Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN PENYAKIT MENULAR

BERBASIS WILAYAH

MANAJEMEN PENYAKIT MENULAR BERBASIS WILAYAH

 
OLEH:

1. Jenni Susanto Sipayung, SKM ( NIM: 200101033)

2. Redi Hanjani Sitorus, SKM ( NIM: 200101067)

3. Tivany Ovilla Muliadi,SKM( NIM.200101023 )

 
Manajemen penyakit menular berbasis wilayah pada dasarnya merupakan upaya
tata laksana pengendalian penyakit menular dengan cara mengintegrasikan upaya
pencarian kasus secara proaktif tata laksana penderita secara tuntas, yang
dilakukan secara bersama dengan pengendalian berbagai faktor risiko penyakit
tersebut serta keduanya dilakukan secara simultan, paripurna, terencana dan
terintegrasi pada wilayah tertentu.
Dilakukan terencana berdasar evidens (fakta terpecaya), sistematik dalam
pelaksanaannya serta senantiasa diaudit secara periodik.
Kunci keberhasilan pengendalian penyakit menular terletak pada penemuan kasus
sebagai sumber penularan secara proaktif pengobatan secara tuntas dan secara
simultan dilakukan upaya pengendalian faktor risiko yang berhubungan dengan
penyakit.
Manajemen pengendalian faktor risiko penyakit menular, misalnya penyehatan
lingkungan memerlukan penggalangan kemitraan dengan mitra relevan yang
memiliki perhatian sama yakni pemberantasan penyakit menular tertentu dengan
penyehatan lingkunganyang relevan dengan penyakit menular disuatu wilayah
berakar pada budaya, ekosistem, dan kondisi sosial kependudukan
Berdasarkan proses kejadiannya maka penyakit menular dapat
dikategorikan sebagai berikut

 Penyakit menular endemik, untuk menggambarkan penyakit atau faktor


risiko penyakit berkenaan, yang terdapat atau terjadi di Indonesia selama
kurun waktu yang panjang. Penyakit ini mengganggu Indeks Pembangunan
Manusia Indonesia, seperti Diare, TBC, Malaria dll
 Penyakit yang berpotensi menjadi KLB, baik secara periodik yang dapat
diprediksi dan diantisipasi serta pencegahannya. Misalnya demam berdarah
dengue, kolera diare, serta penyakit infeksi baru.
Departemen Kesehatan Indonesia pada 2000 pernah menetapkan 10 upaya pemberantasan
penyakit menular sebagai prioritas perhatian, yakni :
1. Filariasis
2. Malaria
3. Penyakit HIV dan AIDS 8
4. Tuberkulosis
5. Kusta
6. Diare dan Penyakit Infeksi pencernaan
7. Penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi
Penyakit yang berpotensi wabah (DBD)
radikasi Polio
10. Sanitasi dasar sebagai basis pengendalian penyakit
Strategi Pengendalian Penyakit

 Intensifikasi pencarian dan pengobatan kasus. Melakukan pencarian dan


pengobatan secara intensif terhadap penderita, selain mengobati dan
menyembuhkan penderita yang juga merupakan upaya pokok untuk
menghilangkan sumber penularan dengan cara memutuskan mata rantai
penularan. Misalnya pemberdayaan tenaga semi profesional, menciptakan
tenaga lapangan
 Memberikan perlindungan spesifik dan imunisasi. Manajemen pengendalian
Strategi penyakit menular dapat dilakukan dengan memberikan kekebalan secara artifisal
Pengendalian yaitu imunisasi.
 Pemberantasan penyakit berbasis lingkungan. Upaya pencegahan sekaligus
Penyakit pemberantasan penyakit menular dapat dilakukan dengan menciptakan
lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat.
 Penggalangan Upaya Kemitraan. Masalah kesehatan khususnya faktor risiko
penyakit menular dan penyehatan lingkungan berkaitan erat dengan unit, sektor,
individu hal diluar kewenangan administratif bidang kesehatan
Epidemiologi Penyakit Menular di Indonesia

 Secara singkat manajemen pemberantasan dan pengendalian penyakit menular


memiliki dua perspektif :
a.A.Epidemiologi global yakni perjalanan penyakit antar benua
penyakit menular bersifat global. Informasi awal berupa kejadian penyakit secara
global, dapat memberikan indikasi untuk membuat contingency plan. Misalnya
wilayah tropik secara umum memiliki karakteristik ekosistem sama, maka memiliki
masalah yang sama seperti malaria
b. Epidemiologi lokal
Epidemiologi lokal berkaitan dengan dinamika transmisi lokal, misalnya malaria,
schistosomiasis, filariasis
 Penyakit menular banyak yang bersifat spesifik lokal. Contohnya schitosomiasis
menyerang pada Sulawesi Tengah namun tidak masuk pada pulau Jawa.
Schitosomiasis merupakan penyakit khas Sulawesi Tengah yang berkaitan
dengan habitat ekosistem binatang perantara
 Berbagai variabel seperti iklim , topografi, serta kondisi
Permasalahan lingkungan spesifik lain
Spesifik lokal,  Variabel Sosial seperti budaya termasuk perilaku didalamnya.
pada dasarnya  Ekosistem dan habitat binatang penular penyakit (yang biasa
berhubungan dengan variabel topografi, iklim dan kondisi
ditentukan lingkungan setempat).
oleh
Lintas Batas

