Anda di halaman 1dari 8

Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah

Manajemen penyakit berbasis wilayah merupakan upaya pengendalian penyakit dengan cara
mengendalikan berbagai faktor risiko penyakit pada satu wilayah tertentu agar tidak terjadi outbreak
atau Kejadian Luar Biasa (KLB). KLB merupakan kejadian penyakit di luar kebiasaan (base line
condition) yang terjadi dalam waktu relatif singkat serta memerlukan upaya penanggulangan secepat
mungkin, karena dikhawatirkan akan meluas dari segi jumlah kasus maupun wilayah yang terkena
persebaran penyakit tersebut. KLB yang pernah terjadi di Indonesia yaitu KLB malaria, polio, demam
berdarah dengue, SARS,dan flu burung. (Umar Fahmi Achmadi 2020)
(Budi Harsono)

Dalam berbagai program, WHO seringkali menggunakan tema pengendalian penyakit


untuk meningkatk a n d e r a j a t k e s e h a t a n m a n u s i a d i s e l u r u h d u n i a .
Sebagai contoh, Roll Back Malaria (RBM), tuberkulosis, kecacingan, schistosomiasis, ca
cervix, kusta, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, obesitas, hipertensi, penyakit
paru-paru obstruktif menahun, hingga penyakit kardiovaskuler dan lain sebagainya. WHO
mencanangkan pengendalian penyakit secara global. . ( a c h m a d i 2 0 2 0 , M e n e j e m e n
penyakit berbasis wilayah)
Tiap negara menerima dan menjadikan berbagai program tersebut sebagai komitmen
nasional yang selanjutnya harus menjadi komitmen kabupaten dan wilayah kota. Secara
universal, patogenesis suatu penyakit atau kejadian penyakit (disease occurrences) merupakan
inti permasalahan kesehatan masyarakat.
Masyarakat sehat adalah masyarakat yang bebas dari kejadian penyakit menampilkan
wilayah yang sehat dan negara yang kuat. Untuk itu, tidak banyak pilihan kejadian penyakit
yang merupakan inti mas alah kes ehatan harus dicegah.
Bayangkan dunia sejahtera yang tanpa kejadian penyakit, suasana kantor dinas
kesehatan yang biasanya hiruk pikuk akan menjadi senyap atau bahkan tidak ada dan tidak
diperlukan sama sekali. Dengan demikian, mempelajari proses kejadian penyakit merupakan
komponen esensial yang memungkinkan kita melakukan upaya pencegahan. Dengan
kata lain, untuk memelihara kualitas sumber daya manusia dalam suatu wilayah, masyarakat
secara individu atau bersama pemerintah harus b e r u p a y a k e r a s m e n c e g a h
k e j a d i a n p e n y a k i t . Masyarakat akan terbebas dari sebagian besar risiko kesehatan
dan kondisi kesehatan mereka akan terpelihara.
Tatapan ilmu kesehatan masyarakat, pencegahan merupakan upaya kesehatan
primer esensial yang ditujukan pada orang sehat serta harus dilakukan Bersama dan serentak.
Manajemen penyakit yang menyertakan upaya pencegahan melekat sangat erat pada ranah
ilmu
kesehatan masyarakat. Berbagai penyakit yang telah dikenal sejak lama seperti kusta,
tuberkulosis, malaria, kardiovaskuler dan asma maupun penyakit yang baru m u n c u l
s e p e r t i S A R S , W e s t N i l e V i r u s d a n A v i a n Influenza memerlukan upaya
pencegahan Kesehatan masyarakat. Tidak sedikitpun keraguan bahwa mencegah kejadian
penyakit merupakan inti upaya Kesehatan masyarakat.
