OLEH :
KELOMPOK 3
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan
salah satu tugas dari Keperawatan Komunitas.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak dan sumber.Karena itu kami sangat menghargai
bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga
semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias
terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritik yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Telenursing ........................................................................... 6
2.2 Area-area Praktik Keperawatan yang Dapat Diaplikasikan Melalui
Telenursing ........................................................................................ 6
2.3 Prinsip Telenursing ............................................................................. 7
2.4 Kompetensi, Kualifikasi, dan Skill Perawat dalam Telenursing ........ 7
2.5 Model Sistem Telenursing ................................................................. 8
2.6 Hasil Penelitian Lain Terkait Telenursing .......................................... 10
2.7 Prospek Telenursing di Indonesia ...................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14
3.2 Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi dan
telemonitoring.
Menurut US Office of Disease Prevention and Health Promotion
(2010), salah satu tujuan telehealth atau telenursing adalah untuk
meningkatkan akses yang lebih komprehensif dan meningkatkan kualitas
layanan kesehatan. Adanya hambatan dalam struktur kesehatan, akses
kesehatan, tenaga kesehatan karena hambatan geografis dapat diatasi dengan
telenursing. Selain itu telenursing juga mengizinkan perawat untuk
memberikan layanan keperawatannya melalui suatu sistem yang
menakjubkan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi telenursing
2. Untuk mengetahui area-area praktik keperawatan yang dapat
diaplikasikan melalui telenursing
3. Untuk mengetahui prinsip telenursing
4. Untuk mengetahui kompetensi, kualifikasi, dan skill perawat dalam
telenursing
5. Untuk mengetahui model sistem telenursing
6. Untuk mengetahui hasil penelitian lain terekait telenursing
7. Untuk mengetahui prospek telenursing di Indonesia
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
triage telenursing, call-center services, konsultasi melalui secure email
messaging system, konseling melalui hotline service, audio atau
videoconferencing antara klien dengan petugas kesehatan atau dengan
sesama petugas kesehatan, discharge planning telenursing, home-visit
telenursing dan pengembangan websites untuk sebagai pusat informasi dan
real-time counseling pada pasien (CNA, 2005; Centre for E-Health Nursing,
2006; Canadian Nursing Informatics Association, 2006).
7
2.5 Model Sistem Telenursing
Salah satu model telenursing adalah model yang diaplikasikan oleh
Kawaguchi et al (2004) dari College of Nursing and Medical Technology,
University of Tsukuba, Jepang, yaitu pengembangan system telenursing
untuk pasien dengan kondisi kronik, yaitu diterapkan pada klien diabetes
mellitus tipe 2. Klien dengan penyakit kronis seperti DM atau penyakit
jantung sangat sesuai untuk melakukan telenursing, mengingat klien dengan
kondisi ini memerlukan pembelajaran dan pemeliharaan kondisi kesehatan
secara terus menerus. Mereka mungkin memiliki motivasi yang tinggi tetapi
kurang mendapatkan pengetahuan dan kemampuan, dengan adanya
telenursing maka mereka dapat mengakses informasi dan kontak secara terus
menerus dengan petugas kesehatan, sehingga mereka bisa menginformasikan
kondisi kesehatan mereka secara up to date dan mereka akan mendapat
pengananan segera melalui telenursing system. Model yang diaplikasikan
Kawaguchi et al (2004) terdiri dari:
1. Database server: yang berlokasi di pusat kesehatan universitas wilayah
regional, berfungsi sebagai pusat penyimpan dan penyampai data dan
informasi. Melalui database server ini, klien, perawat dan dokter dapat
melihat dan memasukkan data dalam website.
2. Health subcenter: berlokasi di seluruh wilayah di daerah-daerah, dimana di
pusat kesehatan ini terdapat perawat-perawat on call, yang akan
mendapatkan instruksi dari database server, jika ada klien yang
membutuhkan bantuan maka klien akan didatangi oleh perawat dari pusat
subcenter terdekat dengan lokasi klien.
Sistem telenursing ini menginformasikan tiga tipe informasi yang akan dikirim
klien kepada perawat. Informasi tersebut adalah:
1. Email dari pasien tentang laporan mengenai status kesehatan dan hal lain
yang dianggap penting oleh klien. Pasien mengisi email untuk menuliskan
apa yang dirasakan klien atau untuk bertanya mengenai status
kesehatannya. Mereka akan menulis keadaan kesehatannya saat ini dengan
skala visual analog dari skala 1 (sangat baik) sampai skala 5 (buruk), hal ini
8
memungkinkan tenaga kesehatan dapat mengkaji klien lebih baik dan
memberi respon sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Vital Sign: yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, suhu, diukur oleh
klien karena klien memiliki alat-alat pengukurnya. Selain itu pasien juga
memiliki alat finger pletysmography yang dipasang pada jari klien untuk
mengukur gelombang tubuh sebagai indikator kesehatan klien, alat ini
dibuat oleh A BACS detector, Computer Convenience Ltd, Jepang. Data
pletysmography ini ditransfer secara otomatis melalui laptop klien via data
cabel.
