Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOMPLEMENTER DALAM

SEMUA SIKLUS KEHIDUPAN

OLEH:
KELOMPOK 2
1. Ni Made Mita Lestari (203213206)
2. Dewa Ayu Putu Seri Yunita Dewi (203213208)
3. Ida Ayu kade Intan Cahyani (203213211)
4. Ni Made Udiyani Lestari (203213234)
5. I Putu Agus Artawan (203213235)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan ini
dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah “Keperawatan
Komplementer Dasar” dengan judul “Makalah Komplementer Dalam Semua Siklus Kehidupan”.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis. Sehingga masih banyak


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnan makalah ini.

Denpasar, 19 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
A. Terapi Komplementer Pada Pasangan Usia Subur (PUS)...................................................3
B. Terapi Komplementer Pada Ibu Hamil................................................................................4
C. Terapi Komplementer Pada Balita.......................................................................................5
D. Terapi Komplementer Pada Anak Sekolah..........................................................................6
E. Terapi Komplementer Pada Remaja....................................................................................6
F. Terapi Komplementer Pada Dewasa....................................................................................7
G. Terapi Komplementer Pada Lansia......................................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam individu manusia yang dimaksud kesehatan adalah mencakup kesehatan
biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spriritual. Inilah yang dimaksud bahwa manusia
adalah sebuah paket yang holistik/menyeluruh dimana masing-masing aspeknya tidak
dapat dipisahkan. Kondisi masing- masing saling mempengaruhi keadaan sehat seseorang.
Selain badan, pikiran, dan jiwa seorang manusia, kesehatannya juga dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti : keluarga, lingkungan fisik, budaya, pekerjaan, pelayanan kesehatan,
perilaku, dan juga gaya hidup. Sehat yang diharapkan bukan hanya sekedar sehat tetapi juga
bugar sehingga selain sehat, individu juga sejahtera karena dapat menjalankan semua
fungsinya dalam kehidupan. Konsep keholistikan manusia inilah yang menjadi dasar dan
tujuan dari pengobatan alternatif komplementer (Kemenkes RI, 2018).
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik akan tetapi
belum diterima dalam kedokteran konvensional (Nur Yusrin Husnatil, Anita Kustanti, &
Heny Suseani Pangastuti, 2017).
Selain itu, pengobatan komplementer dapat diaplikasikan kepada semua orang.
Pengobatan ini merupakan cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar
pengobatan medis yang konvensional. Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan
komplementer bersifat umum dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan
konsentrasi, sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk membantu individu merasa
lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi akut (Zulfa Rufaida, Sri Wardini Puji Lestari, &
Dyah Permata Sari, 2018).
Disamping hal tersebut, kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya
penelitian terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi
sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam
memilih alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal
ini perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat
dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik (Widyatuti, 2008).
Sehubungan dengan hal tersebut penulis akan membahas lebih lanjut mengenai aplikasi
keperawatan komplementer dalam semua siklus kehidupan (pada PUS, ibu hamil, anak
sekolah, kelompok remaja, orang dewasa, dan lansia).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana aplikasi komplementer dalam siklus kehidupan Pasangan Usia Subur (PUS)?

1
2. Bagaimana aplikasi komplementer pada ibu hamil?
3. Bagaimana aplikasi komplementer pada balita?
4. Bagaimana aplikasi komplementer pada anak sekolah?
5. Bagaimana aplikasi komplementer pada kelompok remaja?
6. Bagaimana aplikasi komplementer pada orang dewasa?
7. Bagaimana aplikasi komplementer pada lansia?

C. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai aplikasi komplementer dalam semua siklus kehidupan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Terapi Komplementer pada Pasangan Usia Subur (PUS)


1. Terapi Komplementer pada Pasien Infertilisasi
Terapi akupunktur telah banyak digunakan pada berbagai kasus kelainan system
reproduksi. Terapi akupunktur telah terbukti bermanfaat dalam tata laksana kelainan
system reproduksi, termasuk infertilitas. Regulasi sekresi gonadotropin releasing
hormone (GnRH) sehingga mempengaruhi siklus menstruasi, ovulasi, dan fertilitas
merupakan mekanisme kerja utama akupunktur. Selain itu terapi akupunktur pada
infertilitas cukup efektif dengan efek samping minimal, yaitu hematum dan perdarahan di
tempat penusukan
Menurut Eric M..et al (2008) terdapat tiga mekanisme potensial akupunktur
untuk efek terhadap fertilitas diantaranya yaitu :
a. Akupunktur dapat memicu pelepasan neurotransmiter yang dapat merangsang sekresi
GnRH sehingga mempengaruhi siklus menstruasi, ovulasi dan fertilitas.
b. Akupunktur dapat mempengaruhi aliran darah ke uterus dengan menghambat
aktivitas saraf simpatis uterus (Eric M..et al, 2008).
Sae Uchida dan Harumi Hotta meneliti mekanisme perbaikan arus darah pada uterus
setelah terapi akupunktur. Mereka membuktikan bahwa sensoris kutaneus dapat
meregulasi arus darah ke uterus melalui mekanisme refleks spinal tingkat segmental.
Refleks ini akan merangsang vasodilator kolinergik parasimpatis di daerah pelvis.
Akupunktur dapat meningkatkan aliran darah ovarium terkait dengan efek simpato-
inhibitorik. Setelah akupunktur, aktivitas saraf simpatis, yang diukur dari kadar
norepinefrin, temperatur kulit, tekanan darah, dan ambang toleransi nyeri menurun.
c. Akupunktur dapat merangsang produksi opioid endogen yang mungkin dapat
menghambat keluaran sistem saraf pusat dan respon terhadap stres biologis (Eric
M..et al , 2008). Pemilihan titik akupunktur telinga dilakukan berdasarkan prinsip
pemilihan titik refleksional (sesuai kelainan organ) dan titik fungsional.

2. Terapi Komplementer pada Pasien Keputihan


a. Terapi herbal air rebusan daun sirih merah
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Firmanila dkk (2016) mengenai
“Pengaruh Penggunaan Air Rebusan Daun Sirih Merah Terhadap Keputihan”
menyatakan bahwa air rebusan daun sirih merah berpengaruh dalam
menurunkan keputihan pada wanita. Sirih merah (Piper crocatum) merupakan
tanaman yang multifungsi. Sirih merah ini berbeda dengan sirih hijau terutama

3
dalam warnanya, sirih merah berwarna merah keperak-perakan dan apabila daunnya
disobek maka akan berlendir serta aromanya lebih wangi (Hidayat & Sri, 2009).
Air rebusan daun sirih merah juga memiliki beberapa keunggulan yaitu memiliki
kandungan alkaloid yang tidak dimiliki sirih hijau sebagai antimikroba dan daun sirih
merah mempunyai daya antiseptik dua kali lebih tinggi dari daun sirih hijau (Manoi,
2007). Sirih merah juga mengandung karvakrol yang bersifat desinfektan dan anti
jamur, terkandung juga flavonoid yang bersifat antioksidan, antifungi, antiseptik,
dan antiinflamasi. Selain itu, sirih merah juga terdapat kandungan minyak atsiri
berperan sebagai anti bakteri dan tanin yang juga mempunyai daya anti bakteri. Hal
inilah yang membuat air rebusan sirih merah bisa digunakan sebagai obat antiseptik
untuk menjaga kesehatan rongga mulut, menyembuhkan penyakit keputihan,
mengurangi gatal – gatal dan bau tak sedap di area kewanitaan (Werdhany, Anthoni,
& Setyorini, 2008), (Sudewo, 2005).

