PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apadefinisi definisi communicable disease?
1.2.2 Bagaimana konsep dan tujuan keperawatan komunitas dalam area communicable
diseases?
1.2.3 Bagaimana cara penularan infeksi pada communicable disease?
1.2.4 Bagaimana konsep pencegahan communicable disease di area komunitas?
1.2.5 Apa saja macam-macam communicable diseases?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan komunitas dengan communicable disease?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi communicable disease
1.3.2 Mengetahui konsep dan tujuan keperawatan komunitas dalam area communicable
disease
1.3.3 Mengetahui cara penularan infeksi pada communicable disease
1.3.4 Mengetahui konsep pencegahan communicable disease di area komunitas
1.3.5 Mengetahui macam-macam communicable diseases
1.3.6 Mengatahui asuhan keperawatan komunitas dengan communicable disease
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Konsep dan Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas antara lain adalah:
a. Pencegahan penyebaran penyakit menular lebih lanjut
b. Pengontrolan prevalensi dan insidensi penyebaran penyakit menular di area endemik
c. Pengelolaan area dengan prevalensi penyakit menular yang tinggi
d. Memutus mata rantai penyebaran penyakit menular
e. Pemberdayaan masyarakat untuk memberi dukungan terhadap penderita dan keluarga
Menurut Clark (1999) secara garis besar, keperawatan komunitas berperan penting
dalam perencanaan pencegahan, mengidentifikasi dan mengendalikan penyakit menular yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Perencanaan
pencegahan penyakit menular meliputi, imunisasi, intervensi lingkungan, promosi kesehatan
komunitas, program deteksi dini penyakit, menemukan kasus (cases-finding), dan
penyelidikan (Spradley & Allender, 1996).
4
2.4 Pencegahan Communicable Disease
Pencegahan penyakit menular di lingkup komunitas dapat dilakukan melalui 3 jenis
pencegahan (Spradley & Allender, 1996), yaitu:
a. Pencegahan primer/ tingkat pertama
Sasaran utama pencegahan primer adalah orang sehat melalui usaha peningkatan
derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus
terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar
penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan. Pencegahan
tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab
(agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pejamu (host) Perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian
imunisasi, pendidikan kesehatan
Penyebab (agent) Menurunkan pengaruh serendah mungkin seperti
dengan penggunaandesinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi,
penyemprotan insektisida yang dapat memutus rantai
penularan.
Lingkungan Perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan air
(environment) bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan.
5
9) Praktek menyuntik yang aman
10) Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi
b. Pencegahan sekunder
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan
menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya
serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat
kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk
menghentikan proses penyakit lebih lanjut.
Kegiatan pencegahan sekunder ini meliputi:
a) Pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu
b) Penyaringan (screening) penyakit pada kelompok resiko atau kelompok secara
umum saat timbul tanda dan gejala penyakit
c) Surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan sacara teratur
dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang
ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau
pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses patogenesis termasuk
mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular tertentu. Contohnya kemoproflaksis
doksisiklin yang diberikan pada wisatawan ke daerah yang endemik malaria.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya
penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Beberapa kegiatan
yang dilakukan dalam pencegahan tertier meliputi: isolasi (mengasingkan diri) dan
karantina, serta desinfeksi.
Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) terdapat 4 hal upaya memperlakukan
infeksi yaitu:
6
a. Kontrol
Pengontrolan adalah upaya untuk mengurangi insiden atau prevalensi secara global.
Contohnya pemberian imunisasi kepada 80% balita seperti BCG untuk TBC, polio, DPT
di semua negara
b. Eliminasi
Adalah upaya pengontrolan pada area geografi yang spesifik seperti pada Negara,
kepulauan atau benua dan mengurangi prevalensi atau insiden yang terjadi. Contohnya
upaya pengurangan poliomeilitis di eropa dan pasifik barat, rubella di inggris di pulau
karibean, dan tetanus pada neonatal di eropa.
c. Pembasmian
Adalah mengurangi insiden penyakit menjadi nol di seluruh dunia. Contohnya
pembasmian pada cacar tahun 1977 yang sekarang virus tersebut hanya ditemukan pada
laboratorium. Beberapa kriteria pembasmian suatu penyakit adalah penyakit itu
menyerang manusia, mudah didiagnosa, dapat meningkatkan imunitas, penyakit musiman
terdapat perawatan kuratif.
7
serum antibody dan tidak ada perawatan spesifik yang direkomendasikan. Kontraindikasi
vaksin ini jika ada alergi.
c. Hepatitis B, Hepatitis C
Virus ini mempunyai awalan yang tidak diketahui, orang yang terinfeksi akan tanda
gejala yang sangat luas diantaranya anoreksia, nyeri perut, mual muntah. Transmisi virus
ini melalui darah.
d. Penyakit lyme
Infeksi bakteri ini menular melalui gigitan, biasanya gigitan rusa. Masa inkubasi 3-35
hari dengan manifestasi eritema, migraine, kemerahan, pada bekas gigitan dan bekas
tersebut seperti mata sapi jantan.
e. Campak
Sebuah penyakit infeksi akut dengan disertai demam 101 oF, batuk, konjungtivitis. Paling
banyak terjadi pada anak usia 12 bulan. Penegakan diagnose berdasarkan kultur jaringan
sekresi nasofaringeal dan tes serologi. Vaksin yang diberikan MMR.
f. Gondong
Penyakit sistemik karena virus yang menyebabkan demam dan pembengkakan yang nyeri
di kelenjar saliva dan carotid. Ditularkan melalui droplet dan kontak langsung dengan
saliva yang terinfeksi. Masa inkubasi 12-25 hari. Penegakan diagnose berdasarkan
isolasi virus dari oral dan tenggorokan, urin dan cairan spinal. Penyakit ini dapar
divaksinanasi dengan MMR
g. Polio
Penyakit enterovirus akut. Manifestasi berupa paralisis. Cara transmisi dengan droplet
melalui udara, kontaminasi fekal oral dengan masa inkubasi 7-21 hari. Penyakit ini
diberikan vaksin OPV.
h. Rubela
Penyakit karena virus dengan manifestasi ruam makulopapular, oksipital dan limpa
denopati posterior servikal. Pada anak biasanya tidak terdapat gejala namun pada orang
dewasa disertai demam dan malaise. Masa inkubasi 14-23 hari. Biasa divaksin dengan
MMR
i. Tetanus
8
Adalah penyakit akut neurological karena bakteri anaerob. Manifestasi berupa nyeri
konttraksi otot dan spasme otot. Transmisi secara tidak langsung melalui kontaminasi
luka, dari tanah dan muntahan yang terkontaminasi. Masa inkubasi 1-20 hari, biasanya
divasksin dengan TT
j. Varisela (Chicken pox)
Adalah penyakit menular dengan berbagai awalan. Transmisi melalui droplet dari napas,
kontak langsung cairan vesikuler, infeksi dari ibu selama hamil. Manifestasi yang terjadi
demam, malaise, dan ruam. Paling banyak terjadi pada usia> 15 tahun. Masa inkubasi
selama 14-15 hari. Biasanya divaksinasi MMR
k. Kolera
Adalah infeksi bakteri enteric akut dengan manifestasi diare encer, mual, dan dehidrasi.
Transmisi melalui rute fekal-oral biasanya dari air yang terkontaminasi fekal atau
makanan. Masa inkubasi selama 1-5 jam.
l. Japanese ensepalitis
Infeksi akut arbovirus. Manifestasi yang terjadi demam, gangguan siste saraf pusat. Masa
intubasi 5-15 hari.
m. Meningokokus, adalah infeksi akut bacterial dengan tanda gejala demam, sakit kepala,
kaku leher, mual muntah dan ruam makulopopular. Transmisi melalui droplet udara
tertutup maupun terbuka, kontak langsung dengan individu terinfeksi. Penegakan diagosa
dengan kultur darah dan cairan serebrospinal.
n. Tuberculosis (TBC), adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya.
