Pendahuluan
Arthropoda Rodentia
Pengertian
adalah kegiatan yang dipandang bermanfaat, sehingga kehidupan arthropoda ataupun rodentia menjadi sulit, tidak dapat berkembang biak, dengan demikian tidak akan menimbulkan penyakit bagi manusia
Serangga
beruas-ruas, yg berhubungan dgn sendi-sendi membentuk bagian kaki, perut, dada dan kepala. Seluruh badannya diliputi khitine, yg tebal tipisnya menentukan keras tidaknya serangga tsb. Tubuhnya terdiri dari 3 bagian: kepala, dada dan perut
Utk
identifikasi, di bagian kepala tdpt mulut, mata dan antenanya; di bagian dada alat geraknya, apakah itu kaki ataupun dgn sayap; di bagian perut alat reproduksinya
Beberapa vektor yg penting di Indonesia yaitu nyamuk, lalat, kutu, pinjal & tungau. Nyamuk & lalat (kelas hexapoda, ordo diptera). Nyamuk genus Culex, Anopheles dan Aedes Lalat genus Musca
Kutu
kutu sbg vektor belum defenitif, kutu mengisap darah ok itu besar kemungkinan kutu dpt menyebarkan penyakit antar manusia. sbg petunjuk bhw cara hidup masy. belum higienis
Pinjal
(kls Hexapoda, ordo Siphonaptera) genus Xenopsylla, Ctenocephalides & Pulex. Pinjal tikus (Xenopsylla cheopis) yg membawa bakteri pasteurella pestis penyebar penyakit pest Pinjal anjing & kucing (ctenocephalides) pembawa penyakit toxoplasmosis & cacing
Tungau
(kls Arachnida, ordo acarina) genus Argas, Ornithodoros, Otobius, Dermacentor, Rhipicephalus, Amblyoma, Trombicula, Sarcoptes & Allodermanyssus.
Kebanyakan
tungau menyebarkan penyakit rickettsiosis. Pengaruh vektor thd kesehatan, scr lgsg menyebabkan entomophobia, ggn ketenangan, menyebabkan penyakit spt scabies, myasis.Scr tdk lgsg mjd reservoir agent penyakit, memusnahkan panen, dan mjd parasit pd tbh manusia
Nama penyakit
Agent
Vektor
Malaria Plamodium malariae Anopheles Sundaicus DHF Virus DHF Aedes agepti Filariasis F. Bancrofti Culex pipiens, c.fatigans Musca domestica Cholera Vibrio cholerae Musca domestica Dysenteric S.shigae Musca domestica Typhus S. Typhi X. Cheopis Pest Pasteurella pestis Ct. felis Toxoplasmosis Toxoplasma Cacing pita anjing Dipyllidium caninum Ct. canis Pediculus humanus Rickettsiosis R.prowazeki Ornithodorus spp Relapsing fever Borrelia recurrentis
Pengendalian
Vektor sgt diperlukan bagi bbrp macam penyakit krn berbagai alasan:
Penyakit
tadi belum ada obat ataupun vaksinnya, spt penyakit oleh virus Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama utk penyakit parasiter Berbagai penyakit didapat pd banyak hewan selain manusia, shg sulit dikendalikan
Sering
menimbulkan cacat, spt filariasis, malaria Penyakit cepat menjalar, krn vektornya dpt bergerak dgn cepat.
Pengendalian
vektor selama 30-40 thn terakhir ini dilakukan scr kimiawi dgn menggunakan insektisida, namun srg tjd resistensi vektor thd insektisida disamping pencemaran lingkungan. Ok perlu dilakukan pengendalian scr terpadu antara pengendalian scr rekayasa, biologis, fisis, kimiawi dan genetis berdasar ekologi vektor shg diketahui karakteristik vektor spt habitat, usia hidup, probabilitas tjd infeksi pd vektor & manusia, kepekaan vektor thd penyakit dll.
