waruwu. 2003. Mendidik Kecerdasan.
Jakarta: Media Grafika
Pasek, N. S. (2017). Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada pemahaman
akuntansi dengan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual
sebagai variabel pemoderasi. JIA (Jurnal Ilmiah Akuntansi), 1(1).
Rahmasari, L. (2012). Pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi
dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja karyawan. Majalah
Ilmiah Informatika, 3(1).
Tokan, P. Ratu Ile. 2016. Sumber kecerdasan manusia (Human Quotient
Resource). Jakarta: PT Grasindo
Triyanto, Bagus. 2015. Tim Smart Solusi Hitung Sendiri IQ Anda.
Yogyakarta: PT Bentang Pustaka
Hildayati, Nanda. 2020. Kumpulan Materi Ajar Kreatif. Malang: CV.
Multimedia Edukasi

Anda mungkin juga menyukai