OLEH:
KELOMPOK 2
1. Ni Made Mita Lestari (203213206)
2. Dewa Ayu Putu Seri Yunita Dewi (203213208)
3. Ida Ayu kade Intan Cahyani (203213211)
4. Ni Made Udiyani Lestari (203213234)
5. I Putu Agus Artawan (203213235)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan ini
dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah “Keperawatan
Komplementer Dasar” dengan judul “Makalah Komplementer Dalam Semua Siklus Kehidupan”.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
A. Terapi Komplementer Pada Pasangan Usia Subur (PUS)...................................................3
B. Terapi Komplementer Pada Ibu Hamil................................................................................4
C. Terapi Komplementer Pada Balita.......................................................................................5
D. Terapi Komplementer Pada Anak Sekolah..........................................................................6
E. Terapi Komplementer Pada Remaja....................................................................................6
F. Terapi Komplementer Pada Dewasa....................................................................................7
G. Terapi Komplementer Pada Lansia......................................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam individu manusia yang dimaksud kesehatan adalah mencakup kesehatan
biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spriritual. Inilah yang dimaksud bahwa manusia
adalah sebuah paket yang holistik/menyeluruh dimana masing-masing aspeknya tidak
dapat dipisahkan. Kondisi masing- masing saling mempengaruhi keadaan sehat seseorang.
Selain badan, pikiran, dan jiwa seorang manusia, kesehatannya juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti : keluarga, lingkungan fisik, budaya, pekerjaan, pelayanan kesehatan,
perilaku, dan juga gaya hidup. Sehat yang diharapkan bukan hanya sekedar sehat tetapi juga
bugar sehingga selain sehat, individu juga sejahtera karena dapat menjalankan semua
fungsinya dalam kehidupan. Konsep keholistikan manusia inilah yang menjadi dasar dan
tujuan dari pengobatan alternatif komplementer (Kemenkes RI, 2018).
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik akan tetapi
belum diterima dalam kedokteran konvensional (Nur Yusrin Husnatil, Anita Kustanti, &
Heny Suseani Pangastuti, 2017).
Selain itu, pengobatan komplementer dapat diaplikasikan kepada semua orang.
Pengobatan ini merupakan cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional. Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan
komplementer bersifat umum dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan
konsentrasi, sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk membantu individu merasa
lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi akut (Zulfa Rufaida, Sri Wardini Puji Lestari, &
Dyah Permata Sari, 2018).
Disamping hal tersebut, kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya
penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi
sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam
memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal
ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat
dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik (Widyatuti, 2008).
Sehubungan dengan hal tersebut penulis akan membahas lebih lanjut mengenai aplikasi
keperawatan komplementer dalam semua siklus kehidupan (pada PUS, ibu hamil, anak
sekolah, kelompok remaja, orang dewasa, dan lansia).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana aplikasi komplementer dalam siklus kehidupan Pasangan Usia Subur (PUS)?
1
2. Bagaimana aplikasi komplementer pada ibu hamil?
3. Bagaimana aplikasi komplementer pada balita?
4. Bagaimana aplikasi komplementer pada anak sekolah?
5. Bagaimana aplikasi komplementer pada kelompok remaja?
6. Bagaimana aplikasi komplementer pada orang dewasa?
7. Bagaimana aplikasi komplementer pada lansia?
C. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai aplikasi komplementer dalam semua siklus kehidupan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dalam warnanya, sirih merah berwarna merah keperak-perakan dan apabila daunnya
disobek maka akan berlendir serta aromanya lebih wangi (Hidayat & Sri, 2009).
Air rebusan daun sirih merah juga memiliki beberapa keunggulan yaitu memiliki
kandungan alkaloid yang tidak dimiliki sirih hijau sebagai antimikroba dan daun sirih
merah mempunyai daya antiseptik dua kali lebih tinggi dari daun sirih hijau (Manoi,
2007). Sirih merah juga mengandung karvakrol yang bersifat desinfektan dan anti
jamur, terkandung juga flavonoid yang bersifat antioksidan, antifungi, antiseptik,
dan antiinflamasi. Selain itu, sirih merah juga terdapat kandungan minyak atsiri
berperan sebagai anti bakteri dan tanin yang juga mempunyai daya anti bakteri. Hal
inilah yang membuat air rebusan sirih merah bisa digunakan sebagai obat antiseptik
untuk menjaga kesehatan rongga mulut, menyembuhkan penyakit keputihan,
mengurangi gatal – gatal dan bau tak sedap di area kewanitaan (Werdhany, Anthoni,
& Setyorini, 2008), (Sudewo, 2005).
4
Mual dan muntah merupakan gejala yang sering terjadi pada kehamilan trimester
pertama. Mual dan muntah yang terjadi pada pagi hari disebut morning sickness.
Mual muntah merupakan akibat dari perubahan sistem endokrin yang terjadi selama
kehamilan terutama meningkatnya hormon hCG (human chorionic gonadotropin)
yang terjadi hampir 50-80% wanita hamil (Setyowati, H, 2018).