3. Video mail: yang akan mengirimkan gambar klien, hal ini penting agar
perawat bisa melihat atau mengevaluasi keadaan kliennya secara langsung
melalui visualisasi gambar atau video denagn webcam Sanwa Supply dan
Window MovieMaker. Klien dapat mengirim videonya melalui fasilitas ini.
4. Akses internet menggunakan wireless (Air-H Card G; Honda Electronic
Japan) dengan koneksi 128kbit/s yang akan menghubungkan klien dengan
pusat data. Klien sangat mudah melakukannya hanya dengan meng’klik’
icon di website saja.
Alur dalam pelaksanaan telenursing yang diaplikasikan Kawaguchi et al (2004)
adalah sebagai berikut:
1. Klien akan memasukkan informasi setiap hari dengan memasukkan data-
datanya pada website pasien. Pasien juga dapat melihat data-data
sebelumnya di homepage pasien dan melihat saran/instruski dari dokter
atau perawat sesuai dengan kondisinya.
2. Informasi dari pasien akan disimpan oleh pusat data dan dapat dilihat oleh
perawat dan dokternya setiap hari. Kemudian perawat dan dokter
melakukan analisa data dan memutuskan apakah pasien hanya memerlukan
intervensi melalui telenursing atau perlu dilakukan homevisit. Jika klien
bisa diberikan intervensi melalui telenursing maka perawat akan
memberikan instruksi-instruksi pada website pasien, dan memastikan
apakah pasien melakukan instruksi tersebut atauu tidak dengan menelpon
pasien atau melakukan video conference dengan pasien. Jika pasien
9
tersebut perlu dilakukan home visit maka perawat di subcentered terdekat
akan mendatangi pasien.
Setelah dilakukan telenursing pada klien DM tipe 2 oleh
Kawaguchi et al (2004), mendapatkan beberapa hal sebagai berikut: rata-rata
kadar gula darah puasa mengalami penurunan secara bermakna dari 142gr/dl
menjadi 127gr/dl, tekanan darah sistolik turun secara bermakna dari
153mmHg menjadi 141mmHg, tekanan darah diastolic turun secara bermakna
dari 85.4mmHg menjadi 81mmHg. Selain itu klien merasakan bahwa dirinya
lebih bisa melakukan self-management terkait kondisi kesehatan dan
penyakitnya. Sedangkan menurut perawat, telenursing sangat membantu
menciptakan hubungan yang dekat antara klien dengan perawat, serta dapat
mengefektifkan waktu dalam perawatan.
10
lebih siap ketika akan menjalani operasi dan mengurangi lama hari rawat
pasca operasi.
4. Studi etnographi oleh O’Connor et al (2004) dengan judul Health
professional’s response to the introduction of a home telehealth services,
mendapatkan data bahwa petugas kesehatan mendapatkan tantangan baru
untuk mengintegrasikan kemajuan teknologi dalam pelayanan
keperawatan yang diberikan.
5. Rutenberg, C (2009) menuliskan artikel tentang telephone triage:timely
tips, mengatakan bahwa dengan teletriase terbukti mengefektifkan waktu
pemberian layanan keperawatan pada klien.
Telenursing merupakan salah satu peluang bagi pengembangan
praktek keperawatan di Indonesia. Telenursing dapat menjadi jawaban atas
permasalahan kondisi geografis yang sangat berjauhan di Indonesia. Tetapi
untuk mempraktekkan telenuring ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
1. Penyediaan sumberdaya manusia yang kompeten
Untuk melakukan telenursing diperlukan seorang perawat yang kompeten,
yang mampu menggunakan teknologi informasi, mampu menggunakan
protokol dan mampu bertanggungjawab dan bertanggunggugat terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasien.
2. Aspek penyediaan infrastruktur yang mendukung
Untuk melakukan telenursing diperlukan komitmen dan kebijakan lintas
sektoral, antara lain pemerintah, masyarakat dan pihak swaswta, untuk
membangun masyarakat yang melek teknologi. Untuk melakukan
telenursing atau e-nursing pengembangan jaringan komunikasi harus
dioptimalkan (Graschew et al, 2009). Menurut Graschew, et al (2009),
infrastruktur yang harus disiapkan antara lain pengembangan Quality of
Service (QoS), yaitu suatu parameter yang terdiri dari pengembangan
bandwith, pencegahan terhadap data loss, data delay, yang
memungkinkan tidak lancarnya komunikasi. Pengembangan jaringan,
peningkatan kapasitas jaringan dan bandwith merupakan hal yang mutlak
diperlukan untuk memperlancar komunikasi, selain itu pemerintah juga
11
harus meregulasi pembiayaan terkait penggunaan internet, sehingga
ongkos yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam pemanfaatan teknologi
telenursing ini dapat lebih murah.
