MENULAR BERBASIS
LINGKUNGAN
LISA HIDAYATI, SKM, M.SI
Manajemen penyakit menular berbasis wilayah
mengintegrasikan upaya pencarian kasus secara
proaktif tata laksana penderita secara tuntas, yang
dilakukan secara bersama dengan pengendalian
berbagai faktor risiko penyakit tersebut serta
keduanya dilakukan secara simultan, paripurna,
terencana dan terintegrasi pada wilayah tertentu.
Dilakukan terencana berdasar evidens (fakta
terpercaya), sistematik dalam pelaksanaannya serta
senantiasa diaudit secara periodik.
Kunci keberhasilan penemuan kasus, pengobatan,
pengendalian faktor risiko yang berhubungan
dengan penyakit.
Berdasarkan proses kejadiannya maka penyakit menular
dapat dikategorikan sebagai berikut
penyakit menular.
Audit manajemen penyakit menular berbasis
wilayah.
Penyakit infeksi endemik di Indonesia
Indonesia sebagai wilayah tropik merupakan
kawasan yang berpotensi endemik bagi berbagai
penyakit menular.
Sebagai wilayah yang amat dinamik secara sosial
ekonomi, merupakan kawasan yang berpotensi
tinggi untuk hadirnya penyakit baru.
Masing masing penyakit memiliki peta endemisitas
tersendiri.
Tiap tahun diselenggarakan pertemuan nasional
semacam konvensi melakukan monitoring kemajuan
program serta perkuatan dari networking yang
melibatkan semua (pemerintah, masyarakat,
pelayanan kesehatan, organisasi nonpemerintah)
Manajemen Kejadian Luar Biasa (KLB) Berbasis
Wilayah
KLB :Penanggung jawab operasional
pelaksanaan penanggulangan KLB adalah
Bupati/Walikota. Sedangkan penanggung
jawab teknis adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten. Bila terjadi lebih dari satu
wilayah Kota/Kabupaten maka
penganggulannya dikoordinasikan oleh
Gubernur.
Wabah penyakit menular ditetapkan dan mencabut
ketetapan wewenang Menteri Kesehatan. Penetapan
daerah wabah merupakan pertimbangan epidemiologi
dan keadaan masyarakat (mencakup keamanan, sosial
ekonomi dan budaya) yang disampaikan Kepala
Daerah.
Apabila dicermati KLB merupakan kejadian yang
bermula dari sebuah proses yang dikenal sebagai
proses awal kejadian. Pencermatan ini dikenal sebagai
pencermatan pra-KLB . KLB bisa berupa KLB
lingkungan bisa juga KLB Penyakit.
Manajemen pra KLB termasuk sistem
kewaspadaan dini amat penting.
Tidak hanya mencegah terjadinya KLB,
penanganan saat kejadian KLB dan pasca-KLB
informasi pra-KLB menjadi penting.
Selalu memiliki dua makna manajemen, yakni
manajemen pelayanan medik untuk menolong
korban, serta manajemen kesehatan masyarakat
untuk mengendalikan jatuhnya korban
berikutnya.
Manajemen KLB secara terintegrasi berbasis wilayah
adalah juga dua bagian penting yang tak terpisahkan
dan harus dilakukan secara simultan dalam waktu
relatif singkat:
a. Manajemen kasus.
b. Manajemen Faktor risiko
Manajemen public health atau manajemen kesehatan
masyarakat pada hakikatnya adalah faktor risiko
kejadian KLB. Manajemen kasus maupun faktor
risiko kejadian penyakit harus dilakukan secara
bersamaan, untuk mencegah timbulnya eskalasi
yang lebih luas. Manajemen kasus menjadi amat
penting khususnya saat penangganan KLB penyakit
menular, untuk mencegah jangan sampai terjadi
penularan penyakit lebih lanjut.
Manajemen Berita dalam KLB
khususnya manajemen KLB diperlukan kemampuan
manajemen komunikasi massa untuk menanggkal isu-isu
tersebut berdasarkan evidences serta transparan.
Karantina
Isolasi dan karantina semula pada tahun 90an dianggap tidak
diperlukan lagi zaman modern. Namun kdalam konteks
manajemen penyakit infeksi baru untuk mencegah meluasnya
wabah, maka karantina menjadi kata penting.
