OLEH :
KELOMPOK 1 B11-A
1
Nama Anggota Kelompok :
2
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Telusur Jurnal Keperawatan
Komplementer Usia Anak”. Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Aplikasi Komplementer.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai
bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga
semangat, buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu melalui media ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
“Om Santih, Santih, Santih Om”
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. 3
Daftar Isi........................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3 Tujuan .................................................................................................. 6
1.4 Manfaat ............................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipnoterapi Mengurangi Nyeri Pasca Pembedahan pada Anak Usia
Sekolah .............................................................................................. 7
2.2 Kompres Dingin dapat Menurunkan Nyeri Anak Usia Sekolah Saat
Pemasangan Infus ............................................................................... 9
2.3 Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Respon Nyeri Anak Usia Sekolah
yang Dilakukan Tindakan Invasif Di RSUD Wates Kulon Progo ..... 11
2.4 Terapi Slow Deep Breathing Dengan Bermain Meniup Baling-Baling
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Anak Yang Dilakukan Penyuntikan
Anestesi Sirkumsisi ............................................................................ 13
2.5 Pengaruh Swedish Massage Therapy terhadap Tingkat Kualitas Hidup
Penderita Leukemia Usia Sekolah ..................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 17
3.2 Saran .................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja penelitian aplikasi komplementer yang dapat dilakukan pada anak-
anak ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi dari aplikasi terapi komplementer
pada anak anak.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Hipnoterapi merupakan suatu bentuk terapi non farmakologi yang
saat ini dikembangkan menjadi terapi komplementer dan alternatif yang
dapat mengobati nyeri dengan memberdayakan alam bawah sadar.
Hipnoterapi menstimulasi otak untuk melepaskan neurotransmitter, zat
kimia yang terdapat di otak, yaitu endorphin yang berfungsi untuk
meningkatkan mood sehingga dapat merubah penerimaan individu terhadap
sakit atau gejala fisik lainnya
Proses hipnoterapi merupakan proses untuk merubah kondisi
stadium normal ke kondisi stadium hipnosis yaitu kondisi ketika seseorang
lebih sugestif, sehingga dapat menerima saran-saran yang dapat berubah
menjadi nilai baru. Hipnoterapi memfasilitasi individu untuk melakukan
relaksasi progresif, ketika individu berada pada kondisi relaksasi, maka
kebutuhan tubuh akan oksigen menjadi berkurang. Pada tahapan deepening,
responden difasilitasi untuk memasuki kondisi relaksasi yang lebih dalam
dari sebelumnya. Respon relaksasi setelah diberikan hipnoterapi terjadi
karena penurunan akan kebutuhan oksigen oleh tubuh, kemudian otot-otot
tubuh yang rileks tersebut menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.
Pada saat rileks aliran darah akan lancar, neurotransmitter
penenang akan dilepaskan dan sistem saraf bekerja dengan baik. Pada saat
kondisi relaksasi tercapai, maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar
akan terbuka sehingga mudah menerima sugesti terapi yang diberikan. Pada
kondisi tersebut gerbang nyeri yang disebut substansia gelatinosa pada
kornu dorsalis medulla spinalis tertutup, kemudian impuls nyeri yang
ditransmisikan ke otak berkurang sehingga persepsi nyeri menjadi berkurang
atau hilang.
Lama efek dari hipnoterapi ini dapat bertahan sampai 8 jam. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa efek dari hipnoterapi dapat bertahan
hingga 6-8 jam, sehingga dapat memberikan jarak interval yang sesuai
dengan rasional interval analgetik yang diberikan pada umumnya.
Penggunaan hipnoterapi terbukti efektif menurunkun skor nyeri pada anak
usia sekolah yang mengalami pembedahan
8
2.2 Kompres Dingin dapat Menurunkan Nyeri Anak Usia Sekolah Saat
Pemasangan Infus
Nyeri yang terjadi menimbulkan masalah baru akibat perasaan
yang tidak menyenangkan, distress dan ketidaknyamanan (Cheng, Foster &
Huang, 2003). Nyeri yang dirasakan dan tidak diatasi menimbulkan dampak
negatif yang lama seperti sensitivitas nyeri yang tetap, penurunan fungsi
kekebalan tubuh dan neuro-fisiologi, perubahan sikap serta perubahan
perilaku kesehatan (Young, 2005 dalam Cohen, et al. 2007). Dampak lanjut
berupa hambatan perkembangan secara kognitif, fisik, emosional maupun
sosial (Aley, 2002 dalam Salmela-Aro, Nurmi, Saisto, & Halmesmaki,
2010).
Teknik nonfarmakologi ini merupakan suatu strategi koping yang
mampu mengurangi persepsi nyeri sehingga nyeri dapat ditoleransi,
kecemasan menjadi menurun dan efektivitas analgesik menjadi meningkat
(Hockenberry & Wilson, 2009). Salah satu teknik yang dapat digunakan
adalah stimulasi cutaneus. Stimulasi cutaneus ini merupakan stimulasi fisik
pada kulit yang dapat mengurangi nyeri seperti pemberian kompres hangat
atau kompres dingin.
Penelitian ini menggunakan desain quasi-experiment dengan jenis
post test only non equivalent control group (Dharma, 2011). Populasinya
adalah anak usia sekolah usia 6–12 tahun yang dirawat di RSUD Prof. Dr
Margono Soekarjo Purwokerto, dengan non probability sampling jenis
consecutive sampling. Besar sampel 45 Anak yang terbagi dalam 3
kelompok yaitu 15 kelompok kompres hangat, 15 kelompok kompres dingin
dan 15 untuk kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan instrumen
kuesioner (karakteristik responden), dan penilaian skala nyeri (Numeric
Rating Scale). Etika pengumpulan data meliputi beneficence dan non
maleficence, respect for human dignity dan justice.
Skala nyeri responden pada saat dilakukan pemasangan infus
menunjukkan hasil bahwa rata-rata skala nyeri kelompok kompres hangat
adalah 3,47 dengan nilai skala nyeri 1-6, kelompok kompres dingin rata-rata
9
skala nyerinya 2,53 dengan nilai skala nyeri 1-5, sedangkan kelompok
kontrol rata-rata skala nyerinya 6,93 dengan nilai skala nyeri 4-10. Hal ini
dikarenakan kompres hangat dan kompres dingin kering mampu memblok
transmisi dan durasi impuls nyeri pada pintu dorsal berdasarkan pada teori
gate control sehingga dapat meminimalkan sensasi nyeri akibat penusukan
jarum saat pemasangan infus. Menurut Berman, Synder, Kozier dan Erb
(2009) bahwa kedua tindakan tersebut mampu menurunkan nyeri pada area
tubuh tertentu.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kompres hangat dan kompres
dingin dapat menurunkan nyeri. Kompres hangat dapat menurunkan nyeri
dengan memberikan energi panas melalui proses konduksi, dimana panas
yang dihasilkan akan menyebabkan vasodilatasi yang berhubungan
pelebaran pembuluh darah lokal. Kompres hangat dapat memberi rasa
hangat untuk mengurangi nyeri dengan adanya pelebaran pada pembuluh
darah yang mampu meningkatkan aliran darah lokal dan memberikan rasa
nyaman (Price, 2005). Hal ini sesuai dengan penelitian Jolly, Zgonis, dan
Hendrix (2005) menjelaskan bahwa pemberian kompres hangat selama 5
menit sebelum injeksi Glatirames Asetat, sebagian besar pasien dapat
mentoleransi rasa nyeri selama penyuntikan dan tidak ditemukan adanya
inflamasi/kemerahan pada bekas suntikan.
Pada penelitian ini, dari 15 responden yang diberikan kompres
hangat selama 5 menit tidak ada yang drop out ataupun minta dihentikan
pemberian kompresnya, hal ini karena responden sudah merasa nyaman.
Wagner, Byrne, dan Kolcaba (2006) mengungkapkan bahwa upaya
menghangatkan memiliki dampak yang positif pada kenyamanan suhu
pasien, rasa kesejahtera-an, yang akhirnya dapat menurunkan kecemasan.
10
2.3 Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Respon Nyeri Anak Usia Sekolah
yang Dilakukan Tindakan Invasif Di RSUD Wates Kulon Progo
11
mengandung gula-gula sederhana yang dapat dimanfaatkan tubuh
(Sihombing, 2005).