Manifestasi Klinik:
Demam 40-41oC serta batuk/batuk berdarah
Sesak napas dan nyeri dada
Malaise, keringat malam
Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
Pada anak:
9
Berkurang berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh.
Demam tanpa jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
Batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
Riwayat kontak dengan penderita TB dewasa.
Penularan TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran napas dengan
menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak (droplet infection) yang mengandung
hasil dan dibatukkan oleh penderita TBC terbuka.Daya tangkis orang dengan reaksi
tuberculin negative dapat diperkuat melalui vaksinasi dengan vaksin BCG.
o. HIV/AIDS
Sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Penularan virus ditularkan melalui:
Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
Mendapatkan transfuse darah yang mengandung virus HIV
Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan
atau melalui ASI.
Manifestasi klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV) /AcquiredImunnodeficiency
Syndrome (AIDS). Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS
umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada
penderita penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
Rasa lelah dan lesu
Berat badan menurun secara drastis
Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
Mencret dan kurang nafsu makan
Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
Pembengkakan leher dan lipatan paha
Radang paru
10
Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal yaitu:
1) Manifestasi tumor
a) Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat jarang
menjadi sebab kematian primer.
b) Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf serta dapat bertahan
kurang lebih 1 tahun.
2) Manifestasi oportunistik
a) Manifestasi pada Paru
Pneumoni pneumocystis(PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru
PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan
demam.
Cytomegalovirus(CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paru-paru tetapi
dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30% penyebab kematian
pada AIDS.
Mycobacterium avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
Mycobacterium tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi milier dan cepat menyebar
ke organ lain di luar paru.
3) Manifestasi gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan >10% per bulan.
4) Manifestasi neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang biasanya timbul
pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis,
demensia, mielopati, neuropati perifer.
11
Gejala dan stadium klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired
Imunnodeficiency Syndrome(AIDS)
Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis
WHO atau CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans epidemiologi
dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan dua
gejala mayor dan satu gejala minor.
12
1. Dimensi Biofisik
Ya Tidak
Apakah klien di kelompok umur tertentu
mempunyai resiko dibawah ini?
Apakah klien mempunyai penyakit kronik?
Apakah klien menerima terapi imunosupresif?
Apakah klien mempunyai infeksi HIV?
Apakah klien cepat merasa lelah?
Apakah klien hamil?
Apakah klien mempunyai mempunyai riwayat
IMS?
Apakah klien pernah menerima tranfusi darah?
2. Dimensi Psikologi
Ya Tidak
Apakah klien merasa stress?
Apakah klien merasa depresi?
Apakah klien merasa kurang percaya diri di
lingkungannya?
3. Dimensi Fisik
Ya Tidak
Apakah klien memiliki banyak aktivitas?
Apakah klien beresiko dari gigitan hewan atau
serangga?
Apakah kondisi lingkungan fisik mempengaruhi
adanya penyakit?
Apakah klien menunjukkan kontaminasi makanan
atau air?
Apakah klien memiliki sanitasi yang buruk?
4. Dimensi Sosial
Ya Tidak
Apakah klien tidak memiliki rumah?
Apakah klien tinggal di penginapan atau di
institusi lain?
13
Apakah hubungan sosial mendukung resiko
tinggi?
Apakah terdapat anggota keluarga atau teman
yang sakit?
Apakah peningkatan jumlah penduduk
mempengaruhi penyebaran resiko?
Jika penduduk beresiko tinggi, apakah klien
melakukan upaya pencegahan?
Apakah klien terlibat dalam pelayanan anak
sebagai penerima atau penyedia?
Apakah kepercayaan budaya dan lingkungan
meningkatkan resiko penyakit klien?
Apakah klien hidup dalam lingkungan penyakit
menular yang tinggi?
Apakah klien mengunjungi area lingkungan
penyakit menular yang tinggi?
5. Dimensi Perilaku
Ya Tidak
Apakah klien tidak mampu merawat lingkungan?
14
baik, misalnya cuci tangan?
Apakah klien mencuci buah dan sayuran sebelum
memakannya?
Apakah klien memasak makanan hingga matang
untuk membunuh mikroorganisme
Apakah klien menjamin kemurniaan air dari
kontaminasi sebelum meminum dan
memasaknya?
15
- Ajarkan klien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan klien dan keluarga
mengenai cara menghindari infeksi
seperti: tidak menggunakan jarum
bersama, tranfusi darah dengan
penderita, dan hubungan seksual
- Membuang sampah dengan aman
dan benar
2. Manajemen Nutrisi (1100)
- Bantu dan anjurkan menentukan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
(tinggi vitamin dan mineral)
- Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan: pemberian ARV pada
ibu hamil
2 Isolasi sosial 1. Konseling (5240)
- Membantu klien dalam
mengidentifikasi masalah dan
seberapa jauh mengontrol diri
- Membantu klien dalam
meningkatkan perilaku
menyeleaikan masalah
- Memotivasi klien dalam
meningkatkan rasa percaya diri
- Memberikan kesempatan kepada
klien dalam menentukan keputusan
- Identifikasi sumber sumber –
sumber pribadi dan lingkungan
yang dapat meningkatkan kontrol
diri: keyakinan, agama
- Ajarkan perilaku klien untuk
mencegah keparahan penyakit
dengan cara: control dan minum
obat teratur, konsumsi nutrisi
16
seimbang, aktifitas dan istirahat
teratur
2. Dukungan Emosional (5270)
- Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan
- Menegaskan tentang pentingnya
klien bagi orang lain
- Mendorong agar klien
mengungkapkan perasaan negatif
- Memberikan rasa percaya dan
keyakinan
- Memberi dukungan : moril,
materiil (khususnya keluarga ) :
spiritual
- Memberikan informasi yang
dibutuhkan
2. Tuberculosis
No Diagnosa Intervensi
1 Resiko infeksi 1. Pengendalian infeksi (6545)
- Jelaskan tentang batuk efektif
(00004) berhubungan
untuk menghinadari penyebaran
dengan vaksinasi
infeksi dari satu penjamu ke yang
yang tidak adekuat,
lain
kurang informasi
- Ajarkan cara membersihkan
terkait menghindari
lingkungan setelah dipakai pasien
pajanan infeksi,
dengan TBC
imunosupresi - Pertahankan teknik isolasi yang
tepat
- Pendidikan northkesehatan terkait
cara penyebaran infeksi TBC
- Pendidikan kesehatan terkait tanda
dan gejala infeksi tbc
17
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Ajarkan teknik mencuci tangan
- Berikan pendidikan kesehatan
terkait imunasi untuk menghindari
TBC
- Laporkan jika ada kecurigaan
infeksi TBC
3. Manajemen lingkungan:
komunitas (6484)
- Screening faktor resiko dari
lingkungan
- Kolaborasi dan bekerjasama
dengan lingkungan untuk
mengembangkan upaya
pencegahan penularan TBC
2 Kurang pengetahuan 1. Pendidikan kesehatan (5510)
- Tentukan tingkat pengetahuan dan
(00126) berhubungan
perilaku kelompok
dengan
- Identifikasi sumberdaya kelompok
ketidakcukupan - Menyusun materi edukasi terkait
informasi, konsep TBC
- Berikan informasi mengenai
ketidakcukupan
darimana sumber informasi terkait
sumber informasi
TBC dapat di peroleh
(Blackwell, 2014)
- Gunakan teknik diskusi kelompok
- Demontrasikan cara pencegahan
TBC
- Melibatkan kelompok dalam
menentukan intervensi
2. Teaching : Proses penyakit (5602)
18
- Jelaskan terkait proses peyakit
- Lakukan evaluasi terkait edukasi
19
berhubungan dengan yang berasal dari lingkungan
- Monitor status risiko kesehatan
kurangnya informasi
yang berasal dari lingkungan
(00126)
- Dorong lingkungan untuk
berpartisipasi aktif dalam
keselamatan komunitas seperi
melakukan 3M
- Koordinasikan layanan terhadap
kelompok dan komunitas beresiko
- Lakukan program edukasi untuk
kelompok beresiko
4. Hepatitis
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakseimbangan 1. Manajemen Nutrisi (1100)
- Edukasi tentang pentingnya
