Anda di halaman 1dari 16

TREND DAN ISU KEPERAWATAN KOMUNITAS

TELENURSING SEBAGAI SUATU SOLUSI PEMBERIAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA MASYARAKAT DI ERA TEKNOLOGI
INFORMASI

OLEH :
KELOMPOK 3

1. LUH AYU ARINI (183222917)


2. NI LUH PUTU EVA BUDIANTINI (183222918)
3. NI LUH PUTU RATIH ARTASARI (183222919)
4. MADE SURYA MAHARDIKA (183222920)
5. NI NENGAH JUNIARI (183222921)
6. NI KADEK RAI WIDIASTUTI (183222922)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan
salah satu tugas dari Keperawatan Komunitas.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak
bantuan dari berbagai pihak dan sumber.Karena itu kami sangat menghargai
bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga
semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias
terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran
dan kritik yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang
akan datang.

Denpasar, 10 November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Telenursing ........................................................................... 6
2.2 Area-area Praktik Keperawatan yang Dapat Diaplikasikan Melalui
Telenursing ........................................................................................ 6
2.3 Prinsip Telenursing ............................................................................. 7
2.4 Kompetensi, Kualifikasi, dan Skill Perawat dalam Telenursing ........ 7
2.5 Model Sistem Telenursing ................................................................. 8
2.6 Hasil Penelitian Lain Terkait Telenursing .......................................... 10
2.7 Prospek Telenursing di Indonesia ...................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 14
3.2 Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat
dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di
Indonesia. Salah satu tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
pemerataan pelayanan kesehatan ke seluruh daerah di Indonesia. Sampai saat
ini pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum merata, pembangunan
masih terpusat di pulau Jawa, Sumatera dan kota-kota besar saja. Selain itu
pemerintah pun menghadapi permasalahan lain yaitu masih sulitnya jangkauan
masyarakat terhadap fasilitas-fasilitas layanan kesehatan. Hal tersebut terjadi
karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang terpisah oleh lautan dan
jarak yang saling berjauhan, sehingga pelayanan kesehatan tidak merata.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang lengkap jarang ada di daerah-daerah,
sehingga masyarakat di daerah sulit mengakses fasilitas kesehatan.
Teknologi informasi yang terus berkembang sekarang ini harus dicermati oleh
dunia kesehatan khususnya dunia keperawatan untuk membantu menjawab
permasalahan kesehatan yang ada. Semakin berkembangnya teknologi
informasi merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan dan meningkatkan jangkauan pelayanan keperawatan bagi
masyarakat di seluruh Indonesia, termasuk masyarakat di daerah yang
terpencil dan jauh (rural area). Salah satu teknologi keperawatan yang terus
berkembang adalah telehealth nursing atau tele nursing.
Telehealth nursing atau telenursing diartikan sebagai praktek
pemberian layanan keperawatan menggunakan teknologi telekomunikasi
(Lancet, 2000). Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi
dalam memberikan pelayanan keperawatan dimana ada jarak secara fisik yang
jauh antara perawat dan pasien, atau antar perawat. Telenursing merupakan
bagian dari telehealth atau telemedicine dan beberapa bagian terkait dengan

4
aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi dan
telemonitoring.
Menurut US Office of Disease Prevention and Health Promotion
(2010), salah satu tujuan telehealth atau telenursing adalah untuk
meningkatkan akses yang lebih komprehensif dan meningkatkan kualitas
layanan kesehatan. Adanya hambatan dalam struktur kesehatan, akses
kesehatan, tenaga kesehatan karena hambatan geografis dapat diatasi dengan
telenursing. Selain itu telenursing juga mengizinkan perawat untuk
memberikan layanan keperawatannya melalui suatu sistem yang
menakjubkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi telenursing?


2. Apa sajakah area-area praktik keperawatan yang dapat diaplikasikan
melalui telenursing?
3. Bagaimanakah prinsip telenursing?
4. Apa sajakah kompetensi, kualifikasi, dan skill perawat dalam
telenursing?
5. Bagaimanakah model sistem telenursing?
6. Apa sajakah hasil penelitian lain terekait telenursing?
7. Bagaimanakah prospek telenursing di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi telenursing
2. Untuk mengetahui area-area praktik keperawatan yang dapat
diaplikasikan melalui telenursing
3. Untuk mengetahui prinsip telenursing
4. Untuk mengetahui kompetensi, kualifikasi, dan skill perawat dalam
telenursing
5. Untuk mengetahui model sistem telenursing
6. Untuk mengetahui hasil penelitian lain terekait telenursing
7. Untuk mengetahui prospek telenursing di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Telenursing


Telenursing adalah bagian dari telehealth yang terjadi ketika
perawat memenuhi kebutuhan dasar klien dengan menggunakan teknologi
informasi, komunikasi dan web-based system (Kawaguchi et al, 2004).
Telenursing juga didefiniskan sebagai suatu proses pemberian, manejemen
dan koordinasi asuhan serta pemberian layanan kesehatan melalui teknologi
informasi dan telekomunikasi (CNA, 2005). Teknologi yang dapat digunakan
dalam telenursing sangat bervariasi, meliputi: telepon (land line dan telepon
seluler), personal digital assistants (PDAs), mesin faksimili, internet, video
dan audio conferencing, teleradiologi, system informasi komputer bahkan
melalui telerobotics (Scotia, 2008).
Walaupun ada sedikit perubahan dalam pemberian asuhan
keperawatan melalui telenursing tetapi hal tersebut tidak merubah prinsip
pemberian asuhan keperawatan secara fundamental. Seorang perawat yang
melakukan telenursing tetap menggunakan proses keperawatan untuk
mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi serta
mendokumentasikan asuhan keperawatan. Telenursing juga melibatkan
proses pemberian pendidikan kesehatan kepada klien, serta adanya sistem
rujukan. Selain itu telenursing juga tetap mengharuskan adanya hubungan
terapeutik antara perawat dan klien, dalam telenursing hubungan tersebut
dapat terbina melalui penggunaan telepon, internet atau alat komunikasi yang
lainnya.

2.2 Area-area Praktik Keperawatan yang Dapat Diaplikasikan Melalui


Telenursing
Praktek telenursing dapat diaplikasikan dalam berbagai setting
area keperawatan. Perawat dapat praktek dalam berbagai setting perawatan
seperti ambulatory care, call centers, home visit telenursing, bagian rawat
jalan dan bagian kegawatdaruratan. Bentuk-bentuk telenursing dapat berupa

6
triage telenursing, call-center services, konsultasi melalui secure email
messaging system, konseling melalui hotline service, audio atau
videoconferencing antara klien dengan petugas kesehatan atau dengan
sesama petugas kesehatan, discharge planning telenursing, home-visit
telenursing dan pengembangan websites untuk sebagai pusat informasi dan
real-time counseling pada pasien (CNA, 2005; Centre for E-Health Nursing,
2006; Canadian Nursing Informatics Association, 2006).

2.3 Prinsip Telenursing


Menurut Scotia (2008), dalam melakukan telenursing perawat harus
menerapkan beberapa prinsip antara lain: meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan, meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, mengurangi
pemberian layanan kesehatan yang tidak perlu, melindungi
kerahasiaan/privasi informasi klien.

2.4 Kompetensi, Kualifikasi dan Skill perawat dalam Telenursing


Menurut Scotia (2008), kompetensi yang diperlukan oleh seorang
perawat untuk melakukan telenursing adalah sebagai berikut: memiliki
karakteristik personal: sikap positif, terbuka terhadap teknologi dan memiliki
skill yang baik tentang teknologi; memiliki pengetahuan dan kemampuan
untuk mengoperasikan teknologi informasi, seperti kemampuan untuk
mengoperasikan kamera, videoconferencing, komputer, dll; mengerti tentang
keterbatasan dari teknologi yang digunakan; kemampuan untuk
mempertimbangkan sesuai atau tidaknya kondisi klien untuk dilakukan
telenursing; mengetahui protocol dan prosedur telehealth, memiliki
kemampuan komunikasi yang baik dan melakukan praktek berdasarkan
evidence based dan riset

7
2.5 Model Sistem Telenursing
Salah satu model telenursing adalah model yang diaplikasikan oleh
Kawaguchi et al (2004) dari College of Nursing and Medical Technology,
University of Tsukuba, Jepang, yaitu pengembangan system telenursing
untuk pasien dengan kondisi kronik, yaitu diterapkan pada klien diabetes
mellitus tipe 2. Klien dengan penyakit kronis seperti DM atau penyakit
jantung sangat sesuai untuk melakukan telenursing, mengingat klien dengan
kondisi ini memerlukan pembelajaran dan pemeliharaan kondisi kesehatan
secara terus menerus. Mereka mungkin memiliki motivasi yang tinggi tetapi
kurang mendapatkan pengetahuan dan kemampuan, dengan adanya
telenursing maka mereka dapat mengakses informasi dan kontak secara terus
menerus dengan petugas kesehatan, sehingga mereka bisa menginformasikan
kondisi kesehatan mereka secara up to date dan mereka akan mendapat
pengananan segera melalui telenursing system. Model yang diaplikasikan
Kawaguchi et al (2004) terdiri dari:
1. Database server: yang berlokasi di pusat kesehatan universitas wilayah
regional, berfungsi sebagai pusat penyimpan dan penyampai data dan
informasi. Melalui database server ini, klien, perawat dan dokter dapat
melihat dan memasukkan data dalam website.
2. Health subcenter: berlokasi di seluruh wilayah di daerah-daerah, dimana di
pusat kesehatan ini terdapat perawat-perawat on call, yang akan
mendapatkan instruksi dari database server, jika ada klien yang
membutuhkan bantuan maka klien akan didatangi oleh perawat dari pusat
subcenter terdekat dengan lokasi klien.
Sistem telenursing ini menginformasikan tiga tipe informasi yang akan dikirim
klien kepada perawat. Informasi tersebut adalah:
1. Email dari pasien tentang laporan mengenai status kesehatan dan hal lain
yang dianggap penting oleh klien. Pasien mengisi email untuk menuliskan
apa yang dirasakan klien atau untuk bertanya mengenai status
kesehatannya. Mereka akan menulis keadaan kesehatannya saat ini dengan
skala visual analog dari skala 1 (sangat baik) sampai skala 5 (buruk), hal ini

8
memungkinkan tenaga kesehatan dapat mengkaji klien lebih baik dan
memberi respon sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Vital Sign: yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, suhu, diukur oleh
klien karena klien memiliki alat-alat pengukurnya. Selain itu pasien juga
memiliki alat finger pletysmography yang dipasang pada jari klien untuk
mengukur gelombang tubuh sebagai indikator kesehatan klien, alat ini
dibuat oleh A BACS detector, Computer Convenience Ltd, Jepang. Data
pletysmography ini ditransfer secara otomatis melalui laptop klien via data
cabel.
3. Video mail: yang akan mengirimkan gambar klien, hal ini penting agar
perawat bisa melihat atau mengevaluasi keadaan kliennya secara langsung
melalui visualisasi gambar atau video denagn webcam Sanwa Supply dan
Window MovieMaker. Klien dapat mengirim videonya melalui fasilitas ini.
4. Akses internet menggunakan wireless (Air-H Card G; Honda Electronic
Japan) dengan koneksi 128kbit/s yang akan menghubungkan klien dengan
pusat data. Klien sangat mudah melakukannya hanya dengan meng’klik’
icon di website saja.
Alur dalam pelaksanaan telenursing yang diaplikasikan Kawaguchi et al (2004)
adalah sebagai berikut:
1. Klien akan memasukkan informasi setiap hari dengan memasukkan data-
datanya pada website pasien. Pasien juga dapat melihat data-data
sebelumnya di homepage pasien dan melihat saran/instruski dari dokter
atau perawat sesuai dengan kondisinya.
2. Informasi dari pasien akan disimpan oleh pusat data dan dapat dilihat oleh
perawat dan dokternya setiap hari. Kemudian perawat dan dokter
melakukan analisa data dan memutuskan apakah pasien hanya memerlukan
intervensi melalui telenursing atau perlu dilakukan homevisit. Jika klien
bisa diberikan intervensi melalui telenursing maka perawat akan
memberikan instruksi-instruksi pada website pasien, dan memastikan
apakah pasien melakukan instruksi tersebut atauu tidak dengan menelpon
pasien atau melakukan video conference dengan pasien. Jika pasien

9
tersebut perlu dilakukan home visit maka perawat di subcentered terdekat
akan mendatangi pasien.
Setelah dilakukan telenursing pada klien DM tipe 2 oleh
Kawaguchi et al (2004), mendapatkan beberapa hal sebagai berikut: rata-rata
kadar gula darah puasa mengalami penurunan secara bermakna dari 142gr/dl
menjadi 127gr/dl, tekanan darah sistolik turun secara bermakna dari
153mmHg menjadi 141mmHg, tekanan darah diastolic turun secara bermakna
dari 85.4mmHg menjadi 81mmHg. Selain itu klien merasakan bahwa dirinya
lebih bisa melakukan self-management terkait kondisi kesehatan dan
penyakitnya. Sedangkan menurut perawat, telenursing sangat membantu
menciptakan hubungan yang dekat antara klien dengan perawat, serta dapat
mengefektifkan waktu dalam perawatan.

2.6 Hasil Penelitian Lain Terkait Telenursing


Beberapa hasil penelitian lain yang terkait dengan telenursing adalah
sebagai berikut:
1. Robert et al (2007) tentang telenursing in hospice palliative care,hasil
penelitian menyatakan telenursing dapat meningkatkan partnership dan
komunikasi yang lebih baik antara petugas kesehatan dengan keluarga dan
klien, dan meningkatkan kemampuan keluarga untuk memberikan
perawatan palliative care di rumah.
2. Cady et al (2009) tentang a telehealth nursing intervention reduces
hospitalization in children with complex health condition, menyimpulkan
bahwa pelaksanaan telenursing melalui telepon bagi anak-anak dengan
kondisi kesehatan yang kompleks yang dilakukan secara continue, terbukti
secara bermakna menurunkan angka hospitalisasi yang tidak terencana,
mengurangi stress keluarga, meningkatkan kesejahteraan anak dan
meningkatkan penggunaan fasilitas layanan kesehatan.
3. Thomas et al (2004) tentang impact preoperative education program via
interactive telehealth network for rural patient having total joint
replacement, menyimpulkan bahwa telenursing class membuat pasien

10
lebih siap ketika akan menjalani operasi dan mengurangi lama hari rawat
pasca operasi.
4. Studi etnographi oleh O’Connor et al (2004) dengan judul Health
professional’s response to the introduction of a home telehealth services,
mendapatkan data bahwa petugas kesehatan mendapatkan tantangan baru
untuk mengintegrasikan kemajuan teknologi dalam pelayanan
keperawatan yang diberikan.
5. Rutenberg, C (2009) menuliskan artikel tentang telephone triage:timely
tips, mengatakan bahwa dengan teletriase terbukti mengefektifkan waktu
pemberian layanan keperawatan pada klien.
Telenursing merupakan salah satu peluang bagi pengembangan
praktek keperawatan di Indonesia. Telenursing dapat menjadi jawaban atas
permasalahan kondisi geografis yang sangat berjauhan di Indonesia. Tetapi
untuk mempraktekkan telenuring ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
1. Penyediaan sumberdaya manusia yang kompeten
Untuk melakukan telenursing diperlukan seorang perawat yang kompeten,
yang mampu menggunakan teknologi informasi, mampu menggunakan
protokol dan mampu bertanggungjawab dan bertanggunggugat terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasien.
2. Aspek penyediaan infrastruktur yang mendukung
Untuk melakukan telenursing diperlukan komitmen dan kebijakan lintas
sektoral, antara lain pemerintah, masyarakat dan pihak swaswta, untuk
membangun masyarakat yang melek teknologi. Untuk melakukan
telenursing atau e-nursing pengembangan jaringan komunikasi harus
dioptimalkan (Graschew et al, 2009). Menurut Graschew, et al (2009),
infrastruktur yang harus disiapkan antara lain pengembangan Quality of
Service (QoS), yaitu suatu parameter yang terdiri dari pengembangan
bandwith, pencegahan terhadap data loss, data delay, yang
memungkinkan tidak lancarnya komunikasi. Pengembangan jaringan,
peningkatan kapasitas jaringan dan bandwith merupakan hal yang mutlak
diperlukan untuk memperlancar komunikasi, selain itu pemerintah juga

11
harus meregulasi pembiayaan terkait penggunaan internet, sehingga
ongkos yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam pemanfaatan teknologi
telenursing ini dapat lebih murah.
3. Penyediaan protokol dan panduan pelaksanaan telenursing
Seluruh telenurses yang akan melakukan praktek telenursing harus
dikoordinasikan oleh suatu wadah tertentu dalam hal ini adalah lembaga
profesi (PPNI), selain itu harus ada suatu protokol atau guideline yang
berisi standard praktek yang mengatur kode etik, peran, tanggungjawab
dan tanggunggugat telenurses dan peran masyarakat dalam telenursing.
Saat ini sudah ada beberapa guideline telenursing antara lain Telenursing
Practice Guideline yang digunakan di Scotia Canada (2008), Guidelines
for Delegated Medical Functions and Medical Directives (2005), A Guide
for Self-Employed Registered Nurses (2003). Guideline tidak hanya
mengatur perawat tetapi juga profesi kesehatan lain dan masyarakat,
contohnya seperti yang berlaku di Canada yaitu adanya National Initiative
for Telehealth Framework of Guidelines (NIFTE) yang mengatur
telehealth secara keseluruhan, berlaku secara nasional dan mengatur multi-
stakeholder, dan kolaborasi interdisiplin. Prosedur ini mengatur suatu
struktur yang didesain untuk membantu individu atau organisasi untuk
mengembangkan telehealth policy, prosedur dan standarnya.
4. Aspek liabilitas dan manajemen resiko (risk management)
Issue yang terkait dengan telenursing adalah berkurangnya hubungan
terapeutik antara perawat-klien, tetapi sebetulnya telenursing tidak
menghilangkan hubungan ini karena kedekatan emosional pun dapat
terjalin melalui fasilitas komunikasi dan perawat-klien masih dapat
bertemu secara langsung saat kunjungan rumah (Scotia, 2008). Tetapi ada
masalah terkait aspek legal dan etik dalam telenursing antara lain privacy
dan confidentiality, kemungkinan bocornya data-data klien jika terjadi
hacking software, bagaimana mengakomodasi pilihan pasien (patient’s
choice), informed concent yang harus dilakukan akan berbentuk seperti
apa, apakah melalui verbal, tertulis atau direkam (recorded informed
concent), dokumentasi pelaksanaan asuhan keperawatan, keamanan dan

12
kepemilikan data klien, etika dalam melakukan telenursing dan proteksi
liability. Hal tersebut harus diantisipasi sebelum melakukan telenursing,
dan perlu adanya standar praktek yang mengatur hal-hal tersebut diatas.