Pengendalian
Rekayasa
ditujukan utk mengurangi sarang insekta (breeding places) dgn melakukan pengelolaan lingkungan yaitu melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan. tindakan sementara shg keadaan tdk menunjang kehidupan vektor Modifikasi tindakan utk memperbaiki kualitas lingkungan scr permanen, spt pengeringan, penimbunan, perbaikan TPS/TPA
Manipulasi
Pengendalian
Biologis:
1.Memelihara musuh alami dpt berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakit. Serta bagaimana pula mengendalikan pemangsanya bila populasi vektor tlh terkendali. 2.Mengurangi fertilitas insekta mis. Meradiasi insekta jantan shg steril
Pengendalian
scr terpadu direncanakan dan dilaksanakan utk jangka panjang ditunjang dgn pemantauan yang kontinu. Pemantauan thd indeks/kepadatan lalat, kepadatan pinjal, kepadatan nyamuk Bila kepadatan meningkat dgn cepat maka: Intensifikasi pemberantasan sarang spt perbaikan drainase, kebersihan saluran & reservoir air, menghilangkan genangan dst
Mobilisasi
masy. Utk berperan serta dlm pemberantasan dgn memelihara kebersihan lingkungan masing-masing Melakukan penyemprotan insektisida thd vektor dewasa didahului dgn uji resistensi insektisida yg akan digunakan.
ARTHROPODA
Tujuan Pengendalian penurunan kepadatan Vektor INDEX BRETEAU = (jlh container berisi air yang positif mengandung larva Aedes aegypti per 100 rumah) IB<5, peny dengue tidak akan ditularkan IB>50, dlm bahaya penularan IB peninilaian kuantitatif & prediktif bagi perencanaan program
Habitat larva, mengetahui produksi dan cara pengendalian yang tepat. Aedes aegypti; pd tempat buatan manusia Anopheles farauti; pd mikro habitat luas
DHF
Indonesia
1963. 1989 -1993; 18000 dirawat, 700 750 meninggal Penularan; infeksi sekunder virus berbeda Tempat potensial penularan
wilayah
Kontak
vektor & penjamu besarnya tergantung : kebiasaan vektor makan & tersedianya penjamu Jangkauan terbang (Flight Distance=FD) FD 90 : Jarak terbang dimana 90% vektor yg dilepas dpt ditangkap kembali
Aedes aegypti betina; 40m max 100m ketinggian 1000m
INSEKTISIDA
1.
Carbamat
Elemen chlorin / phosphate Pertanian Kes Mas Toksisitas< Jenis carbaryl : nyamuk dewasa
malathion Abate (temophos); larvasida
2. Orghaophosphate
Syarat Insektisida:
Toxic untuk vektor 2. Tidak bahaya bagi manusia & hewan 3. Menarik vektor 4. Tidak mahal 5. Stabil secara kimia 6. Tidak mudah terbakar 7. Tidak korosif 8. Tidak meniggalkan warna
1.
Manipulasi Lingkungan
tdd : kegiatan berulang terencana untuk menciptakan kondisi yg tidak cocok utk perkembangan vektor pd habitatnya Cth : Penggunaan kelambu Pengaturan permukaan air
perorangan : kelambu, penolak nyamuk, kasa ventilasi Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) : 3M+1T; menguras, mengubur, menutup, telungkupkan Penasapan masal
Pemberantasan
di Desa/Kelurahan Rawan
Desa Rawan : desa yg 3 thn terjangkit DBD atau krn lingkungan (padat & hub transportasi ramai) mempunyai resiko terjadi KLB
Tingkat kerawanan desa : 1. Desa Rawan I (Endemis) : desa yg 3 thn terakhir setiap tahun terjangkit DBD 2. Desa Rawan II (Sporadis) : desa yg 3thn terakhir terjangkit DBD tp tdk setiap tahun 3. Desa Rawan III (Potensial) : Desa yg 3 thn terakhir tdk terjangkit DBD tp penduduk padat & persentase jentik > 5% 4. Desa Bebas : desa yg tdk pernah terjangkit, ketinggian > 1000 m perm. laut, atau ketinggian < 1000 m dgn persentase jentik < 5%
: Angka Benas Jentik(ABJ) ABJ = Jlh bangunan (-) jentik x 100% Jlh bangunan diperiksa