Para ahli banyak meneliti tentang madu, beberapa penelitian
memberikan informasi tentang manfaat madu untuk tubuh. Penelitian yang
dilakukan Boroumand et al. (2013) menjelaskan bahwa pemberian madu
secara signifikan mengurangi nyeri pada post tonsillectomy. Hasil penelitian
Geonarwo et al. (2011) menyebutkan kandungan flavonoid yang terdapat
dalam madu dapat menghambat nyeri yaitu dengan mekanisme kerja
menghambat pembentukan prostaglandin melalui penghambatan enzim
cyclooxygenase sama seperti obat-obat analgesik antipiretik lain.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa usia responden dalam
penelitian ini anak usia sekolah 6-12 tahun. Pemilihan usia responden di atas
usia 1 tahun karena untuk mencegah terjadinya keracunan botulismus dari
bakteri clostridium botulinum. Menurut Potter & Perry (2010) usia
merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi pengalaman nyeri
sehingga juga dapat memengaruhi anak dalam bereaksi terhadap nyeri. Skala
nyeri setelah pemberian madu pada kelompok intervensi sebagian besar
termasuk kategori nyeri sedang sebanyak 12 responden (70,6%).
Penurunan respon nyeri dikarenakan glukosa atau pemanis oral
lainnya bekerja dengan cara mengeluarkan opioid endogen melalui kelenjar
perasa manis yang berada di porsio anterior lidah. Diperantai oleh stimulasi
orotaktil yang meningkat oleh karena adanya kontak cairan dengan rongga
oral dan merangsang pelepasan opioid endogen di system syaraf pusat yang
berfungsi neurotransmitter analgesik. Endorpin akan memblokir pelepasan
prostaglandin yang seharusnya menghantarkan impuls nyeri dari neuron
sensorik sehingga transmisi nyeri terhambat dan sensasi nyeri berkurang
(Sherwood, 2013; Chermont et al., 2009). Salah satu sumber rasa manis
yang banyak mengandung glukosa dan sukrosa adalah madu.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh pemberian madu
terhadap respon nyeri setelah tindakan invasif dengan nilai p value 0,001
(<0,05)
12
2.4 Terapi Slow Deep Breathing Dengan Bermain Meniup Baling-Baling
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Anak Yang Dilakukan Penyuntikan
Anestesi Sirkumsisi
Penelitian Tarwoto (2011) bahwa terapi analgetik yang
dikombinasi dengan teknik latihan slow deep breathing dapat menurunkan
nyeri. Latihan slow deep breathing dapat dijadikan salah satu intervensi
keperawatan mandiri. Bagheriyan, Borhani, Abbaszadeh, et.al (2012 &
2013) menjelaskan metode pernapasan dan distraksi terbukti efektif dalam
mengurangi rasa sakit. Intervensi ini membutuhkan usaha dan waktu
minimal, hemat biaya, nyaman dapat digunakan dengan mudah dalam
keperawatan
Menurut Nordin (2002) terapi Slow Deep Breathing dapat
diberikan dalam waktu 5-10 menit per hari. Penelitian Tarwoto (2011)
pemberian terapi relaksasi nafas dalam selama 15 menit dapat menurunkan
intensitas nyeri. Penelitian Syamsudin (2009) pemberian terapi relaksasi
nafas dalam selama 60 menit dapat menurunkan intensitas nyeri pada hari
ketiga post perawatan luka operasi pada anak.
Latihan pernapasan dengan memanfaatkan bahan yang murah
dapat diterapkan dengan mudah di klinik. Slow deep breathing melalui
penggunaan tiupan gelembung dapat diterapkan pada anak usia 3 sampai 7
tahun. Slow deep breathing dengan meniup difasilitasi dengan mengalihkan
mainan dan kegiatan. Instruksikan anak untuk mengambil napas dalam dan
meniup keluar perlahan-lahan. Untuk membantu memudahkan slow deep
breathing pada anak-anak dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu
misalnya gelembung, baling-baling dan balon (Taddio.et.al, 2009).
