Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

ANALISIS KASUS BIOETIKA


(PENGGUNAAN SENJATA BIOLOGI)

Dosen Pengampuh:
Prof. Dr. Ir. Yusminah Hala, M.S

Disusun Oleh :
Aqilah Fauziyah MF
Pendidikan Biologi A
220013301012

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Deskripsi Senjata Biologi

Senjata biologis (Biological Weapon) adalah senjata yang menggunakan


patogen (bakteri, virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat
pembunuh atau melukai. Dalam pengertian yang lebih luas, senjata biologi tidak
hanya berupa organisme patogen, tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan
oleh organisme tertentu. Dalam kenyataannya, senjata biologi tidak hanya
menyerang manusia, tetapi juga hewan dan tanaman. Pembuatan dan
penyimpanan senjata biologi telah dilarang oleh Konvensi Senjata Biologi 1972
yang ditandatangani oleh lebih dari 100 negara. Alasan pelarangan ini adalah
untuk menghindari efek yang dihasilkan senjata biologi, yang dapat membunuh
jutaan manusia, dan menghancurkan sektor ekonomi dan sosial. Namun, Konvensi
Senjata Biologi hanya melarang pembuatan dan penyimpanan senjata biologi,
tetapi tidak melarang pemakaiannya.

Yang sebenarnya lebih mengerikan adalah senjata biologis dengan agen yang
telah direkayasa secara bioteknologi sehingga tahan antibiotika, lebih mematikan,
stabil dalam penyimpanan dan sebagainya. Yang paling mudah adalah rekayasa
untuk sifat resistensi terhadap antibiotika. Sifat seperti ini biasanya hanya
ditimbulkan oleh kumpulan gen sederhana atau bahkan gen tunggal, sehingga
mudah dipindahkan dari satu jenis bakteri ke bakteri lain. Teknologi ini juga telah
menjadi standar dalam setiap eksperimen biologi molekuler. Bacillus anthracis
yang dapat dimatikan dengan antibiotika jenis Penicillin dengan mudah dapat
dibuat resisten dengan men-transfer gen enzim lactamase. Biopreparat, jaringan
instalasi pembuatan senjata biologis di Rusia, dikabarkan telah merekayasa
bakteri penyebab pes dengan resistensi terhadap 16 jenis antibiotika (Witarto,
2002).

Perjanjian di tingkat internasional yang melarang penggunaan senjata


biologis dimulai sejak Geneva Protocol tahun 1925. Akan tetapi, sejarah
memperlihatkan bahwa pengembangan senjata biologis tetap berlanjut. Salah satu
contoh yang terdokumentasi adalah penggunaan senjata biologis oleh tentara
Jepang dalam perang dunia ke-2 di Cina. Untuk itu, pada tahun 1972 disepakati
perjanjian Biological and Toxin Weapon Convention (BTWC) yang disponsori
oleh PBB. Dalam perjanjian ini, lebih ditegaskan lagi mengenai “pelarangan
dalam pengembangan, pembuatan dan penyimpanan segala jenis senjata biologis”.
Sampai saat ini tak kurang dari 140 negara telah menandatangi perjanjian ini,
termasuk Indonesia, Amerika, dan Rusia.

Senjata biologis tidak meluluhlantahkan fisik korban, melainkan sistem


kekebalan dan sistem tubuh korban (Sudjadi, 2006).

Bioterorisme didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan terror yang


menggunakan bahan – bahan biologis sebagai senjatannya. Bioteroisme sudah ada
sejak abad ke-12, yang menggunakan panah yang ujungnya mengandung darah
beracun. Disusul pada abad ke-18, selimut pasien penderita cacar dipakai untuk
senjata pada perang Perancis-India. Senjata biologi semakin berkembang saat
pecah perang Dunia II, Jerman mulai mengembangkan antraks, glander, kolera
dan jamur putih sebagai senjata biologi.

B. Jenis Mikroorganisme dalam Senjata Biologi


Jenis mikrooranisme yang digunakan dalam senjata biologis adalah: Virus
Chimera, Rice Blast, Anthrax,Virus Nipah, Toksin Botulinum, Smallpox,
Rinderpest, Virus Ebola, Plague.

 Anthrax

Penyakit antraks yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis


merupakan penyakit zoonosis yang memiliki daya rusak tinggi dan mematikan
berbagai ternak (sapi, kerbau, domba kambing, dan burung unta) maupun
manusia. Inkubasi penyakit akibat menghirup spora antraks sangat singkat yaitu
hanya dalam waktu tiga hari, setelah itu korban akan meninggal karena infeksi
akibat spora tersebut.

