Anda di halaman 1dari 8

SEKILAS TENTANG BIOTERORISME

Akhmad Sudibya
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak :

Bioterorisme adalah penggunaan bakteri jahat, virus, atau racun terhadap manusia, hewan, atau
tanaman dalam upaya untuk menyebabkan kerusakan dan menciptakan rasa takut. Bioterorisme
menggunakan produk mikroba atau mikroba. Ada empat mikroba populer biasanya dimanfaatkan oleh
para teroris, yaitu Bacillus anthracis, Clostridium botulinum, Yersinia pestis dan virus cacar. Mikroba
yang digunakan dalam bioterorisme diklasifikasikan menjadi tiga kategori. Kategori A adalah yang
paling berbahaya di antara tiga kategori.

Keywords: bioterorisme, petunjuk, agen biologis, senjata biologi, klasifikasi agen biologis, perang
kuman, mikroba populer.

OVERVIEW OF bioterrorism
Akhmad Sudibya
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract :

Bioterrorism is the malevolent use of bacteria, viruses, or toxins against humans, animals, or plants in
an attempt to cause harm and to create fear. Bioterrorism utilizes microbe or microbial product. There
are four popular microbes usually utilized by the terrorists, i.e. Bacillus anthracis, Clostridium
botulinum, Yersinia pestis and smallpox virus. Microbes used in bioterrorism are classified into three
categories. Category A is the most dangerous one among the three categories.

Keywords : bioterrorism, clues, biological agents, biological weapons, classification of biological


agents, germ warfare, popular microbes.

Pendahuluan Pengertian Bioterorisme

Bioterorisme belum banyak diuraikan Bioterorisme berarti pemakaian mikroba


pada buku-buku mikrobiologi kedokteran. sebagai sarana dalam terorisme. Mikroba
Hanya sedikit buku yang membahas yang digunakan pada bioterorisme lebih
bioterorisme. Apalagi buku-buku populer di media massa dengan sebutan
mikrobiologi kedokteran berbahasa senjata biologis (biological weapons atau
Indonesia. Artikel di media massa yang bioweapons). Perang yang melibatkan
membicarakan bioterorisme juga sangat senjata biologis/mikroba disebut perang
sedikit. Hampir tidak ada yang kuman (germ warfare) atau biological
menyinggung – meskipun hanya sekilas – warfare (Nester dkk., 2007 ; Tortora dkk.,
bioterorisme. Topik yang banyak ditulis 2007). Dalam tulisan ini, istilah
adalah tentang terorisme bukan tentang ‘mikroba’ dan ‘senjata biologis’
bioterorisme. Oleh karena itu, penulis dipergunakan secara bergantian. Sarana
akan memulai tulisan ini dengan lain yang dapat dipergunakan dalam
menguraikan beberapa hal yang berkaitan terorisme misalnya senjata kimia, bom
dengan bioterorisme. mobil, senjata api, senjata nuklir, dan lain-
lain. Menurut Cinti dan Hanna (2007),
bioterorisme adalah the malevolent use of
bacteria, viruses, or toxins against Rajneeshees (suatu sekte keagamaan di
humans, animals, or plants in an Amerika Serikat) tahun 1984, dan Aum
attempt to cause harm and to create fear. Shinrikyo (suatu sekte keagamaan di
Jadi, yang dapat dimanfaatkan tidak Jepang) tahun 1995. Tentara Dai Nippon
hanya mikroba namun bisa juga produk menjatuhkan tabung yang berisi pinjal dan
mikroba. Sebagai sasaran, tidak hanya Yersinia pestis di atas daratan Cina saat
manusia, namun bisa juga hewan dan Perang Cina-Jepang (1937–1945).
tumbuhan. Sementara itu, Lederberg Rajneeshees mengontaminasi makanan di
(2000) mendefinisikan biological warfare restoran dan supermarket dengan
sebagai the use of microbial … agents … Salmonella enterica (Cinti dan Hanna,
for hostile purposes or in armed conflict 2007 ; Tortora dkk., 2007). Istilah
(Sic !). ‘bioterorisme’ ikut menjadi topik
pembicaraan sejak serangan terhadap
Menara Kembar World Trade Center.
Sejarah Bioterorisme

Bioterorisme sebenarnya telah berusia Berbagai Tanda Awal Keterlibatan


ratusan tahun. Pasukan Tartar merupakan Senjata Biologis
kelompok pertama yang memanfaatkan
bioterorisme pada tahun 1346.. Pasukan Ada berbagai tanda awal yang harus
Tartar melemparkan pasien pes ke diwaspadai karena sangat mungkin
belakang garis pertahanan lawan. melibatkan mikroba yang dapat
Kelompok berikutnya adalah pasukan dimanfaatkan untuk bioterorisme..
Inggris di Amerika pada tahun 1736, Berbagai tanda awal dapat dilihat pada
pasukan Jerman pada Perang Dunia I, tabel di bawah ini.

Tabel 1. Tanda Awal versus Penyebab/Penyakit Paling Mungkin/Contoh

(Cinti dan Hanna, 2007)

No. Tanda Awal Penyebab/Penyakit Paling


Mungkin/Contoh

1 Paralisis flaksid (jumlah kasus banyak, saat kejadian Toksin botulinum


serentak)

2 Demam disertai perdarahan (jumlah kasus banyak, Virus Ebola, Demam Lassa
saat kejadian serentak)

3 Ruam vesikular dan pustular disertai kematian Cacar


massal (jumlah kasus banyak, saat kejadian
serentak)

4 Penyakit mirip-flu disertai dengan mediastinum Antraks


yang melebar pada foto dada dan atau meningitis
(jumlah kasus banyak, saat kejadian serentak)

5 Pneumonia disertai limfadenopati yang terasa sakit Pes


(jumlah kasus banyak, saat kejadian serentak)
6 Penyakit yang terjadi serentak pada manusia dan Antraks, ensefalitis
hewan

7 Kematian massal yang tidak diketahui penyebabnya, Berbagai mikroba


terutama pada orang dewasa muda dan sehat

8 Kasus tunggal dengan penyebab mikroba tak lazim Cacar, antraks pulmoner, virus
Ebola

9 Satu pasien menderita banyak penyakit Berbagai mikroba

10 Penyakit dengan gejala klinis aneh Pes

11 Penyakit yang tidak lazim ditinjau dari distribusi Virus Ebola di Amerika
geografis Serikat

12 Penyakit yang tidak lazim ditinjau dari pola musim Influenza pada musim panas
di Amerika Serikat

13 Penyakit yang tidak memberi respons terhadap Antraks yang dibuat resisten
antibiotika ataupun vaksin yang biasa digunakan terhadap antbiotika dan vaksin

14 Kumpulan penyakit mirip/serupa pada wilayah yang Berbagai mikroba


tidak mempunyai perbatasan bersama

Karakteristik Mikroba yang mikroba tersebut adalah Bacillus


Digunakan pada Bioterorisme anthracis, Clostridium botulinum,
Yersinia pestis, dan virus cacar (Nester
Mikroba ideal untuk bioterorisme dkk., 2007). Masih banyak mikroba lain
mempunyai karakteristik sangat handal, yang dapat dimanfaatkan sebagai senjata
dapat dibidikkan tepat ke sasaran, murah, biologis meskipun frekuensi
awet, tidak begitu tampak, manjur, mudah pemakaiannya lebih jarang. Mikroba
diperoleh, dan mudah diangkut tersebut adalah virus Ebola, virus
(Lederberg, 2000 ; Lew, 2000). Sangat influenza, Virus Penyebab Demam Lassa,
handal dan manjur berarti mempunyai Salmonella, Mycobacterium tuberculosis
efek seperti yang diharapkan para teroris. dan Virus Penyebab Ensefalitis.
Murah dan mudah diperoleh bermakna
harganya terjangkau dan bisa didapatkan
tidak harus dengan jalur legal. Tidak
begitu tampak mengandung makna sulit Klasifikasi Mikroba
diendus oleh aparat intelijen.
Menurut Bauman dkk. (2007), Cinti &
Hanna (2007), dan Goering dkk. (2008)
mikroba yang dipergunakan pada
Mikroba yang Lazim Digunakan pada bioterorisme dapat diklasifikasikan
Bioterorisme menjadi tiga kelas. Tiga kelas tersebut
yaitu :
Ada empat mikroba yang lazim
digunakan pada bioterorisme. Empat
Kelas A (Risiko Tinggi) Indonesia (Polri) Menghadapi
Bioterorisme
Contoh mikroba yang masuk kelas ini
adalah Bacillus anthracis dan virus cacar. Sampai saat ini, dari informasi yang
Ciri-ciri penyakit yang ditimbulkan oleh dipublikasikan di media massa, TNI
mikroba kelas ini adalah mudah menular, mempunyai sebuah satuan khusus untuk
mortalitas tinggi, dan dapat menimbulkan menghadapi serangan senjata biologis.
keresahan sosial yang hebat. Satuan tersebut bernama Kompi Nubika
(Kompi Nuklir, Biologi, dan Kimia).
Apabila dilihat dari namanya, satuan ini
tidak hanya dipersiapkan untuk
menghadapi serangan senjata biologis.
Kelas B (Risiko Sedang) Satuan ini juga dipersiapkan untuk
mengadapi serangan nuklir dan senjata
Contoh mikroba yang tergolong kelas ini kimia. Masih belum jelas apakah
adalah Salmonella dan virus penyebab Detasemen Penanggulangan Teror
ensefalitis. Penyakit yang ditimbulkan dan Komando Pasukan Khusus ((Dengultor
dampak yang diakibatkan kelas ini sedikit Kopassus) TNI Angkatan Darat,
di bawah Kelas A. Detasemen Bravo Pasukan Khas TNI
Angkatan Udara (Denbravo Paskhasau),
Kelas C (Risiko Rendah) dan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka)
Korps Marinir TNI Angkatan Laut
Contoh mikroba yang tergolong kelas ini mempunyai kemampuan menghadapi
adalah Mycobacterium tuberculosis yang bioterorisme. Juga masih belum jelas
resisten terhadap berbagai antibiotika apakah Detasemen Khusus 88 Antiteror
(multidrug-resistant) dan virus influenza. (Densus 88 Antiteror) Polri mempunyai
Penyakit yang ditimbulkan dan dampak unit khusus ataupun kemampuan untuk
yang ditimbulkan kelas ini di bawah menghadapi bioterorisme. Meskipun
Kelas B. demikian, banyak pihak yakin bahwa
Federal Bureau of Investigation (FBI)
Amerika Serikat dan Australian Federal
Alasan Teroris Memilih Bioterorisme Police (Polisi Australia) – kedua lembaga
ini aktif melatih Densus 88 − pasti siap
Salah satu alasan penting pemakaian berbagi ilmu dengan Densus 88 dalam
mikroba oleh teroris adalah alasan bidang kontrabioterorisme.
finansial. Bioterorisme relatif efisien
dibandingkan metoda lain. Efisien dalam
arti biaya murah dan menimbulkan
Tentang Serangan Senjata Biologis
dampak yang sangat hebat. Dampak yang
Bacillus anthracis
sangat hebat dapat berupa jumlah korban
yang banyak ataupun kepanikan yang luar Ada 3 bentuk klinis antraks berdasarkan
biasa dari sasaran bioterorisme. Salah rute masuk spora ke dalam tubuh. Tiga
satu keunggulan pemakaian mikroba bentuk tersebut adalah antraks kutaneus,
adalah dampak yang terjadi sulit antraks gastrointestinal, dan antraks
dikendalikan dan sangat susah untuk inhalasi (Cinti & Hanna, 2007).
diprediksi (Tortora dkk., 2007).
Antraks kutaneus mencakup 90% kasus
antraks pada manusia. Setelah masa
inkubasi 1-7 hari akan timbul lesi
Kesiapan Tentara Nasional Indonesia berbentuk papula kecil sedikit gatal pada
(TNI) dan Kepolisian Republik
tempat spora masuk (biasanya di lengan, napas atas. Terdapat lesi serupa pada kulit
tangan, leher, dan muka) yang dalam pada mukosa mulut seperti eschar (Yusuf,
beberapa hari berubah menjadi bentuk 2007).
vesikel yang tidak sakit berisi cairan
serosanguinus serta tidak purulen dan Perkembangan selanjutnya dari antraks
kemudian menjadi ulkus nekrotik yang antraks gastrointestinal dan antraks
dikelilingi vesikel-vesikel kecil. Ukuran orofaringeal adalah sepsis, meningitis, dan
lesi sekitar 1-3 cm. Ciri khas lain adalah kematian. Angka kematian berkisar 25
dalam 2-6 hari akan timbul eschar sampai 60% (Yusuf, 2007).
berwarna hitam seperti batubara (black
carbuncle) yang berkembang dalam Antraks inhalasi mencakup kurang dari
beberapa minggu menjadi ukuran 5% kasus. Masa inkubasi 1-5 hari tetapi
beberapa sentimeter yang kemudian dapat mencapai 60 hari tergantung jumlah
menjadi parut setelah 1-2 minggu (Yusuf, spora yang masuk. Setelah inkubasi 10
2007). hari timbul gambaran klinik akut yang
terdiri dari 2 fase (bifasik), yaitu fase
Dasar kulit dari lesi terlihat indurasi, inisial yang ringan dimana didapatkan
panas, warna merah, dan non-pitting demam, lemah, lemah, mialgia, batuk
edema yang bisa meluas sampai demikian kering dan rasa tertekan di dada dan di
luasnya (malignant edema) sehingga perut (flu like) yang pada pemeriksaan
terjadi hipotensi oleh karena perpindahan fisik mungkin ditemukan ronki, kemudian
cairan intravaskuler ke subkutan. Lesi tiba-tiba disusul fase kedua yang berat dan
tidak terasa sakit (Yusuf, 2007). sering fatal setelah terlihat seperti ada
perbaikan fase pertama. Fase kedua ini
Gambaran sistemik berupa demam, cepat sekali memburuk berupa panas
mialgia, sakit kepala, lemah badan, dan tinggi, sesak napas, hipoksia, sianosis,
limfadenopati lokal. Bila tidak digunakan stridor dan akhirnya syok dengan
antibiotik maka 20% fatal, dimana terjadi kematian dalam beberapa hari.
penyulit bakteremia yang berlanjut ke Pemeriksaan fisik memberikan gambaran
meningitis, pneumonia, ataupun sepsis. infeksi paru, dengan kemungkinan sepsis
Pemberian antibiotik tidak mengubah dan meningitis. Antraks inhalasi tidak
perjalanan alamiah klinis di kulit, tetapi memberikan gambaran klasik pneumonia,
mencegah penyulit di atas dan sehingga tidak didapatkan sputum yang
menurunkan angka kematian di bawah 1% purulen, sehingga lebih cocok disebut
(Yusuf, 2007). antraks inhalasi bukan antraks pneumonia.
Edema leher dan dada bisa ditemukan,
Pada antraks gastrointestinal ditemukan dan pada paru juga ditemukan ronki basah
demam, nyeri perut difus, muntah, dan dan kemungkinan tanda efusi (Yusuf,
diare kira-kira 2-5 hari setelah penderita 2007)
memakan daging yang mengandung
spora. Bisa timbul muntah darah dan Pada foto toraks selain infiltrat di paru
berak darah, berisi darah segar atau akan diadapat gambaran khas berupa efusi
melena. Bisa pula terjadi perforasi usus. pleura dan pelebaran mediastinal oleh
Selain itu terjadi limfadenitis mesenterial karena limfadenopati dan mediastinitis.
dan asites (Yusuf, 2007). Cairan pleura bersifat hemoragik (Yusuf,
2007).
Selain bentuk antraks intestinal ada
bentuk lain antraks gastrointestinal yaitu Kematian dapat terjadi setelah 24 jam
bentuk antraks orofaringeal yang berupa setelah onset akut tersebut, dengan angka
limfadenopati local dan edema pada leher, kematian bisa mencapai 90%, tergantung
susah menelan, dan obstruksi saluran
fasilitas. Antraks inhalasi tidak ditularkan pneumonia sekunder dengan sputum
antar manusia (Yusuf, 2007). berdarah dan yang jarang diketemukan
antara lain adalah kegagalan faal jantung
(Triwibowo, 2007).
Tentang Serangan Senjata Biologis Pada tipe septikemik tidak terdapat
Yersinia pestis pembesaran kelenjar limfe dan gejala
yang timbul akibat septikemia biasanya
Berdasarkan aspek klinis pes dapat terjadi dalam waktu yang singkat berupa
dibedakan atas beberapa tipe yaitu tipe pucat, lemah, delirium atau stupor sampai
bubonik, septikemik, pneumonik, koma. Penderita dapat meninggal dunia
meningeal, dan kutaneal (Triwibowo, pada hari pertama sampai ketiga stelah
2007). timbulnya gejala febris. Kenaikan suhu
Tipe bubonik merupakan kasus badan hanya terjadi secara ringan
terbanyak (sekitar 75%) pasien pes. (Triwibowo, 2007).
Ditandai adanya bubo, yaitu limfadenitis Tipe pneumonik umumnya diawali
yang tampak besar dengan diameter 2-5 dengan gejala-gejala kelemahan badan,
cm disertai adanya edema dan eritema di sakit kepala, vomitus, febris, dan frustasi
sekitarnya. Bubo ini 70% terdapat di (Sic !). Batuk, sesak napas, disertai
daerah inguinal atau femoral, karena sputum yang produktif dan cair, berbeda
gigitan pinjal lebih banyak terjadi di kaki. dengan pneumonia lobaris yang
Pada anak-anak bubo dapat ditemukan di mengeluarkan sputum kental dengan
daerah aksila atau servikal. Bila terjadi warna seperti karat. Gangguan kesadaran
supurasi, eksudat yang mengandung dapat timbul sejak awal dan penderita
Yersinia pestis dapat mengalir keluar dapat meninggal dunia pada hari ke-4 dan
secara spontan setelah 1-2 minggu dan ke-5 (Triwibowo, 2007).
diikuti oleh proses resorbsi (Triwibowo,
2007). Tipe meningeal merupakan komplikasi
tipe bubonik yang terjadi pada hari ke-7
Febris merupakan gejala awal dan suhu sampai ke-9. Gejala-gejala seperti
dapat mencapai lebih dari 41oC, disertai meningitis berupa keluhan sakit kepala,
takikardia, gejala-gejala neurologis seperti neck stiffness, dan tanda Kernig positif.
konvulsi sampai koma, gejala Dapat berlanjut dengan konvulsi dan
gastrointestinal berupa vomitus, koma. Dalam cairan lumbal dapat
konstipasi ataupun diare (Triwibowo, ditemukan Yersinia pestis (Triwibowo,
2007). 2007).
Bakteri Yersinia pestis mempunyai Pada tipe kutaneal terdapat papula,
kemampuan membentuk endotoksin. Hal pustula, karbunkel, ataupun purpura yang
ini dapat menimbulkan keadaan toksemia dapat meluas menjadi bersifat nekrotik.
yang bila berat akan mengakibatkan Keadaan ini dapat berlanjut menjadi
koagulasi intravaskuler (KID) dengan gangren terutama di daerah tungkai dan
ditemukan gejala-gejala perdarahan di menimbulkan warna kehitam-hitaman
saluran napas, saluran makan, saluran (black death) (Triwibowo, 2007).
kencing serta rongga-rongga badan.
Walaupun tipe bubonik pada umumnya Bioterorisme Perlu Diajarkan pada
menunjukkan gejala-gejala berat tetapi Mahasiswa Kedokteran
ada juga kasus-kasus yang ringan disebut
pestis minor. Komplikasi yang dapat Bioterorisme sangat perlu diajarkan
menjadi sebab kematian adalah kepada mahasiswa kedokteran.
septikemia dengan gejala-gejala berat, Mahasiswa kedokteran harus memahami
berbagai mikroba yang dapat Mims C. Mims’ Medical
disalahgunakan untuk bioterorisme dan Microbiology. Edisi ke-4. Philadelphia
dapat mengenali berbagai tanda awal : Mosby Elsevier, 2008. h. 4, 382, 412
serangan mikroba. Materi kuliah dan – 413, 541.
praktikum mikrobiologi yang selama ini
ada harus selalu ditinjau ulang setiap
kurun waktu tertentu. Ada materi yang
harus ditambahkan dan ada pula materi Hadi Y. Antraks. Dalam : Sudoyo AW,
yang harus dikurangi ataupun Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
dihilangkan. Contoh materi yang harus Setiati S, penyunting. Buku Ajar Ilmu
diperkenalkan adalah bioterorisme. Penyakit Dalam. Jilid ke-3. Edisi ke-4.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. h.1831-
1833.

