Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktik keperawatan profesional
yang diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat secara luas.
Lingkup keperawatan komunitas tidak terbatas pada individu yang sakit saja, namun seluruh
masyarakat dari berbagai rentang usiadalam rentan sehat maupun sakit meliputi peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan secara optimal. Salah satunya adalah perannya dalam
pencegahan penyakit menular di masyarakat.
Saat ini, masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang berdampak terhadap
kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh pemerintah dan tenaga kesehatan
bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor
lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko utama dalam penularan dan penyebaran
penyakit menular, baik karena kualitas lingkungan, masalah sarana sanitasi dasar maupun
akibat pencemaranlingkungan. Sehingga insiden dan prevalensi penyakit menular yang
berbasis lingkungan di Indonesia relatif masih sangat tinggi.
Keadaan kesehatan lingkungan di masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
perlu mendapat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti:
Mobilitas dan peningkatan jumlah penduduk, penyediaan air bersih, pemanfaatan jamban,
pengelolaan sampah, pembuangan air limbah, penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah
pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, polusi udara, air dan tanah dan banyak
lagi permasalahan yang dapat menimbulkan penyakit menular.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apadefinisi definisi communicable disease?
1.2.2 Bagaimana konsep dan tujuan keperawatan komunitas dalam area communicable
diseases?
1.2.3 Bagaimana cara penularan infeksi pada communicable disease?
1.2.4 Bagaimana konsep pencegahan communicable disease di area komunitas?
1.2.5 Apa saja macam-macam communicable diseases?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan komunitas dengan communicable disease?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi communicable disease
1.3.2 Mengetahui konsep dan tujuan keperawatan komunitas dalam area communicable
disease
1.3.3 Mengetahui cara penularan infeksi pada communicable disease
1.3.4 Mengetahui konsep pencegahan communicable disease di area komunitas
1.3.5 Mengetahui macam-macam communicable diseases
1.3.6 Mengatahui asuhan keperawatan komunitas dengan communicable disease

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DefinisiCommunicable Disease


Communicable disease atau penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan
oleh suatu agen tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung dan dapat ditularkan
dari satu individu ke individu lain. Proses penyakit dimulai saat agen siap menetap dan
tumbuh/ bereproduksi dengan tubuh pejamu (F. Mckenzei, 2013).
Communicable diseases merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Penyakit-penyakit baru sering muncul dan yang lainnya masih dalam proses pengendalian.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi perubahan sosial, perubahan
lingkungan, dan perubahan perilaku yang dapat menyebabkan munculnya agen infeksi
penyakit (Clark, 1999).
Communicanle disease adalah suatu penyakit yang dapat ditularkan dari satu individu
ke indvidu lain dan disebabkan karena adanya agen perantara yang dapat menginfeksi
individu yang rentan. Agen perantara penyakit menular bisa manusia, hewan atau serangga
sedangkan sumber infeksi bisa dari manusia, hewan, serangga atau benda mati yang menjadi
tempat hidup dan tempat perkembangbiakan infeksi serta dapat menjadi sumber infeksi bagi
yang lain. Communicable disease telah menantang tenaga pelayanan kesehatan selama
berabad-abad untuk mengembangkan perawatan dan langkah-langkah pencegahan yang tak
terhingga, mulai dari prosedur sederhana sepertu mencuci tangan, sanitasi, ventilasi yang
cukup hingga pengembangan vaksin dan antibiotik (Spradley & Allender, 1996).
Pengetahuan tentang communicable disease (penyakit menular) merupakan suatu hal
yang dasar bagi praktik keperawatan komunitas karena penyakit ini dapat menyebar di
seluruh komunitas penduduk. Memahami konsep dasar pengendalian penyakit menular
sesuai jumlah masalah yang muncul di suatu daerah dapat membantu praktik keperawatan
komunitas dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular yang lebih efektif di suatu
populasi atau kelompok. (Spradley & Allender, 1996).