Spora Anthrax merupakan salah satu senjata biologi yang banyak dipakai
karena efektif melumpuhkan lawan. Spora B. Anthracis tahan suhu panas diatas
43° C, dan didalam tanah mampu bertahan sampai dengan 40 tahun. Menurut
analisis WHO 1970, jika 50 Kg spora Anthrax disebarkan dengan pesawat diatas
populasi 5 juta manusia, akan ada 250.000 kasus infeksi dan 100.000 diantaranya
akan mati.

Toksin B. Anthracis terdiri atas 3 protein, yaitu:

1. Protective Agen (PA)

2. Edema Faktor (EF)

3. Lethal Faktor (LF)

Protein PA akan terbelah menjadi dua fragmen oleh enzim protease yang
diserang. Fragmen PA besar akan mengikat membrane sel yang akan dirusak dan
menjadikan dirinya reseptor bagi dua protein lain (EF dan LF) untuk dapat masuk
kedalam sel, EF akan menyebabkan kematian sel, tetapi mekanismenya belum
diketahui.

 Virus Ebola

Virus ebola adalah anggota dari keluarga virus filoviridae, virus dalam
keluarga,yang disebut Filoviruses, menyebabkan demam berdarah yang parah
pada manusia dan primata. Demam berdarah ditandai dengan demam tinggi,
pendarahan internal, hipotensi dan shock. Ada Lima jenis yang dikenal dari virus
ebola, yaituebola-zaire, ebola-sudan, ebola-ivory coast, ebola-bundibugyo dan
ebolareston.

Sejauh ini, Ebola adalah penyakit yang paling mematikan diseluruh dunia.
Kesempatan untuk hidup jika terinfeksi penyakit ini masih 0% alias tidak
mungkin, dan sampai sekarang masih dicari vaksinnya. Penderita biasanya bisa
langsung meninggal dalam siklus 6 hari sampai 20 hari, alias sangat cepat.
Sekarang bisa dikatakan bahwa Ebola adalah penyakit yang paling dihindari untuk
terjangkit diseluruh dunia.

 Virus Nipah
Virus Nipah merupakan suatu virus ribonucleic acid (RNA), termasuk
dalam kelompok paramyxovirus dan genera morbili virus. Virus Nipah
mempunyai kemiripan dengan virus Hendra sehingga virus ini pada tahap awal
disebut sebagai Hendra-like virus, dan juga disebut sebagai equine morbili virus.

Reservoir alami untuk virus Nipah ialah kelelawar buah (Pteropus


Vampyrus dan Pteropus hypomelanus) yang hidup tersebar hampir di seluruh
dunia. Pertama kali diketahui saat terdeteksi adanya RNA virus Nipah dalam
tubuh kelelawar tersebut di Ghana. Babi tertular dari aerosol binatang yang
terinfeksi virus Nipah, memakan buah-buahan yang terkontaminasi air liur, feses
atau urin dari kelelawar yang terinfeksi virus Nipah maupun secara langsung
lewat feses ataupun urin kelelawar yang terinfeksi virus Nipah.

C. Kasus Penggunaan Senjata Biologi


1. Perang Kepada Suku Pontiac (India) yang Ada di Amerika
Pada tahun 1763, saat perang melawan Suku Pontiac (Indian) di Amerika,
Jenderal Jeffrey Amherst menyarankan untuk memakai smallpox (virus variola
yang menyebabkan cacar nanah) dan menyebarkannya pada Suku Pontiac
sehingga membunuh 90% orang Indian dari suku tersebut. Smallpox ini pun
disebarkan melalui selimut dan sapu tangan yang telah terinfeksi sebelumnya.
Kemudian, bulan Oktober 2001 di Amerika, terjadi serangan teror menggunakan
serbuk spora Anthrax sebagai agen bioterorisme yang disebarkan melalui amplop
surat, sehingga menyebabkan 22 kasus, yaitu 11 kasus paparan melalui inhalasi
(inhalation), dan 11 kasus paparan melalui kulit (cutaneous), pada akhirnya tahun
2009, FBI (Federal Bureau Investigation) menutup investigasi dengan kesimpulan
bahwa Dr. Bruce Ivins, seorang peneliti Anthrax dari US Army Medical Research
Institute of Infectious Disease adalah dalang dari bioterorisme Anthrax tersebut
(Erlin Euis, 2018).