Tulisan ini membahas kepentingan, makna, lokasi dan metoda manajemen penyakit berbasis
wilayah (MPBW).
Asumsi dasar yang dianut adalah bahwa keberhasilan mengendalikan faktor risiko
dan kejadian penyakit akan mampu meningkatkan dan memelihara kualitas kehidupan
masyarakat. (achmadi, menejemen penyakit berbasis wilayah.
Perspektif Kesehatan masyarakat kejadian penyakit merupakan fenomena
spasial yang pada dasarnya adalah proses yang terjadi di atas muka bumi sejak ribuan
tahun lalu. Satu kejadian penyakit dipengaruhi oleh berbagai faktor ruang yang antara lain
meliputi ketinggian permukaan tanah, jenis tanah, klim, suhu, tanaman sekitar, kepadatan
dan perilaku penduduk, bentuk rumah, budaya, arah dan kecepatan angin dan sebagainya.
Singkat kata, kejadian penyakit merupakan fenomena yang bersandar pada basis wilayah
yang mencakup ekosistem dalam dimensi ruang dan waktu, di dalamnya termasuk
variable lingkungan, kependudukan dan wilayah administratif. Sesuai peruntukan, wilayah
dapat juga diberi Batasan tertentu seperti wilayah kerja, wilayah pariwisata,
w i l a y a h p e r b a t a s a n , w i l a y a h k e c a m a t a n a t a u k e lurahan. Sebagai contoh,
kejadian penyakit malaria selain dipengaruhi oleh bionomik nyamuk dan kondisi habitat
spesies nyamuk, juga dipengaruhi oleh kebiasaan dan perilaku penduduk. Transmisi malaria
merupakan resultan antara kependudukan dan perilaku (bionomik) nyamuk Anopheles sp.
Spesies nyamuk penular malaria mempuyai habitat yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
vegetasi, ketinggian atau topografi, ketersediaan makanan bahkan beberapa subspesies ada
yang dipengaruhi oleh pH air dan salinitas. Apabila kehidupan seorang manusia bersentuhan
dengan habitat nyamuk Anopheles maka ada risiko terjadi proses penularan. Jelaslah bahwa
untuk melakukan upaya pencegahan kita harus memahami patogenesis atau proses kejadian
penyakit malaria tersebut.
Pencegahan penyakit malaria bersifat spesifik local harus didukung oleh pemahaman
model transmisi yang tergantung pada bionomik nyamuk dan variable kependudukan. Hal
yang sama, untuk melakukan upaya pencegahan penyakit kanker nasopharinx atau avian
influenza, juga harus dibangun teori kejadian p e n y a k i t k a n k e r d a n p e n y a k i t a v i a n
influenz.(achmadi 2020,Menejemen penyakit berbasis wilayah)
Singkat kata, kejadian penyakit apapun, tidak ter kecuali menular ataupun tidak
menular senantiasa berbasis wilayah, senantiasa ada kekhasan lokal (local specificity).
Harus pula
dipahami, bahwa upaya kuratif atau pencarian dan pengobatan penderita penyakit
menular juga termasuk dalam upaya pencegah.
Dengan melakukan diagnosis dini dan pengobatan segera yang tepat maka kita telah
mengurangi atau bahkan menghilangkan sumber
penularan penyakit. Tanpa sumber penularan tidak akan pernah ada proses penularan, meski
jutaan serangga vektor penular penyakit tersedia berlimpah. Kejadian penyakit selain berakar
pada sosial budaya dan ekosistim juga bersifat lintas batas. Dengan demikian, kejadian
penyakit
akan terus berulang tanpa henti jika kita hanya melaksanakan pemerataan pengobatan tanpa
upaya mengendalikan faktor risiko.

Baik program WHO maupun komitmen Milenium Development Goal (MDG)


seringkali menggunakan tema atau topik pengendalian penyakit dalam upayanya untuk
menyehatkan penduduk. Program program WHO berorientasi penyakit misalnya
pemberantasan tbc, pengendalian malaria, eliminasi kusta, pengendalian obesitas, hipertensi,
hingga kardiovaskuler. Dalam pelaksanaannya para Bupati, Gubernur bahkan Menteri
seringkali terjebak kedalam pola pemikiran pengobatan gratis untuk menyehatkan bangsa.
(umar fahmi achmad 2019)
Kejadian penyakit pada hakekatnya, merupakan babak akhir dari sebuah proses
kejadian yang melibatkan banyak variabel yang berperan. Dengan kata lain, untuk melakukan
upaya pencegahan serta pengendalian penyakit dalam sebuah wilayah, harus memahami
proses kejadian penyakit. Berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya kejadian penyakit
harus di identifisir terlebih dahulu, agar dapat mengendalikan kejadian penyakit dengan baik.
Demikian pula untuk mengendalikan penyakit maupun upaya menurunkan angka kematian
ibu dan anak, sehubungan dengan komitmen MDG, hendaknya dipadukan antara upaya
kuratif dengan pengendalian faktor risiko penyakitnya. Dalam suatu wilayah, pelaksanaan
program program yang berorientasi pengendalian penyakit seperti program WHO maupun
MDG harus memperhatikan berbagai faktor atau variabel yang berperan, yang seringkali
bersifat spesifik local tiap negara bahkan tiap wilayah Puskesmas. Dengan kata lain, meski
tema pengendalian penyakit secara nasional tetap sama, pelaksanaan tiap wilayah bisa
berbeda. Diperlukan kemampuan untuk mengidentifikasi faktor risiko yang berperan, sebagai
prasyarat untuk melakukan pengendalian penyakit secara paripurna, terpadu, dan
berkesinambungan dalam suatu wilayah administratif. .(umar fahmi achmad 2019)
Pengendalian atau manajemen penyakit yang berbasis komunitas dalam satu wilayah,
memerlukan upaya integrative antara pelayanan kesehatan (pengobatan) atau manajemen
kasus, dengan manajemen faktor risiko secara simultan, terintegrasi, berkesinambungan dan
berkualitas. Diperlukan suatu kemampuan untuk melakukan tatalaksana kasus atau lazim
dikenal sebagai pelayanan kesehatan, dengan berbagai pengendalian variabel yang berperan
secara terpadu. Demikian pula alokasi sumberdaya dan kegiatan pengendalian berbagai faktor
yang berperan dalam timbulnya penyakit berkenaan. .(umar fahmi achmad 2019)

SURVEILEN BENCANA
Bencana dan surveilen
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manusia
yang mengakibatkan timbunya korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda dan
kerusakan lingkungan
Surveilan bencana merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data pada siuasi bencana,
dimana data yang dikuumpulkkan berupa jumlah korban meninggal, luka sakit,, jenis luka,
pengobatan yang dilakukan, kebutuhan yang belum dipenuhi, jumlah korban anak-anak,
dewasa dan lasia.
Surveilen sangat penting untuk monitoring adan evaluasidari sebuah pross pengumpulan data
kebencanaan dan dampaknya kepada korban, sehingga dapat digunakan untuk Menyusun
kebijakan dan rencana penanggulangan korban bencana
Tujuan surveilen
Tujuan surveilen adalah untuk mendukung fuungsi pelayanan bagi korban bencana secara
keseluruhan untuk menekan damppak negatif yang lebih bear seperti :
- Mengurangi jumlah kesakitan, resiko kecacatan dan kematian saat terjadi bencana
- Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan
penyebaranannya
- Mencegah atau mengurangi resiko dan mengatasi dampak Kesehatan lingkungan
akibat bencana ( misalnya perbaikan sanitasi)
Pengertian surveilen data penyakit
Surveilan merupakan kegiatan pengamatan dan pemantauan dengan Teknik survei yang
berlangsung diwaktu tertentu sesuai tujuan dalam menyiapkan semua data dan informasi
kebencanaan dan dampaknya tterhadap asyarakat korban bencana serta memudahkan satuan
tangggap bencana dalam melakukan pertolongan yang baik.

Upaya tersebuut bertujuan untuk :


 menyediakan semua informasi kematian dan kesakitan khusunya penyakit yang
beresiko menular dan potensial menjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB)
dilokasi bencana serta pengungsian.
 Melakukan indentifikasi sedini mungkin kemungkinan aktu terjadi wabah
 Melakukan indentifikasi kelompok resiko tinggi denagn pejanan terhadap penyebab
berbagai penyakit
 Mengidentifikasi daerah dengan resiko tinggi berdampak terhadap penyakit tanpa
melupakan kegiatan pemantauan status gizi masyarakat korban bancana
 Pelayanan Kesehatan lingkungan sebbagai bbagian upaya preventif dampak lanjutan
bencana khususnya di tempat pengungsian
Manfaat surveilan
 Mencari factor resiko di tempat pengungsian seperti air, sanitasi, kepadatan, kualitas
tempat penampungan
 Mengidentifikasi penyebab pertama kesakitan dan kematian sehingga dapat
diupayakan pencegahan
 Mengidentifikasi pengungsi kelompok rentan seperrti anak-anak, lansia, Wanita hamil
sehingga lebih memperhatina Kesehatan nya
 Pendataan pengungsi di wilayah, jumlah, kepadatan, golongan , umr, menurut jenis
kelamin,
 Mengidentifikasi kebutuhan sepert gizi
 Survei epidemiologi
Identifikasi, observasi, pengumpulan data penyakit
Kegiatan Surveilan merupakan kegiatan yang meyeluruh, maka sebelum Langkah-langkah
pengumpulan data, yang perlu diperhatikan yaitu
1. Pada penyakit yang ada sebelum bencana
Umumnya penyakit menular = penyakit endemis yang terjadi diwilayah tersebut
sehinggga resiko penularan penyakit tidak ad ajika organisme penyeba tdak ada
sebbelumnya . meskipun begitu, rewalan yang datangg ditempat bencana dapat
menularkan penyakit dan tertular penyakit yang sudah ada.
2. Perubahan ekologi karena bencana
Bencana alam seringkali menyebabkan perubahan ekologis suatu lingkungan.
Akibatnya resiko penularan penyakit bisa meningkat maupun berkurang, terutama
penyakit yang ditularkan oleh vector maupun penyakit yang ditularkan oleh air.
3. Pengungsian
Dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit
4. Kepadataan penduduk
Bencana alam menyebbakan kerusakan rumah, lalu ornag-orang mengungsi dan
berkumpul hal itu adalah factor penting penularan penyakit terutama menular
melaluui pernafasan dan kontak langsung
5. Rerusakan fasilitas publik
Hilangnya sarana MCK meningkatkan penyakit menular melalui makanan dan air,
kurangnya air untuk mencuci tangan maupun mandi juga akan meningkatkan
penyearan penyakit melalui kontak langsung.
6. Pemilihan kasus prioritas
Beberapa penyakit menular menjadi perioritas pengamatan didasari oleh beberapa
pertimbangan yaitu dibagi 3 :
Penyakit yang rentan epidemik(kondisi padat)
a. Acute watery diarrhoe/cholera
b. Diare berdarah
c. Demam
d. Hepatitis
e. Meningitis
Peyakit dalam program pengendalian nasional
a. Campak
b. Tetanus
Penyakit endemis yang dapat meingkat pasca bencana
a. Kenaikan kasus malaria
b. Demam berdarah dengue

Langkah-langkah surveilen penyakit didaerah bencana


1. Pengumpulan data
 Data kesakitan dan kematian
 Sumbber data
 Jenis Formulir yang digunakan
2. Pengolahan dan penyajian data
Pengolahan data dikumpulkan secara cepat dan sistematis, penyajian data meliputi
deskripsi maupun grafik data kesakitan penyakit
3. Analisi dan interpretasi data
Yaitu dilakukan kajian epidemiologi
Dengan langkah pelaksanaan analisi yaitu :
 Menentukan prioritas masalah
 Merumuskan pemecahan masalah
 Menetapkan rekomendasi
4. Penyebar luasan informasi
Hanya disampaikan kepada pihak-pihak yang berwenang
KESEHATN LINGKUNGAN

Kesehatan lingkungan adalah suatu ilmu dan seni dalam mencapai keseimbangan antara
lingkungan dan manusia, ilmu dan juga seni dalam pengelolaan lingkungan sehingga dapat
tercapai kondisi yang bersih, sehat, nyaman dan aman serta terhindar dari gangguan berbagai
macam penyakit.

Ilmu Kesehatan Lingkungan mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok


penduduk dengan berbagai macam perubahan komponen lingkungan hidup yang
menimbulkan ancaman/berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat umum.

Di bawah ini  Pengertian kesehatan lingkungan menurut para ahli

 Menurut, Slamet Riyadi – Ilmu Kesehatan Lingkungan adalah bagian integral dari
ilmu kesehatan masyarakat yang khusus mempelajari dan menangani hubungan
manusia dengan lingkungannya dalam keseimbangan ekologi dengan tujuan membina
& meningkatkan derajat kesehatan maupun kehidupan sehat yang optimal.
 Lalu menurut, H.J. Mukono – Ilmu Kesehatan Lingkungan merupakan ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.
 Sedangkan menurut, WHO (World Health Organization) – Kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia & lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
 Dan menurut, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) –
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia & lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat & bahagia

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Inilah ruang lingkupnya menurut WHO, diantaranya ada 17 (tujuh belas):

1. Penyediaan Air Minum.


2. Pengelolaan air buangan & pengendalian pencemaran.
3. Pembuangan sampah padat.
4. Pengendalian vektor. (Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk
mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau
pemberantas penyakit yang ditularkan vektor atau gangguan yang diakibatkan oleh
vektor.)
5. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia. (Ekskreta
maksudnya semua zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan
dari dalam tubuh.)
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu.
7. Pengendalian pencemaran udara.
8. Pengendalian radiasi.
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan.
11. Perumahan & pemukiman.
12. Aspek kesling & transportasi udara.
13. Perencanaan daerah & perkotaan.
14. Pencegahan kecelakaan.
15. Rekreasi umum & pariwisata.
16. Tindakan – tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic atau
wabah, bencana alam & perpindahan penduduk.
17. Dan yang terakhir, Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.

Tujuan Kesehatan lingkungan

Yang pertama untuk melakukan Koreksi, memperkecil/memodifikasi terjadinya bahaya dari


lingkungan terhadap kesehatan serta kesejahteraan hidup manusia. Lalu yang kedua untuk
pencegahan, mengefisienkan pengaturan berbagai sumber lingkungan untuk meningkatkan
kesehatan dan juga kesejahteraan hidup manusia serta untuk menghindarkan dari bahaya
penyakit.

. Pengertian kesehatan lingkungan Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk
mendukung tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera, dan bahagia. Upaya
menjaga kesehatan lingkungan, memang tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri. Misalnya,
lingkungan rumah kita sudah bersih dan sesuai dengan standar kesehatan yang ada. Namun, jika
lingkungan yang berada di sekitar kita masih kotor, kita masih bisa terkena serangan suatu
penyakit.

Hidup dengan lingkungan yang bersih dan sehat tentu memberi dampak positif pada hidup kita.
Secara tidak langsung lingkungan yang sehat akan menyehatkan jiwa dan raga.  Lingkungan
yang sehat adalah lingkungan yang bersih, dengan udara yang segar, dan sedikit polusi udara.
Lingkungan seperti ini tentu diinginkan semua orang tapi sulit diwujudkan. Hal itu dikarenakan,
banyak orang lalai menjaga kesehatan lingkungan. Hal inilah yang menjadikan alasan apabila
menjaga kesehatan lingkungan itu merupakan tugas bersama bagi warga yang tinggal di suatu
daerah atau wilayah tertentu.

Berikut syarat-syarat lingkungan yang sehat, yakni: 

- Keadaan air Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa.
Air yang sudah bersih harus dimasak dengan suhu 100 derajat Celcius sehingga bakteri di
dalam air tersebut mati.
- Keadaan udara Udara yang bersih adalah udara yang belum tercampur dengan gas-gas
berbahaya.
- Ciri-ciri udara bersih adalah tidak berwarna, tidak berbau, terasa segar, dan ringan saat
dihirup. Keadaan tanah Tanah yang sehat adalah tanah yang bisa ditanami tumbuhan dan
tidak tercemar oleh zat-zat logam berat.

Tujuan pemeliharaan kesehatan lingkungan  Tujuan dari pemeliharaan kesehatan lingkungan,


sebagai berikut: 

- Mengurangi pemanasan global


- Penanaman tumbuhan yang banyak pada lahan kosong akan bermanfaat dalam
mengurangi terjadinya pemanasan global.
- Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan makhluk hidup
- kegiatan-kegiatan industri diserap oleh tumbuhan dan menghasilkan  oksigen. Oksigen
yang dihasilkan tumbuhan merupakan gas yang bermanfaat bagi makhluk hidup
terutama manusia untuk bernapas.

Ada beberapa cara untuk menjaga kebersihan lingkungan, yaitu: 

- Membersihkan sampah organik Sampah organik adalah sampah yang dapat diurai oleh
pengurai atau dekomposer di dalam tanah, maka sampah organik dapat dibersihkan
dengan mengubur dalam-dalam sampah organik tersebut.
- Membersihkan sampah non organik Sampah non organik adalah sampah yang tidak
dapat dihancurkan (dimakan oleh zat) dengan sendirinya. Sampah non organik biasanya
hanya dapat didaur ulang dengan langkah 3R (reduce, reuse, dan recycle).

Referensi :

Umar fahmi ahmad 2019

https://www.compas.com>scola>read2022/10/26

http://www.pengertianku.net/2018/11/inilah-pengertian-kesehatan-lingkungan-dan-menurut-
para-ahli.html
priambodo s.a 2019 penduan praaktis menghadapi bencana
widyastuti, F (2020) bencana alam.

Anda mungkin juga menyukai