Anda di halaman 1dari 6

TEKNOLOGI TEPAT GUNA

TEKNIK PENGOLAHAN AIR SUMUR DENGAN METODE


SEDIMENTASI

OLEH :

NIXSON ROBERTO SITOHANG


TEKNIK PENGOLAHAN AIR SUMUR DENGAN METODE SEDIMENTASI

A. Langkah –Langkah pengolahan Air Sumur dengan Metode


Sedimentasi

Untuk melakukan pengolahan air dengan metode sedimentasi ada beberapa


syarat yang perlu diperhatikan dalam pengolahan dengan metode ini sebagai
berikut :

1. Pemilihan air baku

Pemilihan air baku sangat menentukan dalam kesuksesan pengolahan


dengan metode sedimentasi. Pengecekan awal dilakukan terhadap PH,
TSS, kekeruhan dan pemantauan warna air baku.

• Air sumur tidak tercemar limbah, warna air baku tidak hitam,
cenderung mengarah warna coklat dengan kandungan CO2 dan
HCO3 yang tidak terlalu mencolok.

• Air sumur semakin keruh air sumur partikel kotorannya tinggu


semakin besar.

2. Proses koagulasi dan flokulasi meggunakan tawas akan efektif pada PH air
berkisar 4,5 (Reynold, 1982) dan kondisi ini menunjang proses koagulasi
dan flokulasi karena biasanya kuagulan dapat efektif bekerja pada PH netral
(Anggraini, 2008).

3. beberapa proses membutuhkan bak/tendon dengan ukuran yang berbeda


dan alat pengaduk yang kestabilan pengadukannya baik.

4. diupayakan mengoptimalkan daya endap diri partikel kotoran dalam air.


Namun juka tidak mampu perlu ditambahkan koagulan

5. Konstrusinya diupayakan sederhana, murah dan kuat.

6. mengusahakan system yang dapat digunakan dan dapat diterima


masyarakat setempat.

B Bahan

Bahan – bahan yang digunakan :

1. Bak/tangka Penampungan air

2. Ember Besar

3. Kayu Pengaduk

4. Pipa
5. Keran

6. Lem

7. Isoplast Keras

8. Tawas

9. Tablet Chlor

C. Peralatan

1. Bak atau Tandon besar 1 buah

2. Bak/ Ember besar 2 buah

3. Pengaduk kayu 2 buah

4. Pipa

5. Keran air 3 buah

6. Lem pipa

7. Gergaji

8. Cutter

9. Palu

10. Alat pertukangan lain

Dalam kondisi keterbatasan dilapangan dapat dimodifikasi dengan


menggunakan bahan dan peralatan yang sudah tersedia.

D. Pembuatan

1. Siapakan bak besar ukuran 2 m x 1 m x 1,25 m.

2. buat bafel penyangga di dalam tangka sedimentasi yang tingginya


sama dengan tinggi permukaan air

3. Pasangkan pipa inlet untuk mengalirkan air baku sumur. Pipa inlet
bisa disambungkan dengan pompa air sumur untuk meringankan
beban manusia.

4. Pasangkan Pipa inlet (untuk mengalirkan jernih menuju bak


penampungan air terolah

5. pasangkan pipa outlet (buangan lumpur endapan) menuju saluran


buangan.
6. pasangkan pengaduk. Pengaduk bisa berupa pengaduk
manual(digerakkan oleh tenaga manusia) ataupun pengaduk motoric
(digerakkan motor listrik).

7. adapun dasar tangka sedimentasi merupakan dasar dengan


kemiringan tertentu, 1 m panjang latai turun 10 cm. hal ini untuk
mempermudah proses pengendapan dan sekaligus menjadi tempat
penyimpanan lumpur endapan (hasil olahan)

8. siapkan 2 buah ember berukuran besar untuk penampungan air


terolah. Kedua ember dibuat saling terhubung dengan pipa (seperti
bejana berhubungan) pasangkan pengaduk tambahkan tawas lebih
kurang 0,5 kg.