2. Perang Dunia II
Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua adalah sebuah perang yang
berlangsung dari tahun 1939 hingga 1945. Perang ini melibatkan banyak negara di
dunia termasuk semua negara-negara besar yang akhirnya membentuk dua kubu
militer yang saling bertentangan yaitu Sekutu dan Axis atau Poros. Perang Dunia
II merupakan perang terbesar dan terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari
100 juta orang. Negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuannya
mulai dari ekonomi, industri, dan teknologinya untuk keperluan perang, sehingga
menghapus perbedaan antara sumber daya sipil dan militer yang ditandai oleh
sejumlah peristiwa penting dengan menyebabkan kematian massal, terutama
warga sipil yang merupakan Holocaust yaitu pemakaian senjata nuklir dan senjata
biologi dalam peperangan.

Perang ini memakan korban sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah
korban ini menjadikan Perang Dunia II sebagai konflik paling mematikan
sepanjang sejarah umat manusia. Kekaisaran Jepang mulai mendominasi Asia
Timur dan berperang dengan Cina pada tahun 1937. Tetapi, Perang Dunia II pada
umumnya terjadi pada tanggal 1 September 1939 dengan di mulainya invasi ke
Polandia oleh Jerman dan diikuti pernyataan perang terhadap Nazi Jerman oleh
Perancis serta Britania Raya. Pada 1939 hingga 1941, Jerman melakukan
sejumlah kampanye dan perjanjian serta membentuk sebuah aliansi yang disebut
Blok Poros bersama Italia, setelah itu Jerman dan Italia mengambil alih wilayah
yang sebagian besar adalah benua Eropa. Setelah Pakta Molotov–Ribbentrop,
Jerman dan Uni Soviet berpisah dan menganeksasi wilayah (menggabungkan dua
wilayah kecil atau lebih) negaranegara tetangganya di Eropa, termasuk Polandia.
Kemudian Britania Raya dengan negara-negara Persemakmurannya, menjadi satu-
satunya kekuatan besar yang dimiliki Sekutu dan terus berperang melawan blok
Poros. Bulan Juni 1941, Poros Eropa melancarkan invasi terhadap Uni Soviet
yang menandakan terbukanya “teater perang" darat terbesar sepanjang sejarah,
yang melibatkan sebagian besar pasukan militer Poros sampai akhir perang.

Pada Desember 1941, Jepang mulai merapat dan bergabung ke Blok Poros,
setelah Jepang bergabung dengan Poros langsung menyerang Amerika Serikat dan
wilayah Eropa di Samudra Pasifik, Jepang dengan cepat berhasil menguasai
sebagian besar Pasifik Barat. Pada tahun 1942 kekalahan Blok Poros telah terlihat
dengan kalahnya Jepang di Cina oleh Sekutu yang dilanjutkan dengan kekalahan
Jerman di Belarus oleh pasukan Uni Soviet. Sehingga pada tahun 1945 Blok
Poros yang banyak mengalami kekalahan di Eropa dan serangan Bom Atom oleh
Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki yang membuat Kekaisaran Jepang
menyerah dari Sekutu pada Agustus 1945, sehingga mengakhiri Perang Dunia II
ini dengan kemenangan mutlak Sekutu atas Poros.

Selama Perang Dunia II berlangsung, Jepang sebagai salah satu anggota dari
blok Poros membentuk Unit 731. Dengan dipimpin oleh Ishii, Unit 731
menekankan penelitiannya pada Pes, Antraks, Kolera, Radang Dingin, Sifilis.
Bakteri-bakteri itu kemudian berkembangbiak dalam jumlah besar di dalam
tangkitangki aluminum yang besar. Letnan Jenderal Dr. Ishii Shiro mendirikan
UNIT 731 dengan tujuan bereksperimen senjata bioteknologi atau senjata biologis
yang kala itu merupakan salah satu senjata yang cukup mematikan.

D. Analisis Kasus
1. Analisis dengan metode konsekuensialisme 
Menurut teori etika konsekuensilialis, suatu keputusan atau tindakan dianggap
benar secara etis atau bermoral jika keputusan atau tindakan tersebut
mendatangkan hasil positif (Brooks & Dunn, 2011). Yang dimaksud dengan hasil
positif antara lain kebahagiaan, kesenangan, kesehatan, kecantikan, pengetahuan,
dan sebagainya. Sedangkan hasil negatif mencakup ketidakbahagiaan,
kesengsaraan, penyakit, keburukan, dan kebodohan (Bertens, 2014). Dengan
demikian penilaian tentang baik/benar (etis) atau buruknya/salah (tidak etis) suatu
keputusan atau tindakan didasarkan pada apakah hal baik atau buruk terjadi atau
tidak.

