Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP DAN RAGAM KECERDASAN


(IQ, EQ, SQ DAN PQ)

Disusun Oleh :

Fatimah Indah San 2183083


Retno Sulistyaningrum 2183096
Veni Aprlia 2183103
Wahyu Haryanto 2183104
Widya Adi Putri 2183105

D3 FARMASI REGULER C
STIKES NASIONAL SURAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
tuntunan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Konsep
dan Ragam Kecerdasan (IQ, EQ, SQ dan PQ) ini dengan baik.

Makalah ini berisi tentang konsep kecerdasan, klasifikasi kecerdasan,


konsep dan ragam kecerdasan.Kami menyadari bahwa masih banyak keterbatasan
dan kelemahan dalam penyusunan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai konsep dan ragam kecerdasan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surakarta, 13 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 1
1.3. TUJUAN PENELITIAN ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1. PENGERTIAN KECERDASAN............................................................ 3
2.2. KONSEP DAN RAGAM KECERDASAN (IQ, EQ, SQ DAN PQ) ... 10
BAB IIIPENUTUP .......................................................................................... ...25
3.1. KESIMPULAN .................................................................................. 25
3.2. SARAN ............................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kecerdasan seseorang menunjang orang tersebut untuk berorganisasi


dalam masyarakat. Kecerdasan tidak bisa didapat secara instan, namun harus
dengan proses mendapatkan kecerdasan tersebut. Orang yang terbilang
kurang cerdas dapat menjadi cerdas apabila orang tersebut terus berlatih, baik
berlatih untuk kecerdasan intelektual, emosi, maupun untuk memupuk
spiritual. Orang yang cerdas secara intelektual belum tentu cerdas secara
emosi. Ketidak seimbangan hal tersebut dapat menjadikan ketimpangan
dalam diri seseorang. Ketiga kecerdasan tersebut (intelektual, emosi, dan
spiritual) seharusnya seimbang agar mencapi kecerdasan yang sesungguhnya.
Untuk mengukur kecerdasan seseorang, pada zaman ini telah banyak tes
yang bisa dilakukan. Pengukuran-pengukuran tersebut dapat menjadi tolak
ukur kecerdasan yang dicapai seseorang. Namun hal tersebut tidak permanen.
Sesuai dengan tingkatan ada patokan tertentu yang mendasari kecerdasan
seseorang, umur dan daerah tempatnya hidup.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa


permasalahan sebagai berikut:

1. Apakahyang dimaksud dengankecerdasan ?


2. Apa saja klasifikasi kecerdasan (Aspek Kecerdasan) ?
3. Bagaimana menjelaskan konsep dan ragam kecerdasan (IQ,EQ,SQ dan
PQ) serta perbedaan dan manfaatnya?

1
1.3. TUJUAN PENULISAN

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan


penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian kecerdasan berdasarkan pendapat para ahli


2. Mengetahui konsep dan ragam kecerdasan (IQ,EQ,SQ dan PQ)
3. Mengetahui klasifikasi kecerdasan (Aspek Kecerdasan)
4. Mengetahui perbedaan dan manfaat IQ, EQ dan SQ

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KECERDASAN


Pengertian Kecerdasan Menurut Para Ahli :
1. Howard Gardner
Kecerdasan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki individu yang
dapat berkembang secara alami dan dapat pula dikembangkan melalui
pembelajaran dan pengalaman. Ini berarti lingkungan dapat berperan
dalam membantu individu untuk mengembangkan kemampuannya.
2. Gottfredson
Mengemukakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan mental
yang bersifat umum, yang diantaranya sebagai kemampuan untuk
menelaah (to reason), merencanakan, memecahkan masalah, berpikir
abstrak, mengemukakan ide-ide, belajar cepat dan belajar dari pengalaman
3. Lazear
Menyatakan bahwa seseorang yang cerdas adalah:
1. Mereka yang dapat memecahkan permasalahan yang mereka hadapi
dalam hidupnya,
2. Mereka yang dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan
kreatif, dan
3. Mereka yang dapat menghasilkan berbagai hal bermanfaat bagi dirinya
dan orang lain.
Lazear menambahkan dari definisi awal Gardner, bahwa kecerdasan itu
adalah jalan/cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apa-apa yang
kita ketahui, pahami, pelajari, bagaimana memproses informasi, dan
memperoleh knowlodge.
Pengertian Kecerdasan
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kecerdasan adalah semua
daya atau kemampuan yang dapat berkembang melalui pembelajaran yang
terdiri dari delapan aspek kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan
logika matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis jasmani,

3
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis.
1. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan
menggunakan bahasa untuk menyatakan gagasan tentang dirinya dan
memahami orang lain serta untuk mempelajari kata-kata baru atau bahasa
lain.
Sedangkan Armstrong memerinci lebih lanjut bahwa kecerdasan
linguistik meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik
secara lisan maupun secara tertulis.
Lazear yang mengemukakan bahwa kecerdasan linguistik berkaitan
dengan puisi, cerita (dongeng) dan pembuatannya, humor dan bermain kata,
termasuk juga metapora, peribahasa dan analogi termasuk juga belajar tata
bahasa dan sintak secara lisan maupun tulisan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan yang tergambar melalui ciri-
ciri, yaitu:
a) Mudah mendengar dan merespon setiap suara dan ungkapan kata;
b) Mudah menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis;
c) Belajar melalui menyimak, membaca, menulis dan diskusi;
d) Menyimak, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa
yang diucapkan;
e) Memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat
apa yang telah dibaca;
f) Berbicara kepada berbagai pendengar, berbagai tujuan, dan mengetahui
cara berbicara secara sederhana, fasih, persuasif, atau bergairah pada
waktu-waktu yang tepat;
g) Menulis, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan,
tanda baca, dan menggunakan kosakata;
h) Mempelajari bahasa lainnya;
i) Membuat tulisan, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis atau
menyunting;

4
j) Menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru atau karya tulis orisinil atau
komunikasi oral.
2. Kecerdasan Logika Matematis (logical mathematical intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan logika matematis adalah
kemampuan untuk memahami dasar-dasar operasional yang berhubungan
dengan angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan melihat pola dan hubungan
sebab akibat serta pengaruh.
Armstrong mengemukakan kecerdasan logika matematis berkenaan
dengan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan
penalaran yang benar.
Lazear mengemukakan kecerdasan logika matematis diperlihatkan
sebagai pola berpikir yang bervariasi yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari seperti pembuatan daftar, prioritas untuk menghasilkan sesuatu
dan suatu perencanaan untuk masa depan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan logika matematis adalah kemampuan yang memiliki cirri-
ciri, seperti mudah :
a) Melakukan operasional angka seperti menghitung
b) Membuat ulasan berdasarkan penalaran
c) Mengurutkan,
d) Berpikir sebab akibat
e) Merumuskan hipotesis
f) Merumuskan keteraturan konseptual atau pola numeric, dan
g) Merumuskan pandangan hidup yang rasional.
3. Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk
membentuk suatu gambaran mental tentang tata ruang atau menghadirkan
dunia mengenai ruang secara internal di dalam pikirannya (mind).
Lazear mengemukakan bahwa kecerdasan spasial berkenaan dengan daya
imajinasi yang ditunjukkan dalam bentuk lamunan (khayalan) .

5
Amstrong mengemukakan bahwa kemampuan spasial berkenaan dengan
kemampuan mempersepsi dunia spasial secara akurat dan
mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa
kecerdasan spasial adalah kemampuan yang dapat digambarkan melalui ciri-
ciri, seperti mudah :
a) Menata ruang dan menciptakan suatu tata ruang
b) Membayangkan sesuatu, seperti benda, tempat, perjalanan
c) Membentuk sesuatu seperti membuat pahatan, dan menciptakan karya
seni, seperti menggambar, melukis, merancang tata ruang dari sesuatu
yang ada di sekitarnya
d) Menghasilkan pengetahuan berdasarkan suatu ilmu seperti topologi dan
anatomi
4. Kecerdasan Kinestetis Jasmani (Bodily Kinesthetic Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan kinestetis jasmani adalah
kemampuan menggunakan seluruh tubuh dan komponennya untuk
memecahkan permasalahan, membuat sesuatu atau menggunakan beberapa
macam produksi, dan kordinasi anggota tubuh dan pikiran untuk
menyempurnakan penampilan fisik.
Lazear menjelaskan bahwa kecerdasan kinestetis jasmani berkaitan
dengan aktivitas fisik dan dapat dilihat seperti dalam kegiatan mengenderai
sepeda, memarkir mobil, dll
Armstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan kinestetis jasmani
berkaitan dengan keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk
mengekspresikan ide dan perasaan serta keterampilan menggunakan tangan
untuk menciptakan atau mengubah sesuatu
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan kinestetis jasmani adalah kemampuan yang berkaitan
dengan fisik dan gerak yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti
mudah :
a) Bergerak dengan daya kontrol tubuh yang baik, seperti berjalan, lari,
lompat, loncat, menangkap, melempar

6
b) Menyentuh objek disekitarnya
c) Memanipulasi benda, seperti kursi digunakan sebagai mobil
d) Responsif terhadap lingkungan, misalnya menggerakkan tubuh atau tangan
saat merasakan angin bertiup
e) Berpikir mekanis
f) Mengingat apa yang dilakukan
g) Membuat kerajinan tangan, dan
h) Berolah raga.
5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan musikal merupakan
kemampuan untuk mendengar dan mengenali pola, mengingat dan bereaksi
sesuai dengan musik yang didengar, serta menghasilkan musik dengan
intonasi suara, irama, dan warna nada.Sedang Lazear berpendapat bahwa
kecerdasan musikal berkaitan dengan aktivitas mendengar bunyi seperti suara
di radio yang memunculkan senandung.
Pendapat lain dari Amstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan
musikal merupakan kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan
cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan yang memiliki ciri-ciri, seperti
mudah :
a) Memahami dan menangkap nada, irama, dan warna nada, serta
memainkan alat musik di rumah atau di sekolah
b) Bereaksi terhadap alunan musik bahkan yang rumit sekalipun dan
memunculkan emosi sesuai dengan musik yang didengar
c) Mengingat melodi lagu, dan suka belajar apabila ada iringan music
d) Bernyanyi untuk diri sendiri atau untuk orang lain dengan mengikuti irama
musik.
6. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal menurut Gardner merupakan kemampuan
memahami hal-hal yang berkaitan dengan perasaan-perasaan yang ada pada
diri sendiri, seperti perasaan senang ataupun sedih, apa yang dapat ia lakukan,

7
apa yang ingin ia lakukan, bagaimana ia bereaksi terhadap hal-hal tertentu,
hal-hal yang mana yang perlu dihindari, dan hal-hal yang mana yang didekati.
Lazear menyatakan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan
kemampuan introspeksi diri yang membuka peluang untuk merefleksi diri
sehingga menyadari semua aspek dalam diri.
Armstrong mengemukakan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan
kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman
tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengekspresikan diri
yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah :
a) Mengetahui siapa diri mereka dan apa yang dapat mereka capai di dunia
ini
b) Merenung dengan cara menyendiri untuk mengetahui kebutuhannya dan
mengakses sisi batiniah diri
c) Sensitif terhadap nilai diri, dan menyadari perasaan diri
d) Sensitif terhadap tujuan hidup
e) Menyadari kekuatan dan kelemahan diri.
7. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan
kemampuan melihat dan memahami perbedaan mood, temperamen, motivasi
dan hasrat orang lain dan bekerja sama dengan mereka.
Sedang Lazear menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan
kemampuan (ability) yang digunakan untuk berkomunikasi secara verbal dan
non verbal serta kemampuan yang digunakan untuk melihat perbedaan mood,
temperamen, motivasi dan hasrat orang lain dengan diri sendiri.
Pendapat lain dikemukakan oleh Armstrong yang menyatakan bahwa
kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan mempersepsi dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berhubungan dengan
orang lain yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah :

8
a) Berhubungan dengan orang lain
b) Berteman dan memiliki banyak teman
c) Menikmati suasana ketika berada di tengah-tengah orang banyak
d) Membaca maksud hati orang lain
e) Berkomunikasi
f) Menengahi pertengkaran
g) Menjadi pemimpin di sekolah ataupun di rumah.
8. Kecerdasan Naturalis (Naturalis Intelligence)
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan
kemampuan memahami alam sekitar, mengenali binatang dan tumbuhan di
lingkungan, sensitif terhadap corak yang berkaitan dengan dunia alami seperti
awan, formasi batu untuk mengenali dan mengklasifikasi sejumlah spesies
flora dan fauna serta lingkungan.
Sedang Lazear menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan
kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan kondisi-kondisi alam
seperti tanaman, hewan, cuaca dan aspek-aspek alam di sekitar.
Pendapat lain dikemukakan Armstrong yang menyatakan bahwa
kecerdasan naturalis merupakan kemampuan mengenali dan
mengkategorisasikan spesies flora dan fauna serta kondisi dan benda-benda
alam lainnya di lingkungan sekitar.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan naturalis adalah kemampuan memahami dan berinteraksi
dengan alam yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti :
a) Mudah berinteraksi dengan binatang, seperti suka merawat hewan
peliharaan atau berada didekat akuarium, terarium
b) Mudah berinteraksi dengan tumbuhan, seperti suka berkebun atau berada
dekat kebun.
c) Mudah beradaptasi dengan kondisi alam.

9
2.2. KONSEP DAN RAGAM KECERDASAN (IQ, EQ, SQ DAN PQ)

2.2.1. Pengertian IQ, EQ, SQ dan PQ


A. INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) / KECERDASAN
INTELEKTUAL
Terkadang orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ,
padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat
mendasar.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk
bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional itu.
Sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor
yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan.Dengan demikian, IQ
hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara
keseluruhan.
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan
istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali
diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal
abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford
berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan
mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut
dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan
intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu
yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap
masing-masing individu tersebut.

10
Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur
kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun. Inti kecerdasan intelektual
ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri kita.
Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5% dari total berat
badan kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari
30% seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak
memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf
mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus
berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang
sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5% dan untuk orang jenius
memakainya 5-6%. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami
penggunaan sisa memori sekitar 94%.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik
oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk
suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya
tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun.Daya
tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang
dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan
yang cukup. IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai
seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak
seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang
murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang
merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping
faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan
gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada
saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan
bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi
masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.
Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan
adalah:

Usia Mental Anak


X100=IQ
Usia Sesungguhnya

11
Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-
anak yang rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah
yang disebut dengan Usia Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133.
Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut :

TINGKAT KECERDASAN IQ
Genius Di atas 140
Sangat Cerdas 130-139
Cerdas 120-129
Normal Tinggi 110-119
Normal Sedang 90-109
Normal Rendah / Bodoh 80-89
Perbatasan 70-79
Moron/Dungu 50-69
Imbecile 30-49
Idiot 0-29

Ukuran tinggi rendahnya IQ, menurut Sukmadinata dapat diketahui


melalui skor hasil tes IQ sebagai berikut :
 140 – keatas = jenius ( 0,25%)
 130 – 139 = sangat cerdas ( 0,75% )
 120 – 129 = cerdas ( 6,00% )
 110 – 119 = diatas normal (13,00%)
 90 – 109 = normal ( 60% )
 80 – 89 = dibawah normal ( 13,00% )
 70 – 79 = bodoh ( 6,00% )

1. Idiot (IQ: 0-29)


Idiot merupakan kelompok individu terbelakang paling rendah. Tidak
dapat berbicara atau hanya mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya
tidak dapat mengurus dirinya sendiri seperti mandi, berpakaian, makan dan
sebagainya, dia harus diurus oleh orang lain. Anak idiot tinggal ditempat
tidur seumur hidupnya. Rata-rata perkembangan intelegensinya sama
dengan anak normal 2 tahun. Sering kali umurnya tidak panjang, sebab

12
selain intelegensinya rendah, juga badannya kurang tahan terhadap
penyakit.
2. Imbecile (IQ: 30-49)
Kelompok Anak imbecile setingkat lebih tinggi dari pada anak idiot. Ia
dapat belajar berbahasa, dapat mengurus dirinya sendiri dengan
pengawasan yang teliti. Pada imbecile dapat diberikan latihan-latihan
ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu bergantung kepada orang lain,
tidak dapat mandiri. Kecerdasannya sama dengan anak normal berumur 3
sampai 7 tahun.Anak-anak imbecile tidak dapat dididik di sekolah biasa.
3. Moron atau Debil/Mentally retarted (IQ: 50-69)
Kelompok ini sampai tingkat tertentu masih dapat belajar membaca,
menulis, dan membuat perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan
rutin tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan dan pemecahan.
Banyak anak-anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-sekolah luar
biasa.
4. IQ dull/ bordeline (IQ: 70-79).
Tingkat IQ rendah atau keterbelakangan mental. Kelompok ini berada
diatas kelompok terbelakang dan dibawah kelompok normal (sebagai
batas). Secara bersusah paya dengan beberapa hambatan, individu tersebut
dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetapi sukar sekali untuk
dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di SLTP.
5. Normal rendah/below average (IQ: 80-89)
Tingkat IQ rendah yang masih dalam kategori normal (Dull
Normal). Kelompok ini termasuk kelompok normal,rata-rata atau sedang
tapi pada tingakat terbawah, mereka agak lambat dalam belajarnya,
mereka dapat menyelesaikan sekolah menengah tingkat pertama tapi agak
kesulitan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas pada jenjang SLTA.
6. Normal sedang (IQ: 90-109)
Tingkat IQ normal atau rata-rata. Kelompok ini merupkan kelompok
normal atau rata-rata, mereka merupkan kelompok terbesar presentasenya
dalam populasi penduduk.

13
7. Normal tinggi/above average (IQ: 110-119)
Tingkat IQ tinggi dalam kategori normal (Bright Normal). Kelompok ini
merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada pada tingkat
yang tinggi.
8. Tingkat IQ superior. Cerdas (superior) ,IQ 120-129
Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik. Mereka
seringkali terdapat pada kelas biasa. Pimpinan kelas biasanya berasal dari
kelompok ini.
9. Sangat cerdas (very superior/ gifted) IQ 130-139
Tingkat IQ sangat superior atau jenius. Anak-anak very superior lebih
cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan yang sangat baik tentang
bilangan, perbendaharaan kata yang luas, dan cepat memahami pengertian
yang abstrak. Pada umumnya, faktor kesehatan, ketangkasan, dan kekuatan
lebih menonjol dibandingkan anak normal.
10. Genius (IQ: 140+)
Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menemukan
sesuatu yang baru meskipun dia tidak bersekolah. Kelompok ini berada
pada seluruh ras dan bangsa, dalam semua tingkat ekonomi baik laki-laki
maupun perempuan. Contoh orang-orang genius ini adalah Edison dan
Einstein.

B. EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) / KECERDASAN EMOSIONAL


EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman.
Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995)
berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu
pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh
kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran
emosional digerakkan oleh emosi. Daniel Golemen, dalam
bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ

14
bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% dan sisanya yang 80%
ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional.
Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat
fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi
akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya, bisa mengusahakan
kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk
menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk
“menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih
positif. Seseorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi
emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari
berbagai segi. Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang
sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan.
Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di
dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual. Beberapa pengertian EQ
yang lain, yaitu :
a. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal
emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan
mengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan dengan
orang lain (Golleman, 1999).
b. Emosi adalah perasaan yang dialami individu sebagai reaksi terhadap
rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Emosi
tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam kategori emosi
seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayang dan takjub (Santrock,
1994).
c. Kemampuan mengenal emosi diri adalah kemampuan menyadari perasaan
sendiri pada saat perasaan itu muncul dari saat-kesaat sehingga mampu
memahami dirinya, dan mengendalikan dirinya, dan mampu membuat
keputusan yang bijaksana sehingga tidak ‘diperbudak’ oleh emosinya.

15
d. Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan menyelaraskan
perasaan (emosi) dengan lingkungannnya sehingga dapat memelihara
harmoni kehidupan individunya dengan lingkungannya/orang lain.
e. Kemampuan mengenal emosi orang lain yaitu kemampuan memahami
emosi orang lain (empaty) serta mampu mengkomunikasikan pemahaman
tersebut kepada orang lain yang dimaksud.
f. Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan mendorong dan
mengarahkan segala daya upaya dirinya bagi pencapaian tujuan, keinginan
dan cita-citanya. Peran memotivasi diri yang terdiri atas antusiasme dan
keyakinan pada diri seseorang akan sangat produktif dan efektif dalam
segala aktifitasnya.
g. Kemampuan mengembangkan hubungan adalah kemampuan mengelola
emosi orang lain atau emosi diri yang timbul akibat rangsang dari luar
dirinya. Kemampuan ini akan membantu individu dalam menjalin
hubungan dengan orang lain secara memuaskan dan mampu berfikir secara
rasional (IQ) serta mampu keluar dari tekanan (stress).
Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan
bertanggung jawab penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampu
membuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada
komitmen.Makanya, orang yang EQ-nya bagus mampu mengerjakan
segala sesuatunya dengan lebih baik. Kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya
dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan
pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan
mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang
baik, baginya infomasi tidak hanya didapat lewat panca indra semata,
tetapi ada sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati.
Malahan sumber infomasi yang disebut terakhir akan menyaring dan
memilah informasi yang didapat dari panca indra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara
manusiawi.Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang

16
lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap
bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan
menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik,
sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karena orang tersebut
dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat . Di samping itu,
kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen,
visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh
karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya
(intra personal) seperti self awamess (percaya diri), self
motivation (memotivasi diri), self regulation(mengatur diri), dan terhadap
orang lain (interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang
lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola
konflik dengan orang lain secara baik .
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan
maupun menyakitkan.Mantan Presiden Soeharto dan Akbar Tandjung
adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, mampu
mengendalikan emosinya dalam berkomunikasi. Dalam bahasa agama ,
EQ adalah kepiawaian menjalin “hablun min al-naas”. Pusat dari EQ
adalah “qalbu”. Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam,
mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani.Hati
dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah
sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati
merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan
untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.
Daniel Goleman didalam buku kecerdasan emosi memberi tujuh
kerangka keja kecakapan ini, yaitu:
1. Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola diri sendiri.
2. Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk mengetahui kondisi diri
sendiri dan rasa percaya diri yang tinggi.

17
3. Pengaturan diri: yaitu bentuk kecakapan dalam mengendalikaan diri
dan mengembangkan sifat dapat dipercaya , kewaspadaan ,
adaptabilitas, dan inovasi.
4. Motivasi: yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi ,
berkomitmen, berinisiatif, dan optimis.
5. Kecakapan sosial yaitu bentuk kecakapan dalam menentukan
seseorang harus menangani suatu hubungan.
6. Empati: yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang lain,
berorientasi pelayanan dengan mengambangakan orang lain.
Mengatasi keragmana orang lain dan kesadaran politis.
7. Ketrampilan sosial: yaitu betuk kecakapan dalam menggugah
tenggapan yangdikrhendaki pada orang lain. Kecakapan ini meliputi
pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan,
manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi serta
kemampuan tim.

C. SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) / KECERDASAN SPIRITUAL


Selain IQ dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang
kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam
bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah
Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala
intelejensia. Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah
dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa
seseorang untuk mencapai kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan
di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi dalam dirinya. Karena
setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga ada
kekurangannya.Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia
spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan
keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta. Denah Zohar dan Ian
Marshall juga mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,

18
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagai landasan
yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ
merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan tersebut, jelas
SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena diperlukan
keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya.Jadi seharusnya
IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional bersinergi,
menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh keseimbangan. Dari pernyataan
tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah
keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual). Selain itu
menurut Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001, IQ
bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di
dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi
‘pusat-diri’.
Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa
sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini
bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-
pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-kapling sedemikian rupa.
Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang
ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna
positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya.
Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya
dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Mengenalkan SQ
Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan
dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat
membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. SQ tidak bergantung
pada budaya atau nilai. Tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi
menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.

19
Untuk mengetahui seberapa pentingnya kecerdasan spiritual ini, maka
dapat dilihat dari manfaat yang didapat dari kecerdasan spiritual itu sendiri,
diantaranya adalah :
1. Menjadikan lebih kreatif
2. Membantu dalam memahami eksistensi manusia
3. Menjadikan individu lebih cerdas secara spiritual beragama
4. Mengarahkan ke hal-hal yang bersifat intrapersonal, menjembatani
kesenjangan antara diri sendiri dan orang lain
5. Membantu mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena memiliki
potensi tersebut
6. Membantu dalam menghadapi masalah baik atau buruk, hidup dan mati,
asal dan usul, jati diri, penderitaan dan keputusasaan.
Ciri – ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual berasarkan Teori
Zohar & Marshall dan Sinetar yaitu :
1. Memiliki Kesadaran Diri
Memiliki kesadaran diri yaitu adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan
mendalam sehingga bisa menyadari berbagai situasi yang datang dan
menanggapinya.
2. Memiliki Visi
Memiliki visi yaitu memiliki pemahaman tentang tujuan hidupdan
memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
3. Bersikap Fleksibel
Bersikap fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri secara spontan dan
aktif untuk mencapai hasil yang baik, memiliki pandangan yang pragmatis
(sesuai kegunaan), dan efisien tentang realitas.
4. Berpandangan Holistik
Berpandangan holisitik yaitu melihat bahwa diri sendiri dan orang lain
saling terkait dan bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat
memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan
memanfaatkan, melampaui kesengsaraan dan rasa sehat serta
memandangnya sebagai suatu visi dn mencari makna dibaliknya.