nutrisi kurang dari
kebutuhan asupan nutisi
kebutuhan tubuh
- Anjurkan diit rendah lemak dan
(00002) berhubungan
tinggi kalori
dengan - Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Ajarkan modifikasi makanan yang
ketidakmampuan
sesuai
mencerna makanan
- Monitoring Nutrisi (1160)
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor turgor kulit dan mobilitas
2 Risiko tinggi 1. Kontrol Infeksi (6540)
- Edukasi tentang standar
terhadap transmisi
pencegahan seperti cuci tangan dan
infeksi (00004)
penggunaan sarung tangan
berhubungan dengan
- Perlindungan infeksi (6550)
sifat menular dari - Monitor adanya tanda gejala
agen virus infeksi sistemik dan lokal
- Manajemen penyakit menular
(8820)
- Informasikan mengenai imunisasi
20
dan anjurkan untuk melakukan
imunisasi (HBIg untuk Hepatitis
B)
- Monitor sanitasi dan lingkungan
- Promosikan legislasi yang
memastikan pemantauan dan
pengobatan yang tepat untuk
Hepatitis.
- Anjurkan melakukan pemeriksaan
berkala.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Communicable diseases atau penyakit menular merupakan salah satu faktor utama
penyebab kematian tertinggi di dunia. Oleh sebab itu, perlu adanya penanganan khusus untuk
mengendalikan penyakit menular untuk mengurangi insidensi penyakit menular dan
meningkatkan kesehatan masyarakat secara optimal.
21
Praktik keperawatan komunitas sebagai bagian dari pelayanan kesehatan komunitas
memiliki peran yang sangat penting terhadap pencegahan, identifikasi dan pengendalian
penyakit menular melalui pendekatan komunitas,intervensi lingkungan, promosi kesehatan
komunitas, program deteksi dini penyakit, menemukan kasus (cases-finding), dan
penyelidikan lebih lanjut. Pencegahan penyakit menular dapat dilakukan dengan tiga jenis
pencegahan, yaitu pencegahan primer (sebelum terjadinya penyakit), pencegahan primer
(deteksi dini penyakit, pengobatan), dan pencegahan tertier (untuk mencegah kecacatan lebih
lanjut dan rehabilitasi).
3.2 Saran
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kejadian penyakit menular yang
tinggi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit menular merupakan suatu hal yang
dasar bagi praktik keperawatan komunitas untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih
luas. Perawat komunitas juga harus mampu memahami konsep dasar pengendalian penyakit
menular sesuai jumlah masalah yang muncul di suatu daerah. Hal ini, dapat membantu fungsi
praktik keperawatan komunitas agar lebih efektif dalam mencegah, mengidentifikasi dan
mengendalikan penyakit menular dalam suatu populasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). (6th ed).
United States: Mosby Elsevier.
Carpenito, L. J. (2010). Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice. (13th ed).
United States: Wolters Kluwer.
Clark, Mary Jo.1999. Community Health Nursing Handbook. USA: Appleton & Lange.
F. Mckenzei, James F. 2013. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
22
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2016. Infodatin Tuberculosis:Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Moorhead, Sue., dkk. (2013) Nursing Outcomes Classification (NOC):Measurement of
Health Outcomes. (5th ed.). United States: Mosby Elsevier.
Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) Community Health Nursing:promoting the health of
population. USA: W.B. Saundersompany
Rivai. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan.Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia, 1 (1).
Nurarif, Amin & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC Edisi Jilid III. Jogjakarta: Mediaction.
Spradley B. W & Allender J. A. 1996. Community Health Nursing Concept and Practice
edisi 4. Philadelphia: Lippincott.
23