Peran Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Peran Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) menjadi
semakin penting di Indonesia peran utama KKP yaitu
menangkal penyakit dan faktor risiko penyakit yang
datang dari luar atau antarpulau.
Setiap KKP juga mengubah konsep kekarantinaan,
membangun ruang isolasi di sekitar bandara, serta
membangun jaringan antar pulau.
Pendidikan kesehatan masyarakat yang memiliki
knowledge untuk melandasi keahlian petugas KKP di
setiap pendidikan kesehatan, perlu diselenggarakan di
Indonesia. Petugas harus memahami berbagai peraturan
kesehatan internasional, memahami kesehatan lingkungan
pelabuhan, global risk factors, memahami masalah teknis
medis, memahami travel health, serta visi global atau
Early Warning Outbreaks Recognition
System (EWORS)
Sistem EWORS merupakan keharusan dalam
manajemen pra KLB. Fungsinya memantau kasus
yang datang di UGD rumah sakit berdasarkan
gejala (simptoms based).
Kemudian Dinas Kesehatan melakukan respons
cepat. Seorang ahli atau petugas kesehatan
masyarakat khususnya epidemiologis, bukan
sekadar seorang yang memiliki keilmuan yang
bersifat teknis dan mekanistik saja, tetapi perlu
adanya sikap kegigihan dan naluri serta
sensitivity terhadap sebuah awal bencana
Dampak KLB Terhadap Masalah
Non Kesehatan.
Berdasar pengalaman Covid 19 menyebabkan
kerugian sosial ekonomi yang tak ternilai, travel
ban, ketegangan negara (Malaysia dan china)
penurunan ekspor dan industri pariwisata.
Epidemiologi Global Penyakit Infeksi Baru (Dinamika
Transmisi Makro)
penyakit yang relatif baru adalah covid 19, west Nile Virus,
virus hantaan, virus ebola, virus Nipah, Avian Influenza dan
juga penyakit lama yang muncul kembali seperti chikungunya
dan leptospirosis.
Manajamen KLB memiliki dua perspektif yakni
a. pemahaman terhadap patogenesis penyakit secara mikro yaitu
proses kejadian penyakit mulai dari sumber penyakit, wahana
penyakit atau pemindahan penyakit, bagaimana wahana atau
media penular penyakit tersebut berinteraksi dengan
penduduk atau orang per orang, serta gejala penyakit;
b. Pemahaman patogenesis secara makro, mempelajari
bagaimana sumber penyakit atau faktor risiko penyakit
bergerak dari satu wilayah ke wilayah lain.
Proses penularan sebagai dasar manajemen
penyakit.
misalnya Covid 19 yakni penyebabnya adalah
virus Corona, yang dapat ditularkan melalui
inhalasi, kontak langsung dan udara bebas
yang terinfeksi.
Pelajaran yang diperoleh dan tindak lanjut.
prinsip pengendalian KLB yaitu melakukan
manajemen penyakit berbasis wilayah dengan
mengendalikan faktor risiko penyakit melalui
partisipasi masyarakat, cara ini merupakan upaya
esensial, agar lebih terarah harus mengenal
dinamika penularan, dinamika penyebaran dan
penularan antar unggas liar.
Perlunya pemahaman secara massives kepada
masyarakat agar secara bersama melakukan
pemutusan atau meminimalkan kontak dengan
faktor risiko.
MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK
MENULAR BERBASIS WILAYAH
Strategi
Meningkatkan advokasi kebijakan yang berpihak
terhadap program kesehatan dan sosialisasi
P2PTM
Melaksanakan upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan paliatif secara komprehensif
Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia
Mengembangkan dan memperkuat sistem
surveilans
Penguatan jejaring dan kemitraan melalui
pemberdayaan masyarakat
Departemen Kesehatan Kota Bukittinggi pada 2021 pernah menetapkan 10 upaya pemberantasan penyakit
menular sebagai prioritas perhatian, yakni :
Keterangan: Komponen A: Magnitude of Problem Komponen B: Seriousness of Problem Komponen C: Effectiveness of
Interventions Komponen E: Inequity Komponen F: Institutional Factor
A. PROGRAM DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO
PTM DI POSBINDU