20
5. Melakukan Perubahan
Melakukan perubahan yaitu terbuka terhadap perbedaan, memiliki
kemudahan untuk bekerja melawan konvensi dan status quo dan
jugamenjadi orang yang bebas merdeka.
6. Sumber Inspirasi
Sumber inspirasi yaitu mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain
dan memilikigagasan-gagasan yang segar.
7. Refleksi Diri
Refleksi diri yaitu memiliki kecenderungan apakah yang mendasar dan
pokok.

Jadi, berdasarkan ciri-ciri dari orang yang memiliki kecerdasan spritual


di atas, tidak mungkin kiranya seorang ahli tidak memiliki kecerdasan
spritual. Apalagi orang tersebut adalah ahli fisika. Karena apabila orang
tersebut tidak memiliki kecerdasan spritual sesuai dengan ciri-ciri di atas,
maka tidak mungkin sekali orang tersebut dapat dikatakan seorang ahli.
Selain itu jika seseorang yang tidak memiliki kecerdasan spritual, sangat kecil
kemunkinan orang tersebut dapat memaknai hal-hal yang ada disekitar, dan
apa yang dialaminya menjadi sebuah yang lebih bermakna sebagaimana yang
dilakukan oleh seorang ahli atau ilmuan. Jadi jika seorang ahli tidak memiliki
kecerdasan spritual, maka keahlian yang dimiliki oleh ahli tersebut bisa saja
tidak bermanfaat bagi orang sekitarnya dan bagi kehidupan khalayak ramai.

D. PHYSICAL QUATIENT (PQ) / KEXERDASAN FISIK


Kecerdasan fisik adalah sebentuk kecerdasan yang dimiliki oleh tubuh
seseorang. Secara tidak langsung individu menyadari hal ini tetapi seringkali
tidak memperhitungkannya. Tanpa adanya perintah tubuh akan menjalanhkan
sistem pernapapasan, sistem peredaran darah, sistem syaraf dan sistem-sistem
lainnya. Tubuh akan terus menerus memantau lingkungannya, menghancurkan
sel pembawa penyakit, mengganti sel yang rusak dan melawan unsur-unsur
yang menganggu kelangsungan hidup. Seluruh proses tersebut berjalan diluar
kesadaran seseorang dan berlangsung setiap saat. Dibalik keberlangsungan itu

21
semua terdapat sebentuk kecerdasan yang menjalanhkan semua proses itu dan
berlangsung diluar kesadaran seseorang.
Menurut Mariah Burton Nelson, penulis dan wewenang pada Kecerdasan
Fisik, menjadi orang yang sehat tidak ada hubungannya dengan diet dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana seseorang memperlakukan
dirinya sendiri.Inti dari kecerdasan fisik adalah ukuran sejauh mana
jiwaseseorang yang berhubungan dengan sinyal-sinyal tubuh akan terus
menerus memancar.
Dengan demikian kecerdasan fisik adalah kecerdasan yang berhubungan
dengan kemampuan untuk :
 Mengontrol gerakan anggota tubuh untuk menghasilkan gerakan tubuh
yang gesit dan cekatan
 Mampu berkomunikasi dengan bahasa tubuh (Body Language) sesuai
dengan apa yang ingin disampaikan.
 Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh.
 Menirukan gerakan tubuh orang lain.
 Mempelajari dan menguasai secara cepat gerakan, olahraga atau tarian
tertentu.
Ciri - ciri orang yang biasanya memiliki kecerdasan fisik ini biasanya ;
 Suka bergerak aktif atau susah diam.
 Suka mengekspresikan emosinya dengan gerakan tangan atau tubuh.
Berikut beberapa cara untuk mengembangan kecerdasan fisik (Physical Quotient)/
PQ :
1. Mengendalikan nafsu makan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat.
- Minumlah air putih setidaknya sebanyak 6 – 10 gelas perhari.
- Memilih makanan yang sehat dan seimbang dalam nutrisi dengan porsi
yang cukup, tidak kurang atau lebih bukan berarti harus diet secara
berlebihan.
2. Melakukan olahraga yang teratur secara konsisten
- Olahraga secara teratur dan tidak berlebihan seperti : berenang, lari pagi,
bersepeda dsb.

22
- Memilih olahraga yang bervariasi, bukan terbatas pada satu jenis olahraga
saja dan bahkan secara berlebihan karena bisa menyebabkan cedera secara
fisik.
- Selalu memulai dengan berpikir bahwa ada 168 jam per minggu dan
olahraga hanya membutuhkan waktu 1- 2 jam saja dalam satu minggu.
- Mengatur waktu istirahat yang sesuai, relaksasi, melakukan meditasi,
menenangkan pikiram, mengatur manajemen stress dan berpikirlah untuk
mencegah penyakit daripada mengobatinya.