Intervensi mual muntah yang dialami ibu hamil dapat dilakukan salah satunya
melalui terapi akupresure. Akupresur pada ibu hamil yaitu dengan memberikan
rangsangan dengan teknik penekanan pada titik perikardium 6. Indikasi ibu hamil
yang mengalami mual muntah dan kontraindikasi pasien dalam keadaan terlalu lapar,
terlalu kenyang dan terlalu emosional (marah, sedih, khawatir) (Mariza &
Ayuningtias, 2019).
2. Terapi Herbal Jahe Dalam Menangani Mual Muntah Pada Ibu Hamil
Menurut penelitian Alyamaniyah (2014) jahe sekurangnya mengandung 19
komponen yang berguna bagi tubuh yang salah satunya gingerol yaitu senyawa paling
utama dan telah terbukti memiliki aktivitas antiemetik (anti muntah) yang manjur
dengan bersifat memblok serotonin, yaitu senyawa kimia pembawa- pembawa pesan.
Senyawa ini menyebabkan perut berkontraksi sehingga apabila diblok maka otot-otot
saluran pencernaan akan mengendor dan melemah sehingga rasa mual banyak
berkurang.
Jahe sangat efektif pada penggunaan antiemetik untuk mencegah mual dan
muntah pada kehamilan, keracunan makanan, kemoterapi, pembedahan pada
saluran reproduksi (ginekologi), dan pada keadaan motion sickness. Hasil uji
farmakologi menunjukkan bahwa jahe memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi. Hasil
dalam uji ini memperlihatkan bahwa jahe dalam air panas dapat menghambat
aktivitas sinklooksigenase dan lipoksigenase sehingga menurunkan kadar
prostaglandindan leukotriene (mediator inflamasi) (Alyamaniyah, 2014).
5
Selain melakukan pijat, obat tradisional juga digunakan untuk menurunkan
demam pada balita seperti menggunkan bawang merah. Bawang merah memiliki
kandungan senyawa sulfur organic yaitu Allylcysteine sulfoxide(Alliin). Bawang
merah yang digerus akan melepaskan enzim alliinase yang berfungsi sebagai
katasilator untuk alliin yang akan bereasi dengan senyawa lain misalnyakulit yang
berfungsi untuk menghancurkan bekuan darah (Utami, 2013). Kandungan minyak
dalam bawang merah juga dapat melancarkan peredaran darah sehingga peredaran
darah menjadi lancar (Tusilawati, 2010).
2. Akupresur
Akupresur merupakan suatu cara pengobatan dengan memberikan rangsangan
penekanan (pemijatan) pada titik tertentu pada tubuh (Fengge, 2012). Stimulasi yang
diberikan dengan pemijatan menghasilkan efek terapeutik.
a. Teknik Pijat Refleksi Untuk meningkatkan nafsu makan anak
Titik refleksi untuk meningkatkan nafsu makan dibawah ini terfokus pada titik
pijat untuk menormalkan sistem pencernaan dan metabolisme tubuh yang berada
di telapak kaki, kedua telapak tangan, dan 3 titik akupresur yang berada di perut.
6
Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau
suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah salah satu tahap perkembangan yang ditandai
dengan kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan untuk reproduksi,
dimana salah satu ciri dari tanda pubertas seorang perempuan yaitu dengan terjadinya
menstruasi pertama (menarche). Menstruasi adalah peluruhan lapisan jaringan
endometrium bersama dengan darah, tejadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Lamanya perdarahan menstruasi rata-rata berlangsung selama 5-7 hari
dengan siklus rata –rata 28 hari. Menstruasi dapat menimbulkan gangguan yang cukup
berarti bagi perempuan. Gangguan menstruasi yang sering terjadi pada kebanyakan
perempuan adalah dismenore.
a. Terapi Akupressur Untuk Dismenore
Ada beberapa cara untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul akibat dismenore
yaitu dengan terapi medis dan non medis. Obat medis yang sering digunakan berupa
analgesik dan anti inflamasi seperti asam mefenamat, ibuprofen dan antagonis
kalsium, seperti verapamil dan nifedipin yang dapat menurunkan aktivitas dan
kontraktilitas uterus (Morgan & Hamilton, 2003). Selain itu nyeri dapat ditangani
dengan terapi non medis yang aman dilakukan dengan exercise, mandi air hangat atau
sauna, memakai buli-buli panas, meditasi, serta dapat juga dengan pemberian
suplemen, pengobatan herbal ala jepang, terapi horizon, terapi bedah, Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TRANS) akupuntur, dan akupresur (Morgan &
Hamilton, 2003).
2. Penurunan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Melalui Terapi Reiki Pada Pasien
Diabtetes Melitus
Reiki merupakan terapi komplementer untuk menurunkan kadar glukosa
darah. Terapi ini menggunakan energy alami yang disalurkan pada tubuh pasien
dengan tujuan menyelaraskan energy yang tidak seimbang dalam tubuhnya.
7
3. Pengaruh Masase Jahe Merah Terhadap Nyeri Pada Penderita
Osteoasrthritis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Aryanti, 2019 terjadi penurunan
skala nyeri pada penderita osteoarthritis yang diberikan masase jahe merah selama
8 minggu. Berdasarkan bukti klinis, pendapat ahli dan penggunaan secara tradisional
dikatakan bahwa minyak atsiri jahe mampu memperbaiki sirkulasi darah, mengtasi
nyeri otot dan nyeri haid (Ding et al, 2013).
8
darah. Jika dilihat dari aspek psikologis, akupresur juga dapat membantu
perbaikan kualitas tidur pada lansia. Adanya stimulasi sel saraf sensorik di sekitar
titik akupresur akan diteruskan ke medula spinalis, kemudian ke mesenfalon dan
komplek pituitari hipotalamus. Dari ketiga hal tersebut diaktifkan untuk melepaskan
hormon endorfin yang dapat memberikan rasa tenang (Saputra dan Sudirman, 2009).
Kondisi nyaman, tenang dan rileks tersebut akan membuat lansia memiliki keinginan
untuk tidur. Kondisi seperti inilah yang menjadi kebutuhan tidur bagi lanjut usia,
sehingga lanjut usia tidak mengalami kesulitan untuk tidur dan dapat mencapai tidur
yang dalam (tidur tahap 4 NREM) serta terjadi peningkatan durasi dan efisiensi tidur
pada lanjut usia.
3. Terapi Akupunktur
Akupunktur adalah cara pengobatan dengan cara menusuk jarum. Penusukan
jarum akupunktur dilakukan pada lokasi khusus (titik-titik akupunktur) di permukaan
tubuh, dengan tujuan utama menjaga keseimbangan bioenergi dalam tubuh
manusia. Keseimbangan bioenergi (Yin Yang) sangat mempengaruhi kesehatan tubuh
(Rajin, 2020). Ada beberapa manfaat utama akupunktur antara lain dapat mengurangi
nyeri seperti sakit kepala dan nyeri sendi, dapat memelihara kesimbangan
tubuh dengan mengurangi ketegangan dan stres pada lansia, meningkatkan kekebalan
tubuh terhadap perubahan lingkungan atau penyakit, serta dapat meningkatkan
nafsu makan pada lansia.
4. Terapi Yoga
Terapi yoga merupakan olahraga yang berfungsi untuk penyelarasan pikiran,
jiwa dan fisik seseorang. Yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang
memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indra dan kesehatan lansia.
Manfaat terapi yoga bagi lansia yaitu : peningkatan fungsi otak dan ketahanan
emosional, menurunkan risiko jatuh pada lansia, peningkatan fungsi
pernafasan, mengurangi kecemasan dan stress, dan
5. Terapi Herbal
Tanaman herbal dapat memaksimalkan fungsi tubuh dengan risiko yang lebih
sedikit karena sebagian besar pengguna tanaman herbal oleh manula, hanya bersifat
mencegah datangnya penyakit atau menjaga daya tahan tubuh dari penyakit.
Beberapa tanaman herbal yang baik dikonsumsi oleh lansia yaitu : seledri, daun
alpukat, daun belimbing, manggis, dan mentimun bisa lansia. (Kartasubrata, 2015)
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan komplementer adalah pengobatan konvensional yang ditunjukkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif,kuratif
dan rehabilitataif yang diperoleh melalui pendidikan yang terstruktur dengan
kualitas ,keamanan, dan efektifitas yang tinggi, yang berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik akan tetapi belum diterima dalam kedokteran konvensional. Terapi
komplementer (complementary therapis) adalah semua terapi yang digunakan sebagai
pelengkap terapi konvensional yang digunakan oleh penyelenggaraan kesehatan individu
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca pada
umumnya. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
dan penulis mengharapkan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
10
DAFTAR
PUSTAKA
Adam, N. 2011. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan dalam
Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: PT Kalbe Farma.
Alikin, A., dkk. 2014. Pengaruh Back Massage dengan Aromaterapi Lavender terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Di Desa Kedungasri Kecamatan
Ringinarum. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.
Fengge, A. 2012. Terapi Akupresur Manfaat dan Teknik Pengobatan. Yogyakarta: Crop Circle
Corp
File:///C:/Users/ASUS/Appdata/Local/Temp/56593-172123-1-PB.Pdf.
Kartasubtrata, Junus. 2015. Sehat Herbal Untuk Lansia. Bogor: IPB Press.
Rajin, Mukhamad. 2020. Buku Bahan Ajar Keperawatan Komplementer Terapi Akupunktur.
Kediri: Chakra Brahmanda Lentera.
Saputra, K., Sudirman, S. 2009. Akupuntur Untuk Nyeri Dengan Pendekatan Neurosain. Jakarta:
Sagung Seto.
Widyaningrum, Herlina. 2013. Pijat Refleksi dan 6 Terapi Alternatif. Yogyakarta: Medpress.
Zulfa Rufaida, Sri Wardini Puji Lestari, & Dyah Permata Sari. 2018. Terapi Komlementer.
Mojokerto: STIKes Majapahit Mojokerto.
11
12