Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Intelligence Quotient (IQ)”

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Nurhayati B, M.Pd.

Oleh:

Muhaemin Yudhistira (220013301034)

Galuh Try Astuti Ibrahim (220013301027)

Muhammad Kurniawan (220013301035)

Nuraini (220013301043)

PROGRAM PASCASARJANA

PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
ABSTRAK

Muhaemin Yudhistira, Galuh Try Astuti Ibrahim, Muhammad Kurniawan,


Nuraini, 2022. Intelegence Questient (IQ). Makalah. Program Pascasarjana
Pendidikan Biologi Universitas Negeri Makassar. Pengampu Nurhayati B
Orang-orang aktif dan berinteraksi dengan orang lain berdasarkan
kemampuan mereka untuk berpikir, yang disebut sebagai kecerdasan. Tindakan
seseorang akan menunjukkan kecerdasannya. Di bidang abstrak, misalnya, orang
yang pandai sains disebut cerdas. Dalam nada yang sama, jika dia mahir dalam
interaksi sosial, dia dicari di sektor sosial dan di tempat lain. Kecerdasan setiap
orang berbeda. Akibatnya, kita perlu mengidentifikasi tingkat kecerdasan kita
dengan benar. Orang tua siswa, misalnya, percaya bahwa anak yang cerdas adalah
orang yang tahu segalanya. Oleh karena itu, anak harus mendaftar di departemen
ilmu alam. Faktanya, anak lebih kompeten dan antusias dengan ilmu sosial.
Mentalitas ini harus diubah. Minat individu dan pentingnya prestasi akademik
keduanya berdampak pada kecerdasan Salah satu ide yang dipelajari psikologi
adalah kecerdasan. Intinya, setiap orang sudah memiliki kesan bahwa mereka
memahami konsep kecerdasan. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa
kecerdasan memainkan peran penting dalam banyak aspek kehidupan. Ini terkait
erat dengan kecerdasan dalam kehidupan manusia. Kecerdasan terkait dengan
berbagai masalah manusia. Kecerdasan sangat terkait dengan pendidikan. Seolah-
olah kecerdasan adalah faktor dalam semua bidang kesuksesan dan yang
menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan seseorang.
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menjelaskan beberapa
pengertian Intelegence Quotient (IQ). Mengetahui teori dari Intelegence Quotient
(IQ) dan. Mengetahui strategi pengembangan Intelegence Quotient (IQ) serta
Mengetahui pengukuran dari intelegence quotient (IQ).

Kata Kunci: Intelegence Quetient (IQ)

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan,


atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam tercurahkan bagi
Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nanti kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk meyelesaikan pembuatan makalah “Intelegence Quetient (IQ)”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini penulis
mohon maaf sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
khusunya kepada Dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, Oktober 2022

Penyusun

Kelompok 2

DAFTAR ISI

ii
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Initegence Quotient (IQ).................................................................5
B. Teori Intelegence Quotient (IQ)....................................................................7
C. Strategi Pengembangan Intelegence Quotient (IQ)....................................10
D. Pengukuran Intelegence Quotient (IQ).......................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang-orang aktif dan berinteraksi dengan orang lain berdasarkan

kemampuan mereka untuk berpikir, yang disebut sebagai kecerdasan. Tindakan

seseorang akan menunjukkan kecerdasannya. Di bidang abstrak, misalnya, orang

yang pandai sains disebut cerdas. Dalam nada yang sama, jika dia mahir dalam

interaksi sosial, dia dicari di sektor sosial dan di tempat lain.

Kecerdasan setiap orang berbeda. Akibatnya, kita perlu mengidentifikasi

tingkat kecerdasan kita dengan benar. Orang tua siswa, misalnya, percaya bahwa

anak yang cerdas adalah orang yang tahu segalanya. Oleh karena itu, anak harus

mendaftar di departemen ilmu alam. Faktanya, anak lebih kompeten dan antusias

dengan ilmu sosial. Mentalitas ini harus diubah. Minat individu dan pentingnya

prestasi akademik keduanya berdampak pada kecerdasan.

Salah satu ide yang dipelajari psikologi adalah kecerdasan. Intinya, setiap

orang sudah memiliki kesan bahwa mereka memahami konsep kecerdasan. Ada

orang-orang yang berpendapat bahwa kecerdasan memainkan peran penting

dalam banyak aspek kehidupan.

Kecerdasan intelektual (IQ) diyakini menjadi sebuah ukuran standar

kecerdasan selama bertahun-tahun. Bahkan hingga hari ini pun masih banyak

orangtua yang mengharapkan anak-anaknya pintar, terlahir dengan IQ

(intelligence quotient) di atas level normal (lebih dari 100). Syukur-syukur kalau

bisa jadi anak superior dengan IQ di atas 130. Harapan ini tentu sah saja. Dalam
3

paradigma IQ dikenal kategori hampir atau genius kalau seseorang punya IQ di

atas 140. Albert Einstein adalah ilmuwan yang IQ-nya disebut-sebut lebih dari

160

Ini terkait erat dengan kecerdasan dalam kehidupan manusia. Kecerdasan

terkait dengan berbagai masalah manusia. Kecerdasan sangat terkait dengan

pendidikan. Seolah-olah kecerdasan adalah faktor dalam semua bidang

kesuksesan dan yang menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan seseorang.

Tingkat kemampuan beradaptasi seseorang terhadap lingkungannya, baik

secara fisik maupun non-fisik, juga terkait erat dengan kecerdasan. Tes IQ

(Intelligence Quotient), yang mengukur kecerdasan, dapat digunakan untuk

menentukan hasil kecerdasan. Makalah ini akan membahas lebih detail tentang

Intelligence Quotient (IQ) untuk mencari tahu apa itu.

B. Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini, penulis merumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apa definisi dari Intelegence Quotient (IQ)?

2. Apa saja teori dari Intelegence Quotient (IQ)?

3. Bagaimana strategi pengembangan Intelegence Quotient (IQ)?

4. Bagaimana pengukuran dari Intelegence Quotient (IQ)?

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka, tujuan dari

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


4

1. Memahami definisi dari Intelegence Quotient (IQ).

2. Mengetahui teori dari Intelegence Quotient (IQ).

3. Mengetahui strategi pengembangan Intelegence Quotient (IQ).

4. Mengetahui pengukuran dari Intelegence Quotient (IQ).

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mampu memahami definisi dari Intelegence Quotient (IQ).

2. Untuk mengetahui teori dari Intelegence Quotient (IQ).

3. Untuk mengetahui strategi pengembangan Intelegence Quotient (IQ)?

4. Untuk mengetahui pengukuran dari Intelegence Quotient (IQ)?


5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Intelegence Quotient (IQ)

Inteligensi menurut bahasa diartikan sebagai kemampuan umum dalam

memahami hal-hal yang abstrak. Sementara itu, menurut istilah inteligensi

didefinsikan sebagai kesanggupan seseorang untuk beradaptasi dengan berbagai

situasi dan dapat diabstaksikan pada suatu kualitas yang sama. Inteligensi berasal

dari bahasa Inggris intelligence dan berasal dari bahasa Latin intellectus dan

intelligentis yang berarti "memahami". Teori tentang inteligensi pertama kali

dikemukakan pada tahun 1951 oleh Spearman dan Wynn Jones. Spearman dan

Jones mengemukakan bahwa adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan

(power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati.

Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan nous, sedangkan

penggunaan kekuatan disebut dengan noeseis. Jadi, inteligensi diartikan sebagai

aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk

memahami sesuatu (Rahmat, 2018).

Menurut istilah, inteligensi didefinisikan sebagai kesanggupan seseorang

untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan dapat diabstraksikan pada suatu

kualitas yang sama. kecerdasan yaitu sebagai kecakapan untuk memecahkan

masalahyang dihadapi dalam kehidupannya, kecakapan untuk mengembangkan

masalah baru untuk dipecahkan, dan kecakapan untuk membuat sesuatu atau

melakukan sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupannya (Maunah.2009)


6

Menurut Azzet (2010) secara garis besar kecerdasan intelektual adalah

kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan

menggunakan alat–alat berpikir. Kecerdasan ini bisa diukur dari sisi kekuatan

verbal dan logika seseorang. Secara teknis kecerdasan intelektual pertama kali

ditemukan oleh Alfred Binet.

Kecerdasan intelektual adalah suatu kemampuan umum individu yang

melibatkan sebagian besar pendidikan yang dimilikinya dimana terkait satu

dengan yang lainnya. Kecerdasan intelektual juga diartikan sebagai kemampuan

individu untuk beradaptasi secara tepat yang terkait dengan situasi baru dalam

hidupnya (Zubaidi, 2008).

Kecerdasan intelektual (IQ) adalah istilah umum yang digunakan untuk

menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti

kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak,

memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. IQ merupakan

kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulus

yang diterima, Thorndike (1923) dalam (Pratama.2015)

Menurut Anatasi (2007) kecerdasan intelektual juga didefiniskan sebagai

kemampuan untuk belajar dari pengalaman, berfikir menggunakan proses-proses

metakognitif, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan menganalisis, logika dan rasio

seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan bicara,

kecerdasan akan ruang, kesadaran akan sesuatu yg tampak dan penguasaan

matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru.


7

memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat

kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berfikir, bekerja dengan angka.

berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan masalah dan menerapkan

pengetahuan yang telah ada sebelumnya.

IQ secara singkat adalah kecerdasan intelektual yang mampu

menjelaskan sifat pikiran dari sejumlah kemampuan dasar seperti penalaran,

perencanaan, pemecahan masalah, pemikiran abstrak, pemahaman gagasan dan

tentunya belajar tentang sesuatu yang baru. Keadaan ini sangat berkaitan dengan

potensi kognitif oleh salah satu individu. Kecerdasan intelektual (IQ) biasanya

diukur melalui tes IQ psikometri atau yang biasa dikenal dengan istilah

psikometri (Adiebah, 2020).

B. Teori Intelegence Quotient (IQ)

Beberapa ahli mencoba memberikan penjelasan teoretik mengenai

inteligensi. Beberapa di antara mereka adalah Lewis Terman, Charles Spearman,

Sternberg, Louis L Thurstone, JP Guilford dan Howard Gardner. Teori-teori

mereka dapat dijelaskan berikut.

1. Lewis Terman (1900)

Terman melanjutkan kerja yang dilakukan oleh Binet dalam melakukan

pengukuran inteligensi dengan mempertahankan konsep Binet mengenai usia

mental. Menurut Terman, inteligensi merupakan satu kemampuan tunggal yang

disebut usia mental (mental age). Usia mental adalah kemampuan yang

seharusnya dimiliki ratarata anak pada usia tertentu. Dia mendefinisikan

inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak (Winkel, 1996:139).


8

2. Charles Spearman (1927)

Menurut Spearman, inteligensi bukanlah kemampuan tunggal, melainkan

terdiri dari dua faktor, sehingga teorinya dikenal sebagai teori inteligensi

dwifaktor atau bifaktor. Kecerdasan dapat dibagi menjadi dua yaitu kecerdasan

umum (general ability) dan kecerdasan khusus (specific ability), sehingga

inteligensi mempunyai dua faktor. Dua faktor itu adalah faktor yang bersifat

umum (general factor, disingkat g) dan yang bersifat khusus (specific factor,

disingkat (s) Faktor umum mendasari semua tingkah laku, sedang faktor khusus

hanya mendasari tingkah laku tertentu. Menurut Suryabrata (2002:128), faktor

umum bergantung kepada keturunan dan faktor khusus bergantung kepada

pengalaman (lingkungan, pendidikan).

3. Sternberg (1931)

Menurut Sternberg inteligensi mempunyai tiga bagian sehingga teorinya

dikenal dengan teori inteligensi triarkhis. Tiga bagian inteligensi itu adalah

konseptual, kreatif dan kontekstual (Good dan Brophy, 1990: 597). Pertama,

konseptual adalah komponen pemrosesan informasi yang digunakan dalam

inteligensi. Menurut Winkel (1996 : 140), bagian konseptual mempunyai tiga

fungsi yaitu komponen pengatur dan pengontrol (metacomponent atau

metacognition), komponen pelaksanaan (performance) dan komponen untuk

memperoleh informasi baru (knowledge acquisition). Kedua, kreatif merupakan

kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan baru secara efektif dan

mencapai taraf kemahiran dalam berpikir sehingga mudah berhasil mengatasi


9

segala permasalahan yang muncul . Ketiga, kontekstual adalah kemampuan untuk

menempatkan diri dalam lingkungan yang memungkinkan akan berhasil,

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengadakan perubahan terhadap

lingkungan bila perlu, misalnya memilih kasus, menyesuaikan dengan

lingkungan kerja baru dan kelincahan pergaulan sosial.

4. Louis L Thurstone (1938)

Memandang inteligensi bersifat multi faktor. Faktor-faktor yang

membentuk inteligensi adalah faktor umum (common factors, disingkat c) dan

faktor khusus (specific factors). Faktor umum terdiri dari tujuh faktor yang

membentuk perilaku tertentu yang bersifat umum. Faktor khusus adalah faktor-

faktor yang mendasari perilaku yang bersifat khusus. Menurut Suryabrata

(2002:129), tingkah laku dibentuk oleh dua faktor yaitu faktor umum (c) dan

faktor khusus (s). Faktor c sebanyak tujuh macam, sedang faktor s sebanyak

tingkah laku khusus yang dilakukan oleh manusia yang bersangkutan. Menurut

Thurstone, tidak ada faktor g seperti dalam teori Spearman. Kemampuan umum

bukanlah faktor g melainkan kombinasi factor-faktor c. Faktor c adalah

kemampuan mental utama (primary mental abilities) yang merupakan kombinasi

dari tujuh faktor umum.

5. JP Guilford (1967)

Menurut Guilford, faktor yang membentuk inteligensi bukan hanya satu

faktor (Terman), dua faktor (Spearman), tiga faktor (Sternberg) atau tujuh faktor

(Thurstone), melainkan 120 faktor. Berdasarkan analisis faktor, Guilford

mengusulkan model berbentuk kubus yang disebut model struktur intelektual


10

dengan 120 faktor. Sejumlah 120 faktor itu merupakan kombinasi dari tiga

dimensi. Ketiga dimensi inteligensi itu adalah dimensi operasi/proses, dimensi

isi/materi/ konten, dan dimensi hasil/produk (Guilford, 1971: 61 – 62). Operasi

mempunyai lima faktor yaitu kognisi, memori, berpikir konvergen, berpikir

divergen dan evaluasi. Konten mempunyai empat faktor yaitu figural, simbolik,

semantik dan perilaku. Sedang produk mempunyai enam faktor yaitu unit, kelas,

hubungan, sistem, transformasi dan implikasi. Secara keseluruhan inteligensi

mempunyai 5 x 4 x 6 = 120 faktor.

C. Strategi Pengembangan Intelegence Quotient (IQ)

Menurut Magdalena (2020) menyatakan bahwa upaya yang bisa

meningkatkan tingkat kecerdasan atau tingkat IQ dengan beberapa cara:

1. Membangun interaksi

Membangun ikatan antara orang tua dan anak adalah kunci utama dalam

meningkatkan IQ anak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengajak dan

mendengarkan anak berbicara, serta memberinya dorongan dan kesempatan untuk

mengekspresikan diri dengan jujur dan terbuka. Selain itu, juga bisa merangsang

kecerdasan anak dengan mengajaknya bermain, misalnya dengan bermain catur.

2. Membacakan buku cerita

Membacakan buku cerita atau dongeng dapat membentuk ikatan

emosional dengan anak. Selain itu, melalui buku cerita atau dongeng, orang tua

juga dapat mengajari anak tentang nama dan warna benda, mendorong anak lebih

aktif berbicara, memperkaya kosakata anak, serta merangsang daya imajinasi dan

kreativitasnya.
11

3. Memuji proses belajar anak

Orang tua yang selalu memuji anak karena upaya dan kegigihannya dalam

memecahkan masalah, cenderung memiliki motivasi lebih baik di sekolah. Oleh

karena itu, orang tua sebaiknya tidak hanya memerhatikan hasil belajar dan nilai

pelajaran anak di sekolah, namun juga usaha, cara, dan proses belajar anak.

D. Pengukuran Intelegence Quotient (IQ)

Secara umum intelegensi itu pada hakikatnya adalah merupakan suatu

kemampuan umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung

berbagai komponen. Untuk mengungkap kemampuan individu biasanya

dipergunakan instrumen tes intelegensi (Sukardi.2008)

Intelligence Quotient (IQ) merupakan skor yang diperoleh dari tes tingkat

inteligensi yang sudah distandarisasi atau sebagai ukuran tingkat kecerdasan

seseorang yang berkaitan dengan usia mental dan usia sebenarnya (Syah, 2009).

Untuk mengetahui dan mengukur kecerdasan siswa, sekolah biasanya

menggunakan teori Alferd Binet yang biasa kita kenal dengan Intellegency

Quotient (IQ),

Tes intelegensi mengukur kecakapan potensial yang bersifat umum.

Kecakapan ini berkenaan dengan kemampuan untuk memahami, menganalisis,

memecahkan masalah dan mengembangkan sesuatu dengan menggunakan rasio

atau pemikirannya. Tes intelegensi sebagai suatu instrumen tes psikologis dapat

menyajikan fungsi-fungsi tertentu, diantaranya: dapat memberikan data untuk


12

membantu peserta didik dalam meningkatkan pemahaman diri (self

understanding), penilaian diri (self evaluation), dan penerimaan diri (self

acceptance). Hasil pengukuran dengan menggunakan tes intelegensi juga dapat

meningkatkan persepsi dirinya secara maksimal dan mengembangkan eksplorasi

dalam beberapa bidang tertentu (Sukmadinata.2007)

Menurut Rohmah (2017), Ada beberapa jenis tes yang bisa digunakan

untuk mengukur IQ, antara lain tes inteligensi Binet, Wechsler, dan tes

Progressive Matrices. Berikut adalah penjelasannya:

1. Tes Intelegensi Binet

Tes kecerdasan ini adalah yang tertua. Disusun tahun 1905 oleh Alfred

Binet, ahli psikologis Prancis. Tes Binet diperuntukkan bagi anak usia 2-15 tahun.

Rumus untuk mencari tingkat inteligensi seseorang dengan cara merasiokan umur

mental (Mental Age) dengan umur kronologis (Chronologikal Age). Teori Binet ini

terkenal sampai sekarang dan masih banyak digunakan oleh para ahli untuk

mencari tingkat inteligensi seseorang. Versi terbaru skala Stanford-Binet

diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep intelegensi

dikelompokkan menjadi empat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh

beberapa Gambar berikut mendeskripsikan konsep dan tes tersebut:


13

Gambar 2.1 Tipe Penalaran dan Contoh tes dalam skala Stanford-Binet

2. Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)

WAIS merupakan alat pemeriksaan intelegensi yang bersifat individu.

WAIS merupakan alat tes yang paling populer karena paling banyak digunakan di

dunia saat ini. Semula bernama Wechsler Bellevue Intellegence Scale (WBIS).

Tes intellegensi ini (WAIS) memiliki enam subtes yang terkombinasikan dalam

bentuk skala pengukuran ketrampilan verbal dan lima subtes membentuk suatu

skala pengukuran ketrampilan Tindakan

Tabel 2.1 Subtes dalam WAIS – R versi 1981

Skala Verbal Skala Performasi


Information (informasi) Picture completion (kelengkapan gambar)
Digit Span (rentang angka) Picture arrangmen (susunan gambar)
Vocabulary (kosakata) Block desaign (rancangan balok)
Arithmetic (hitungan) Object assembly (perakitan objek)
Comprehension (pemahaman) Digit symbol (simbol angka)
Similarrites (kesamaan) -
14

Gambar 2.2 Sampel materi soal dalam Skala WAIS – R

3. Tes Progressive Matrices

Tes ini diperkenalkan oleh Raven pada tahun 1938 sehingga disebut juga

dengan RPM (Raven’s Progressive Matrices). RPM merupakan salah satu bentuk

test inteligensi yang tidak membutuhkan kemampuan verbal ataupun kemampuan

dalam berhitung sama sekali. RPM menggunakan kemampuan spasial, yaitu

kemampuan dalam merangkai bentuk dan juga ruang dalam mengerjakannya.

RPM merupakan bentuk test inteligensi yang sifatnya supplementary, atau bisa

disebut sebagai test tambahan dalam rangkaian test inteligensi. RPM terdiri dari

beberapa rangkaian butir soal pilihan berganda, ada yang berwarna, yaitu untuk

anak kecil (s.d 10 tahun) dan tidak berwarna untuk anak besar (11 s.d 14 tahun).

Selain tiga akat ukur kecerdasan (IQ tool) di atas, ada lagi alat ukur lain yang bisa

digunakan meskipun tak terlalu amiliar, diantaranya yakni: IST (Intelligenz

Struktur Test), FIT (Culture Fair Intelligence Test) dan TIKI (Tes Intelegensi

Kolektif Indonesia). Namun sayangnya kini mulai banyak yang mengatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang erat antara hasil tes IQ dengan prestasi

belajar siswa bahkan dengan karir seseorang di masa depan


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kecerdasan intelektual adalah suatu kemampuan umum individu yang

melibatkan sebagian besar pendidikan yang dimilikinya dimana terkait satu

dengan yang lainnya. Kecerdasan intelektual juga diartikan sebagai

kemampuan individu untuk beradaptasi secara tepat yang terkait dengan situasi

baru dalam hidupnya.

2. Teori-teori dari intelegence quotient meliputi, Lewis Terman, Charles

Spearman, Sternberg, Louis L Thurstone, JP Guilford.

3. Strategi pengembangan intelegence quotient meliputi, sistem belajar yang aktif,

sertakan music dalam proses belajar, didik anak untuk disiplin, bangun

kebiasaan membaca buku, berolahraga teratur, pastikan anak tidak tidur terlalu

malam, dukung anak untuk menguji kecerdasannya.

4. Pengukuran intelegence quotient dapat dilakukan dengan cara Tes Inteligensi

Binet, tes Weschsler, tes progressive matrics.

B. Saran

Bagi para pembaca, sekiranya mengetahui kualitas anak yang baik yang

dimana ketika anak memiliki kecerdasan yang lengkap, bukan hanya kecerdasan

intelektual saja tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan

spiritual. Jadi ada baiknya tidak hanya melihat dari satu sudut pandang saja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adiebah, Rina. 2020. Meningkatkan Kualitas Anak, Optimalisasi IQ, EQ dan SQ.
Banten: Rumah Belajar Matematika Indonesia.

Anatasi., & Urbina, S. 2007. Tes Psikologi (Terjemahan). Jakarta: PT. Macana
Jaya.

Azzet, Muhaimin, Akhmad. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi


Anak. Yogyakarta: Katahati.

Binti Maunah.2009 Landasan Pedidikan, Yogyakarta.Teras.

Donosuko. 2019. Konstribusi Kulitas IQ dalam Menentukan Keberhasilan Karir


Manusia. Jurnal Ilmu Konseling. Vol. 19. No. 2

Nana Syaodih Sukmadinata. 2007. Bimbingan dan Konseling dalam Praktek.


Bandung: Maestro.

Purwanto. 2010. Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya STAIN Surakarta.


Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 16. No. 4.

Pratama,Anggi Tias. dan Corebima, Aloysius Duran. 2015. HUBUNGAN


INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) TERHADAP CAPAIAN PRESTASI
BELAJAR BIOLOGI SMA KOTA MEDAN. Pendidikan Biologi Universitas
Negeri Malang. Indonesia. Jurnal Biology Science & Education

Rahmat, Saeful, Pupu. 2018. Psikologi Pendidikan. Jakarta Timur: PT Bumi


Aksara.

Rohmah, Umi. 2011. Tes Intelegensi Dan Pemanfaatannya Dalam Dunia


Pendidikan STAIN Ponorogo. Jurnal Cendekia. Vol. 9. No. 1.

Sukardi. 2008., Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka


Cipta.

Syah, Muhibbin. 2005 Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Zubaidi, Ahmad. 2008. Tes Intelegence. Jakarta: Mitra Wacana Media.

14

Anda mungkin juga menyukai