Anda di halaman 1dari 34

PENGENDALIAN VEKTOR

Pendahuluan
Arthropoda Rodentia

avertebrata, bersegmen, rangka luar binatang pengerat dan menyusui

Arthropoda & rodentia penyebab gangguan kesehatan bagi manusia

Kelas Arthropoda (biologi)


1. 2. 3. 4.

Insecta Crustacea Arachnoidea Myriapoda

Kelas Rodentia (ekologi)


1. 2. 3. 4.

Aquatic Rodent Leaping Rodent Tunneling Rodent Tree-dwelling Rodent

Pengertian
adalah kegiatan yang dipandang bermanfaat, sehingga kehidupan arthropoda ataupun rodentia menjadi sulit, tidak dapat berkembang biak, dengan demikian tidak akan menimbulkan penyakit bagi manusia

Pengendalian Vektor Penyakit


Vektor & Vehicle Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthropoda. Vektor benda hidup Vehicle adalah suatu penyebar penyakit yg tidak hidup, spt air, udara, makanan dll

Serangga

tergolong phylum Arthropoda Morfologi Arthropoda:


Badannya

beruas-ruas, yg berhubungan dgn sendi-sendi membentuk bagian kaki, perut, dada dan kepala. Seluruh badannya diliputi khitine, yg tebal tipisnya menentukan keras tidaknya serangga tsb. Tubuhnya terdiri dari 3 bagian: kepala, dada dan perut

Utk

identifikasi, di bagian kepala tdpt mulut, mata dan antenanya; di bagian dada alat geraknya, apakah itu kaki ataupun dgn sayap; di bagian perut alat reproduksinya

Beberapa vektor yg penting di Indonesia yaitu nyamuk, lalat, kutu, pinjal & tungau. Nyamuk & lalat (kelas hexapoda, ordo diptera). Nyamuk genus Culex, Anopheles dan Aedes Lalat genus Musca

Kutu

(kelas hexapoda, ordo anopleura) genus Pediculus dan Phthirus.


Peran

kutu sbg vektor belum defenitif, kutu mengisap darah ok itu besar kemungkinan kutu dpt menyebarkan penyakit antar manusia. sbg petunjuk bhw cara hidup masy. belum higienis

Pinjal

(kls Hexapoda, ordo Siphonaptera) genus Xenopsylla, Ctenocephalides & Pulex. Pinjal tikus (Xenopsylla cheopis) yg membawa bakteri pasteurella pestis penyebar penyakit pest Pinjal anjing & kucing (ctenocephalides) pembawa penyakit toxoplasmosis & cacing

Tungau

(kls Arachnida, ordo acarina) genus Argas, Ornithodoros, Otobius, Dermacentor, Rhipicephalus, Amblyoma, Trombicula, Sarcoptes & Allodermanyssus.
Kebanyakan

tungau menyebarkan penyakit rickettsiosis. Pengaruh vektor thd kesehatan, scr lgsg menyebabkan entomophobia, ggn ketenangan, menyebabkan penyakit spt scabies, myasis.Scr tdk lgsg mjd reservoir agent penyakit, memusnahkan panen, dan mjd parasit pd tbh manusia

Nama penyakit

Agent

Vektor

Malaria Plamodium malariae Anopheles Sundaicus DHF Virus DHF Aedes agepti Filariasis F. Bancrofti Culex pipiens, c.fatigans Musca domestica Cholera Vibrio cholerae Musca domestica Dysenteric S.shigae Musca domestica Typhus S. Typhi X. Cheopis Pest Pasteurella pestis Ct. felis Toxoplasmosis Toxoplasma Cacing pita anjing Dipyllidium caninum Ct. canis Pediculus humanus Rickettsiosis R.prowazeki Ornithodorus spp Relapsing fever Borrelia recurrentis

Pengendalian

Vektor sgt diperlukan bagi bbrp macam penyakit krn berbagai alasan:
Penyakit

tadi belum ada obat ataupun vaksinnya, spt penyakit oleh virus Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama utk penyakit parasiter Berbagai penyakit didapat pd banyak hewan selain manusia, shg sulit dikendalikan

Sering

menimbulkan cacat, spt filariasis, malaria Penyakit cepat menjalar, krn vektornya dpt bergerak dgn cepat.

Pengendalian

vektor selama 30-40 thn terakhir ini dilakukan scr kimiawi dgn menggunakan insektisida, namun srg tjd resistensi vektor thd insektisida disamping pencemaran lingkungan. Ok perlu dilakukan pengendalian scr terpadu antara pengendalian scr rekayasa, biologis, fisis, kimiawi dan genetis berdasar ekologi vektor shg diketahui karakteristik vektor spt habitat, usia hidup, probabilitas tjd infeksi pd vektor & manusia, kepekaan vektor thd penyakit dll.

Pengendalian

Rekayasa

ditujukan utk mengurangi sarang insekta (breeding places) dgn melakukan pengelolaan lingkungan yaitu melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan. tindakan sementara shg keadaan tdk menunjang kehidupan vektor Modifikasi tindakan utk memperbaiki kualitas lingkungan scr permanen, spt pengeringan, penimbunan, perbaikan TPS/TPA
Manipulasi

Pengendalian

Biologis:

1.Memelihara musuh alami dpt berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakit. Serta bagaimana pula mengendalikan pemangsanya bila populasi vektor tlh terkendali. 2.Mengurangi fertilitas insekta mis. Meradiasi insekta jantan shg steril

Pengendalian

scr terpadu direncanakan dan dilaksanakan utk jangka panjang ditunjang dgn pemantauan yang kontinu. Pemantauan thd indeks/kepadatan lalat, kepadatan pinjal, kepadatan nyamuk Bila kepadatan meningkat dgn cepat maka: Intensifikasi pemberantasan sarang spt perbaikan drainase, kebersihan saluran & reservoir air, menghilangkan genangan dst

Mobilisasi

masy. Utk berperan serta dlm pemberantasan dgn memelihara kebersihan lingkungan masing-masing Melakukan penyemprotan insektisida thd vektor dewasa didahului dgn uji resistensi insektisida yg akan digunakan.

ARTHROPODA
Tujuan Pengendalian penurunan kepadatan Vektor INDEX BRETEAU = (jlh container berisi air yang positif mengandung larva Aedes aegypti per 100 rumah) IB<5, peny dengue tidak akan ditularkan IB>50, dlm bahaya penularan IB peninilaian kuantitatif & prediktif bagi perencanaan program

Habitat larva, mengetahui produksi dan cara pengendalian yang tepat. Aedes aegypti; pd tempat buatan manusia Anopheles farauti; pd mikro habitat luas

DHF
Indonesia

1963. 1989 -1993; 18000 dirawat, 700 750 meninggal Penularan; infeksi sekunder virus berbeda Tempat potensial penularan
wilayah

DBD tempat umum; sekolah > ,RS (carrier), dsb

Kontak

vektor & penjamu besarnya tergantung : kebiasaan vektor makan & tersedianya penjamu Jangkauan terbang (Flight Distance=FD) FD 90 : Jarak terbang dimana 90% vektor yg dilepas dpt ditangkap kembali
Aedes aegypti betina; 40m max 100m ketinggian 1000m

INSEKTISIDA
1.

Carbamat

Elemen chlorin / phosphate Pertanian Kes Mas Toksisitas< Jenis carbaryl : nyamuk dewasa
malathion Abate (temophos); larvasida

2. Orghaophosphate

Syarat Insektisida:
Toxic untuk vektor 2. Tidak bahaya bagi manusia & hewan 3. Menarik vektor 4. Tidak mahal 5. Stabil secara kimia 6. Tidak mudah terbakar 7. Tidak korosif 8. Tidak meniggalkan warna
1.

Pengendalian cara biologi


Prinsipnya memelihara musuh alami Ikan pemakan larva WHO : 3 7 ekor/m2 2. Mengurangi fertilitas insekta
1.

Manipulasi Lingkungan
tdd : kegiatan berulang terencana untuk menciptakan kondisi yg tidak cocok utk perkembangan vektor pd habitatnya Cth : Penggunaan kelambu Pengaturan permukaan air

Pemberantasan Vektor DBD


Pemberantasan
Perlindungan

sblm musim penularan

perorangan : kelambu, penolak nyamuk, kasa ventilasi Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) : 3M+1T; menguras, mengubur, menutup, telungkupkan Penasapan masal

Pemberantasan

di Desa/Kelurahan Rawan

Desa Rawan : desa yg 3 thn terjangkit DBD atau krn lingkungan (padat & hub transportasi ramai) mempunyai resiko terjadi KLB

Tingkat kerawanan desa : 1. Desa Rawan I (Endemis) : desa yg 3 thn terakhir setiap tahun terjangkit DBD 2. Desa Rawan II (Sporadis) : desa yg 3thn terakhir terjangkit DBD tp tdk setiap tahun 3. Desa Rawan III (Potensial) : Desa yg 3 thn terakhir tdk terjangkit DBD tp penduduk padat & persentase jentik > 5% 4. Desa Bebas : desa yg tdk pernah terjangkit, ketinggian > 1000 m perm. laut, atau ketinggian < 1000 m dgn persentase jentik < 5%

Pemriksaan Jentik Berkala (PJB)


Pemeriksaan TPA & tempat kembang biak nyamuk A. aegypti untuk mengetahui adanya jentik secara teratur sekurangnya 3 bulan untuk mengetahui populasi jentik. PJB dirumah oleh kader/swadaya. Desa Rawan I & II, TPA + jentik abatisasi selektif PJB tempat umum dilakukan DinKes. TPA + jentik abatisasi

Pemanyauan hasil PJB


Indikator

: Angka Benas Jentik(ABJ) ABJ = Jlh bangunan (-) jentik x 100% Jlh bangunan diperiksa

Anda mungkin juga menyukai