Penelitian tentang manfaat slow deep breathing dengan bermain
meniup baling-baling untuk menurunkan nyeri pada anak belum banyak
dikembangkan oleh perawat di masyarakat. Berdasarkan hasil observasi
dilapangan yang penulis lakukan ditemukan bahwa perawat yang melakukan
asuhan keperawatan pada anak yang dilakukan penyuntikan anestesi
sirkumsisi yang mengalami nyeri umumnya memberikan terapi
13
farmakologik berupa analgesik dan tidak pernah melakukan terapi
komplementer seperti terapi slow deep breathing dengan bermain meniup
baling-baling yang dapat menurunkan nyeri yang dialami pasien.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu alat pengukur
untuk menilai intensitas nyeri pada anak (Faces Pain Rating Scale), dan
instrumen prosedur terapi slow deep breathing dengan bermain meniup
baling-baling.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Nordin (2002)
intervensi terapi Slow Deep Breathing dapat diberikan dalam waktu 5 - 10
menit perhari. Hanya saja penelitian ini menggunakan waktu 5 menit
pemberian intervensi terapi slow deep breathing dengan bermain meniup
baling-baling pada anak yang dilakukan anestesi sirkumsisi. Penelitian lain
dari Tarwoto (2011) pemberian terapi relaksasi nafas dalam selama 15 menit
dapat menurunkan intensitas nyeri.
Upaya pengalihan nyeri menyebabkan respon terhadap nyeri
menurun. Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain pada nyeri. Distraksi dapat menurunkan persepsi nyeri dengan cara
menstimulasi sistem kontrol desenden, sehingga sedikit rangsangan nyeri
yang ditransmisikan ke otak. Efektifitas distraksi tergantung pada
kemampuan klien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain
nyeri. Efek relaksasi didapat pada saat terapi slow deep breathing yang
dianalogikan pada saat anak meniup baling-baling sehingga dapat
mengurangi nyeri.
Dengan demikian menurut peneliti berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan bahwa pemberian terapi slow deep breathing dengan
bermain meniup baling-baling selama 5 menit berpengaruh terhadap
intensitas nyeri pada anak yang dilakukan penyuntikan anestesi sirkumsisi.
anak yang dilakukan penyuntikan dan menjadi prosedur tetap dalam
perawatan anak yang mengalami nyeri.
14
2.5 Pengaruh Swedish Massage Therapy terhadap Tingkat Kualitas Hidup
Penderita Leukemia Usia Sekolah
15
prematur dan terkena HIV, anakanak dengan asma, cystic fibrosis, reumatik
arthritis, menurunkan kadar gula dalam darah pada anak-anak penderita
diabetes mellitus type 1 dan 2, serta bermanfaat secara holistik pada sistem
tubuh (Haun et al., 2009; Kashanini et al., 2011; Sajedi et al., 2011). Terapi
komplementer sebagai pengobatan, level pencegahan, dan upaya promosi
kesehatan meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dengan adanya teori
dan keyakinan dengan menyesuaikan kebiasaan dan budaya yang ada
(Synder & Lindquis, 2014).
Pada anak yang mengalami kanker, fungsi sekolah cenderung tidak
dapat optimal dalam menjalani proses pembelajaran diakibatkan kondisi
badan sering mengalami keluhan yang memerlukan pengobatan
berkelanjutan dan menjalani kemoterapi, sehingga anak akan jarang masuk
sekolah, yang artinya anak akan mengalami keterlambatan perkembangan
kognitif sesuai usianya. Selaras dengan hasil penelitian Nurhidayah, et al.
(2016) dengan judul ”Kualitas Hidup pada Anak dengan Kanker”,
menyatakan bahwa 53,3% anak dengan kanker memiliki kualitas hidup
buruk, dengan nilai terendah pada fungsi sekolah dan kekhawatiran anak
dalam menghadapi pengobatan dan penyakit, hal tersebut berpengaruh
terhadap fungsi fisik, emosi, sosial, psikologis, sekolah, dan kognitif
sehingga mengganggu tumbuh kembang anak.