Berdasarkan analisis menggunakan metode konsekuensialisme, tindakan


penggunaan senjata biologi tidak etis dilakukan karena tidak mendatangkan hasil
yang positif. Senjata ini menimbulkan penyakit atau kematian pada puluhan juta
orang utamanya pada kasus Perang Dunia II. Secara tidak langsung penggunaan
senjata biologis dapat merusak moral sebuah bangsa. Bagi bangsa yang terkena
senjata biologis biasanya diintai oleh keterpurukan dan guncangan mental, hal ini
dialami oleh penduduk yang menjadi sasaran senjata biologis. Penyebarannya
yang terus berkembang dari waktu ke waktu senjata biologis dikategorikan
sebagai salah satu senjata yang sangat mematikan.
2. Analisis dengan metode deontologis
Menurut prinsip metode deontologi, tindakan atau putusan secara etis
dibenarkan bukan atas dasar hasil positif atau ditolak bukan atas dasar dampak
negatif yang diperoleh melainkan atas dasar motivasi pembuat keputusan atau
tindakan tersebut yakni memenuhi apa yang dipahami sebagai kewajibannya.
Maka yang menjadi dasar bagi baik buruknya perbuatan adalah kewajiban.
Kewajiban itu bersifat mutlak.
Perang dapat dilegalkan jika dalam situasi yang sangat darurat (terpaksa)
untuk dilakukan karena jika tidak dilakukan maka akan terjadi ancaman bagi suatu
negara. Adapun senjata yang dapat digunakan adalah senjata biologi. Penggunaan
senjata biologi tidak merusak infrastruktur atau fasilitas yang dipunyai oleh
negara lawan. Selain itu, penggunaan senjata biologi juga tidak menyebabkan
mutasi genetik seperti dampak yang dilakukan jika menggunakan senjata kimia.
Hasil penelitian Universitas Ryukyu di Okinawa sekitar 12% jenis kupu-kupu
warna biru mengalami mutasi genetik setelah terjadi bencana reactor pada Maret
2011 di Fukushima, Jepang. Perubahan gen diperkirakan terjadi ketika binatang
itu masih dalam bentuk larva dan setelah bermetamorfosis, larva berubah menjadi
kupu-kupu yang memiliki ketidaknormalan bentuk, seperti bersayap lebih kecil
dan memiliki kelainan pada mata. Pada generasi ketiga, jumlah kupu-kupu dengan
bentuk yang tidak normal bertambah hingga 34%, walaupun salah satu
orangtuanya berasal dari populasi yang sehat. Enam bulan setelah bencana
Fukushima, para peneliti kembali mengumpulkan 240 jenis kupu-kupu biru dari
kawasan sekitar reactor dan 52% keturunannya juga menderita mutasi genetik.
Hasil penelitian membuktikan, bahwa radiasi bahan radioaktif di Fukushima
merusak pewarisan genotip atau susunan genetik kupu-kupu.
Oleh sebab itu, ditinjau dari analisis menggunakan metode deontologis,
peperangan menjadi hal yang legal karena peperangan dilakukan oleh suatu
negara untuk mempertahankan diri jika terjadi ketidaksesuaian atau gesekan
dengan pihak lain yang tidak bisa lagi dicapai kesepakatan secara diplomatik.
Salah satu senjata yang cenderung etis digunakan adalah senjata biologi karena
senjata biologi tidak merusak infrastruktur negara yang diserang dan tidak
menyebabkan adanya mutasi genetik yang terjadi seperti halnya yang dapat
disebabkan jika menggunakan senjata kimia.
3. Analisis dengan metode intuisionisme
Intuisionisme (berasal dari bahasa Latin, intuitio yang berarti pemandangan.
Sedangkan ahli yang lain mengatakan bahwa intuisionisme, berasal dari perkataan
Inggris yaitu intuition yang bermakna gerak hati atau disebut hati nurani. Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, intuisi diartikan dengan bisikan hati, gerak hati
atau daya batin untuk mengerti atau mengetahui sesuatu tidak
dengan berpikir atau belajar.

