Kasus :
5 kematian ibu
10 kematian bayi
KLB diare
Situasi :
Bidan desa baru pindah
Ada kader aktif 10 orang
Kelas ibu hamil 2
Tabulin baru dibentuk
Kadesnya aktif
Sebagai bidan baru, bagaimana langkah perencanaan kerjanya !
Perdarahan
Eklampsia
Infeksi
4 terlalu :
terlalu dekat
terlalu tua
terlalu muda
terlalu sering
3 terlambat :
terlambat memutuskan
terlambat merujuk
terlambat menangani
Kematian Ibu
B. DO/ PELAKSANAAN
4. Melaksanakan prioritas pemecahan masalah dengan POA dan Gantt
Chart
a. Membuat POA Format rencana pelaksanaan kegiatan
2. Melakukan pendekatan
dengan tokoh masyarakat
(termasuk kades)
3. Melakukan pendekatan
kepada kader dan paraji
4. Melakukan pendekatan
kepada masyrakat setempat
8. Menyarankan/mengajak ibu
untuk menabung sebagai
persiapan untuk biaya
persalinan ( tabulin)
1 Bekerjasama dengan
0. masyarakat untuk
pengadaan transfortasi
untuk mencapai tempat
kesehatan, misalnya dengan
menggunakan kendaraan
milik masyarakat setempat.
c. CHECK/ PEMANTAUAN
Setelah melakukan rencana kerja, selanjutnya melakukan check /
penilaian apakah tindakan yang kita lakukan sudah sesuai dengan rencana/ belum,
apakah ibu hamil sudah memahami konseling yang kita berikan/belum memahami,
dan apakah ada perubahan pola hidup yang lebih positif/tidak di desa tersebut.
d. ACTION/PERBAIKAN
Selanjutnya merumuskan tindakan perbaikan apabila terdapat
penyimpangan dari pemantaun yang telah dilakukan.
penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui konsep PDCA (Plan, Do, Check,
Action)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 angka kematian ibu
masih tinggi yaitu 262/100.000 kelahiran hidup yang masih jauh diatas target. Angka Kematian
Ibu (AKI) untuk MDGs pada tahun 2015 yaitu sekitar 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 35/1.000 kelahiran hidup atau dua kali
lebih bessar dari target World Health Organization (WHO) sebesar 15/1.000 kelahiran hidup
(Anonim, 2007). Berdasarkan profil Kesehatan Sumatera Barat tahun 2007 AKI berkidar
228/100.000 kelahiran hidup dan AKB 30/1.000 kelahiran hidup (Profil Dinkes Sumbar, 2007).
Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) perlu
peningkatan standar dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak penurunan AKI
tersebut adalah tenaga kesehatan , dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan
harus mengupayakan peningkatan mutu dan memberi pelayanan sesuai standar yang mengacu
pada semua persyaratan kualitas pelayanan dan peralatan kesehatan agar dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat. Fokus pembangunan kesehatan terhadap tingginya AKI dan AKB masih
terus menjadi perhatian yang sangat besar dari pemerintah karena salah satu indikator
pembangunan sebuah bangsa AKI dan AKB.
Globalisasi mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan
dimana perawat dan bidan terlibat didalamnya. Untuk dapat mempertahankan eksistensinya,
maka setiap organisasi dan semua elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya
meningkatkan mutu pelayanannya secara terus menerus.. Kecenderungan masa kini dan masa
depan menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan
mempertahankan kualitas hidup (quality of life). Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang
bermutu semakin dicari untk memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan kesehatan
yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya
kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka customer akan semakin kritis dalam
menerima produk jasa, termasuk jasa pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu
kinerja setiap bidan perlu dilakukan terus menerus.
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat
dilaksanakan.Upaya tersebut jika dilaksanakan secara terarah dan terencana ,dalam ilmu
administrasi kesehatan dikenal dengan nama program menjaga mutu pelayanan kesehatan
(Quality Assurance Program ). Pengertian mutu pelayanan kesehatan itu sendiri menurut WHO
1988 adalah penampilan yang pantas atau sesuai yang berhubungan dengan standar-standar dari
suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang
bersangkutan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian,
kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Anonim, 2011).
Azwar (1996)mengatakan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai
peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan
peraturan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan. Agar
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan
harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan
wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu (Muda, 2008).
B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai cara penilaian mutu
pelayanan kebidanan berdasarkan daftar tilik yang di kembangkan melalui konsep PDCA (Plan,
Do, Check, Action)
C. TujuanUmum
Untuk mengetahui tentang cara penilaian mutu pelayanan kebidanan berdasarkan siklus PDCA
(Plan, Do, Check, Action)
D. TujuanKhusus
1. Untukmengetahuipengertian penilaian mutu
2. Untuk mengetahui cara menganalisa masalah berdasarkan siklus PDCA
3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi siklus PDCA dalam pelayanan kebidanan
II
PEMBAHASAN
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan
untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
Efektivitas (Effectiveness)
Efisiensi (Efficiency)
Kontinuitas (Continuity)
Keamanan (Safety)
Kenyamanan (Amenities
Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian.
Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan
kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya
tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.
Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :
a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi
kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap
klien
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran
pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu
berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health
needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan
kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu
pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa
puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian
mutu, yaitu :
1. Struktur
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan,
sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
Struktur = input
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
a. Jumlah, besarnya input
b. Mutu struktur atau mutu input
c. Besarnya anggaran atau biaya
d. Kewajaran
2. Proses
Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan
penanganan kasus.
c. Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya
3. Outcomes
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
klien
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
negatif.
Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur
tertentu.
Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien
B. Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930
yang disebut dengan Shewhart cycle.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari 'Plan, Do, Check,
Act' ('Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti'), adalah suatu proses pemecahan
masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian
kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian
dikenal dengan The Deming Wheel(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming
sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola
kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari
perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus
menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan.
Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan
sebagai berikut :Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika
pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu
terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami
dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial.
Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu:
3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang
dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk
mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang
sering dipergunakan yakni :
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara
periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
4. Perbaikan (Action)
ANALISA PDCA
PLAN :Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara berkesinambungan :
Apa yang diperbaiki
Siapa yang terlibat
Kapan dilaksanakan
Dimana dilaksanakan
Bagaimana caranya
Ke arah mana goalnya
ILUSTRASI 1
Contoh pembuatan Puskesmas dengan siklus PDCA
Latar Belakang
Puskesmas Padusunan ini dalam pembangunannya bertujuan untuk memberikan layanan
kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memnuhi kebutuhan yang
dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang baik, tepat waktu tanggap serta mampu
menyembuhkan keluhan serta mencegah berkembangnya penyakit atau meluasnya penyakit.
Di dalam Puskesmas Padusunan memberikan pelayanan serta fasilitas-fasilitas yang ada
didalamnya seperti ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol layanan pendukung
lainnya yang semoga saja menjadi suatu yang efektif serta efisien untuk menyelenggarakan
layanan kesehatan yang bermutu tinggi.
Dalam sistem Puskesmas Padusunan ini tidak luput merupakan tugas untuk bagaimana
membangun dengan indikator Mutu pelayanan Kebidanan maka Kami membuat suatu
perencanaan di dalamnya penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan Berdasarkan Daftar Tilik, kami
menggunakan sistem PDCA (Plan, Do, Check, Action) yaitu Rencanakan, Kerjakan, Cek dan
Tindak lanjuti.
Puskesmas Padusunan
1. Denah Puskesmas Padusunan
2. DO
Melaksanakan perubahan perubahan dilaksanakan oleh petugas yang bertugas di
ruangan Bayi dan Balita. Dalam hal ini kami mencoba pelaksanaan yang akan kami terpkan di
ruang bayi
Sarana Yang di butuhkan diantaranya:
a. Ruangan Bayi
6 Tempat tidur bayi dan balita
Mainan
3 Kereta Bayi
Karpet
Gambar / hiasan dinding
Inkubator
Tong sampah
Westafel
2 Bath tube
4 Kamera CCTV
Penghangat Ruangan
1 Kipas Angin
Sofa
Atap Otomatis
b. Ruangan Balita
Tempat tidur Balita
1 Tabung oksigen
1 AC
Mainan
Gambar/hiasan dinding
2 Kamera CCTV
Toilet
Sofa
Lemari
Westafel
Mekanisme pelaksanaan :
a. Setelah 6 jam bayi lahir dan di susui bayi di mandikan
b. Di tidurkan di tempat tidur
c. Setiap 2 jam sekali bayi di serahkan kepada ibunya untuk di susui atau ibunya bisa menghampiri
bayinya untuk menyusi bila sudah kuat karena tersedia sofa
d. Bayi juga di beri penerangan yang cukup
e. Suhu bayi terjaga karena terdapat pengatur suhu
f. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di jemur selama 30 menit
g. Pemijatan bayi di pagi hari
h. Bayi dimandikan 2kali sehari
i. Mengadakan terapi otak untuk melatih sistem kerja otak kiri dan kanan contoh nya
j. Bermain puzzle dan mengadakan permainan lain nya
k. Memeberikan pendididkan anak usia dini kepada masing masing ibu
l. Mengadakan imunisasi
m. Bila bayi masih di rawat di Puskesmas Padusunan di pagi hari bayi di jemur selama 30 menit
n. Pemijatan bayi di pagi hari
o. Bayi dimandikan 2kali sehari
3. CHECK
Pelaksanaan tersebut lumayan baik terlaksana perubahan tersebut perlu ditinjau dari klien:
Faktor mendukung:
a. Fasilitas meningkat
b. Bayi dan balita terjaga dan ibu merasa puas
c. Kebutuhan bay dan balita lebih terpenuhi
Faktor Penghambat:
a. Petugas mungkin merasa kelelahan karna terus menjaga bayi dan balita
b. Biaya mahal
c. Keinginan pasien yang selalu ingin di utamakan
4. ACTION
Terlihat dari check bahwa faktor tersebut meningkatkan mutu pelayanan sehingga klien
merasa puas namun dalam hal ini juga terdapat penghambat yaitu petugas merasa kelelahan
karna terus mengawasi bayi dan juga biaya yang dikeluarkan klien pun terbilang mahal karena
fasilitas tersebut sehingga mutu pelayanan tersebut hanya bisa di rasakan oleh kalangan
menengah ke atas.
Akan tetapi Puskesmas Padusunan ini memberikan kesempatan untuk kalangan tidak
mampu dan menengah dengan di adakan surat keterangan tidak mampu .
Kami akan memberikan toleransi kepada keluarga tidak mampu agar dapat pelayanan kesehatan
yang baik.Dan Puskesmas Padusunan ini mengadakan pendidikan kesehatan bagi remaja, bumil,
bufas dan balita
KHUSUS :
Puskesmas Padusunan ini menyediakan program aku dan ibu.
Program ini memberikan pedidikan untuk balita dan ibu bagaimana cara menangani balita yg
aktif, pasif maupun yg kekurangan/cacat mental.
ILUSTRASI 2
PERMASALAHAN YANG ADA PADA PUSKESMAS T :
Ruang periksa KIA sempit
Ruang rawat inapnya kurang memadai dan perlu ditambah khususnya ruang rawat inap NIFAS
Kurangnya tenaga kesehatan yang profesional
B. Saran
1. Sebagai seorang calon bidan kita harus mngetahui langkah atau strategi apasaja yang hendaknya
kita lakukan untuk menjaga dan meningkatkan nilai mutu pelayanan kebidanan
2. Dengan mengetahui cara penilaian mutu pelayanan kebidanan, kita dapat lebih termotivasi untuk
tetap meningkatkan mutu pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat
3. Diharapkan pada praktisi kesehatan untuk terus belajar demi meningkatkan skill masing-masing
sehingga program pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan baik, terstandar dan dapat
meningkatkan kualitas dan mutu dari pelayanan kesehatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982
Azrul Azwar. Standar dalam Program Menjaga Mutu, MKMI, 1993
Azrul Azwar. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, 1993
Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,Jakarta, 1992
Dep. Kes. RI. Modul Pelatihan Rumah Sakit, Mutu Pelayanan Depkes,Jakarta
Saifuddin(2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jak
STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN