Anda di halaman 1dari 14

176 "uli Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas I

a. Instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan kompresi bimanual


interna.
b. Keluarkan tangan dari dalam vagina dengan hati-hati.
c. Jika tidak ada tanda hipertensi dari ibu maka berikan metergin 0.2 mg IM.
d. Mulai pasang infus Ringer Laktat (RL) 500 cc + 20 unit oksitosin
menggunakan jarum berlobang besar (16 atau 18G) dengan teknik aseptic.
Berikan 500 cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan infuse RL + 20 unit
oksitosin yang kedua.
e. Jika uterus tetap atoni dan/atau perdarahan tetap berlangsung, ulangi
kompresi bimanual interna.
f. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan perlahan-lahan dan pantau kala IV
persalinan dengan cermat.
g. Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat di mana operasi dapat
dilakukan.
h. Damping ibu ke tempat rujukan. Teruskan infus RL dengan kecepatan 500
cc/jam hingga ibu mendapatkan total 1.5 liter dan turunkan kecepatan hingga 125
cc/jam.
8. Jika ibu menunjukkan gejala dan tanda syok maka rujuk segera dan lakukan
tindakan berikut.
a. Jika infus belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi tersebut.
b. Pantau dengan cermat vital sign pasien setiap 15 menit.
c. Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan napas ibu tetap terbuka dan
meminimalkan risiko aspirasi jika ibu muntah.
d. Selimuti ibu agar tetap hangat, tapi jangan membuat ibu kepanasan.
e. Jika mungkin, naikkan kaikanya untuk meningkatkan darah kembali ke jantung.
9. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada maka
kemungkinan terjadi rupture uteri (syok cepat tidak sebanding dengan darah yang
keluar/abdomen teraba
' ' Deteksi DM Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya j
177
keras, dan fundus mulai naik). Hal ini juga memerlukan rujukan segera ke RS.
10. Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aorta. Cara ini
dilakukan pada keadaan darurat, sementara penyebab perdarahan sedang dicari.
11. Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur vital sign.
12. Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian, tindakan yang dilakukan,
dan semua pengobatan yang sudah diberikan, termasuk saat pencatatan.
13. Jika tidak dapat diperbaiki maka segera rujuk. Keterlambatan akan berbahaya.
14. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk
gejala dan tanda infeksi. Berikan antibiotika jika terjadi infeksi, misalnya
Ampisilin 1 gram IM, diikuti dengan 500 mg pet oral setiap 6 jam ditambah
Metronidazole 400-500 mg per oral setiap 8 jam selama 5 hari.
2. Robekan jalan lahir
Untuk komplikasi ini, biasanya kejadiannya tidak terduga. Dalam waktu yang
cepat, bidan harus dapat melakukan tindakan penj'elamatan sebelum ibu
mengalami syok hypovokmik. Deteksi yang dapat dilakukan adalah senantiasa
siaga ketika melakukan pertolonganpersalinan.Bidan dapat
melakukanbeberapapengkajian yang dapat mendukungke arah kemungkinan
terjadin^a komplikasi robekan jalan lahir, yang meliputi:
a. Data subjektif
Masa hamil
o Umur pasien. o Paritas.
b. Dataobjekrif
-'Mulai masa hamil :
o Tinggi badan pasien. o Taksiran berat janin.
178 ! Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
ii
o Elastisitas otot perineum melalui pemeriksaan ginekologik. o Presentasi.
Dilanjutkan pada waktu in partu 6 Keadaan umum.
o Hasilpemantauan partograf(warning di garis waspada). o Elastisitas otot jalan
lahir. o Keterampilan mengejan pasien. b Berat badan bayi. o Partus dengan
tindakan (vacuum). o Pengeluaran darah per vagina.
Penanganan:
1. Kaji lokasi robekan.
2. Lakukan penjahitan sesuai dengan lokasi dan derajat robekan.
3. Pantau kondisi pasien.
4. Berikan antibiotika profilaksis dan roborantia, serta diet TKTP (Tinggi Kalori
Tinggi Protein).
3. Retensio plasenta
a. Mulai masa hamil
* Data subjektif o Paritas.
o Umur.
o Rjwayat persalinan sebelumnya.
Data objektif
o Hasil pemeriksaan ANC.
b. Dilanjutkan dengan masa in partu Data subjektif
o Pasien mengatakan belum merasakan mules setelah ' bayinya lahir.
Detefai DM Komplikasi pada Masa Nifa dan Penanganan."; = J ]79
i
Data objektif
o Perdarahan yang terjadi sebelum plasenta lahir ler.gkap.
o Uterus tidak berkontraksi.
o Plasenta tidak lahir dalam 15 menic setelah bayi lahir.
Penanganan: .
1. Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir maka ulangi
pelaksanaan aktif kala III dengan memberikan oksitosin IM dan teruskan
penegangan tali pusat terkenda'i dengan hati-hati. Teruskan melakukan
pelaksanaan aktif kala II selama 15 menit dan jika plasenta masih belum lahir,
lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir kalinya. Jika plasenta
masih belum lahir juga dan ibu tidak mengalami perdarahan hebat, rujuk segera ke
RS.
2. Bila tetjadi perdarahan maka plasenta harus segera dilahirkan secara manual.
Bila tidak berhasil, rujuk dengan segera.
3. Berikan cairan IV: Na Cl 0.9% atau RL dengan tetesan cepat jarum berlubang
besar.
4. Siapkan peralatan untuk melakukan teknik Manual Plasenta yang harus
dilakukan secara aseptic.
5. Baringkan ibu telentang dengan Iutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur
(dorsal recumbent).
6. Jelaskan kepada ibu apa' yang akan dilakukan dan jika ada, berikan Diazepam
10 mg IM.
7. Lakukan teknik cuci tangan bedah, kemudian pakai sarung tangan bedah.
8. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati, jaga agar jari tetap merapat dan
melengkung mengikuti tali pusat sampai
"mencapai plasenta (pegang tali pusat dengan tangan kiri untuk membantu).
9. Ketika tangan sudah mencaf*i plasenta, letakkan tangan kiri di atas fundus
uteri agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang masih di dalam uteri,
carilah tepi plasMjta yang terlepas, telapak tangan kanan menghachp ke atas lal'u
lakukan

180 ! Buku AjarAsuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

i
gerakan mengikis ke samping untuk melepaskan plasenta dari dinding uteri.
10. Jika plasenta sudah lahir, segera lakukan masasc uterus, bila tidak ada
kontraksi lakukan langkah penanganan pada atonia uteri.
11. Periksa plasenta dan selaputnya, jika tidak lengkap, petiksa lagi cavum uteri
dan keluarkan potongan plasenta yang tertinggal dengan cara seperti di atas.
12. Periksa robekan vagina, kemudian jahit robekan.
13. Jika tidak yakin plasenta dapat terlahir semua, ruiuk ibu ke RS.
14. Lakukan dokumentasi tindakan dan obat yang telah diberikan.
4. Tertinggalnya sisa plasenta
Pengkajian dilakukan pada saat in partu. Bidan menentukan adanya retensio sisa
plasenta jika menemukan adanya .kotiledon yang tidak lengkap dan masih adanya
perdarahan per vagina, padahal plasentasudah lahir. Penanganan dilakukan sama
dengan penanganan retensio plasenta.
5. Inversio uteri
Inversio uteri pada waktu persalinan biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam
memberi pertolongan pada kala III. Kejadian inversio uteri sering disertai dengan
adanya syok. Perdarahan merupakan faktor terjadinya syok, tetapi tanpa
perdarahan syok tetap dapat terjadi karena tarikan kuat pada peritoneum, kedua
ligamentum infundibulo-pdvikum, serta ligamentum rotundum. Syok dalam hal
ini lebih banyak bersifat neurogenik. Pada kasus ini, tindakan operasi biasanya
lebih dipertimbangkan, meskipun tidak menutup kemungkinan dilakukan reposisi
uteri terlebih dahulu.
Deteksi Dini Komplikast pada Masa Nifas dan Penanganannya ! -(81
i
9.2 Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas mencakup semua peradangari yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas, Menurut
John Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat), dennisi morbiditas
putrptralis adalah kenaikan suhu sampai 38 C atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama post partum, dengan mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur
dari mulut seridaknya 4 kali sehari.
Rht. Pulse "C.
6 14 40
0
5 13
0
4 12 39
0
3 11
0
2 10 38
0
1 90

n 80 37
s.
Lochia R
RBRBRBRB
Days .
Garabar 9.1 Gambaran vital sign pada pasien infeksi masa nifas (Sumber: Pernoll
& Benson ,1987)
Cara terjadinya infeksi:
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup saruag tangan pada pemeriksaan
atau operasi membawa bakteri yang sudah ada ke dalam uterus melalui vagina.
Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alatalat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kumankuman penyebab infeksi.
2. Sarung. tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal
dari hidung atau tenggorokan petugas kesehatan (Droplet infection). Oleh karena
itu, petugas kesehatan yang bekerja di kamar bersalin harus menutup mulut dan
hidungnya menggunakan masker yang sesuai dengan syarat minimum, serta
182 * Buku Ajar Asufian Kebidanan pada Ibu Nifas
orang yang sedang menderita infeksi saluran pernapasan dilarang masuk kamar
bersalin.
3. Dalam rutnah sakit selalu banyak kuman-kuman pathogen yang berasal dari
penderita-penderita dari berbagai jenis kuman. Kuman-kuman ini terbawa oleh
aliran udara ke mana-mana, misalnya alat-alat medis dan alat tenun yang dipakai
pasien,
4. Koitus pada akhir kehamilan tidak menyebabkan infeksi, kecuali dapat
menyebabkan pecahnya kulit ketuban.
Faktor pre disposisi terjadinya infeksi nifas:
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti
perdarahan, pre eklampsi, eklampsi, dan juga infeksi lain.
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah dini.
3. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
Untuk melakukan pelaksanaan infeksi masa nifas dengan tepat, perlu dikaji lokasi
dan gejala infeksi.
1. Infeksi pada vulva, vagina, dan serviks
a. Vulvitis
Pada luka infeksi bekas sayatan episiotomy atau lukaperineum, jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjad merah dan bengkak, jahitan mudah
terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan^ws.
b. Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui
perineum. Permukaan tnukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta
getah mengandung nanah dan keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi,
tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya
183
c. Servisitis
Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar ligamentum latum
dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke pararnetrium.
Dari beberapa penjelasan tersebut, data yang diperoleh dari pasien melalui proses
pengkajian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi.
2. Kadang-kadang perih bila kencing.
3. Nadi di bawah 100 kali/menit.
4. Getah radang dapat keluar.
5. Suhu sekitar 38.
6. Bila luka infeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam
naik sampai 39 40 disertai menggigil. -
Penanganan pada kasus ini merupakan pemberian antibiotik, roborantia,
pemantauan vital sign, serta in take out pasien (makanan dan cairan).
2. Endometritis
Jenis infeksi ini biasanya yang paling sering terjadi. Kuman-kuman yang
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas implantasi plasenta dan dalam
waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan
kuman yang tidak seberapa pathogen, infeksi hanya terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis dan
mengeluarkan getah berbau, yang terdi ri atas keping-kepiri'g nekrotis dan cairan.
Pada batas-batas antara daerah yang beradang dan daerah sehat, terdapat lapisan
yang terdiri atas leukosit. Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat
dilampiui dan terjadilah penjalaran.
-|84 Bulu Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Njfas i
Dari hasil pengkajian, ditemukan beberapa data sebagai berikut:
1. Uterus membesar.
2. Nyeri pada saat perabaan uterus.
3. Uterus lembek.
4. Suhu meningkat.
5. Nadi menurun.
3. Septiketnia danpyetnia
Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat
pathogen, biasanya stcrptococcus haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat
berbahaya dan tergolong 50% penyebab kematian karena infeksi nifas. a-
Septiketnia
Pada infeksi ini, kuman-kuman dari uterus langsung masuk ke dalam peredaran
darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septikcmia dapat
dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.
Gejala yang muncul dari pasien, antara lain:
1, Permulaan penderita sudah sakit dan lemah. : 2. Sampai hari ke-3 post
partum, suhu meningkac dengan
cepat dan menggigil.
3. Selanjutnya suhu berkisar antara 39 - 40, KU memburuk, nadi
menjadi cepat (140-160 kali/menit).
b. Pyetnia
Pada pyetnia, terdapat trombophlebitis dahulu pada vena-vena di uterus dan sinus
sinus pada bekas implantasi plasenta. Trombophlebitis ini menjalar ke vena
uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovari. Dari tempat-tempat thrombus ini,
embolus kecil yang berisi kuman dilepaskan. Tiap kali' dilepaskan, embolus
masuk ke dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-
tempat lain, di antaranyaparu-paru, ginjal, otak,jantung, dan sebagainya, yang
dapat mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut.
Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya j "J85
i
: B
Gejala yang dimunculkan adalah sebagai berikut:
1. Perut nyeri. . .
2. Yang khas adalah suhu berulangulang meningkat dengan cepat disertai
menggigil, kemudian diikuti dengan turunnya suhu.
3. Kenaikan suhu disertai menggigil terjadi pada saat dilepaskannya
embolus dari trombophlebitis pelvika.
4. Lambat-laun rimbul gejala abses pada paru-paru, jantung, pneumoni, dan
pleuritis.
4. Peritonitis, salpingitis, dan ooforitis a. Peritonitis
Infeksi nifas dapat rnenyebarmelaluipembuluh limfe di dalam uterus, langsung
mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melaliii jaringan di antara
kedua lembar ligamentum latum yang menyebab parametritis.
Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum hanya terbatas pada daerah
pelvic. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti'pada jenis yang umum. Pada
pelvio peritonitis {peritonitis terbatas), terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang
biasanya terkumpul dalam cavum doughs harus dikeluarkan dengan kolpotomia
posterior untuk mencegah keluarnya nanah melalui rectum atau kandung kemih.
Pada peritonitis umum, gejala yang muncul: '
1. Suhu meningkat menjadi tinggi. ,.
2. Nadi cepat dan kecil.
3. Perut kembung dan nyeri.
4. Ada defense musculair.
5. Muka penderita yang mulamula kemerahan menjadi pucat, mata cekung,
kulit muka dingin, terdapat apa yang
.s hypocratica.
f 86 " ^^ ^3f ^an Kebidanan pada Ibu Nifas
I
S
Angka kematian ibu pada kasus ini sangat tinggi.
Gambar 9.2 Lokasi peritonitis terbatas pada pelvik (Sumber: Garrey Matthew &
Govan, 1974)
Gambar 9.3 Lokasi peritonitis umum (Sumber: Garrey Matthew & Govan, 1974)
Gambar 9.4 Lokasi parametritis (Sumber: Garrey Matthew & Govan, 1974)
b. Salpingitis dan ooforitis
Kadang-kadang walaupun jarang infeksi menjalar sampai ke tuba falopii,
bahkan sampai ke ovarium. Di sini,
Deteksi Din i Komplikasi pada Masa Nifas dan Pe nanganan nya [ \2>7
N
S
terjadi salpingitis dan/atau ooforitis yang sukar dipisahkan dari pelvio peritonitis.
. :
Penanganan infeksi
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi
nifas, asalkan pemilihan jenis antibiotika benar-benar berdasarkan hasil
pertimbangan yang akurat. Pertimbangan dapat dilakukan melalui pembiakan
getah vagina dan serviks sehingga kuman yang diketahui dapat dipastikan peka
terhadap antibiotik tertentu. Karena pemeriksaan pembiakan ini cukup memakan
waktu, kadang pengobatan dengan antibiotik sudah dilakukan tanpa menunggu
hasilnya terlebih dahulu. Dalam hal ini, dapat diberikan Penicillin dalam dosis
tinggi atau antibiotik dengan spektrum luas, seperti Tetrasiklin.
Di samping antibiotika, pemberian roborantia untuk meningkatkan daya tahan
tubuh pasien juga sangat perlu untuk diberikan. Pada selulitispe!vifefl.danj>e!
viOiper!fonifu,perludiamati dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika
terjadi maka abses harus dibuka untuk menghindari nanah masuk ke dalam rongga
peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar supaya jangan sampai dilukai.
9.3 Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, dan Penglihatan Kabur
1. Data subjektif -
a. Ibu mengatakan kepalanya terasa sakit.
b. Ibu mengatakan nyeri di daerah perut atas samping.
c. Ibu mengatakan penglihatannya kabur.
d. Ibu mengatakan tnual, bahkan sampai tnuntah.
2. Data objektif
a. Ekspresi wajah ibu kelihatan menahan sakit.
b. Mata dikerjap-kerjapkan supaya pandangannya lebih jelas.

188 ""to Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas


ia
c. Vital sign: tekanan darah meningkat (lebih dari normal).
d. Kenaikan berat badan yang drastis sejak kehamilan.
e. Kaki odem dua-duanya.
3. Pemeriksaan penunjang/Iaboratorium
a. Terdapat prottinuria.
Penanganan: 1. Pre eklampsi ringan a. Rawatjalan
Banyak istirahat. . DietTKTP.
Diet rendah garam, lemak, dan KH.
< Konsumsi mulrivitamineral sayuran dan buah.-
Pemberian sedatif ringan (Diazepam 3x2 mg) atau luminal 3 x 30 mg selama
seminggu.
. Cck lab (HB, AL, Ct, Bt, Gold a, AT), datah kimia (alb, globulin, gula darah
sewaktu, ureum creatinin, got' gpO-
Cek lab urine (uji faal hati, faal ginjal, escriol).
Kontrol tiap minggu.
b. Rawatinap .
Dalam 2 minggu rawat jalan tidak menunjukkan perubahan.

BB bertambah.
+ Timbul salah satu pre eklampsi berat.
2. Pre eklampsi berat
+ Penderita dirawat di ruang yang tenang.
Diet cukup protein (100 gr/hari) dan kiirang garam (0.5 gr/hari).
Infus RL 125/jarn (20 tetes/menit). + MgSo4.
Deteksi Dint Kompltkasi pada Masa Nifas dan Penanganannya \ ] 39
-- i
9.4 Pembengkakan di Wajah atau Ekstremitas
1. Deteksi melalui:
a. Data subjektif
Ibu mengatakan wajah dan kakinya membengkak.
Ibu mengatakan sesak napas dan gampang capek.
Ibu mengatakan badan terasa lemas.
b. Data objektif
KUkelihatan menurun (lemah).
Vital sign: nadi kecil dan cepat, tensi turun, suhu normal, respirasi meningkat.
Terdapat odem pada wajah dan ekstremitas.
Pasien kelihatan pucat.
Ujungjari pucat sampai berwarna biru.
Berkeringat.
Akrivitas berkurang.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan EKG
Penanganan:
1. Perbanyak istirahat.
2. DietTKTP rendahgaram.
3. Pemantauan melekat vital sign.
4. Rujuk ke ahli penyakit dalam (bagi seorang bidan) jika dalam RS Iakukan
kolaborasi dengan ahli lain (ahli penyakit dalam, ahli gizi).
9.5 Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih
1. Deteksi dini melalui: a. Data subjektif
Ibu mengatakan suhu badan naik dan menggigil.
Ibu mengatakan tidak enak badan.
190 Saia *iaf As*Jn Kebidanan pada Ibu Nifas
Ibu mengatakan muntah setiap habis makan.
Ibu mengatakan sakit waktu kencing dan terasa panas.
Ibu mengatakan kalau kencing seperti anyang-anyangen.
Ibu mengatakan sakit mulai hari ke-5 setelah melahirkan.
b. Data objektif
Suhu badan meningkat.
Denyut nadi cepat.
Sakit saat ditekan (nyeri tekan) di bagian atas simpisis pubis dan daerah lipat
paha. .
c. Pemeriksaan laboratorium
' Jumlah lekosit meningkat. Terdapat bakteri.
Penanganan:
1. Pemberian Parasetamol 500 mg sebanyak 34 kali sehari.
2. Antibiotik sesuai dengan mikroorganisme yang ditemukan.
3. Minum yang banyak.
4. Katerisasi bilaperlu.
5. Makan makanan yangbergizi.
6. Jaga kebersihan daerah genitalia.
9.6 Payudara Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Sakit .
1. Pembendungan air susu
Sesudah bayi Iahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun
dalam 2-3 hari. Dengan.demikian, faktor dari hypothalamus yang menghalangi
keluarnya prolaktin waktu hamil sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak
dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh hypojisis.
Pada permulaan nifas, apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian
apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi
pembendungan air susu. Payudara
Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya \ -] 91
.- b
panas, keras^ dan nyeri pada. perabaan, serta suhu badan tidak naik. Puting susu
mendatar dan ini dapat menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang
pengeluaran susu juga terhalang duktus laktoferi yang menyempit karena
pembesaran vena dan pembuluh limfe. Penanganan pembendungan dilakukan
dengan jalan menyokong payudara dengan BH dan memberikan analgetika.
Kadang-kadang perlu diberi Stilboestrol 3 kali sehari 1 mg selama 2-3 hari
(sementara waktu) untuk mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu
dikeluarkan dengan pijatan.
2. Mastitis
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi pada payudaraj terutama pada primipara,
Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui
peredaran darah.
Tandatandanya, antara lain:
1. Rasa panas-dingin disertai dengan kenaikan suhu,
2. Penderita merasa lesu.
3. Tidak ada nafsu makan. '
Infeksi yang biasanya terjadi adalah Staphilococcus Aureus, dengan tanda tanda
sebagai berikut:'
1. Payudara membesar.
2. Nyeri.
3. Kulit merah pada suatu tempat.
4. Membengkak sedikk.
5. Nyeri pada perabaan.
Jika.hal tersebut tidaklekas diberi pengobatan maka dapat terjadi abses.
'
Pencegahan: .
Perawatan puting susu pada mas:; laktasi merupakan usaha penting untuk
mencegah mastitis.
^92 < Euku AjarAsuhan (Cebidanan pada Ibu Nifas i
2. Perawatan dengan cara membersihkan pucing dengan minyak dan air hangat
sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah
mengering.
3. Bila ada retak atau luka pada puting, sebaiknya bayi jangati menyusu pada
bagian payudara yang sakit sampai luka sembuh. ASI dikeluarkan dengan
pemijatan.
Pengobatan:
1. Segeira setelah mastitis ditemukan, pemberian susu kepada bayi dari payudara
yang sakit dihentikan dan diberi antibiotik.
2. Dengan tindakantindakan ini, terjadinya abses dapat dicegah
karena biasanya infeksi disebabkan oleh Staphilococcus Aureus. Penisiiin dalam
dosis tinggi dapat diberikan.
3. Sebelum pemberian Penisiiin, dapat diadakan pembiakan ASI supaya
penyebab mastitis dapat benar-benar diketahui.
4. Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit, mungkin pada
abses. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus, sayatan dibuat sejajar.
9.7 Kehilangan Nafsu Makan untuk Jangka Waktu yang Lama
1. Analisa data
a. Ibu merasa trauma dengan persalinannya.
b. Stres dengan perubahan bentuk tubuh yang tidak menarik lagi seperti dulu.
c. PadaibupostSCyangmualsampaimuntahkarenapengaruh obat anestesi dan
keterbatasan aktivitas (terlalu lama dalam posisi berbaring, kepala seringpusing).
d. Adanya nyeri setelah melahirkan.
DeteksiDiniKomplikasipadaMasa Nifas dan Penanganannya ! 193
2. Kemungkinan penyulit yang akan muncul
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu nifas akan kurang.
b. Terjadi gangguan dalam proses laktasi dan menyusui.
c. Kurang maksimalnya ibu dalam merawat bayinya.
Penanganan;
a. Pemberian dukungan mental pada ibu.
b. Pemberian KIE mengenai penringnya asupan gizi yang baik untuk ibu dan
bayinya.
c. Kaji sejauh mana dukungan keluarga untuk mengatasi permasalahan ini.
d. Fasilitasi dengan pemberian bimbingan dalam menyusun menu seimbang sesuai
selera ibu.
9.8 Rasa Sakit, Merah, dan Pembengkakan Kaki
1. Data subjektif
a. Ibu mengatakan sakit pada tungkai bawah disertai dengan pembengkakan.
b. Ibu mengatakan susah berjakn.
Gambar 9.5 Plegmasia alba dolen (Sumber: Garrey Matthew & Govan, 1974)
5 Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas i 2. Dataobjektif
a. Suhu badan subfebris selama 7 hari meningkat mulai hari ke-10 sampai hari-
ke-20, yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
b. Pada kaki yang terkena akan menunjukkan tanda tanda : + Kaki sedikit
dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar, serca
sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki satunya.
Seluruh bagian dan salah satu Vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas.
Nyeri hebatpada lipat paha dan daerah paha.
Refleks tonik akan terjadi spasme arteri sehingga kaki .menjadi bengkak,
tegang, putih, nyeri, dan dingin.
Edema kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha, tetapi lebih sering dfmulai dari jarijari kaki dan pergelangan
kaki, kemudian mulai dari bawah ke atas.
+ Nyeri pada betis.
3. Pemeriksaan penunjang Cek lab darah (lekosit).
Pada pa.pasi menggunakan punggunq angan akan teraba suhu yang meningkat di
tungkai bawah. '
Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas dan Penanganannya J ] 9 5
Palpasi pada ujung tungkai bawah akan terlihat adanya odem.
Pemeriksaan lingkar betis menggunakan
melline akan memberikan petunjuk
mengenai perbedaan diameter kaki yang
terkena Ihromboplebitis dengan yang normal.
ibar 9.6 Langkah-iangkah pemeriksaan pada Ihromboplebitis (Sumber; Garrey
Matthew & Govan, 1974)
Penanganan:
1. Perawacan
a. Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema,'lakukan kompresi pada kaki.
b. Kaki dibalut dengan elastik.
2. Menyusui tetap dilanjutkan selama kondisi ibu masih memungkinkan.
3. Tirah baring.
4. Antibiotik dan analgetik.
5. Antikoagulansia untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan
mengurangi bahaya ernboli (misalnya, Heparin 10.000 satuan tiap 6 jam per infus,
kemudian diteruskan dengan Warfarin per oral).

196 S Buku A/arAsuhan Kebkianan pada Ibu Nifas


Gambar 9.7 Perawatan pasien dengan thrvmboplebitis (Sumber: Garrey Matthew
& Govan, 1974)
9.9 Merasa Sedih atau Tidak Mampu untuk Merawat Bayi dan Dili Sendiri
1. Data subjektif
a. Riwayat persalinan (spontan/operasi).
b. Respon terhadap kelahiran bayinya.
c. Kualicas pelayanan penolong persalinan.
d. Riwayat perkawinan.
e. Ibuanakke.....
f. Riwayar pola pendidikan ibu oleh orang tuanya.
g. Karakter suami (bentuk dukungan psikologisnya).
h. Umur ibu. . .
i. Status pekerjaan dan pendidikan.
j. Tingkat sosial ekonomi.
k. Bagaimana dukungan keluarga.
1. Respon masyarakat sekitar.
2, Data objektif
a. Ekspresi wajah saat menceritakan ten tang responnya terhadap kelahiran
bayinya.
b. Cara menyentuh bayinya.
c. Kebersihan dirinya.
d. Cara menyusui.
Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Was dan-Penanganannya J ^ 97

e. Cara melakukan perawatan bayinya.


f. Posisi tidur (bersebelahan dengah bayinya/tidak).
Penanganan:
1. Memberikan dukungan mental kepada ibu dan keluarga.
2. Memberikan bimbingan cara perawatan bayi dan dirinya.
3. Meyakinkan ibu bahwa ia pasti mampu melakukan perannya..
4. Mendengarkan semua keluh-kesah ibu.
5. Memfasilitasi suami dan keluarga dalam memberikan dukungan kepada
ibu.
SOALLATIHAN:
1. Jelaskan dengan lengkap mengenai deteksi komplikasi nifas: Peritonitis!
' .
2. Apa keuntungannya jika bidan melakukan deteksi kemungkinan adanya
komplikasi masa nifas secara dim mulai dari harnil sampai persalinan?
3. Tenaga kesehatan apa sajakah yang kemungkinan bidan libatkan dalam
penanganan komplikasi kehilangan nafsu makan pada ibu nifas ?
4. jelaskan penanganan kasus mastitis!
5. Apa kemungkinan yang akan terjadi jika ibu,nifas mengalami infeksi tidak
mendapat penanganan? *
198
iar Asuk311 Kebidanan pada Ibu Nifts
REFERENSI:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001, Standar Pelayanan Kebidanan.
Jakarta: Dep.Kes RJ.
Garrey Matthew SC Govan. 1974. Ohstetric Illustrated. Second Edition. Edinburg
London and New York: Churchill Livingstone.
Hanifa. 2002. llmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo.
Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetric Fisiologi, Obstetric Patologi, dan
EGC. Jakarta.
Pernoll ML. dan Benson C. 1987. Current Obstetric, Gynecologic Diagnosis, &
Treatment. Sixth Edition. Connecticut: Lange Medical Publication.
Varney.H., et al. 2007. Buku Ajar Konsep Kebidanan (Edisi Bahasa Indonesia).
Ed. Esty Wahyuningsih, et al. Edisi 4. Jakarta: EGC.
WHO. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: WHO.
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) PADA IBU NIFAS
10.1 Pendahuluan
Masa nifas merupakan masa yang penti'ng dalam periode , bidup seorang ibu,
terlebih pada masa nifas yang pertama. Dalam masa ini, seorang ibu mengalami
berbagai macam perasaan: babagia karena berbasil mempunyai anak, naraun ada
kalanya muncul perasaan bingung dengan tanggung jawabnya yang baru. Dengan
berbagai perubahan pada masa nifas meliputi perubahan ftsik, psikologis, dan
peran sosial, tidak tertutup kemungkinan ia- akan mengalami stres karena proses
adaptasi. Dari fakta ini, kiranya bidan dapat menjadi pendamping' ibu,
menempatkan diri sebagai teman terdekat yang dijadikan sebagai rempat bertanya
dan mencurahkan perasaan.
10.2 Pengertian KIE pada Ibu Nifas
KIE adalah proses interaksi dua arah dalam rangka penyampaian informasi antara
komunikator (pemberi inforraasi, dalam hal ini adalah bidan) dan komunikan
(yang menerima informasi, pasien) dengan materi informasi

Anda mungkin juga menyukai