Penutup Lederberg J. Biological Warfare and


Bioterrorism. Dalam : Mandell GL,
Kajian tentang bioterorisme sangat Bennett JE, Dolin R, penynting.
dibutuhkan supaya negeri kita dapat lebih Mandell, Douglas, and Bennett’s
mampu menangkal dan lebih berani Principles and Practice of
menghadapi ancaman bioterorisme. Selain Infectious Diseases. Volume 2.
itu, negeri kita − yang berkali-kali Edisi ke-5. Philadelphia : Churchill
menjadi korban terorisme − harus Livingstone ; 2000. h. 3235 – 3238.
mempunyai pakar di bidang
kontrabioterorisme. Pakar di bidang Lew DP. Bacillus anthracis (Anthrax).
tersebut dapat dihasilkan melalui Dalam : Mandell GL, Bennett JE,
kerjasama yang bagus.antara TNI, Polri, Dolin R, penyunting. Mandell,
LIPI, dan bagian mikrobiologi berbagai Douglas, and Bennett’s Principles
universitas. and Practice of Infectious
Diseases. Volume 2. Edisi ke-5.
Philadelphia : Churchill Livingstone ;
2000. h. 2215 – 2220.
DAFTAR PUSTAKA
Nester EW, Anderson DG, Roberts Jr.
Bauman RW, Machunis-Masuoka E, CE, Nester MT. Microbiology A
Tizard. Microbiology With Diseases Human Perspective. Edisi ke-5.
by Taxonomy. Edisi ke-2. San Boston : McGrawHill Higher
Francisco : Pearson Benjamin Education, 2007. h. 490 – 491.
Cummings, 2007. h. 771 – 774.
Tortora GJ, Funke BR, Case CL.
Cinti SK, Hanna PC. Biological Agents Microbiology An Introduction. Edisi
of Warfare and Terrorism. Dalam : ke-9. San Francisco : Pearson
Engleberg NC, DiRita V, Dermody Benjamin Cummings, 2007. h. 680 –
TS, penyunting. Schaechter’s 681.
Mechanisms of Microbial Disease.
Edisi ke-4. Philadelphia : Lippincott Triwibowo. Penyakit Sampar. Dalam :
Williams & Wilkins, 2007. h. 541 – Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
552. Simadibrata M, Setiati S, penyunting.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
Goering RV, Dockrell HM, Wakelin D, ke-3. Edisi ke-4. Jakarta : Pusat
Zuckerman M, Chiodini PL, Roitt IM, Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. h.1800-1802.

Anda mungkin juga menyukai