2.7 Prospek Telenursing di Indonesia


Prospek telenursing di Indonesia sangat besar, mengingat negara-
negara lain di Asia sudah melakukan telenursing mulai dekade tahun 2000-
an. Telenursing sangat sesuai diterapkan di Indonesia untuk mengatasi belum
meratanya pembangunan kesehatan yang diakibatkan kondisi geografis yang
terpisah-pisah, selain itu jumlah dan fasilitas pelayanan kesehatan belum
merata. Tetapi sebelumnya infrastuktur teknologi harus mendukung
pelaksanaan telenursing, seperti pengadaan jaringan internet ke desa-desa,
menekan harga PC atau laptop sehingga terjangkau oleh kalangan menengah,
dan menekan cost internet per kilobite-nya, sehingga biaya dapat ditekan,
serta perlunya regulasi nasional terkait telehealth, penyediaan standar praktek
dan panduan serta kesiapan perawat dan dokter untuk melakukan telehealth
nursing.
Salah satu bentuk telenursing yang sudah berlaku di Indonesia adalah
prinsip call center di berbagai rumah sakit dan pusat perawatan yang
menerima pengaduan dan layanan melalui telepon, melakukan teletriage bila
pasien mengalami kondisi kegawatdaruratan. Tetapi praktek telenursing yang
lebih canggih menggunakan teknologi videoconferencing antara klien dan
perawat mungkin belum diaplikasikan, model tersebut lebih banyak
diaplikasikan di institusi pendidikan keperawatan yang menjalankan distance
learning sedangkan di institusi pelayanan mungkin akan diaplikasikan pada
tahun-tahun mendatang.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Telenursing didefiniskan sebagai suatu proses pemberian,
menejemen dan koordinasi asuhan serta pemberian layanan kesehatan
melalui teknologi informasi dan telekomunikasi (CNA, 2005). Praktek
telenursing dapat diaplikasikan dalam berbagai setting area keperawatan, dan
dapat berbentuk ambulatory care, call centers, home visit telenursing, bagian
rawat jalan dan bagian kegawatdaruratan. Untuk dapat mengaplikasikan
telenursing ada beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain sumberdaya
manusia kesehatan yang melek teknologi, infrastuktur teknologi informasi
yang memadai, tersedianya panduan dan standar praktek bagi telenurses,
adanya kode etik dan suatu badan yang akan mengatur praktek telenursing
dengan profesi kesehatan yang lain sebagai bagian dari praktek telehealth.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat sesuai untuk
pengaplikasian telenursing sebagai jawaban atas permasalahan kurang
meratanya pelayanan kesehatan di wilayah Indonesia, tetapi tentu saja
pemerintah dan organisasi profesi harus membuat regulasi yang akan
mengatur praktek telenursing, yaitu membuat standar praktek, kode etik,
protokol dan panduan telenursing di Indonsia, selain penyediaan infrastuktur
teknologi informasi yang mendukung.

3.2 Saran
Makalah ini telah dibuat oleh penulis dengan tujuan supaya para
pembaca lebih mengetahui tentang telenursing di bidang pelayanan
kesehatan. Penulis senantiasa mengharapkan kritik saran yang membangun
guna penyempurnaan makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Barret, et al. (2009). Challenges faced in implementationof a telehealth enabled


chronic wound care system. The International Electronic Journal of Rural
and Remote Health Research, Education, Practice and Policy.
ARHEN:http//www.rrh.org.au Diakses melalui www.proquest.com tanggal
12 November 2018.

Cady, et al. (2009). A telehealth nursing intervention reduces hospitalizations in


children with complex health condition. Journal of Telemedicine and
Telecare 2009; 15: 317-320. Diakses melalui www.ebsco.com tanggal 12
November 2018.

Canadian Nurses Assosiation. (2005). NurseOne, the Canadian Nurses Portal


Ottawa. Diperoleh melalui www.cna-alic.ca Tanggal 12 November 2018.

George et al. (2008). How safe is telenursing from home?. Australian Journal of
Advanced Nursing, Volume 26 Number 1: 26-31. Diakses melalui
www.proquest.com tanggal 12 November 2018.

Graschew et al. (2008). Network design for telemedicine e-health using satellite
technology. R.Latifi (Ed.): IOS Press. Diakses melalui www.ebsco.com
tanggal 12 November 2018.

Hibbert et al. (2004). Health professional’s responses to the introduction of a


home telehealth services. Journal of Telemedicine and Telecare 2004; 10:
226-230. Diakses melalui www.ebsco.com tanggal 12 November 2018.

Kawaguchi et al. (2004). Development of a telenursing system for patients with


chronic condition. Journal of Telemedicine and Telecare; 10: 239-244.
Diakses melalui www.ebsco.com tanggal 12 November 2018.

15
Rutenberg, C. (2009). Telephone triage: timely tips. AAACN Viewpoint Sep/Oct
2009;31:4-6. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 12 November
2018.

Scotia. (2008). Telenursing practice guideline. College of Registered Nurses of


Nova Scotia. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 12 November
2018.

Wade et al. (2010). A systematic review of economic analysis of telehealth service


using real time video communication. BMC Health Service Research, 2010:
233-247. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 12 November 2018.

Wilson, L.S (2008). Technologies for complex and critical care telemedicine.
R.Latifi (Ed.): IOS Press. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 12
November 2018.

Yun et al. (2008). Critical to quality in telemedicine service management:


application of DFSS (design for six sigma) and SERVQUAL. Nursing
Economics, Volume 26, Number 6: 384-388. Diakses melalui
www.proquest.com tanggal 12 November 2018.

16

Anda mungkin juga menyukai