2.2.2. Perbedaan EQ, IQ DAN SQ


a. Kecerdasan Emosional (EQ)
Adalah kemampuan kita untuk dapat mempengaruhi dan diterima
orang lain dengan baik. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian
diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk
mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan
kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak
melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam
orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan
sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk
memimpin diri dan lingkungan sekitarnya.
b. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Ialah kemampuan kita untuk mengolah dan berfikir kognitif.
Kecerdasan yang terukur dengan angka-angka sejak kita di bangku sekolah
hingga kuliah, adalah kecerdasan intelektual. Kecerdasan inilah
merupakan kemampuan yang diolah pada otak sebelah kiri kita
c. Kecerdasan Spiritual (SQ)
Merupakan kemampuan kita untuk berahlak mulia dan mengenal
siapa diri kita dan Tuhan kita. Jadi SQ bukan hanya kemampuan
menjalankan shalat atau membaca Al-Qur’an semata, tapi bagaimana
semua ibadah yang kita laksanakan dapat dimaknai dan diaplikasikan
dalam kehidupan kita, artinya bagaimana perilaku kita adalah merupakan

23
cerminan dari ibadah yang telah kita laksanakan. Sehingga kita menjadi
manusia yang dicintai oleh Tuhan dan mahluk-Nya.

2.2.3. Manfaat EQ, IQ DAN SQ


a. Kecerdasan Emosional (EQ)
EQ (Emotional Quotient) / kecerdasan emosi merupakan
kemampuan untuk mengelola emosi atau perasaan. EQ masih berorientasi
pada kebendaan. Tingkat EQ dapat meningkat sepanjang kita masih hidup.
Kecerdasan Emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan
dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk
meraih sukses atau prestasi hidup
b. Kecerdasan Intelektual (IQ)
IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan atau kecerdasan yang
didapat dari hasil pengerjaan soal-soal atau kemampuan untuk
memecahkan sebuah pertanyaan dan selalu dikaitkan dengan hal akademik
seseorang. Banyak orang berpandangan bahwa IQ merupakan pokok dari
sebuah kecerdasan seseorang sehingga IQ dianggap menjadi tolak ukur
keberhasilan dan prestasi hidup seseorang. Padahal IQ hanyalah satu
“kemampuan dasar”.
c. Kecerdasan Spiritual (SQ)
SQ (Spiritual Qoutient) / kecerdasan spiritual dapat dikatakan
sebagai penggabungan antara IQ dan EQ. SQ merupakan kemampuan
untuk mengenal siapa dirinya secara lahir dan bathin dan mengenal bahwa
ada kekuasaan yang melebihi dari apa pun di dunia ini yaitu Sang
Pencipta. Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan
sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita.

24
BAB 3
PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Kecerdasan adalah semua daya atau kemampuan yang dapat berkembang
melalui pembelajaran yang terdiri dari delapan aspek kecerdasan. Setiap
individu juga memiliki beberapa ragam kecerdasan, yaitu Intelligence
Quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual, Emotional Quotient (EQ) atau
kecerdasan emosi, Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual dan
Physical Quotient (PQ) atau kecerdasan fisik. kecerdasan ini harus
berada dalam porsi yang seimbang. Kecerdasan intelektual dan
emosional secara fungsional masih belum memadai jika dihadapkan pada
kebutuhan secara bemakna dalam konteks ibadah,karena itu diperlukan
kecerdasan spiritual. Sedangkan kecerdasan fisik menunjang untuk
merealisasikan ketiga kecerdasan tersebut agar lebih optimal.

1.2. SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
konsep dasar dan ragam kecerdasan agar bisa mengetahui kecerdasan
setiap masing-masing individu dan dapat mengembangkan kecerdasan
tersebut melalui pendidikan & pelatihan melalui strategi pembelajaran
yang tepat agar kelak bermanfaat bagi kehidupan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2001. ESQ (Emotional Spiritul Quatient). Jakarta: Arga.
Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intellegence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
utama.
Anwar, Prabu Mangkunegara. 1993. Perkembangan Intelegensi Anak
danPengukuran IQ-nya. Bandung: Angkasa.
Saifudin, Azwan. 2002. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

26

Anda mungkin juga menyukai