Dalam satu waktu pemilihan responden dan pengambilan sampel
langsung dibagi dua, yang kemudian dilakukan pre test untuk mengetahui
keadaan awal. Setelah dilakukan pre test, peneliti melakukan kontrak waktu
dengan orang tua responden pada kelompok intervensi untuk memulai terapi
dengan menyesuaikan jadwal kemoterapi sehingga terpenuhinya jumlah sesi
terapi 3 kali dalam seminggu dengan waktu pelaksanaan di pagi hari atau di
sore hari. Pelaksanaan terapi swedish massage dilakukan langsung oleh
peneliti dengan rata rata durasi perlakuan 30 menit.
Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh swedish massage
therapy terhadap tingkat kualitas hidup penderita leukemia usia sekolah
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti
jamu yang telahberkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai
jenjang pelayanan kesehatantidak hanya menggunakan pengobatan Barat
(obatkimia) tetapi secara mandiri memadukan terapitersebut yang dikenal dengan
terapi komplementer.Perkembangan terapi komplementer ataualternatif sudah
luas, termasuk didalamnya orangyang terlibat dalam memberi pengobatan
karenabanyaknya profesional kesehatan dan terapis selaindokter umum yang
terlibat dalam terapikomplementer. Hal ini dapat meningkatkanperkembangan
ilmu pengetahuan melaluipenelitian-penelitian yang dapat memfasilitasiterapi
komplementer agar menjadi lebih dapatdipertanggungjawabkan.
3.2 Saran
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan
peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan
mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer
karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali
dari alternatif atau tradisional terapi. Kenyataan yang ada, buku-buku
keperawatanmembahas terapi komplementer sebagai isu praktik keperawatan abad
ke 21. Isu ini dibahas dari aspek pengembangan kebijakan, praktik keperawatan,
pendidikan, dan riset. Apabila isu ini berkembangdan terlaksana terutama oleh
perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang terapi
komplementer, diharapkan akan dapatmeningkatkan pelayanan kesehatan
sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat
17
DAFTAR PUSTAKA
Imelda Yanti, Yeni Rustina, Kuntarti. 2013. Hipnoterapi Mengurangi Nyeri Pasca
Pembedahan pada Anak Usia Sekolah.
http://jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/HIPNOTERAPIMENGURANGI
NYERIPASCAPEMBEDAHANPADAANAKUSIASEKOLAH.pdf
Diakses pada tanggal 23 Februari 2019
Puji Indriyani, Happy Hayati, Siti Chodidjah. 2013. Kompres Dingin dapat
Menurunkan Nyeri Anak Usia Sekolah Saat Pemasangan Infus
http://docplayer.info/42394465-Kompres-dingin-dapat-menurunkan-nyeri-
anak-usia-sekolah-saat-pemasangan-infus.html Diakses pada tanggal 23
Februari 2019
Adesti Ratna Pratiwi , Afi Lutfiyati , Dwi Yati. 2016. Pengaruh Pemberian Madu
Terhadap Respon Nyeri Anak Usia Sekolah yang Dilakukan Tindakan
Invasif Di RSUD Wates Kulon Progo https://docplayer.info/48737833-
Pengaruh-pemberian-madu-terhadap-respon-nyeri-anak-usia-sekolah-
yang-dilakukan-tindakan-invasif-di-rsud-wates-kulon-progo-
perpustakaan.html Diakses pada tanggal 23 Februari 2019
Hesti Wahyuni, Setyawati, Iin Inayah. 2015. Terapi Slow Deep Breathing dengan
Bermain Meniup Baling-Baling Terhadap Intensitas Nyeri pada Anak
yang Dilakukan Penyuntikan Anestesi Sirkumsisi
https://media.neliti.com/media/publications/130449-ID-terapi-slow-deep-
breathing-dengan-bermai.pdf Diakses pada tanggal 23 Februari 2019
Dewi Umu Kulsum, Henny Suzana Mediani, Argi Virgona Bangun. 2017.
Pengaruh Swedish Massage Therapy terhadap Tingkat Kualitas Hidup
Penderita Leukemia Usia Sekolah
https://www.researchgate.net/publication/323632324_Pengaruh_Swedish_
Massage_Therapy_terhadap_Tingkat_Kualitas_Hidup_Penderita_Leukemi
a_Usia_Sekolah Diakses pada tanggal 23 Februari 2019
18