OLEH :
KELOMPOK 2 B11-A
1
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Telusur Jurnal Keperawatan Terapi
Akupresur dan Shin Jin Jyutsu”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Aplikasi Komplementer.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna untuk menyempurnakan makalah ini.
“Om Santih, Santih, Santih Om”
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telusur Jurnal Akupresur ................................................................... 6
2.2 Telusur Jurnal Shin Jin Jyutsu ............................................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 24
3.2 Saran .................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pada meridian (saluran energi) yang berhubungan dengan organ-organ di
dalam tubuhyang terletak pada jari tangan. Titik-titik refleksi pada tangan
memberikan rangsangan secara refleks (spontan) pada saat genggaman.
Rangsangan tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik
menuju otak kemudian diproses dengan cepat dan diteruskan menuju saraf
pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur
energi menjadi lancar. Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan
mengembalikan emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika
tubuh dalam keadaan rileks, maka ketegangan pada otot berkurang yang
kemudian akan mengurangi kecemasan (Yuliastuti, 2015).
1.4 Manfaat
1. Manfaat praktik
Manfaat ini berkaitan dengan metode komplementer yang dapat
diterapkan dalam kegiatan pengobatan.
2. Manfaat teoritis
Sebagai acuan dalam pengkajian suatu kegiatan pengobatan baik
dilakukan oleh institusi (kampus) maupun praktisi pengobatan atau
pelayanan kesehatan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
pengobatan nyeri punggung bawah dengan terapi akupresur dengan hasil
bahwa terapi akupresur efektif dalam mengatasi nyeri punggung dan
manfaatnya bertahan selama enambulan (Issarata, 2013)
Terapi akupresur memberikan efek yang signifikan (p<0,05)
terhadap penurunan nyeri punggung belakang pada ibu hamil. Akupresur
merupakan salahsatu teknik pengobatan tradisional dari cina yang
digunakan untuk menurunkan nyeri. Akupresuradalah teknik yang
memberikan tekanan fisik pada permukaan tubuh yang merupakan
tempatsirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus nyeri. Akupresur
terbukti dapat mengurangi nyeri punggung, nyeri kepala dan mual muntah
(Yurdanur,2012).
Hal ini karena dasar dari akupresur adalah menstimulasi saraf
afferen tipe 1 dan tipe II atau serat A-delta di otot yang akan mengirim
impulsmenuju traktus anterolateral di medula spinalis. Sampai di medula
spinalis nyeri dihambat padapresinaptik oleh pelepasan enchepalin dan
dynorphin sehingga mencegah pesan nyeri sampai ketraktus
spinothalamik.akupresur pada titik akupunktur akan memberikan efek
lokal yaitu penurunannyeri pada daerah sekitar titikm penekanan.
Penekanan pada titik yang dilakukan akan memberikanefek perubahan
biokimia, fisiologis dan persepsi atau rasa. Perubahan biokimia dapat
berupapeningkatan kadar endorfin, perubahan fisiologis dapat berupa
aktivitas aliran darah dan oksigen,sedangkan perubahan persepsi dapat
berupa penurunan tingkat nyeri (Adikara, 2015).
B. Terapi Akupresur Dapat Menurunkan Keluhan Mual Muntah Akut
Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker: Randomized Clinical Trial
Gejala mual muntah merupakan salah satu efek samping yang berat
akibat pemberian obat kanker.Kondisi ini dapat menyebabkan stres
terhadappasien dan terkadang membuat pasien memilihuntuk
menghentikan siklus terapi dan berpotensi untuk menimbulkan harapan
hidup yang buruk dimasa depan. Disamping itu, jika efek samping initidak
dapat ditangani dengan baik, maka mualmuntah dapat menyebabkan
7
terjadinya dehidrasi,ketidakseimbangan elektrolit, dan resiko
terjadiaspirasi pneumonia (Hesketh, 2008; Ignatavicius& Workman,
2008).
Terapi komplementer yang dapat dilakukan dalam mengatasi mual
muntah akibat kemoterapi yaitusalah satunya dengan akupresur. Stimulasi
yangdilakukan pada titik P6 dan St36 diyakini akanmemperbaiki aliran
energi di lambung sehinggadapat mengurangi terjadi gangguan pada
lambungtermasuk mual muntah (Dibble, Luce, Cooper, &Israel,
2007).Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarcin, Gurbuz, Pocan,
Keskin, dan Demirturk (2004),mengungkapkan informasi lain
bahwastimulasi pada titik P6 mempunyai manfaat dalampeningkatan
pengeluaran beta endorpin di hipofisisdi sekitar CTZ. Beta endorpin
merupakan salahsatu antiemetik endogen yang dapat menghambatimpuls
mual muntah di pusat muntah dan CTZ(Samad, Afshan, & Kamal, 2003).
Tarcin, et al. (2004) dan Samad, et al. (2003) yang menunjukkan
bahwa stimulasi pada titik P6 dapat meningkatkanpengeluaran beta
endorpin di hipofisis di sekitarCTZ, dimana beta endorpin yang
merupakan salahsatu antiemetik endogen yang dapat menghambatimpuls
mual muntah di pusat muntah dan CTZ.Berdasarkan penemuan tersebut,
diharapkan agarakupresur dapat diaplikasikan untuk membantupasien
dalam rangka menurunkan mual muntahakibat kemoterapi.
Pada penelitiannya Dibble, et al. menunjukkan bahwa
terdapatperbedaan pada intensitas mual dan muntah yangbermakna pada
kelompok yang mendapatkanakupresur bila dibandingkan dengan
kelompokplasebo dan kelompok yang mendapat perawatanyang biasa.
Selain itu, tidak ada perbedaan yangbermakna pada kelompok plasebo
akupresur dankelompok yang mendapat perawatan yang biasa. Hasil
penelitian yang dilakukan di 2 RS di Jakatrta menunjukkan penurunan
rerata skor mual, muntah, serta mual muntah setelah dilakukan
akupresurpada kelompok intervensi lebih besar dibandingkandengan pada
kelompok kontrol (p< 0,005).Kesimpulannya, secara bermakna akupresur
8
dapatmenurunkan mual muntah akut akibat kemoterapipada pasien kanker
yang dilakukan akupresurdibanding dengan kelompok kontrol.
Manipulasi pada titik akupresur P6 dan St36 dapat memberikan
manfaat berupa perbaikan energi yangada di meridian limpa dan lambung,
sehinggamemperkuat sel-sel saluran pencernaan terhadapefek kemoterapi
yang dapat menurunkan rangsangmual muntah ke pusat muntah.
Manipulasi tersebutjuga dapat merangsang peningkatan beta endorpindi
hipofise yang dapat menjadi antiemetik alamimelalui kerjanya
menurunkan impuls mual muntahdi chemoreseptor trigger zone (CTZ) dan
pusat
muntah (Tarcin, et al., 2004).
C. Akupresur Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Dan Rentang Gerak
Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke
Stroke secara jelas dapat berdampak pada penurunan fungsi ekstremitas
atas berupa kehilangan kontrol ektremitas atas yang dapat menurunkan
kekuatan otot dan rentang gerak serta merupakan komplikasi yang yang
paling sering terjadi. Penurunan fungsi ekstremitas atas merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada pasien pasca stroke yang mengalami
hemiplegia sebagai akibat dari kelemahan dan keterbatasan rentang gerak
sendi pada bahu. Akupresur bermanfaat dalam memperbaiki fungsi
ektremitas atas dengan melancarkan pergerakan aliran qi (energi vital) di
dalam tubuh namun belum banyak penelitian yang mengkaji pengaruh
akupresur untuk meningkatkan kekuatan otot dan rentang gerak
ekstremitas atas pada pasien pasca stroke. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pengaruh akupresur terhadap kekuatan otot dan tentang
gerak ekstremitas atas pada pasien stroke pasca rawat inap. Penelitian ini
menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan pre-post test
design pada 34 responden (n kontrol= n intervensi= 17). Kelompok
intervensi diberi akupresur setiap hari 10 menit selama tujuh hari. Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kekuatan
otot dan rentang gerak ekstremitas atas antara kelompok intervensi dan
9
kelompok kontrol (p= 0,001 dan p= 0,000; α= 0,05). Akupresur
merupakan intervensi yang efektif untuk meningkatkan kekuatan otot dan
rentang gerak pada pasien pasca stroke yang mengalami
hemiparesis.Kang, et al., (2009) mengemukakan bahwa pemberian
akupresur pada titik meridian dapat memperbaiki sirkulasi qi dan darah
dalam tubuh, sehingga akan merelaksasikan otot yang mengeras dan
merangsang perbaikan alamiah pada abnormalitas skeletal dan rentang
gerak dapat meningkat.
Selain itu, dikemukakan pula bahwa pemberian terapi akupresur akan
mengharmonisasikan aliran qi dan darah sehingga akan merelaksasikan
spasme dan meredakan nyeri pada sendi karena menstimulasi pelepasan
endorphin (East-West Nursing Research Association, 2001; Kang et al.,
2009).
Penelitian ini memberikan bukti bahwa akupresur dapat meningkatkan
kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas. Rekomendasi pada
penelitian ini adalah diperlukan adanya perawat yang menguasai akupresur
dan memodifikasi standar asuhan keperawatan dengan memasukkan terapi
komplementer akupresur dalam asuhan keperawatan pasien stroke yang
mengalami kelemahan dan keterbatasan rentang gerak ekstremitasatas.
10
Titik Akupresur Fungsi Ektremitas Atas (Sumber: Shin & Lee, 2007)
11
keperawatan komplementer dengan akupresur pada titik P6 efektif dalam
mengurangi mual dan muntah pada ibu hamil yang belum memerlukan
antiemetik.
Akupresur dan akupuntur menstimulasi system regulasi serta
mengaktifkan mekanisme endokrin dan neurologi, yang merupakan
mekanisme fisiologi dalam mempertahankan keseimbangan ( Homeostasis
) ( Runiari, 2010). Proses dengan teknik akupresur menitik beratkan pada
titik-titik saraf tubuh (Fenngge, 2012). Terapi akupressur, dimana terapi
ini dilakukan dengan cara menekan secara manual pada P6 pada daerah
pergelangan tangan yaitu 3 jari dari daerah distal pergelangan tangan
antara dua tendon. Terapi ini menstimulasi sistem regulasi serta
mengaktifkan mekanisme endokrin dan neurologi, yang merupakan
mekanisme fisiologi dalam mempertahankan keseimbangan (Runiari,
2010)
Akupresur pada titik perikardium 6 dapat menghasilkan evaluasi
yang baik pada ibu yang mengalami mual muntah pada kehamilan bila
dilakukan pada ibu hamil dengan keluhan mual danmuntah pada kategori
ringan dan sedang.
Metode keperawatan komplementer dengan akupresur pada titik P6
penggunaannya harus lebih dipromosikan dan diimplementasikan sebagai
rutinitas pada penanganan ibu hamil dengan keluhan mual dan muntah.
E. Akupresur Efektif Meningkatkan Nilai Ankle Brachial Index Pada
Diabetisi
Penyakit vaskuler perifer merupakan komplikasi Diabetes Melitus
(DM) yang menyebabkanperubahan pada dinding pembuluh darah.
Perubahan pada dinding pembuluh darah menyebabkanpenurunan aliran
darah (perfusi) ke ekstremitas bawah yang ditandai dengan penurunan
anklebrachial index (ABI). Penurunan nilai ABI adalah komplikasi yang
sering terjadi pada Diabetisi.Terapi akupresur bermanfaat dalam
menstimulasi aliran energi dalam tubuh sehingga memperbaikialiran
sirkulasi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
12
akupresur terhadap ABIDiabetisi. Desain penelitian ini adalah quasi
eksperimen dengan pendekatan pre-post test designpada 64 responden.
Kelompok intervensi diberikan terapi akupresur selama 7 sesi, 2 hari
sekaliselama 10 menit. Akupresur dilakukan pada titik akupunktur LR3,
K13, SP6, SP10 dan ST36.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan terdapat perbedaan
bermaknaABI sebelum dan sesudah diberikan terapiakupresur pada
kelompok intervensi(p=0,001). Dari nilai mean didapatkan nilaimean ABI
sebelum perlakuan padakelompok intervensi adalah 0,843,sedangkan nilai
mean sesudah intervensiadalah 0,897. Dari nilai mean tersebuttergambar
bahwa terdapat peningkatan nilai ABI pada kelompok intervensi
setelahdiberikan akupresur. Dapat disimpulkanbahwa Diabetisi yang
mendapatkan terapiakupresur mengalami peningkatan ABI. Peningkatan
nilai ABI berkaitan dengan perbaikansirkulasi darah ke kaki. Pada
Diabetisiproses sklerosis dari pembuluh darah telahberlangsung dalam
waktu lama (Tong,Guo, & Han, 2010). Pemberian pijatandengan
akupresur tidak akan mengubah bentuk dan struktur dari pembuluh
darahyang mengalami sklerosis tersebut.Pemberian terapi akupresur hanya
memperbaiki aliran darah, sedangkanstruktur pembuluh darah tidak
diperbaiki(Bansal et al., 2014).
Titik akupresur merupakan simpul meridian yang memiliki ujung
saraf dan pembuluh darah sehinggadapat memberikan stimulasi dan
responterhadap aliran darah ke kaki (Dergisi,2006).Stimulasi yang
dilakukan pada titik akupresur dapat menstimulator reseptorsensori dan
fungsi saraf otonom sehinggamenimbulkan vasoaktif neuropeptidaseperti
calcitonin gene-related peptide(CGRP) dan substansi p (SP) dan
akhirnyamelancarkan aliran darah (Suzuki et al.,2009). Akupresur juga
mempercepatsirkulasi darah pada tempat yang dilakukanpenekanan
(Dergisi, 2006). Pemberianterapi akupresur dengan melakukanpemijatan
di titik akupresur yang terdapatdi kaki dapat melancarkan aliran darah
dikaki. Adanya ujung saraf dan pembuluh darah yang banyak terdapat di
13
sekitar titikakupunktur akan memperbesar respon selmast. Sel mast
melepaskan histamin,heparin dan kinin protese yangmenyebabkan
vasodilatasi. Histaminmenyebabkan pelepasan nitric oxide dariendotel
vaskuler yang merupakan mediatorberbagai reaksi-reaksi
kardiovaskuler,neurologis, imun, digestif dan reproduksi.Sel mast juga
akan melepaskan plateletactivating factor (PAF) yang kemudiandiikuti
pelepasan serotonin dari platelet(Dergisi, 2006). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Bansal et al. (2014) yangmenyatakan bahwa terapi
akupresurmemperbaiki aliran darah di kaki denganadanya perangsangan
pada serotonin danbradikinin. Serotonin merangsangnosiseptor sendiri dan
meningkatkanrespon nosiseptor terhadap bradikinin.Bradikinin merupakan
vasodilator kuatyang menyebabkan peningkatanpermeabilitas vaskuler
(Colberg et al.,2016). Peningkatan permiabelitas vaskulerkaki dapat
melancarkan aliran darah ke kakisehingga dapat meningkatkan ABI
(Bansalet al., 2014).
Hasilanalisis menunjukkan terdapat perbedaan nilai ABI yang
signifikan antara sebelum dan sesudahdiberikan terapi akupresur (p=
0,001). Disimpulkan bahwa akupresur efektif meningkatkan nilaiABI pada
diabetisi.
14
jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jaritengah berhubungan
dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan kesedihan, dan jari
kelingking berhubungan dengan rendah diri dan kecil hati (Hill, 2011)
Hasil analisis data tentang pengaruh Teknik Relaksasi Genggam
Jari sebelum dan sesudah menunjukkan nilai signifikasi (p) 0,00 artinya p
< α, dengan nilai< 0,05 yang berarti ada pengaruh yang bermakna sebelum
dan sesudah pemberian relaksasi genggam jari. Nyeri dismenore dari 20
responden didapatkan bahwa responden paling banyak adalah nyeri berat
yaitu nyeri berat sebanyak 11 responden (55 %) kemudian nyeri sedang
yaitu 9 responden (45 %).
Setelah diberikan relaksasi genggam jari respoden yang paling
banyak adalah nyeri sedang sebanyak 9 responden (45%) dan nyeri ringan
7 responden(35%) serta paling sedikit nyeri berat sebanyak 4 responden
(20%).
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Mardina dengan
judul “Efektifitas Teknik Relaksasi Genggam Jari dan Nafas Dalam Dalam
Penurunan Nyeri Disminore “hasil penelitian denang nilai p 0,00
dikatakan ada pengaruh terhadap penurunan nyeri dismonore, dalam
penelitian ini dengan menggenggam jari akan menghasilkan impuls yang
dikirimmelaluiserabutsarafaferen non nosiseptor. Serabutsaraf non
nosiseptor mengakibatkan tertutupnya pintu gerbang thalamus sehingga
stimulus yang menuju korteks serebri terhambat sehinggai ntensitas nyeri
dapat berkurang. Menurut Hill (2011) dengan mengenggamjari dipercaya
dapat membuka aliran energi yang terkunci yang disebut safety energy
locks sehingga aliran energy menjadi lancar.
Tindakan relaksasi dapat dipandang sebagai upaya pembebasan
mental dan fisik dari tekanan dan stress.dengan relaksasi, klien dapat
mengubah persepsi terhadap nyeri. kemampuannya dalam melakukan
relaksasi fisik dapat menyebabkan relaksasi mental. Relaksasi memberikan
efek secara langsung terhadap fungsi tubuh, seperti: Penurunan tekanan
darah, nadi , dan frekuensi pernafasan, penurunan komsumsi oksigen oleh
15
tubuh Penurunan ketegangan otot, meningkatkan kemampuan konsentrasi,
menurunkan perhatian terhadap stimulus lingkungan (Ns. Anas Tamsuri,
S.kep 2007).
Dari penelitian ini penulis mengambil benang merah bahwa dengan
melakukan teknik relaksasi genggam jari membuat saraf eferen yang
menjadi pengantar nyeri menjadi terhambat ke pintu gerbang thalamus dan
kepusat nyeri korteks serebri, sehingga dengan melakukan teknik relaksasi
tersebut secara konsisten maka dapat menurunkan nyeri disminore yang
merupakan masalah gangguan rasa nyaman yang dirasa kaum wanita.
Pengaruh relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri
disminore didapatkan nilai signifikasi dengan nilai signifikasi (p) 0,000;
artinya p < α, dengan nilai < 0,05, yang berartiada pengaruh pemberian
relaksasi genggam jari dismenore terhadap penurunan nyeri pada
mahasiswi
B. Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Delima RSUD Kertosono
Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang di kirim melalui
serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf non-nesiseptor
mengakibatkan “gerbang” tertutup sehingga stimulus pada kortek serebi
dihambat atau dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi dan
menggenggam jari. Sehingga intensitas nyeri akan berubah atau
mengalami modulasi akibat stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih
dahulu dan lebih banyak mencapai otak (Pinandita, 2012:41).
Berdasarkan hasil penelitian dari 20 responden dapat diketahui
bahwa sebagian besar dari responden mengalami nyeri ringan setelah
diberikan relaksasi genggam jari yaitu sebanyak 12 responden (60 %).Dari
12 responden 8 responden (66,7%) berusia 21-30tahun, 8 responden
(66,7%) berpendidikan SMA, 7 responden (58,3%) sebagai Ibu rumah
tangga, 9 responden (75%) menjalani SC yang pertama. Hasil uji statistik
data demografi dengan pre tes di dapatkan p value usia = 0,364, p value
pendidikan = 0,371, p value pekerjaan = 0,508, p value SC= 0,449.
16
Semua p value> α = 0,05, sehingga nyeri setelah diberikan relaksasi
genggam jari tidak dipengaruhi oleh demografi secara signifikan.
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual. Nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda
oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo,2013). Faktor-faktor yang
mempengaruhi nyeri antara lain usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna
nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya
koping. Beberapa hal yang dapat diterapkan untuk menurunkan intensitas
nyeri antara lain non farmakologis berupa akupresur, relaksasi, imajinasi
terbimbing, bimbingan antisipasi, biofeedback, hypnosis diri, stimulasi
kutaneus dan terapi musik sedangkan terapi farmakologis berupa, non
narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), Analgesik narkotik,
dan adjuvan (Potter dan Perry, 2010). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Pinandita (2012) dengan judul “Pengaruh teknik relaksasi
genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi
laparatomi” didapatkan data ada perbedaan antara pre dan post dengan
perlakuan relaksasi genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri.
Hasil penelitian menunjukkan setelah diberikan relaksasi genggam
jari intensitas nyeri turun menjadi nyeri ringan. Hal tersebut tidak terlepas
dari intervensi yang telah diberikan. Usia yang masih muda dan
pendidikan menengah sebagian besar responden merupakan kunci
keberhasilan dari intervensi yang dilakukan. Relaksasi genggam jari
merupakan cara yang mudah untuk dilakukan sehingga responden dengan
usia dan pendidikan menengah akan mudah menirukannya. Selain itu
kesadaran yang tinggi bahwa nyeri yang dialami merupakan proses yang
wajar setelah operasi akan membantu seseorang lebih adaptif terhadap
nyeri yang dirasakan. Hasilnya setelah dilakukan pengkajian ulang
terhadap intensitas nyeri setelah diberikan relaksasi genggam jari maka
skala nyeri menjadi turun ke dalam kategori nyeri ringan.
17
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari
responden mengalami nyeri sedang sebelum diberikan relaksasi genggam
jari yaitu sebanyak 13 responden (65 %), sedangkan setelah diberikan
relaksasi genggam jari berubah menjadi sebagian besar responden
mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 12 responden (60 %). Hasil uji
statistik Wilcoxon didapatkan p value = 0,000 ≤ α = 0,05 sehingga H1
diterima dan Ho ditolak, dapat disimpulkan ada pengaruh relaksasi
genggam jari terhadap penurunan nyeri pada pasien post sectio caesarea di
ruang Delima RSUD Kertosonono.
C. Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Appendiktomi
Menurut potter & perry (2005), terapi genggam jari dapat
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan
emosi pada nyeri. Relaksasi juga dapat menurunkan kadar hormone stress
cortisol, menurunkan sumber-sumber depresi sehingga nyeri dapat
terkontrol dan fungsi tubuh semakin membaik. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Karokaro M (2014) berjudul
pengaruh teknik relaksasigenggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri
pada pasien post operasi laparatomi di RSUD Deli Semarang Lubuk
Pakam dengan hasil menggunakan uji T atau paired sample t-test
menunjukan bahwa p Value adalah 0,000 < a 0,05 berarti ada perbedaan
yang signifikan antara intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
teknik relaksasi genggam jari pada pasien post operasi laparatomi.
Berdasarkan uji statistic dengan menggunakan uji T atau paired
sample t test menunjukkan bahwa reratai intensitas nyeri sebelum dan
sesudah teknik relaksasi genggam jari yaitu 2,917 dengan standar deviasi
0,669. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif
antara sebelum dan sesudah teknik relaksasi genggam jari. Menurut
asumsi peneliti, semua responden mengalami penurunan intensitas nyeri
sebelum dan sesudah teknik relaksasi genggam jari. Hal ini terjadi karena
teknik relaksasi genggam jari memberikan suatu tindakan untuk
18
membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam dapat mengurangi
dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari
akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energy pada meridian
yang terletak pada meridian yang terletak pada jari tangan kita. Sehingga
intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modlasi akibat stimulasi
relaksasi genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak mencapai otak.
Genggam jari dapat dilakukan sendiri dan sangat membantu dapat
dilakukan sendiri dan sangat membantu dalam kehidupan sehari- hari
untuk merilekskan ketegangan fisik. Jadi, ada pengaruh teknik relaksasi
genggam jari terhadap intensitas nyeri terhadap pada pasien post
appendiktomi di ruangan bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
tahun 2017.
D. Terapi Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Sendi
pada Lansia
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan actual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan. Proses penuaan akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes
RI; 2004). Semua sistem dalam tubuh lansia mengalami kemunduran,
termasuk pada sistem muskuloskeletal lansia sering mengalami rematik,
penyakit gout, nyeri sendi dan lumbago (Maryam, 2008). Nyeri sendi
adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan pembengkakan sendi,
warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak. Pada
keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang
terserang (Santoso, 2009).
Hasil penelitian pada Lansia yang mengalami gangguan nyeri sendi
di RW 1 dan 2 Kelurahan Bangsal Kota Kediri sesudah diberikan
19
perlakuan terapi relaksasi genggam jari dengan hasil skala nyeri ringan
(skala 1– 3) sampai skala sedang (skala 7 dan 8) didapatkan bahwa pasien
mengalami nyeri ringan (skala 1- 3) sampai nyeri sedang (skala 4 dan 5)
tetapi masih ada juga yang setelah dilakukan terapi relaksasi genggam jari
memiliki skala nyeri berat yaitu skala berat (skala 3) yaitu 3 lansia (6,8%).
Faktanya ditemukan bahwa dapat diketahui nyeri Lansia yang mengalami
gangguan nyeri sendi di RW 1 dan 2 Kelurahan Bangsal Kota Kediri
sesudah diberikan perlakuan terapi relaksasi genggam jari mengalami
skala nyeri 1 sampai dengan skala nyeri 6 dengan rerata nyeri pada skala
3,48. Peneliti melakukan intervensi selama 1 minggu (7 hari), yang
pertama kali akan diajari oleh peneliti selanjutnya lansia melakukan
sendiri teknik relaksaski genggam jari dan pada hari ketujuh peneliti
melakukan evaluasi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa sesuai dengan teori Yuliatun
(2008) yang menyatakan relaksasi dengan terapi relaksasi genggam jari
dapat meningkatkan toleransi nyeri melalui beberapa mekanisme antara
lain relaksasi ini dapat menurunkan nyeri, menurunkan respons
katekolamin, dan menurunkan tegangan otot. Hasil tersebut dibuktikan
beberapa lansia dengan nyeri sendi setelah diberikan terapi relaksasi
genggam jari mengatakan bahwa merasa lebih nyaman, lebih tenang, dan
nyeri dirasa berkurang. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan nyeri
berkurangpun tidak hanya dipengaruhi oleh nonfarmakologi atau
intervensi yang diberikan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh obat analgesic
yang diminum oleh lansia.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum diberikan teknik
relaksasi genggam jari sebagian besar lansia mengalami nyeri sedang
sebanyak 20 lansia dan sesudah diberikan teknik relaksasi genggam jari
lebih dari 50% mengalami nyeri ringan 24 lansia. Ada perbedaan skala
nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi genggam jari dengan
nilai = 0,000. Karena hasil data adalah < α yang berarti Ha diterima
(Terapi Relaksasi genggam jari berpengaruh terhadap Penurunan Nyeri
20
Sendi pada Lansia di RW 1 dan 2 Kelurahan Bangsal Kota Kediri), maka
dapat diambil kesimpulan bahwa skala nyeri pada Lansia di RW 1 dan 2
Kelurahan Bangsal Kota Kediri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
Terapi Relaksasi genggam jari mengalami perubahan yang signifikan.
Pada hasil penelitian yang dilakukan sebelum diberikan teknik
relaksasi genggam jari bahwa sebagian besar skala nyeri responden
mengalami nyeri sedang dimungkinkan karena banyak factor seperti
perhatian responden terhadap nyeri dengan cara responden tidur untuk
mengurangi nyerinya dan dukungan dari keluarga seperti keluarga selalu
menemani ketika pasien mengeluh nyeri dengan tidak meninggalkan
pasien diruangan sendiri. Makna nyeri bagi beberapa individu
dipersepsikan berbeda-beda, jika individu memandang nyeri bukanlah
suatu ancaman, maka individu tersebut akan dapat beradaptasi dengan
baik. Pada kelompok eksperimen sesudah diberikan teknik relaksasi
genggam jari terjadi penurunan skala nyeri pada lansia dengan nyeri sendi
karena teknik relaksasi genggam jari menghasilkan relaksasi dan
melancarkan sirkulasi.
E. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea
Munculnya kecemasan menjelang operasi Sectio Caesareaadalah
hal yang wajar. Hal ini sesuai dengan penjelasan Potter dan Perry (2006)
bahwa respon psikologi yang biasanya terjadi pada pasien pre operasi
yaitu kecemasan. Tindakan operasi sectio caesarea berpotensi
menimbulkan kecemasan. Disamping pasien memikirkan kondisi dirinya
sendiri, mereka akan memikirkan tentang kondisi bayinya, sehingga hal ini
dapat mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea
(Sriningsih dan Afriani, 2014).
Tingkat kecemasan seseorang berbeda-beda meskipun menghadapi
permasalahan yang sama, tetapi kecemasan tersebut ada beberapa
tingkatan atau level yaitu ringan, sedang, berat, dan panik (Stuart, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketika ibu akan menjalani persalinan
21
diantaranya adalah tingkat pengetahuan, dukungan suami, faktor ekonomi
dan faktor psikologis. Pengalaman atau pengetahuan berhubungan dengan
perilaku yang didasari oleh pengetahuan dimana seorang ibu mengalami
kecemasan dengan tidak mengetahui tentang persalinan dan bagaimana
prosesnya. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan rendah
tentang proses persalinan yang disebabkan karena kurangnya informasi
yang diperoleh (Notoatmodjo, 2010).
Hasil penelitian menggambarkan pada kelompok kontrol tingkat
kecemasan masih tetap, rata-rata cemas cenderung sedang atau meningkat.
Sedangkan pada kelompok perlakuan yang diberikan teknik relaksasi
genggam jari tingkat kecemasan cenderung turun ke cemas ringan dan
berpotensi tidak cemas. Hal ini memberikan informasi bahwa pada
kelompok perlakuan yang diberikan teknik relaksasi genggam jarimampu
memberikan efek yaitu menurunkan kecemasan.
Menurut Liana, 2008 dalam Pinandita et al. (2012), menggenggam
jari disertai dengan menarik nafas dalam-dalam dapat mengurangi
ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan
titik-titik masuk dan keluarnya energi pada meridian (saluran energi) yang
berhubungan dengan organ-organ di dalam tubuhyang terletak pada jari
tangan. Titik-titik refleksi pada tangan memberikan rangsangan secara
refleks (spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan
mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak kemudian
diproses dengan cepat dan diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang
mengalami gangguan, sehingga sumbatan di jalur energi menjadi lancar.
Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan emosi
yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika tubuh dalam keadaan
rileks, maka ketegangan pada otot berkurang yang kemudian akan
mengurangi kecemasan (Yuliastuti, 2015).
Hasil pengujian hipotesis (p < 0,05) membuktikan teknik relaksasi
genggam jari signifikan menurunkan tingkat kecemasan menjelang operasi
sectio caesarea. Penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
22
sectio caesarea disebabkan karena teknik relaksasi genggam jari.
Genggaman jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya
energi pada meridian (saluran energi) yang berhubungan dengan organ-
organ di dalam tubuh serta emosi yang berkaitan yang terletak pada jari
tangan kita (Liana, 2008 dalam Pinandita et al, 2012). Setiap jari tangan
berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan
khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari tengah
berhubungan dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan
kesedihan dan jari kelingking berhubungan dengan rendah diri dan kecil
hati (Hill, 2011).
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknik mengenggam jari merupakan bagian dari teknik Jin Shin Jyutsu.
Jin Shin Jyutsu adalah akupresur Jepang. Bentuk seni yang menggunakan
sentuhan sederhana tangan dan pernafasan untuk menyeimbangkan energy di
dalam tubuh. Tangan (jari dan telapak tangan) adalah alat bantuan sederhana dan
ampuh untuk menyelaraskan dan membawa tubuh menjadi seimbang.
Berdasarkan telusur jurnal di atas, terapi shin jin jyutsu terbukti berpengaruh
terhadap penurunan intensitas nyeri disminore, penurunan nyeri pada pasien post
sectio caesarea, intensitas nyeri pada pasien post appendiktomi, penurunan nyeri
sendi pada lansia, dan penurunan kecemasan pada pasien pre operasi sectio
caesarea.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang dan kami juga
24
berharap pengetahuan tentang Aplikasi Komplementer mengenai terapi
akupresur dan terapi shin jin jyutsu dapat terus dikembangkan dan
diterapkan dalam bidang keperawatan dalam menangani klien terutama pada
masalah keperawatan komplementer.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Kalsum, Ummu. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Disminore pada Mahasiswi Stikes Bina
Generasi Polewali Mandar.
http://ejurnal.biges.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/68 Diakses pada
17 Februari 2019
Astuti, Puji. 2017. Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri
Pada Pasien Post Sectio Caesarea Di Ruang Delima RSUD Kertosono
https://media.neliti.com/media/publications/236467-pengaruh-relaksasi-
genggam-jari-terhadap-bd2e26e7.pdf Diakses pada 17 Februari 2019
Sulung, Neila. 2017. Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Appendiktomi
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/viewFile/2404/
832 Diakses pada 17 Januari 2019
Natalia, Desi. 2017. Terapi Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri
Sendi pada Lansia
http://jurnalbaptis.hezekiahteam.com/jurnal/index.php/keperawatan/article/
view/167/158484 Diakses pada 17 Februari 2019
Kurnia, Revi. 2016. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea
https://core.ac.uk/download/pdf/148611792.pdf Diakses pada 17 Februari
2019
27