Gerak hati mampu membuat manusia melihat secara langsung suatu perkara
benar atau salah, jahat atau baik, buruk atau baik secara moral. Ia dirujuk sebagai
suatu proses melihat dan memahami masalah secara spontan juga merupakan satu
proses melihat dan memahami suatu masalah secara intelek. Pengetahuan intuitif
ini merupakan pengetahuan langsung tentang suatu hal tanpa melalui proses
pemikiran rasional.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode intuisionisme terhadap


pelaksanaan perang yang menggunakan senjata biologi tidak etis dilakukan karena
penggunaan senjata biologis dilihat dari segi kemanusiaan merupakan sesuatu
yang kurang manusiawi karena dalam penggunaannya senjata biologis tidak
langsung membuat korban atau sasaranya mati, namun korban harus terlebih dulu
merasakan penderitaan dari rasa sakit yang dialami dari efek penyebaran bakteri
atau virus yang membutuhkan waktu cukup lama sampai pada tahap kematian.
4. Analisis dengan metode SWOT
Analisis SWOT merupakan sebuah metode yang sistematis digunakan
untuk mengevaluasi serta mengidentifikasi suatu kasus berdasarkan faktor internal
dan eksternal. Dari faktor internal dapat diidentifikasi berdasarkan kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), sedangkan dari sisi eksternal dapat
diidentifikasi berdasarkan peluang (opportunity) dan ancaman (threat).
Kekuatan (strength) - Biaya produksi yang murah dibandingkan dengan
senjata lainnya
- Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan agen biologi cukup sederhana
- Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatannya
relatif singkat
- Tidak merusak infrastruktur atau fasilitas negara
yang diserang
- Tidak menimbulkan adanya mutasi genetik pada
makhluk hidup (PR ini save jurnalnya)
Kelemahan - Dilakukan untuk peperangan yang dapat
(weakness) menimbulkan banyak kerugian tidak hanya pada
manusia tetapi pada makhluk hidup lainnya
- Dapat melemahkan sektor ekonomi, kesehatan,
keamanan, dan politik dalam skala yang besar
- Melanggar HAM
- Mengganggu keseimbangan lingkungan
Peluang (opportunity) - PBB tidak menyetujui penggunaan senjata biologi.
Pada tahun 1972, PBB telah menerbitkan konvensi
pelarangan penyalahgunaan bahan-bahan hayati
atau yang dikenal dengan Konvensi Senjata Biologi
atau Biological Weapons Convention (BWC) dan
Indonesia telah meratifikasinya melalui Keppres
nomor 58/1991. Konvensi tersebut belum dapat
sepenuhnya diimplementasikan karena hingga saat
ini PBB belum berhasil menyusun aturan
pelaksanaannya. BWC memang dikenal sebagai
konvensi yang paling rumit dan sangat kompleks.
Ancaman (threat) - Adanya beberapa agen biologi yang dapat bertahan
lama di lingkungan (seperti spora Bacillus
anthracis) sehingga daerah yang telah diinfeksi
tidak dapat dihuni/ditinggali dalam jangka waktu
yang cukup lama.
- Ancaman penggunaan senjata biologi dalam
peperangan yakni musuh tidak menyadari adanya
serangan dari senjata biologi tersebut
E. Kesimpulan
Penggunaan senjata biologi dapat dikategorikan sebagai perilaku yang
tidak etis untuk dilakukan. Jika dilihat berdasarkan analisis yang telah dilakukan
sebelumnya dengan menggunakan empat metode, yakni metode deontologis,
konsekuensialisme, intuisionalisme, dan SWOT sangat banyak kerugian yang
ditimbulkan dari penggunaan senjata biologi dan tidak sesuai dengan etika/ norma
yang berlaku.
F. Referensi

K. Bertens. 2014. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Brooks, L. J., & Dunn, P. (2007). Bussiness & Professional Ethics for Directors,
Executives & Accountants. Salemba Empat. Jakarta.
Erlin, E. (2018). Pandangan Aksiologi Terhadap Riset Dan Aplikasi Senjata
Biologis. Jurnal Filsafat Indonesia, 1(2), 65-70.
Sudjadi, Bagod. (2006). Biologi Sains dalam Kehidupan. Surabaya : Yudhistira
Witarto, Arief, B. 2002. Bahaya Senjata Biologi. Jurnal Nature. No 323 Vol
1017-1018

Anda mungkin juga menyukai