E. Penggunaan / Pengaplikasian

1. Pemakai / pengguna mengalirkan air baku menuju bak sedimentasi


dengan cara menyalakan pompa (apabila menggunakan motor
listrik) atau mengisi bak secara manual.

2. Pemakai memasukkan tawas dengan mencampur dengan air (50


gram tawas untuk air setara 2 liter air bersih) kedalam bak dan
melakukan pengadukan secara konstan

a. Pertama dilakukan pengadukan dengan cepat 50 putaran per


menit selama 10 menit.

b. selanjutnya dilakukan pengadukan dengan lambat 10 sampai


dengan 20 putaran permenit selama 15 menit. Pada saat ini
pengadukan dilakukan secara konstan untuk menjamin
pembentukan flok ukuran besar sehingga siap mengendap
alamiah. Pengadukan dilakukan searah, untuk mejamin
optimalnya penempelan flok mikro dan menjaga flok makro
tidak berubah bentuknya.

3. Tahap berikutnya adalah mendiamkan air tersebut agar terjadi


proses pengendapan (sedimentasi) secara alamiah. Tidak boleh ada
gangguan apapun dalam proses ini, seperti getaran akibat
pengadukan lainnya, maupun penambahan zat –zat lain.

4. Proses berikutnya merupakan pemisahan air terolah melalui outlet


yang sudah disiapkan. Pemakai harus memperhatikan tidak
terikutnya endapan yang terbentuk.
5. Endapan yang terbentuk merupakan kumpulan flok yang sebenarnya
masih bisa dimanfaatkan kembali dalam proses pengolahan
berikutnya. Untuk itu belum perlu dibuang.

6. Apabila air yang terolah sudah dipisahkan, maka pemakai


membubuhkan desinfektan (berupa tablet/bubuk/cair) dan kemudian
diaduk. Adapun dosis optimum desinfektan disesuaikan dengan
bahan baku air yang digunakan. Intinya sisa chlor yang
diperbolehkan kurang dari 5 mg/l atau air masih sedikit berbau chlor.

7. Perlunya memiliki PH meter dan TDS meter untuk pengecekan


minimal guna memastikan konsentrasi TDS dan besarnya PH air
terolah, karena PH yang tidak sesuai dapat menyebabkan beberapa
masalah pada kesehatan manusia (PH terlalu asam membut kulit
iritasi dan PH terlalu basa akan menyebabkan penggunaan sabun
yang boros).

8. Selama Proses pengolahan ini, pemakai perlu menggunakan Alat


Pelindung Diri seperti baju kerja dan sarung tangan.

F. Pemeliharaan

1. Tangki sedimentasi perlu disikat untuk menghindari penebalan


kotoran akibat flok yang bersifat kimiawi.

2. Tangki air olahan perlu dibersihkan untuk menjaga kerjernihan air


olahan.

3. Peralatan yang digunakan untuk menakar dan membubuhkan zat


kimia sebaiknya terbuat dari bahan tahan karat dan perlu dibersihkan
setiap habis digunakan.

G. Keuntungan

1. Konstruksi tangka yang sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri


tanpa memerlukan persyaratan khusus, dapat menggunakan tangka
atau bak yang sudah ada.

2. Biaya yang diperlukan cukup terjangkau oleh masyarakat.


H. Kerugian

1. Apabila menggunakan system pengadukan manual dengan tenaga


manusia, maka perlu kesabaran dari penggunanya.

2. Diperlukan upaya ujicoba untuk menentukan dosis zat kimia yang


dibutuhkan supaya pembubuhannya optimal.

Daftar Pustaka

Reynold, TomD(19820, Unit Operation and Processe Environmental Engineering,


Wadsworth Inc. California

Jhon M. Kalbermatteen,et.al.(1980)teknik santasi tepat guna

Kusnaedi (2010) Mengolah Air Kotor untuk Air Minum, penebar Swadaya Cetakan
I, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai