1. Otonomi
Otonomi harus diikuti oleh hak seseorang untuk memahami keputusannya dengan
mendapatkan informasi yang cukup dari tenaga profesional dalam pelayanan. Dalam
otonomi seseorang harus terbebas dari intervensi atau campur tangan orang lain,
bebas dari paksaan dan memiliki kapasitas mental yang baik dalam memahami dan
mengambil keputusan.
2. Non Maleficence (tidak membahayakan)
Prinsip non maleficence berarti tidak melakukan kekerasan yang mengakibatkan
kerugian bagi pasien. Prinsip Non Maleficence dilaksanakan dengan tetap menjunjung
hak otonomi pasien. Prinsip non meleficence terkadang dapat berbenturan dengan
aturan-aturan moral yang ada dalam masyarakat.
3. Beneficence (Berbuat baik)
Beneficence merupakan nilai paling fundamental dalam etika pelayanan kesehatan,
dimana berbuat baik menjadi landasan dalam tingkah laku seseorang dalam
memberikan pelayanan. Prinsip beneficence didasarkan pada kewajiban moral untuk
memberikan kebaikan bagi orang lain dengan memaksimalkan keuntungan dan
meminimalkan kerugian bagi pasien.
4. Justice (Keadilan)
Prinsip keadilan dilakukan dengan memberikan pelayanan kepada pasien sesuai
dengan kebutuhan mereka, pasien dengan kebutuhan terapi yang besar harus
mendapatkan terapi yang sesuai dengan kondisinya demikian juga sebaliknya.
Kontroversi yang terjadi pada prinsip keadilan adalah tentang pertimbangan yang
relevant dalam penggolongan karakteristik pasien yang membutuhkan terapi.
Referensi
James H, H., & Husted, G. L. (2008). Ethical Decision Making in Nursing and Health Care:
The Symphonological Approach.
Lachman, V. D. (2006). Applied ethics in nursing. Retrieved from
http://site.ebrary.com/id/10265603
Perpres. (2014). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan, .Jakarta, Kemenkes RI.
http://lifestyle.kompas.com/read/2016/11/16/140000223/peran.perawat.belum.optimal