Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

BENCANA BIOTERORISME DAN MASALAH KESEHATAN YANG DITIMBULKAN


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keperawatan Blok Keperawatan Bencana

Disusun Oleh :
Aulia Nur Fazri
Erisa Apriliani
Euis Krisnawati
Euis Siti Hasanah
Euis Suanti

Dosen Pengampu : Ns. Asmadi.,M.Kep.,Sp.Kom

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2019

1
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
B. Golongan Bioterorisme
C. Dampak Bioterorisme
D. Ancaman Bioterorisme
E. Pencegahan Bioterorisme

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini semakin banyak kesempatan menjadi sasaran bioterorisme atau senjata biologis
dengan memanfaatkan agen biologi. Bioterorisme dapat dilakukan oleh siapapun itu untuk
mengalahkan pesaing usahanya maupun berperang dengan negara kompetitor. Alasan penggunaan
bioterorisme pun bermacam-macam seperti ekonomi, politik, maupun sosial. Beragam agen biologi
yang dapat digunakan dalam teror tersebut, dapat berbagai jenis virus, bakteri atau kuman. Antraks
merupakan salah satu penyakit yang oleh bakteri. Awalnya antraks akan menginfeksi binatang ternak
herbivora. Spora dari bakteri penyebab antraks mampu bertahan hidup cukup lama di dalam tanah.
Aerosol antraks tidak berbau, tidak terlihat dan mampu menyebar beberapa kilometer.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bencana bioterorism dan dampak serta masalah kesehatan yang
ditimbulkannya
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi bencana bioterorisme
b. Untuk mengetahui golongan bioterorisme
c. Untuk mengetahui dampak bioterorisme
d. Untuk mengetahui ancaman bioterorisme
e. Untuk mengetahui pencegahan bioterorisme
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bioterorisme ?
2. Apa saja golongan bioterorisme ?
3. Apa dampak bioterorisme ?
4. Apa ancaman bioterorisme ?
5. Apa pencegahan bioterorisme ?

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
menyebutkan definisi bencana sebagai berikut :
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan
mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Bioterorisme adalah penggunaan bakteri jahat, virus, atau racun terhadap manusia, hewan,
atau tanaman dalam upaya untuk menyebabkan kerusakan dan menciptakan rasa takut. Bioterorisme
menggunakan produk mikroba populer biasanya dimanfaatkan oleh para teroris, yaitu Bacillus
anthracis, Clostridium botulinum, Yersinia pestis dan virus cacar. ( Akhmad Sudibya, 2013)
Bioterorisme merupakan bentuk teror dengan pelepasan yang disengaja berupa
bakteri, virus, kuman atau agen biologi yang menyebabkan kesakitan ataupun kematian pada
manusia, hewan atau tanaman.

B. Golongan Bioterorisme
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mampu menggolongkan
bioterorisme menjadi beberapa golongan berdasarkan besarnya resiko, kemudahan dalam
penyebaran, beratnya kesakitan atau kematian yang disebabkan, antara lain:
a. Golongan A
Golongan ini merupakan kumpulan dari agen biologi yang mempunyai resiko sangat tinggi yang
dapat menyebabkan keamanan suatu negara dalam kondisi yang berbahaya. Agen biologi pada
golongan ini mudah menyebar dari manusia satu ke manusia yang lain, dapat menyebabkan
angka kematian yang sangat tinggi, menyebabkan kepanikan dan kekacauan sosial. Contoh
penyakit yang termasuk dalam golongan A, antara lain cacar, demam berdarah, pes dan
keracunan makanan yang disebabkan olehClostridium botulinum.
b. Golongan B
Agen biologi pada golongan B mempunyai resiko yang tinggi walaupun skalanya lebih rendah
daripada golongan A. Karakteristik lain dari golongan B, yaitu cukup mudah menyebar,
menimbulkan angka kesakitan yang cukup tinggi walaupun angka kematiannya cukup rendah.
Contoh agen biologi yang berperan: Salmonella, E. coli,Cholera, virus alfa, penyebab infeksi otak,
zat-zat beracun.