 penyakit menular bersifat lintas batas, terutama penyakit menular melalui transmisi
serangga atau binatang yang memiliki reservoir
 Binatang pada umumnya memiliki habitat tertentu dan tekait dengan batasan
ekosistem. Kemudian penyakit menular juga berpindah ke wilayah lain melalui
mobilitas penduduk sebagai sumber penularan maupun komoditas sebagai wahana
transmisi.
 Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administratif. Penyakit menular di
wilayah ‘tertutup’ lebih dipengaruhi dengan batasan ekosistem, ketimbang batasan
administratif sedangkan di wilayah ‘terbuka’ dengan teknologi transportasi jarak jauh,
penyakit menular di pengaruhi mobilitas penduduk, komoditas, serangga, hewan,
udara dan air sebagai sumber penyakit.
 Hal ini memerlukan kerjasama global dan mekanisme jaringan antarnegara bersifat
lintas batas.
 Untuk memvisualisasikan proses tranmisi penyakit serta simpul manajemen,
membutuhkan model manajemen penyakit menular berbasis wilayah
kabupaten/kota.
Keterpaduan Didukung fakta hasil survaillance terpadu, untuk kepentingan perencanaan dan
kegiatan berdasar keperluan (fakta).
 Analisis masing-masing faktor risiko dilakukan sekaligus terpadu melalui
perencanaan, kemudian dipadukan dikaitkan dengan promosi kesehatan seperti
penggunaan alat pelindung ketika bekerja dan berbagai upaya lain secara
bersama dengan lintas sektor.
 Keterpaduan termasuk penggunaan sumber daya, jadwal dll. Bahkan
keterpaduan surveilans yakni surveilans kasus sekaligus bersama-sama dengan
faktor risiko terkait.
Langkah-langkah Manajemen Penyakit Menular Berbasis
Wilayah

 Tentukan wilayah administratif, apakah wilayah Puskesmas atau


wilayah Kabupaten/ Kota atau provinsi
 Tentukan setiap wilayah kabupaten/kota, tentukan prioritas penyakit
menular atau faktor risiko berkenaan yang hendak dikendalikan .
 Modelling .
 Baik faktor risiko maupun penyakit menular hendaknya digambarkan
dalam sebuah model kejadian penyakit atau paradigma dengan
mengacu kepada teori simpul dan dapat dimodifikasi
 Model gambaran kejadian (Patogenesis) penyakit menular
dideskripsikan ke dalam model manajemen untuk masing-masing
simpul dengan rangkaian kegiatan untuk masing-masing simpul
 Model teori simpul advance dapat pula dikembangkan ke dalam model
manajemen malaria di wilayah pertambakan
 Model gambaran kejadian penyakit menular beserta prioritas
penanggulangan pada tiap simpul kemudian diterjemahkan ke dalam proses
perencanaan dan pembiayaan terpadu.
 Pelaksanaan dan monitoring pengendalian penyakit menular.
 Audit manajemen penyakit menular berbasis wilayah.
Peran Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

 Peran Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) menjadi semakin penting di Indonesia


peran utama KKP yaitu menangkal penyakit dan faktor risiko penyakit yang datang
dari luar atau antarpulau.
 Setiap KKP juga mengubah konsep kekarantinaan, membangun ruang isolasi di
sekitar bandara, serta membangun jaringan antar pulau.
 Pendidikan kesehatan masyarakat yang memiliki knowledge untuk melandasi
keahlian petugas KKP di setiap pendidikan kesehatan, perlu diselenggarakan di
Indonesia. Petugas harus memahami berbagai peraturan kesehatan internasional,
memahami kesehatan lingkungan pelabuhan, global risk factors, memahami
masalah teknis medis, memahami travel health, serta visi global atau regional
epidemiology.
Early
Warning  Sistem WQORS merupakan keharusan dalam manajemen pra KLB. Fungsinya
Outbreaks memantau kasus yang datang di UGD rumah sakit berdasarkan
gejala(simptoms based).
Recognition Kemudian Dinas Kesehatan melakukan respons cepat. Seorang ahli atau
System petugas kesehatan masyarakat khususnya epidemiologis, bukan sekadar
seorang yang memiliki keilmuan yang bersifat teknis dan mekanistik saja,
(EWORS) tetapi perlu adanya sikap kegigihan dan naluri serta sensitivity terhadap sebuah
awal bencana
 Proses penularan sebagai dasar manajemen penyakit.
misalnya Avian Influenza yakni influenza yang umumnya di derita
unggas, penyebabnya adalah virus tipe A, yang masih kerabat
dekat dengan penyebab penyakit influenza pada manusia.
Penularan burung pada manusia diketahui melalui inhasi (saluran
pernafasan)
Pelajaran yang diperoleh dan tindak lanjut.
 prinsip pengendalian KLB yaitu melakukan manajemen
penyakit berbasis wilayah dengan mengendalikan
faktor risiko penyakit melalui partisipasi masyarakat,
cara ini merupakan upaya esensial, agar lebih terarah
harus mengenal dinamika penularan, dinamika
penyebaran dan penularan antar unggas liar.
 Perlunya pemahaman secara massives kepada
masyarakat agar secara bersama melakukan
pemutusan atau meminimalkan kontak dengan faktor
risiko.
 Ketika Bencana Berlangsung.
Dalam fase bencana yang diperlukan adalah manajemen korban atau
manajemen kasus korban langsung bencana tersebut. Dalam perspektif
kesehatan masyarakat, tidak banyak yang dapat dilakukan rujuk kepada
triage pertolongan ketika bencana berlangsung
Pasca Bencana.
 masalah kesehatan termasuk ledakan penyakit menular dan sanitasi
khususnya tempat-tempat pengungsian merupakan masalah utama
pascabencana.berbagai masalah timbul dan hal ini memerlukan
penanganan yang profesional dalam bidang kesehatan masyarakat,
mulai dari masalah gizi dan pangan, vaksin, air bersih dan
sebagainya. Pengetahuan manajemen pengungsi atau dalam
konteks manajemen kesehatan bencana baik darurat medik
maupun darurat kesehatan masyarakat kini berkembang.
 Disaster epidemiology, selain memetakan titik titik kerawanan
untuk menentukan contingency plan juga harus memiliki
kemampuan prediktif, surveilans epidemiologi di daerah bencana,
outbreak dan penanganannya.
 Disaster nutrition juga harus dikembangkan struktur pengungsi dan
kebutuhan gzi perlu diketahui. Disaster enviromental health berupa
keperluan sanitasi darurat kebutuhan air bersih, tempat tinggal
sehat dengan kata lain Kepala Dinas Kesehatan harus memiliki
pengetahuan disaster public health.
 Kejadian Luar Biasa Penyakit Endemik
endemik adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit atau bibit penyakit
tertentu secara terus-menerus ditemukan dalam suatu wilayah tertentu,
atau dapat juga berarti penyakit yang umumnya terjadi pada suatu
wilayah yang bersangkutan. Pada tahun 1999 pasuruan dan boyolali
terjangkit Pes dan dapat disebut sebagai KLB penyakit endemik. Kegiatan
Surveilans penyakit pes masih berlangsung secara terus menerus dengan
memantau perkembangan faktor risiko, agar dapat diketahui tanda tanda
KLB. Kunci pencegahan KLB ialah surveilans. Demam berdarah juga
merupakan contoh penyakit endemik yang terdapat di perkotaan di
Indonesia dan negara-negara tetangga . Selama ini tidak ada obat dan
vaksinnya. Oleh sebab itu pengendalian nyamuk merupakan cara
mencegah KLB.
Audit Manajemen penyakit menular berbasis wilayah

audit Manajemen Penyakit Menular berbasis wilayah, adalah satu proses


sistematis untuk mengukur kinerja suatu kegiatan dibandingkan dengan
standar dan tujuan yang telah ditetapkan untuk menentukan adanya
penyimpangan atau mencari penyebabnya sehingga dapat segera
diperbaiki.
audit penyakit menular dapat dikategorikan menjadi dua kelompok,yakni :
a. Audit kasus, yakni suatu kegiatan tata laksana penderita suatu
penyakit menular yang , meliputi pencarian kasus secara proaktif,
penegakkan diagnosis, pengobatan, rujukan, perawatan untuk
kesembuhan mencegah penularan menghindari kematian atau cacat.
b. Audit faktor risiko penyakit menular audit aspek kesehatan
masyarakat adalah tata laksana suatu kegiatan yang meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabititatif, pada kelompok masyarakat dan
lingkungan dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan baik input,
output
 Audit penyakit menular berbasis wilayah merupakan bagian dari
manajemen, yakni manajemen penyakit berbasis wilayah yang
merupakan upaya peningkatan derajat kesehatan menuju visi
masyarakat bebas penyakit.
 Audit penyakit berbasis wilayah bukanlah audit yang merupakan
bagian dari manajemen program yang bersifat administratif saja.
Audit penyakit menular berbasis wilayah bisa dilaksanakan kapan
saja maupun bisa dilakukan secara periodik.
 Tujuan dari audit manajemen penyakit menular berbasis wilayah
yaitu untuk meningkatkan mutu manajemen tata laksana faktor
risiko penyakit yang berkaitan. Pelaksanaan audit, sebaiknya
dipersiapkan dengan seksama, misalnya instrumen penilaian
untuk audit, pertanyaan –pertanyaan, melibatkan dengan siapa
saja , jumlah tenaga dan pembiayaan. Dengan adanya audit,
maka manajemen penyakit berbasis wilayah dapat dilakukan
dengan baik
IMPLEMENTASIKAN
HIDUP BERSIH DAN
SELALU JAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN YA!
THAN YOU
K

Anda mungkin juga menyukai