3. Terapi Komplementer pada Pasien Anemia


Adapun beberapa terapi komplementer yang bisa digunakan untuk mengobati anemia
defisiensi zat besi :
a. Ramuan bayam merah dan telur ayam kampong
Dalam bayam merah terdapat berbagai kandungan vitamin; A, B1, B2, C dan
niasin, juga mengandung mineral seperti zat besi, kalsium, mangan, dan fosfor.
Terdapat banyak serat dan didalam daunnya terdapat karotein, klorofil dan saponin.
Bayam merah mengandung zat besi yang cukup tinggi sehingga bisa jadi alternative
sayuran yang bisa digunakan sebagai obat anemia defisiensi zat besi.
Telur ayam kampung memiliki kalori, protein, lemak, karbo, kalsium, zat besi,
vit. A dan B1. Kandungan vit. A dalam telur dapat meredakan radang sehingga baik
dikonsumsi bagi penderita anemia defisiensi zat besi dengan peradangan.
b. Ramuan hati ayam dan telur angsa
Hati ayam mengandung protein, mineral tinggi, kaya akan zat besi, folat, vit. B12,
zinc yang sangat baik untuk mencegah anemia, memulihkan kekurangan darah
setelah operasi, mempertahankan kekebalan tubuh.
Telur angsa rebus memiliki 20 gr protein, zat besi, kalium, vit. A. kandungan vit
A dan zat besi yang cukup tinggi memberikan manfaat bagi penderita anemia
defisiensi zat besi.
c. Ramuan jahe merah
Jahe merah menggandung 1-4% minyak atsiri dan oleoresin. Minyak atsiri dalam
rimpang jahe merah juga memiliki komponen senyawa lainnya yang terdiri dari
zingerbenin, kamfena, lemonin, zingiberen, zingiberal, gingeral dan shogaol serta
kandungan lainnya seperti minyak dammar, pati, asam organic, asam folat, dan
gingerin. Jahe merah kering mampu menghasilkan zat besi sehingga mampu
memproduksi sel darah merah.

B. Terapi Komplementer pada Ibu Hamil


1. Terapi Akupresure Dalam Menangani Mual Muntah Pada Ibu Hamil

4
Mual dan muntah merupakan gejala yang sering terjadi pada kehamilan trimester
pertama. Mual dan muntah yang terjadi pada pagi hari disebut morning sickness.
Mual muntah merupakan akibat dari perubahan sistem endokrin yang terjadi selama
kehamilan terutama meningkatnya hormon hCG (human chorionic gonadotropin)
yang terjadi hampir 50-80% wanita hamil (Setyowati, H, 2018).
Intervensi mual muntah yang dialami ibu hamil dapat dilakukan salah satunya
melalui terapi akupresure. Akupresur pada ibu hamil yaitu dengan memberikan
rangsangan dengan teknik penekanan pada titik perikardium 6. Indikasi ibu hamil
yang mengalami mual muntah dan kontraindikasi pasien dalam keadaan terlalu lapar,
terlalu kenyang dan terlalu emosional (marah, sedih, khawatir) (Mariza &
Ayuningtias, 2019).

2. Terapi Herbal Jahe Dalam Menangani Mual Muntah Pada Ibu Hamil
Menurut penelitian Alyamaniyah (2014) jahe sekurangnya mengandung 19
komponen yang berguna bagi tubuh yang salah satunya gingerol yaitu senyawa paling
utama dan telah terbukti memiliki aktivitas antiemetik (anti muntah) yang manjur
dengan bersifat memblok serotonin, yaitu senyawa kimia pembawa- pembawa pesan.
Senyawa ini menyebabkan perut berkontraksi sehingga apabila diblok maka otot-otot
saluran pencernaan akan mengendor dan melemah sehingga rasa mual banyak
berkurang.
Jahe sangat efektif pada penggunaan antiemetik untuk mencegah mual dan
muntah pada kehamilan, keracunan makanan, kemoterapi, pembedahan pada
saluran reproduksi (ginekologi), dan pada keadaan motion sickness. Hasil uji
farmakologi menunjukkan bahwa jahe memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi. Hasil
dalam uji ini memperlihatkan bahwa jahe dalam air panas dapat menghambat
aktivitas sinklooksigenase dan lipoksigenase sehingga menurunkan kadar
prostaglandindan leukotriene (mediator inflamasi) (Alyamaniyah, 2014).

C. Aplikasi Terapi Komplementer pada Balita


1. Terapi Komplementer Dengan Melakukan Akupresur
Demam merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak. Demam adalah
suatu keadaan suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya dan merupakan gejala suatu
penyakit (Maryunani, 2010). Balita khususnya kerap mengalami demam karena pada
dasarnya balita memang rentan terhadap infeksi virus seperti saluran pernapasan.
Pijat tradisional merupakan terapi komplementer menggunakan ketrampilan tanpa
alat yang hanya menggunakan sentuhan jari tangan dan telapak tangan untuk memijat
Dalam penerapannya terapi komplementer dapat dimanfaatkan sebagai terapi
untuk menurunkan demam pada anak, yaitu dengan melakukan refleksi atau
akupresur di titik tertentu. Titik-titik refleksi ini terletak pada telapak kaki, punggung
kaki, di tangan dan sebagian titik akupresur di punggung badan.

2. Terapi Komplementer Dengan Menggunakan Bawang merah

5
Selain melakukan pijat, obat tradisional juga digunakan untuk menurunkan
demam pada balita seperti menggunkan bawang merah. Bawang merah memiliki
kandungan senyawa sulfur organic yaitu Allylcysteine sulfoxide(Alliin). Bawang
merah yang digerus akan melepaskan enzim alliinase yang berfungsi sebagai
katasilator untuk alliin yang akan bereasi dengan senyawa lain misalnyakulit yang
berfungsi untuk menghancurkan bekuan darah (Utami, 2013). Kandungan minyak
dalam bawang merah juga dapat melancarkan peredaran darah sehingga peredaran
darah menjadi lancar (Tusilawati, 2010).

D. Aplikasi Komplementer Pada Anak Usia Sekolah


1. Hipnoterapy
Menurut Tiran (2006) hipnoterapi adalah penggunaan kondisi hipnotik secara
terapeutik, suatu perubahan status kesadaran atau keterjagaan yang dapat dibedakan
dari relaksasi mental sederhana atau, mimpi di siang hari‟. Selama hipnoterapi, klien
dalam status hipnotik diterapi dengan beragam sarana terapeutik, berkisar dari
anjuran sederhana sampai psikoanalisis. Hipnoterapi juga dapat digunakan bersamaan
dengan strategi terapeutik lain.
Hipnoterapy adalah aktivitas terapeutik yang diberikan pada saat seseorang
berada pada kondisi hipnosis. Terapi yang digunakan berupa sugesti melalui seni
komunikasi yang khas, dan ditujukan kepada pikiran bawah sadar dengan tujuan
untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih baik.Termasuk
semangat belajar anak juga bisa ditingkatkan dengan hipnotis.Terapi yang digunakan
dalam meningkatkn motivasi belajar adalah menggunakan teknik Hypnotherapy.
Jadi hipnoterapy bisa untuk memperbaiki kebiasaan buruk.Seperti malas belajar.
Hipnonis juga bisa membuat seorang anak yang memiliki konsep diri sulit belajar,
menjadi sangat mudah. Karena hipnotis bisa membuat pikiran anak jadi rileks, hingga
belajar pun jadi indah, menghafalkan lebih mudah. Ini bisa terjadi dengan
membuka akses pikiran bawah sadar yang menyimpan berbagai macam
memori.Bila akses ini dibuka, sesuatu yang sudah terlupakan, dengan mudah bisa
diingat kembali.Termasuk memori saat masih berumur di bawah 3 tahun, bahkan
ketika masih di dalam kandungan sekalipun.

2. Akupresur
Akupresur merupakan suatu cara pengobatan dengan memberikan rangsangan
penekanan (pemijatan) pada titik tertentu pada tubuh (Fengge, 2012). Stimulasi yang
diberikan dengan pemijatan menghasilkan efek terapeutik.
a. Teknik Pijat Refleksi Untuk meningkatkan nafsu makan anak
Titik refleksi untuk meningkatkan nafsu makan dibawah ini terfokus pada titik
pijat untuk menormalkan sistem pencernaan dan metabolisme tubuh yang berada
di telapak kaki, kedua telapak tangan, dan 3 titik akupresur yang berada di perut.

E. Terapi Komplementer Pada Remaja

6
Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa atau
suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah salah satu tahap perkembangan yang ditandai
dengan kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan untuk reproduksi,
dimana salah satu ciri dari tanda pubertas seorang perempuan yaitu dengan terjadinya
menstruasi pertama (menarche). Menstruasi adalah peluruhan lapisan jaringan
endometrium bersama dengan darah, tejadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Lamanya perdarahan menstruasi rata-rata berlangsung selama 5-7 hari
dengan siklus rata –rata 28 hari. Menstruasi dapat menimbulkan gangguan yang cukup
berarti bagi perempuan. Gangguan menstruasi yang sering terjadi pada kebanyakan
perempuan adalah dismenore.
a. Terapi Akupressur Untuk Dismenore
Ada beberapa cara untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul akibat dismenore
yaitu dengan terapi medis dan non medis. Obat medis yang sering digunakan berupa
analgesik dan anti inflamasi seperti asam mefenamat, ibuprofen dan antagonis
kalsium, seperti verapamil dan nifedipin yang dapat menurunkan aktivitas dan
kontraktilitas uterus (Morgan & Hamilton, 2003). Selain itu nyeri dapat ditangani
dengan terapi non medis yang aman dilakukan dengan exercise, mandi air hangat atau
sauna, memakai buli-buli panas, meditasi, serta dapat juga dengan pemberian
suplemen, pengobatan herbal ala jepang, terapi horizon, terapi bedah, Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation (TRANS) akupuntur, dan akupresur (Morgan &
Hamilton, 2003).

F. Aplikasi Terapi Komplementer Pada Dewasa


1. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Hipertensi merupakan penyebab kematian ketiga didunia. Penyakit hipertensi
tidak hanya menyerang orang-orang yang lanjut usia, melainkan siapa saja bias
menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi pada kelompok umur 25-34 tahun
mencapai angka 16%, pada kelompok umur 35-44 tahun dan kelompok umur 65 atau
lebih mencapai angka 29% (Survey Kesehatan Nasional, 2007). Darmojo dan
Martono (2004) menjelaskan penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologi
salah satunya yaitu dengan latihan fisik aerobic.
Tertawa 20 menit setara dengan berolahraga ringan selama 2 jam karena dengan
tertawa peredaran darah dalam tubuh menjadi lancer, kadar oksigen dalam darah
meningkat sehingga tekanan darah akan normal. Tertawa sama dengan efek latihan
fisik yang membantu meningkatkan suasana hati, menurunkan hormone stress,
meningkatkan aktivitas kekebalan tubuh dan menurunkan kolesterol jahat.

2. Penurunan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Melalui Terapi Reiki Pada Pasien
Diabtetes Melitus
Reiki merupakan terapi komplementer untuk menurunkan kadar glukosa
darah. Terapi ini menggunakan energy alami yang disalurkan pada tubuh pasien
dengan tujuan menyelaraskan energy yang tidak seimbang dalam tubuhnya.

7
3. Pengaruh Masase Jahe Merah Terhadap Nyeri Pada Penderita
Osteoasrthritis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Aryanti, 2019 terjadi penurunan
skala nyeri pada penderita osteoarthritis yang diberikan masase jahe merah selama
8 minggu. Berdasarkan bukti klinis, pendapat ahli dan penggunaan secara tradisional
dikatakan bahwa minyak atsiri jahe mampu memperbaiki sirkulasi darah, mengtasi
nyeri otot dan nyeri haid (Ding et al, 2013).

G. Terapi Komplementer Pada Lansia


Pada lansia terjadi proses menua yaitu penurunan daya tahan tubuh terhadap rangsangan
dari dalam atau luar tubuh. Selain itu, proses menua juga dapat meningkatkan resiko
terkena suatu penyakit bahkan kematian pada lansia dimana terdapat akumulasi secara
progresif dari perubahan fisiologis pada organ tubuh seiring berjalannya waktu (Alikin
dkk, 2014). Masalah kesehatan yang sering ditemukan pada lansia adalah hipertensi,
nyeri sendi, kurang nafsu makan, gangguan tidur, serta depresi. Berikut adalah terapi
komplementer yang dapat dianjurkan untuk lansia, antar lain:
1. Terapi pijat refleksi
Pijat refleksi merupakan cara memijat tangan, kaki, dan anggota tubuh lain yang
dengan mengarah pada titik-titik pusat urat-urat saraf. Terapi pijat refleksi sangat
berguna untuk memperbaiki kondisi kesehatan seseorang dan cocok diterapkan pada
lansia. Contohnya pada lansia yang tengah mengalami masalah pada area punggung
dan leher, masalah pencernaan, serta pegal-pegal (Widyaningrum, 2013).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, pijat refleksi merupakan salah satu terapi
komplementer yang dapat diaplikasikan dalam menurunkan tekanan darah pada
lansia dengan keluhan hipertensi. Dengan teknik pemijatan/penekanan, pijat refleksi
dapat memberikan relaksasi pada bagian tubuh yang berkaitan dengan area pemijatan.
Relaksasi merupakan tahap pertama dari pemulihan, pengembangan tubuh pada suatu
keadaan yang seimbang (homeostasis), dimana sirkulasi atau aliran darah dan cairan
tubuh dapat berlangsung tanpa hambatan dan dapat memasok nutrisi serta oksigen
ke sel-sel tubuh, sehingga organ tubuh yang terdiri dari sejumlah sel akan kembali
pada keadaan dan fungsi yang normal (Jones, 2012).
2. Terapi akupresur
Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan memberikan penekanan dan pemijatan
pada titik tertentu pada tubuh yang didasarkan pada prinsip ilmu akupunktur (Fengge,
2012). Penekanan ujung-ujung jari tangan pada daerah tertentu dipermukaan kulit
yang berdampak positif terhadap kondisi fisik, mental dan sosial (Hartono, 2012).
Terapi akupresur dapat diterapkan pada lansia yang memiliki masalah hipertensi,
nyeri sendi, dan gangguan tidur.
Adam (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa rangsangan akupresur
dapat menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamine sebagai mediator
vasodilatasi pembuluh darah, sehingga terjadinya peningkatan sirkulasi darah yang
menjadikan tubuh lebih relaksasi dan pada akhirnya dapat menurunkan tekanan

8
darah. Jika dilihat dari aspek psikologis, akupresur juga dapat membantu
perbaikan kualitas tidur pada lansia. Adanya stimulasi sel saraf sensorik di sekitar
titik akupresur akan diteruskan ke medula spinalis, kemudian ke mesenfalon dan
komplek pituitari hipotalamus. Dari ketiga hal tersebut diaktifkan untuk melepaskan
hormon endorfin yang dapat memberikan rasa tenang (Saputra dan Sudirman, 2009).
Kondisi nyaman, tenang dan rileks tersebut akan membuat lansia memiliki keinginan
untuk tidur. Kondisi seperti inilah yang menjadi kebutuhan tidur bagi lanjut usia,
sehingga lanjut usia tidak mengalami kesulitan untuk tidur dan dapat mencapai tidur
yang dalam (tidur tahap 4 NREM) serta terjadi peningkatan durasi dan efisiensi tidur
pada lanjut usia.
3. Terapi Akupunktur
Akupunktur adalah cara pengobatan dengan cara menusuk jarum. Penusukan
jarum akupunktur dilakukan pada lokasi khusus (titik-titik akupunktur) di permukaan
tubuh, dengan tujuan utama menjaga keseimbangan bioenergi dalam tubuh
manusia. Keseimbangan bioenergi (Yin Yang) sangat mempengaruhi kesehatan tubuh
(Rajin, 2020). Ada beberapa manfaat utama akupunktur antara lain dapat mengurangi
nyeri seperti sakit kepala dan nyeri sendi, dapat memelihara kesimbangan
tubuh dengan mengurangi ketegangan dan stres pada lansia, meningkatkan kekebalan
tubuh terhadap perubahan lingkungan atau penyakit, serta dapat meningkatkan
nafsu makan pada lansia.
4. Terapi Yoga
Terapi yoga merupakan olahraga yang berfungsi untuk penyelarasan pikiran,
jiwa dan fisik seseorang. Yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang
memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca indra dan kesehatan lansia.
Manfaat terapi yoga bagi lansia yaitu : peningkatan fungsi otak dan ketahanan
emosional, menurunkan risiko jatuh pada lansia, peningkatan fungsi
pernafasan, mengurangi kecemasan dan stress, dan
5. Terapi Herbal
Tanaman herbal dapat memaksimalkan fungsi tubuh dengan risiko yang lebih
sedikit karena sebagian besar pengguna tanaman herbal oleh manula, hanya bersifat
mencegah datangnya penyakit atau menjaga daya tahan tubuh dari penyakit.
Beberapa tanaman herbal yang baik dikonsumsi oleh lansia yaitu : seledri, daun
alpukat, daun belimbing, manggis, dan mentimun bisa lansia. (Kartasubrata, 2015)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengobatan komplementer adalah pengobatan konvensional yang ditunjukkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif,kuratif
dan rehabilitataif yang diperoleh melalui pendidikan yang terstruktur dengan
kualitas ,keamanan, dan efektifitas yang tinggi, yang berlandaskan ilmu pengetahuan
biomedik akan tetapi belum diterima dalam kedokteran konvensional. Terapi
komplementer (complementary therapis) adalah semua terapi yang digunakan sebagai
pelengkap terapi konvensional yang digunakan oleh penyelenggaraan kesehatan individu
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat bersifat membangun bagi pembaca pada
umumnya. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
dan penulis mengharapkan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

10
DAFTAR
PUSTAKA

Adam, N. 2011. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan dalam
Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: PT Kalbe Farma.

Alikin, A., dkk. 2014. Pengaruh Back Massage dengan Aromaterapi Lavender terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Di Desa Kedungasri Kecamatan
Ringinarum. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.

Fengge, A. 2012. Terapi Akupresur Manfaat dan Teknik Pengobatan. Yogyakarta: Crop Circle
Corp

File:///C:/Users/ASUS/Appdata/Local/Temp/56593-172123-1-PB.Pdf.

Hartono, R. I. W. 2012. Akupresur Untuk Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Rapha Publishing

Jones, J. 2012. The Acute (Immediate) Spesific Haemodynamis Effects of Reflexology.


Departement of Nursing & Midwifery Stirling University, Center for Health Science Old
Perth Road, Iverness, IV2 3JH.

Kartasubtrata, Junus. 2015. Sehat Herbal Untuk Lansia. Bogor: IPB Press.

Kemenkes RI. 2018. Rencana Aksi Kegiatan LKTM 2020-2024. Rettrived at


https://erenggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/1-415383- 4tahunan-694.pdf.

Rajin, Mukhamad. 2020. Buku Bahan Ajar Keperawatan Komplementer Terapi Akupunktur.
Kediri: Chakra Brahmanda Lentera.

Saputra, K., Sudirman, S. 2009. Akupuntur Untuk Nyeri Dengan Pendekatan Neurosain. Jakarta:
Sagung Seto.

Widyaningrum, Herlina. 2013. Pijat Refleksi dan 6 Terapi Alternatif. Yogyakarta: Medpress.

Zulfa Rufaida, Sri Wardini Puji Lestari, & Dyah Permata Sari. 2018. Terapi Komlementer.
Mojokerto: STIKes Majapahit Mojokerto.

11
12

Anda mungkin juga menyukai