3
2.2 Konsep dan Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas antara lain adalah:
a. Pencegahan penyebaran penyakit menular lebih lanjut
b. Pengontrolan prevalensi dan insidensi penyebaran penyakit menular di area endemik
c. Pengelolaan area dengan prevalensi penyakit menular yang tinggi
d. Memutus mata rantai penyebaran penyakit menular
e. Pemberdayaan masyarakat untuk memberi dukungan terhadap penderita dan keluarga
Menurut Clark (1999) secara garis besar, keperawatan komunitas berperan penting
dalam perencanaan pencegahan, mengidentifikasi dan mengendalikan penyakit menular yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Perencanaan
pencegahan penyakit menular meliputi, imunisasi, intervensi lingkungan, promosi kesehatan
komunitas, program deteksi dini penyakit, menemukan kasus (cases-finding), dan
penyelidikan (Spradley & Allender, 1996).

2.3 Cara Penularan Infeksi


Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001), Penularan penyakit tidak terjadi pada ruang
hampa tetapi penularan adalah hasil interaksi antara satu komponen dengan komponen lain
contohnya manusia, agen infeksius (bakteri), lingkungan yang terkontaminasi. Penularan ini
dapat terjadi secara vertical dan horizontal, contoh penularan vertical adalah penularan antara
orang tua dan janin melalui plasenta, ASI dan persalinan sementara penularan horizontal terjadi
secara langsung seperti antar manusia, manusia dengan air, atau manusia dengan vector
(nyamuk). Jenis penularan terdiri dari 2 yaitu:
a. Transmisi langsung, adalah transmisi yang didapat dengan segera dari agen infeksius
melalui kontak fisik, contoh scabies, rubella, dan gonorea
b. Transmisi tidak langsung, adalah pajanan infeksi melalui muntahan di kendaraan, hewan
dan vector (biologikal dan mekanikal). Muntahan mampu menjadi transmisi infeksi
karena mengandung makanan, cairan serta darah dari dalam tubuh manusia yang
mengalami infeksi. Vector dapat menyebabkan virus atau bakteri hewan lain dengan
gigitan, ludah, feses, urindan daging yang terkontaminasi.

4
2.4 Pencegahan Communicable Disease
Pencegahan penyakit menular di lingkup komunitas dapat dilakukan melalui 3 jenis
pencegahan (Spradley & Allender, 1996), yaitu:
a. Pencegahan primer/ tingkat pertama
Sasaran utama pencegahan primer adalah orang sehat melalui usaha peningkatan
derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus
terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar
penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan. Pencegahan
tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab
(agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pejamu (host) Perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian
imunisasi, pendidikan kesehatan
Penyebab (agent) Menurunkan pengaruh serendah mungkin seperti
dengan penggunaandesinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi,
penyemprotan insektisida yang dapat memutus rantai
penularan.
Lingkungan Perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan air
(environment) bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan.

Kewaspadaan standar atau standard precaution diberlakukan terhadap semua


pasien, tidak tergantung terinfeksi/kolonisasi. Kewaspadaan standar disusun untuk
mencegah kontaminasi silang sebelum diagnosis diketahui dan beberapa merupakan
praktek rutin (Nies, M.A., & Mc Ewan, M., 2001), meliputi:
1) Kebersihan tangan
2) Alat Pelindung Diri (APD): sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), face shield(pelindungwajah), gaun
3) Peralatan perawatan pasien
4) Pengendalian lingkungan
5) Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6) Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
7) Penempatan pasien
8) Hyangiene respirasi/Etika batuk

5
9) Praktek menyuntik yang aman
10) Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi

b. Pencegahan sekunder
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan
menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya
serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat
kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk
menghentikan proses penyakit lebih lanjut.
Kegiatan pencegahan sekunder ini meliputi:
a) Pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu
b) Penyaringan (screening) penyakit pada kelompok resiko atau kelompok secara
umum saat timbul tanda dan gejala penyakit
c) Surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan sacara teratur
dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang
ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok risiko tinggi.

Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau
pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses patogenesis termasuk
mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular tertentu. Contohnya kemoproflaksis
doksisiklin yang diberikan pada wisatawan ke daerah yang endemik malaria.

c. Pencegahan tersier
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya
penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Beberapa kegiatan
yang dilakukan dalam pencegahan tertier meliputi: isolasi (mengasingkan diri) dan
karantina, serta desinfeksi.

Menurut Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) terdapat 4 hal upaya memperlakukan
infeksi yaitu:

6
a. Kontrol
Pengontrolan adalah upaya untuk mengurangi insiden atau prevalensi secara global.
Contohnya pemberian imunisasi kepada 80% balita seperti BCG untuk TBC, polio, DPT
di semua negara
b. Eliminasi
Adalah upaya pengontrolan pada area geografi yang spesifik seperti pada Negara,
kepulauan atau benua dan mengurangi prevalensi atau insiden yang terjadi. Contohnya
upaya pengurangan poliomeilitis di eropa dan pasifik barat, rubella di inggris di pulau
karibean, dan tetanus pada neonatal di eropa.
c. Pembasmian
Adalah mengurangi insiden penyakit menjadi nol di seluruh dunia. Contohnya
pembasmian pada cacar tahun 1977 yang sekarang virus tersebut hanya ditemukan pada
laboratorium. Beberapa kriteria pembasmian suatu penyakit adalah penyakit itu
menyerang manusia, mudah didiagnosa, dapat meningkatkan imunitas, penyakit musiman
terdapat perawatan kuratif.

2.5 Macam-macam Communicable Diseases


a. Haemophilus influenze type B (Hib)
Infeksi bakteri akut yang bersifat invasive yang dapat mempengaruhi keseluruhan organ
tubuh. Hib berhubungan dengan penyakit meningitis, epiglotitis, otitis media, pneumonia,
arthritis dan selulitis. Manifestasi dari penyakit ini adalah demam, letargi, muntah, iritasi
meningeal, penurunan status mental, nyeri leher, pembengkakan epiglottis, distress
pernapasan, lesi kulit, dan infeksi ke telinga. Komplikasi seperti sepsis arthritis, sumbatan
jalan napas, bahkan kematian. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak dibawah 5 tahun.
Hib dapat ditularkan melalui droplet.
b. Hepatitis A
Hepatitis A adalah infeksi virus akif yang biasanya terjadi < 2 bulan dan manifestasinya
adalah diawali dengan demam, anoreksia, malaise, urin gelap dan jaundice. HAV di
transmisikan melalui kontaminasi fekal-oral dari makanan dan air dengan masa inkubasi
15-50 hari dengan rata-rata 25-30 hari. Virus ini biasanya terjadi di negara berkembang
yang biasa terjadi pada anak-anak 5-14 tahun. Penyakit dapat didiagnosa dengan adanya

7
serum antibody dan tidak ada perawatan spesifik yang direkomendasikan. Kontraindikasi
vaksin ini jika ada alergi.
c. Hepatitis B, Hepatitis C
Virus ini mempunyai awalan yang tidak diketahui, orang yang terinfeksi akan tanda
gejala yang sangat luas diantaranya anoreksia, nyeri perut, mual muntah. Transmisi virus
ini melalui darah.
d. Penyakit lyme
Infeksi bakteri ini menular melalui gigitan, biasanya gigitan rusa. Masa inkubasi 3-35
hari dengan manifestasi eritema, migraine, kemerahan, pada bekas gigitan dan bekas
tersebut seperti mata sapi jantan.
e. Campak
Sebuah penyakit infeksi akut dengan disertai demam 101 oF, batuk, konjungtivitis. Paling
banyak terjadi pada anak usia 12 bulan. Penegakan diagnose berdasarkan kultur jaringan
sekresi nasofaringeal dan tes serologi. Vaksin yang diberikan MMR.
f. Gondong
Penyakit sistemik karena virus yang menyebabkan demam dan pembengkakan yang nyeri
di kelenjar saliva dan carotid. Ditularkan melalui droplet dan kontak langsung dengan
saliva yang terinfeksi. Masa inkubasi 12-25 hari. Penegakan diagnose berdasarkan
isolasi virus dari oral dan tenggorokan, urin dan cairan spinal. Penyakit ini dapar
divaksinanasi dengan MMR
g. Polio
Penyakit enterovirus akut. Manifestasi berupa paralisis. Cara transmisi dengan droplet
melalui udara, kontaminasi fekal oral dengan masa inkubasi 7-21 hari. Penyakit ini
diberikan vaksin OPV.
h. Rubela
Penyakit karena virus dengan manifestasi ruam makulopapular, oksipital dan limpa
denopati posterior servikal. Pada anak biasanya tidak terdapat gejala namun pada orang
dewasa disertai demam dan malaise. Masa inkubasi 14-23 hari. Biasa divaksin dengan
MMR
i. Tetanus

8
Adalah penyakit akut neurological karena bakteri anaerob. Manifestasi berupa nyeri
konttraksi otot dan spasme otot. Transmisi secara tidak langsung melalui kontaminasi
luka, dari tanah dan muntahan yang terkontaminasi. Masa inkubasi 1-20 hari, biasanya
divasksin dengan TT
j. Varisela (Chicken pox)
Adalah penyakit menular dengan berbagai awalan. Transmisi melalui droplet dari napas,
kontak langsung cairan vesikuler, infeksi dari ibu selama hamil. Manifestasi yang terjadi
demam, malaise, dan ruam. Paling banyak terjadi pada usia> 15 tahun. Masa inkubasi
selama 14-15 hari. Biasanya divaksinasi MMR
k. Kolera
Adalah infeksi bakteri enteric akut dengan manifestasi diare encer, mual, dan dehidrasi.
Transmisi melalui rute fekal-oral biasanya dari air yang terkontaminasi fekal atau
makanan. Masa inkubasi selama 1-5 jam.
l. Japanese ensepalitis
Infeksi akut arbovirus. Manifestasi yang terjadi demam, gangguan siste saraf pusat. Masa
intubasi 5-15 hari.
m. Meningokokus, adalah infeksi akut bacterial dengan tanda gejala demam, sakit kepala,
kaku leher, mual muntah dan ruam makulopopular. Transmisi melalui droplet udara
tertutup maupun terbuka, kontak langsung dengan individu terinfeksi. Penegakan diagosa
dengan kultur darah dan cairan serebrospinal.
n. Tuberculosis (TBC), adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ
tubuh lainnya.
Manifestasi Klinik:
 Demam 40-41oC serta batuk/batuk berdarah
 Sesak napas dan nyeri dada
 Malaise, keringat malam
 Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
 Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

Pada anak:

9
 Berkurang berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh.
 Demam tanpa jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
 Batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
 Riwayat kontak dengan penderita TB dewasa.
Penularan TBC ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran napas dengan
menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak (droplet infection) yang mengandung
hasil dan dibatukkan oleh penderita TBC terbuka.Daya tangkis orang dengan reaksi
tuberculin negative dapat diperkuat melalui vaksinasi dengan vaksin BCG.

o. HIV/AIDS
Sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Penularan virus ditularkan melalui:
 Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
 Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
 Mendapatkan transfuse darah yang mengandung virus HIV
 Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan
atau melalui ASI.
Manifestasi klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV) /AcquiredImunnodeficiency
Syndrome (AIDS). Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS
umumnya sulit dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada
penderita penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
 Rasa lelah dan lesu
 Berat badan menurun secara drastis
 Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
 Mencret dan kurang nafsu makan
 Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
 Pembengkakan leher dan lipatan paha
 Radang paru

10
 Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS umumnya meliputi 3 hal yaitu:
1) Manifestasi tumor
a) Sarkoma Kaposi
Kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Penyakit ini sangat jarang
menjadi sebab kematian primer.
b) Limfoma ganas
Timbul setelah terjadi Sarkoma Kaposi dan menyerang saraf serta dapat bertahan
kurang lebih 1 tahun.
2) Manifestasi oportunistik
a) Manifestasi pada Paru
 Pneumoni pneumocystis(PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru
PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan
demam.
 Cytomegalovirus(CMV)
Pada manusia 50% virus ini hidup sebagai komensal pada paru-paru tetapi
dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan 30% penyebab kematian
pada AIDS.
 Mycobacterium avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
 Mycobacterium tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi milier dan cepat menyebar
ke organ lain di luar paru.
3) Manifestasi gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, diare kronis, penurunan berat badan >10% per bulan.
4) Manifestasi neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukkan manifestasi neurologis yang biasanya timbul
pada fase akhir penyakit. Kelainan saraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis,
demensia, mielopati, neuropati perifer.

11
Gejala dan stadium klinis Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired
Imunnodeficiency Syndrome(AIDS)
Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis
WHO atau CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans epidemiologi
dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan dua
gejala mayor dan satu gejala minor.

Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS


Gejala Mayor Gejala Minor
Berat badan menurun >10% dalam Batuk menetap >1 bulan
1 bulan
Diare kronik berlangsung >1 bulan Dermatitis generalisata
Demam berkepanjangan >1 bulan Herpes Zooster multi-segmental dan
berulang
Penurunan kesadaran Kandidiasis orofaringeal
Demensia/HIV ensefalopati Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat
kelamin wanita
Retinitis Cytomegalovirus

2.6 Asuhan Keperawatan Komunitas denganCommunicable Disease


a. Pengkajian
Pengkajian penyakit menular meliputi enam dimensi (Clark, 1999), yaitu:

12
1. Dimensi Biofisik
Ya Tidak
Apakah klien di kelompok umur tertentu
mempunyai resiko dibawah ini?
Apakah klien mempunyai penyakit kronik?
Apakah klien menerima terapi imunosupresif?
Apakah klien mempunyai infeksi HIV?
Apakah klien cepat merasa lelah?
Apakah klien hamil?
Apakah klien mempunyai mempunyai riwayat
IMS?
Apakah klien pernah menerima tranfusi darah?

2. Dimensi Psikologi
Ya Tidak
Apakah klien merasa stress?
Apakah klien merasa depresi?
Apakah klien merasa kurang percaya diri di
lingkungannya?

3. Dimensi Fisik
Ya Tidak
Apakah klien memiliki banyak aktivitas?
Apakah klien beresiko dari gigitan hewan atau
serangga?
Apakah kondisi lingkungan fisik mempengaruhi
adanya penyakit?
Apakah klien menunjukkan kontaminasi makanan
atau air?
Apakah klien memiliki sanitasi yang buruk?

4. Dimensi Sosial
Ya Tidak
Apakah klien tidak memiliki rumah?
Apakah klien tinggal di penginapan atau di
institusi lain?

13
Apakah hubungan sosial mendukung resiko
tinggi?
Apakah terdapat anggota keluarga atau teman
yang sakit?
Apakah peningkatan jumlah penduduk
mempengaruhi penyebaran resiko?
Jika penduduk beresiko tinggi, apakah klien
melakukan upaya pencegahan?
Apakah klien terlibat dalam pelayanan anak
sebagai penerima atau penyedia?
Apakah kepercayaan budaya dan lingkungan
meningkatkan resiko penyakit klien?
Apakah klien hidup dalam lingkungan penyakit
menular yang tinggi?
Apakah klien mengunjungi area lingkungan
penyakit menular yang tinggi?

5. Dimensi Perilaku
Ya Tidak
Apakah klien tidak mampu merawat lingkungan?

Apakah klien terlibat dalam penyalahgunaan zat?


Apakah klien menggunakan obat terlarang?
Apakah klien menyebarkan obat terlarang?
Apakah klien aktif dalam seksual?
Apakah klien mempunyai pasangan seksual lebih
dari 1?
Apakah klien melakukan hubungan seksual
secara aman?
Apakah klien menggunakan kondom dalam
berhubungan seksual?
Apakah klien menggunakan spray tertentu?
Apakah klien menggunakan kontrasepsi oral?
Apakah klien masuk dalam prostitusi untuk
mendapatkan uang atau obat terlarang?
Apakah klien mempunyai keterkaitan dengan
anggota dari kelompok resiko tinggi?
Apakah klien menjaga kebersihan diri dengan

14
baik, misalnya cuci tangan?
Apakah klien mencuci buah dan sayuran sebelum
memakannya?
Apakah klien memasak makanan hingga matang
untuk membunuh mikroorganisme
Apakah klien menjamin kemurniaan air dari
kontaminasi sebelum meminum dan
memasaknya?

6. Dimensi Sistem Kesehatan


Ya Tidak
Apakah klien menerima imunisasi dibawah ini?
· Campak
· Gondok
· Tetanus
· Dipteria
· Pertusis
· HiB
· Hepatitis A
· Hepatitis B
· Vericella
· Influenza
· TBC
Apakah klien menyediakan pelayanan imunisasi?
Apakah klien memiliki jaminan untuk pelayanan
imunisasi?

b. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan pada Penyakit Menular


1. HIV/AIDS
No Diagnosa Masalah Intervensi Keperawatan
1 Resiko infeksi 1. Control infeksi (6540)
- Jaga kebersihan lingkungan
berhubungan dengan
- Ajarkan teknik cuci tangan yang
imunosupresi (00004)
tepat sebelum dan sesudah
melakukan tindakan

15
- Ajarkan klien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan klien dan keluarga
mengenai cara menghindari infeksi
seperti: tidak menggunakan jarum
bersama, tranfusi darah dengan
penderita, dan hubungan seksual
- Membuang sampah dengan aman
dan benar
2. Manajemen Nutrisi (1100)
- Bantu dan anjurkan menentukan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
(tinggi vitamin dan mineral)
- Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan: pemberian ARV pada
ibu hamil
2 Isolasi sosial 1. Konseling (5240)
- Membantu klien dalam
mengidentifikasi masalah dan
seberapa jauh mengontrol diri
- Membantu klien dalam
meningkatkan perilaku
menyeleaikan masalah
- Memotivasi klien dalam
meningkatkan rasa percaya diri
- Memberikan kesempatan kepada
klien dalam menentukan keputusan
- Identifikasi sumber sumber –
sumber pribadi dan lingkungan
yang dapat meningkatkan kontrol
diri: keyakinan, agama
- Ajarkan perilaku klien untuk
mencegah keparahan penyakit
dengan cara: control dan minum
obat teratur, konsumsi nutrisi

16
seimbang, aktifitas dan istirahat
teratur
2. Dukungan Emosional (5270)
- Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan
- Menegaskan tentang pentingnya
klien bagi orang lain
- Mendorong agar klien
mengungkapkan perasaan negatif
- Memberikan rasa percaya dan
keyakinan
- Memberi dukungan : moril,
materiil (khususnya keluarga ) :
spiritual
- Memberikan informasi yang
dibutuhkan

2. Tuberculosis
No Diagnosa Intervensi
1 Resiko infeksi 1. Pengendalian infeksi (6545)
- Jelaskan tentang batuk efektif
(00004) berhubungan
untuk menghinadari penyebaran
dengan vaksinasi
infeksi dari satu penjamu ke yang
yang tidak adekuat,
lain
kurang informasi
- Ajarkan cara membersihkan
terkait menghindari
lingkungan setelah dipakai pasien
pajanan infeksi,
dengan TBC
imunosupresi - Pertahankan teknik isolasi yang
tepat
- Pendidikan northkesehatan terkait
cara penyebaran infeksi TBC
- Pendidikan kesehatan terkait tanda
dan gejala infeksi tbc

17
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Ajarkan teknik mencuci tangan
- Berikan pendidikan kesehatan
terkait imunasi untuk menghindari
TBC
- Laporkan jika ada kecurigaan
infeksi TBC

2. Manajemen nutrisi (1100)


- Sarankan untuk melakukan
pengaturan diet tinggi protein
untuk menambah kekebalan tubuh

3. Manajemen lingkungan:
komunitas (6484)
- Screening faktor resiko dari
lingkungan
- Kolaborasi dan bekerjasama
dengan lingkungan untuk
mengembangkan upaya
pencegahan penularan TBC
2 Kurang pengetahuan 1. Pendidikan kesehatan (5510)
- Tentukan tingkat pengetahuan dan
(00126) berhubungan
perilaku kelompok
dengan
- Identifikasi sumberdaya kelompok
ketidakcukupan - Menyusun materi edukasi terkait
informasi, konsep TBC
- Berikan informasi mengenai
ketidakcukupan
darimana sumber informasi terkait
sumber informasi
TBC dapat di peroleh
(Blackwell, 2014)
- Gunakan teknik diskusi kelompok
- Demontrasikan cara pencegahan
TBC
- Melibatkan kelompok dalam
menentukan intervensi
2. Teaching : Proses penyakit (5602)

18
- Jelaskan terkait proses peyakit
- Lakukan evaluasi terkait edukasi

3. Dengue Hemoragic Fever (DHF)


No. Diagnosa Intervensi
1. Hipertermi 1. Perawatan demam (3740)
- Libatkan keluarga dalam
berhubungan dengan
monitor suhu seseringmungkin
proses infeksi
- Libatkan keluarga dalam monitor
virus dengue (00007)
warna dan suhukulit
- Edukasi dan libatkan keluarga
dalam
monitorpenurunan tingkat kesadar
an
- Edukasi keluarga untuk
kompres pasien pada lipatpaha dan
aksila
- Pengaturan suhu (3900)
- Libatkan keluarga dalam monitor
suhu minimaltiap 2 jam
- Edukasi keluarga untuk
tingkatkan intake cairan dan nutrisi

2. Nyeri berhubungan 2. Manajemen nyeri (1400)


- Identifikasi faktor internal dan
dengan
eksternal yang dapat
proses patologis
meningkatkan atau mengurangi
penyakit (00132)
nyeri pasien.
- Edukasi keluarga untuk
meningkatkan istirahat pasien.
- Edukasi keluarga teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri pasien (contoh :
teknik massage)
3. Kurang pengetahuan - Inisiasi skrining resiko kesehatan

19
berhubungan dengan yang berasal dari lingkungan
- Monitor status risiko kesehatan
kurangnya informasi
yang berasal dari lingkungan
(00126)
- Dorong lingkungan untuk
berpartisipasi aktif dalam
keselamatan komunitas seperi
melakukan 3M
- Koordinasikan layanan terhadap
kelompok dan komunitas beresiko
- Lakukan program edukasi untuk
kelompok beresiko

4. Hepatitis
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakseimbangan 1. Manajemen Nutrisi (1100)
- Edukasi tentang pentingnya
nutrisi kurang dari
kebutuhan asupan nutisi
kebutuhan tubuh
- Anjurkan diit rendah lemak dan
(00002) berhubungan
tinggi kalori
dengan - Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Ajarkan modifikasi makanan yang
ketidakmampuan
sesuai
mencerna makanan
- Monitoring Nutrisi (1160)
- Monitor adanya penurunan berat
badan
- Monitor turgor kulit dan mobilitas
2 Risiko tinggi 1. Kontrol Infeksi (6540)
- Edukasi tentang standar
terhadap transmisi
pencegahan seperti cuci tangan dan
infeksi (00004)
penggunaan sarung tangan
berhubungan dengan
- Perlindungan infeksi (6550)
sifat menular dari - Monitor adanya tanda gejala
agen virus infeksi sistemik dan lokal
- Manajemen penyakit menular
(8820)
- Informasikan mengenai imunisasi

20
dan anjurkan untuk melakukan
imunisasi (HBIg untuk Hepatitis
B)
- Monitor sanitasi dan lingkungan
- Promosikan legislasi yang
memastikan pemantauan dan
pengobatan yang tepat untuk
Hepatitis.
- Anjurkan melakukan pemeriksaan
berkala.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Communicable diseases atau penyakit menular merupakan salah satu faktor utama
penyebab kematian tertinggi di dunia. Oleh sebab itu, perlu adanya penanganan khusus untuk
mengendalikan penyakit menular untuk mengurangi insidensi penyakit menular dan
meningkatkan kesehatan masyarakat secara optimal.

21
Praktik keperawatan komunitas sebagai bagian dari pelayanan kesehatan komunitas
memiliki peran yang sangat penting terhadap pencegahan, identifikasi dan pengendalian
penyakit menular melalui pendekatan komunitas,intervensi lingkungan, promosi kesehatan
komunitas, program deteksi dini penyakit, menemukan kasus (cases-finding), dan
penyelidikan lebih lanjut. Pencegahan penyakit menular dapat dilakukan dengan tiga jenis
pencegahan, yaitu pencegahan primer (sebelum terjadinya penyakit), pencegahan primer
(deteksi dini penyakit, pengobatan), dan pencegahan tertier (untuk mencegah kecacatan lebih
lanjut dan rehabilitasi).

3.2 Saran
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kejadian penyakit menular yang
tinggi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit menular merupakan suatu hal yang
dasar bagi praktik keperawatan komunitas untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih
luas. Perawat komunitas juga harus mampu memahami konsep dasar pengendalian penyakit
menular sesuai jumlah masalah yang muncul di suatu daerah. Hal ini, dapat membantu fungsi
praktik keperawatan komunitas agar lebih efektif dalam mencegah, mengidentifikasi dan
mengendalikan penyakit menular dalam suatu populasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). (6th ed).
United States: Mosby Elsevier.
Carpenito, L. J. (2010). Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice. (13th ed).
United States: Wolters Kluwer.
Clark, Mary Jo.1999. Community Health Nursing Handbook. USA: Appleton & Lange.
F. Mckenzei, James F. 2013. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

22
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Kemenkes RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2016. Infodatin Tuberculosis:Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Moorhead, Sue., dkk. (2013) Nursing Outcomes Classification (NOC):Measurement of
Health Outcomes. (5th ed.). United States: Mosby Elsevier.
Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Nies, M.A., & Mc Ewan, M. (2001) Community Health Nursing:promoting the health of
population. USA: W.B. Saundersompany
Rivai. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan.Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia, 1 (1).
Nurarif, Amin & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan NANDA NIC-NOC Edisi Jilid III. Jogjakarta: Mediaction.
Spradley B. W & Allender J. A. 1996. Community Health Nursing Concept and Practice
edisi 4. Philadelphia: Lippincott.

23

Anda mungkin juga menyukai