TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DIARE
Menurut Wold Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair
dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih
dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.
Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang,
2004).
Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar yang
tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensibuang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan
untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali (Simatupang,
2004).
Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena diare merupakan
salah satu penyakit utama yang terdapat di negara berkembang, dimana adanya faktor yang
mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab
Faktor penyebab ( agent) yang dapat menyebabkan kejadian diare pada balita
diantaranya karena faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan (Ngastiyah, 2005).
Sedangkan dari faktor penjamu (host) yang menyebabkan diare pada balita yaitu dari faktor
status gizi balita dan faktor prilaku hygiene yang buruk misalnya dalam prilaku mencuci
tangan, kebersihan putting susu, kebersihan dalam botol susu dan dot susu pada balita.
Kemudian dari faktor lingkungan (environment) yang menyebabkan balita terkena diare
yaitu dari kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik misalnya dalam penggunaan
kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan balita (Soegijanto, 2002).
Menurut Widjaja (2008), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. Menurut
Ngatiyah (2005), diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sitem gastrointestinal
atau penyakit lain diluar saluran pencernaan, dikarenakan keadaan frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak konsistensi feses encer dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Sedangkan
menurut WHO (2009) diare didefinisikan sebagai berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari
semalam (24jam).
kesimpulan pengertian diare adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan pola buang air
besar lebih dari 3 kali dalam sehari disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau
Menurut Widjaja (2008), diare disebabkan oleh adanya beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak balita.
Astrovirus.
albicans).
5) Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitismedia akut
Keadaan ini terutama terjadi pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat
menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau asam, dan sakit di
daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
2. Malabsorbsi lemak
bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi
usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosausus, diare dapat jadi
muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja
mengandung lemak.
a. Faktor Makanan
Faktor makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah, (sayuran), dan kurang matang.
Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak
balita.
b. Faktor Psikologis
cemas dan tegang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. Tetapi
jarang terjadi pada anak balita dan umumnya terjadi pada anak yang lebih besar
atau dewasa.
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu makanan atau minuman yang
tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui
adalah:
1. Faktor prilaku
kuman.
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak
tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan
Menurut Ahlquist dan Camilleri (2005), diare dibagi menjadi akut apabila kurang dari
2 minggu, persisten jika berlangsung selama 2-4 minggu, dan kronik jika berlangsung lebih
dari 4 minggu. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan
disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh
pengobatan, intoksikasi, iskemia, dan kondisilain. Berbeda dengan diare akut, penyebab
diare yang kronik lazim disebabkan oleh penyebab non infeks seperti alergi dan lain-lain.
Klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi diare dehidrasi berat, diare dehidrasi
sedang atau ringan, diare tanpa dehidrasi, diare persisten, disentri (Hidayat, 2005).
1. Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis atau mengantuk
atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya yaitu lakukan
pemasangan infuse, berikan cairan IV Ringer Laktat, pemberian ASI sebaiknya tetap
diberikan, pertahankan agar bayi dalam keadaan hangat dan kadar gula tidak turun.
Diare ini mempunyai tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor
kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama untuk setiap kali
pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara membuat oralit, lanjutkan pemberian ASI, berikan
Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi berat atau
ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali pemberian,
berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit atau air matang sebanyak keinginan balita,
ajari ibu cara memberikan oralit memberi 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit
yang diberikan sebagai tambahan cairan, anjurkan untuk meminum sedikit tapi sering.
4. Diare Persisten
Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan dan
pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dan disentri dalam manajemen balita
sakit dapat diatasi sesuai dengan tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gula agar
tidak turun, anjurkan agar bayi tetap hangat, lakukan rujukan segera.
5. Disentri
Apabila diare di sertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan saluran
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu
makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului
diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare,
muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat
pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya
agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-
kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin, 2007).
Beberapa prilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita.
Beberapa prilaku keluarga yang dapat meningkatkan kejadian diare pada balita diantaranya
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan.
Pada balita yang tidak diberi ASI risiko menderita diare lebih besar daripada balita
yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah
dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-
jam dan dibiarkan di lingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang
parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman atau bakteri penyebab diare.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
Makanan bila disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan tersebut akan
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga
menurunkan agka kesakitan dan kematian akibat diare, yaitu: (Kemenkes RI,2010).
vitamin A. Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak atau minyak dan
mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh manusia, karena vitamin A merupakan komponen
dari retina (selaput jala), maka fungsinya adalah untuk penglihatan, disamping itu juga
vitamin A yang berasal dari buah-buahan berwarna kuning, orange dan sayuran berwarna
hijau tua dapat membantu untuk melindungi anak terhadap radang paru (Kemenkes RI,
2010).
Kebutuhan vitamin A yang dianjurkan untuk anak balita adalah 250 mikrogram
retinol (vitamin A) atau 750 mikrogram yang mengandung vitamin A. Beberapa terdapat di
daerah yaitu jenis-jenis makanan yang kaya vitamin A seperti telur, sayuran dan beberapa
jenis buah-buahan tidak boleh diberikan pada bayi dan balita. Anak yang tidak mau
menerima suatu makanan biasanya tidak akan diusahakan oleh orang tuanya untuk
menelannya, ini merupakan sikap yang kurang tepat, karena ada kemungkinan menurunnya
konsumsi vitamin A dan karoten yang diperlukan untuk kesehatan anak (Almatsier, 2002).
Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk terjadinya
diare. Beberapa penelitian telah membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk
dan iinfeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering mendapat diare. Disamping
itu adanya hubungan antara gizi buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainnya
serta menurunnya daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Balita dengan gizi yang kurang
akan lebih mudah terserang diare dibandingkan balita dengan gizi normal karen faktor daya
tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebakan balita tidak nafsu
makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah
Kemenkes RI (2010) menjelaskan bahwa kegagalan pemberian ASI ekslusif pada bayi
menyebabkan kekurangan jumlah sel otak bayi sebanyak 15-20% sehingga menghambat
perkembangan kesehatan bayi pada tahap selanjutnya. ASI dalam jumlah yang cukup
merupakan makanan yang terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI
mengandung 70 kalori/liter dengan 1,6% protein, 3,8% lemak, 7,0% laktosa. Vitamin yang
terdapat dalam ASI antara lain vitamin A, B, C ,D dan Karoten. Dimana kandungan makanan
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia
dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi
mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Adapun program LINTAS DIARE yaitu: 1), Dehidrasi menggunakan Oralit osmolaritas rendah.
2), Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut. 3), Teruskan pemberian ASI dan makanan.
2.4.2. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak bersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah
oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapatkan pertolongan cairan melalui infus. Pemberian iralit didasarkan pada
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di
Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok setiap 1
sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat
minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudahan
mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
2.4.3. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,mengurangi volume tinja, serta
menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini
semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare (Kemenkes RI, 2011).
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian
tablet zinc : larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada
balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare
dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat.
Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat
anti
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai
berikut:
1. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat
lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang
baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap
diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi
yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare (Depkes RI, 2006).
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko
terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari
terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secra bertahap mulai dibiasakan
dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi
meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian
yang lebih baik yaitu : a) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan
tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak
berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kali sehari) setelah anak
berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari
dan meneruskan pemberian ASI bila mungkin. b) Menambahkan minyak, lemak dan gula ke
dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi.menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,
Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak
dengan sendaok yang bersih. c) Memasak atau merebus makanan yang benar, menyimpan
sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka
dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai
resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006). Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap
serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006). Yang
harus diperhatikan oleh keluarga adalah : a) air harus diambil dari sumber terbersih yang
tersedia. b) sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat
lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih
rendah, dan menggali parit aliran diatas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.
Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air. d) Air untuk masak
4. Mencuci tangan
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah buang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam
5. Menggunakan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga
yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar
Yang harus diperhatikan oleh keluarga : a) keluarga harus mempunyai jamban yang
berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. b) bersihkan jamban secara
teratur. c) bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besra
sendiri, buang air besra hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak
bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tida benar
karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja
bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan: a)
kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas dan
kuburkan atau buang di kakus. b) bantu anak untuk membuang air besarnya kedalam
wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang kedalam kakus dan bilas
wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas permukaan seperti koran atau daun
besar dan buang kedalam kakus. c) bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan
disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak
dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti
imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit
diptheri, pertusis, dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan
(2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman,
serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan
usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem
atau fasilitas kesehatan (health seeking behavior) perilaku ini adalah menyangkut upaya
atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. 3. Perilaku
kesehatan lingkungan adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik
Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005). Menurut Arief Mansjoer (2000) diare
adalah defekasi lendir dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir. Sedangkan
menurut Suharyono (2008) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak
normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair.
Diare dapat dikatakan sebagai masalah pediatrik sosial karena diare merupakan salah satu
penyakit utama yang terdapat di negara berkembang, dimana adanya faktor yang
mempengaruhi terjadinya diare pada balita itu sendiri yaitu diantaranya faktor penyebab
karena faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan (ngastyah, 2005). Sedangkan dari
faktor penjamu (host) yang menyebabkan diare pada balita yaitu dari faktor status gizi
balita dan faktor berlaku hygiene yang buruk misalnya dalam perilaku mencuci tangan,
kebersihan putting susu, kebersihan dalam botol susu dan dot susu pada balita. Kemudian
dari faktor lingkungan (environment) yang menyebabkan balita terkena diare yaitu dari
kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik misalnya dalam penggunaan kebersihan air
yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan balita (soegijanto, 2002).
2.6.1. Hubungan Sumber Air Minum Dengan Kejadian Diare Pada Balita Umur 1-4 Tahun
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal – oral mereka
dapat tularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang
Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-sumber air dapat dibagi
menjadi :
1. Air Hujan
Air hujan merupakan penyupliman awan / uap menjadi air murni. Walau pada saat
prestipasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran
oleh partikel debu, microorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida, nitrogen dan
amonia. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak
mengandung kotoran.