3. Penyediaan protokol dan panduan pelaksanaan telenursing
Seluruh telenurses yang akan melakukan praktek telenursing harus
dikoordinasikan oleh suatu wadah tertentu dalam hal ini adalah lembaga
profesi (PPNI), selain itu harus ada suatu protokol atau guideline yang
berisi standard praktek yang mengatur kode etik, peran, tanggungjawab
dan tanggunggugat telenurses dan peran masyarakat dalam telenursing.
Saat ini sudah ada beberapa guideline telenursing antara lain Telenursing
Practice Guideline yang digunakan di Scotia Canada (2008), Guidelines
for Delegated Medical Functions and Medical Directives (2005), A Guide
for Self-Employed Registered Nurses (2003). Guideline tidak hanya
mengatur perawat tetapi juga profesi kesehatan lain dan masyarakat,
contohnya seperti yang berlaku di Canada yaitu adanya National Initiative
for Telehealth Framework of Guidelines (NIFTE) yang mengatur
telehealth secara keseluruhan, berlaku secara nasional dan mengatur multi-
stakeholder, dan kolaborasi interdisiplin. Prosedur ini mengatur suatu
struktur yang didesain untuk membantu individu atau organisasi untuk
mengembangkan telehealth policy, prosedur dan standarnya.
4. Aspek liabilitas dan manajemen resiko (risk management)
Issue yang terkait dengan telenursing adalah berkurangnya hubungan
terapeutik antara perawat-klien, tetapi sebetulnya telenursing tidak
menghilangkan hubungan ini karena kedekatan emosional pun dapat
terjalin melalui fasilitas komunikasi dan perawat-klien masih dapat
bertemu secara langsung saat kunjungan rumah (Scotia, 2008). Tetapi ada
masalah terkait aspek legal dan etik dalam telenursing antara lain privacy
dan confidentiality, kemungkinan bocornya data-data klien jika terjadi
hacking software, bagaimana mengakomodasi pilihan pasien (patient’s
choice), informed concent yang harus dilakukan akan berbentuk seperti
apa, apakah melalui verbal, tertulis atau direkam (recorded informed
concent), dokumentasi pelaksanaan asuhan keperawatan, keamanan dan
12
kepemilikan data klien, etika dalam melakukan telenursing dan proteksi
liability. Hal tersebut harus diantisipasi sebelum melakukan telenursing,
dan perlu adanya standar praktek yang mengatur hal-hal tersebut diatas.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Telenursing didefiniskan sebagai suatu proses pemberian,
menejemen dan koordinasi asuhan serta pemberian layanan kesehatan
melalui teknologi informasi dan telekomunikasi (CNA, 2005). Praktek
telenursing dapat diaplikasikan dalam berbagai setting area keperawatan, dan
dapat berbentuk ambulatory care, call centers, home visit telenursing, bagian
rawat jalan dan bagian kegawatdaruratan. Untuk dapat mengaplikasikan
telenursing ada beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain sumberdaya
manusia kesehatan yang melek teknologi, infrastuktur teknologi informasi
yang memadai, tersedianya panduan dan standar praktek bagi telenurses,
adanya kode etik dan suatu badan yang akan mengatur praktek telenursing
dengan profesi kesehatan yang lain sebagai bagian dari praktek telehealth.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat sesuai untuk
pengaplikasian telenursing sebagai jawaban atas permasalahan kurang
meratanya pelayanan kesehatan di wilayah Indonesia, tetapi tentu saja
pemerintah dan organisasi profesi harus membuat regulasi yang akan
mengatur praktek telenursing, yaitu membuat standar praktek, kode etik,
protokol dan panduan telenursing di Indonsia, selain penyediaan infrastuktur
teknologi informasi yang mendukung.
3.2 Saran
Makalah ini telah dibuat oleh penulis dengan tujuan supaya para
pembaca lebih mengetahui tentang telenursing di bidang pelayanan
kesehatan. Penulis senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun
guna penyempurnaan makalah selanjutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
George et al. (2008). How safe is telenursing from home?. Australian Journal of
Advanced Nursing, Volume 26 Number 1: 26-31. Diakses melalui
www.proquest.com tanggal 12 November 2018.
Graschew et al. (2008). Network design for telemedicine e-health using satellite
technology. R.Latifi (Ed.): IOS Press. Diakses melalui www.ebsco.com
tanggal 12 November 2018.
15
Rutenberg, C. (2009). Telephone triage: timely tips. AAACN Viewpoint Sep/Oct
2009;31:4-6. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 12 November
2018.
Wilson, L.S (2008). Technologies for complex and critical care telemedicine.
R.Latifi (Ed.): IOS Press. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 12
November 2018.
16