4
c. Golongan C
Agen biologi di golongan C memiliki resiko yang rendah. Agen biologi dapat direkayasa untuk
disebarluaskan di masa yang akan datang, dikarenakan mudah didapat, mudah diproduksi,
disebarkan memiliki potensi untuk memberikan dampak buruk pada kesehatan, dan berpotensi
pula menyebabkan kesakitan serta kematian yang tinggi.
Antraks merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.
Bagian yang masuk ke dalam tubuh berupa endospora melalui luka, lecet, inhalasi
atau makanan yang terkontaminasi. Pertama antraks akan menginfeksi binatang
ternak herbivora. Manusia akan terjangkit penyakit ini jika terjadi kontak dengan
binatang yang terserang maupun hasil produk dari binatang tersebut. Kadang pula
antraks dapat menyebar dengan gigitan serangga namun jarang ditemukan.
Jenis dari penyakit antraks sendiri terdiri dari:
1. Antraks Inhalasi
Antraks jenis ini ditandai dengan mediastinitis hemorhagik, infeksi sistemik yang progresif,
dan mengakibatkan angka kematian yang tinggi. Gejala klinis antraks inhalasi bersifat
bifasik. Penyakit meningitis antraks timbul karena bakteremia pada antraks inhalasi, namun
jarang terjadi meningitis antraks.
2. Antraks Kulit
Infeksi ini sering terjadi yang ditandai dengan lesi kulit terlokasi dengan eschar (ulkus
nekrotik) sentral dikelilingi edema non pitting. Terdapat kasus yang mengatakan bahwa
karena gigitan serangga menyebabkan antraks kulit. Ini disebabkan kemungkinan karena
serangga tersebut sebelumnya telah memakan bangkai yang mengandung antraks.
3. Antraks Gastrointestinal
Antraks ini jarang terjadi dan dihubungkan dengan mortalitas yang tinggi. Pengendapan
dan germinasi spora di orofaring dapat menimbulkan antraks orofaring. Bacillus
anthracis berasal dari bahasa Yunani yang berari batu bara, karena penyakit ini
menimbulkan warna kehitaman atau gambaran dari batu bara (coal like) pada lesi kulit.

C. Dampak Bioterorisme
Agen biologi yang dipiluh untuk bioterorisme umumnya dapat menimbukan kesakitan maupun
kematian massal, seperti kuman anthrax, cacar, Demam Berdarah, Ebola, dan Botulinum. Sebagai
contoh, kuman penyebaba penyakit anthrax, yaitu bakteri Bacillus anthrax, menghasilkan spra yang
amat stabil dan tetap hidup betahun-tahun ditanah maupun air, sehingga amat cocok untuk
Bioterorisme. Selain itu, berbagai virus berbahaya, termasuk virus flu burung danm flu babi.

5
D. Ancaman Bioterorisme
Ancama bioterorisme menjadi sebuah kenyataan tersendiri dari perkebunan terorisme secara non
konvensional, manakala sekarang ini ada kemampuan kalangan teroris dengan mudah untuk
mempertoleh bahan-bahan kimiawi, biologi, radiologi dan nuklir setelah pecahnya Uni Soviet maupun
lebih lusanya ketersediaan informasi yang diperlukan untuk memproduksi dan membuat senjata dari
zat-zat biologis, merupakan sumber keprihatinan yang utama dari semakin maraknya bioterorisme.

E. Pencegahan Bioterorisme
Pemerintah menghimbau masyarakat yang akan berpergian ke luar negri harus memahami bagaimana
informasi kesehatan di negara tersebut untuk menghindari terjangkitnya virus bioterorisme. Misalamya
wabah Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). MERS merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh Corona Virus. Virus ini mirip dengan Corona Virus yang ada pada kelalawar. Dan
penularan terjadi pada hewan unta secara ilmiah belum terbukti diyakini menular human to human
melalui (droplet) yang dihirup oleh orang lain.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bioterorisme merupakan hal yang dilakukan untuk meneror dengan menggunakan agen
biologi berupa kuman, virus maupun bakteri. Agen biologi disebar biasanya melalui udara, air atau
makanan. Antraks salah satu penyakit yang dapat digunakan sebagai senjata biologi karena aerosol
antraks tidak berbau, tidak terlihat dan mudah menyebar. Spora antraks juga akan bertahan lama di
dalam tanah karena resisten terhadap sinar ultraviolet, panas radiasi sinar gama, desinfektan dan lain
sebagainya. Pertama-tama spora antraks biasanya masuk ke dalam tubuh binatang herbivora dan
akan menular pada manusia karena adanya kontak dengan binatang atau produk dari binatang
tersebut.

B. Saran
Untuk mencegah kemungkinan digunakannya atau dilakukannya bioterorisme di
Indonesia, maka ada sejumlah saran yang perlu dilakukan antara lain :
1. Melakukan pendataan terhadap para peneliti dan perusahaan yang bergerak di bidang
kimia dan biologi.
2. Tidak mudah dalam memberikan izin penelitian kepada peneliti asing, terutama yang
meneliti terkait dengan permasalahan biologi dan kimia.
3. Bekerjasama dengan negara dan lembaga intelijen lainnya untuk sharing informasi dan
perkembangan terkait kemungkinan adanya serangan “bioterrorism terrorist”.
4. Melakukan pelatihan dan evakuasi terhadap masyarakat jika terjadi serangan
bioterorisme

7
DAFTAR PUSTAKA

Pohan, Herdiman.T. Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaan Antraks. JurnalMaj Kedokt Indon,
Volum: 55, Nomor: 1, Januari 2005.

Sudibya, Akhmad. Sekilas Tentang Bioterorsme hlm. 1

Irianto, Agus. Bioterorisme dan Ketahanan Pangan. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Anda mungkin juga menyukai