Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TERAPI KOMLEMENTER

KELOMPOK I

ARFINISUS ANA RATO 2118006


FATRA TAIB 2118016
MAXIMILIANUS UMBU PATI 2118041
NURMAWADDAH NAU 2118001
NUR FITLAINA 2118026
SITI NURLAILA 2118031
PAULINA REGINA MBITU 2118034
YANSENUS NONA 2118038
SRI MULYATI 2118021

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“TERAPI KOMLEMENTER” Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Makassar, 16 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar belakang................................................................................................
B. Rumusan masalah ..........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Defenisi Terepi Komlementer........................................................................
B. Jenis-Jenisn Terapi Komplementer................................................................
C. Fokus Terapi Komlementer............................................................................
D. Teknik Terapi Komlementer..........................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang
digabungkan dengan pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan
terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminology ini dikenal
sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan
ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer juga ada yang
menyebutkan dengan pengobatan holistic, pendapat ini didasari oleh bentuk
terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa
dalam kesatuan fungsi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Terapi Komlementer ?
2. Bagaiamana Jenis-Jenis Terapi Komlementer ?
3. Bagaimana Fokus Terapi Komlementer ?
4. Bagaiamana Peran Perawat Komplementer ?
5. Bagaimana Teknik Komlementer ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Terapi Komlementer ?
2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Terapi Komlementer ?
3. Untuk Mengetahui Fokus Terapi Komlementer ?
4. Untuk Mengetahui Peran Perawat Komplementer ?
5. Untuk Mengetahui Teknik Komlementer ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Terapi Komlementer


Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari
zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai
pengobatan komplementer.
Definisi keperawatan menurut Rancangan Undang-Undang
Keperawatan di indonesia, keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia (Purwanto, 2013).
Sedangkan pengertian terapi komplementer dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan
orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit.
Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan
medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai
dan hukum kesehatan di Indonesia (Purwanto, 2013).
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.

5
Kramlich (2014) menyebutkan terapi komplementer merupakan cara
atau terapi tambahan bersamaan dengan pengobatan kompensional. Pendapat
lain mendefinisikan sebagai beragam praktik dan produk terkait dengan
kesehatan yang penggunaanya diluar biomedis konpensional (Hall, Leach,
Brosnan, & Collns, 2017).
Jadi terapi komplementer adalah tindakan yang diberikan sebagai
bagian dari keperawatan kesehatan, terdiri dari berbagai macam bentuk
praktik kesehatan selain tindakan konpensional, ditunjukkan untuk
meningkatkan derajat kesehatan ditahap pencegahan primer, sekunder dan
tersier yang diperoleh melalui pendidikan khusus yang didasari oleh ilmu –
ilmu kesehatan.

B. Jenis-Jenis Terapi Komplementer


a. Akupuntur
Di Cina, praktek akupunktur telah dimulai dari zaman batu
dengan menggunakan batu tajam atau Bian Shi. Jarum batu Akupuntur
yang diperkirakan sudah ada sejak 3000 SM ditemukan oleh ahli
arkeolog di pedalaman Mongolia.Pengobatannya sangat individudan
dilakukan berdasarkan intuisi, subjektif dan pengalaman pribadi,
bukan atas dasar penelitian medis. Akupuntur melibatkan penusukan
jarum dalam berbagai ukuran ke dalam “titik meridian” dalam tubuh
manusia dengan tujuan untuk mengalihkan Chi (energi vital tubuh)
untuk meningkatkan keseimbangan tubuh atau mengembalikan
kesehatan tubuh.
Titik Meridian adalah jalur yang sangat penting dalam tubuh
manusia sebagai tempat mengalir Chi. Chi mengalir dalam tubuh
manusia memberikan energi vital untuk organtubuh agar organ-organ
tubuh dapat berfungsi dengan baik.Maka sangat penting
untuk memastikan bahwa Chi dapat mengalir dengan bebas untuk

6
memastikan bahwa struktur dan fungsi organ tubuh bagian dalam
bekerja dengan efektif. Jarum ditusukkan ke titik meridian untuk
mempengaruhi Chi yang mengalir ke organ tubuh bagian dalam, untuk
meningkatkan struktur dan fungsi mereka. Jarum juga dapat digunakan
untuk daerah tertentu yang terasa sakit yang mungkin berhubungan
dengan masalah dalam tubuh, seperti cedera akibat olahraga. Sebagai
contoh, sebuah jarum ditusukkan ke daerah tendon yang tertarik atau
otot yang kelelahan akan meningkatkan aliran Chi ke area tersebut.
Yang akan menghilangkan rasa sakit dan mempercepat proses
penyembuhan.
Akupuntur dapat menyebabkan beberapa reaksi fisik, baik di
sekitar daerah dimana akupuntur dilakukan atau di daerah lain karena
sel syaraf yang menghubungkan organ keotak. Ini dapat mengaktifkan
berbagai sistem dalam otak dan tubuh. Rasa sakit di salurkan melalui
hormon urat syaraf, terutama yang berhubungan dengan penerima rasa
sakit. Pereda rasa sakit yang diberikan oleh morfin bekerja pada
penerima yang sama dengan hormon urat syaraf ini. Endorphin yang
diproduksi oleh otak adalah pengganti alami dari morfin dan bekerja
dengan cara yang sama.
b. Herbalisme Medis
Herbalisme medis- penggunaan obat dari tumbuhan untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit- memiliki sejarah sepanjang
sejarah umat manusia. Di inggris, metode ini memiliki dasar sejarah
yang sebagian dalam model Galenis “cairan tubuh” (darah, empedu
hitam, empedu kuning lender),”temperamen”-nya (misalnya panas,
dingin, lembab), dan kepercayaan bahwa penyakit disebabkan oleh
ketidakseimbangan cairan-cairan ini. Herba digunakan untuk
memperbaiki ketidakseimbangan ini dan serig digambarkan sebagai,
misalnya,”pemanas”, atau”pendingin”, seperti peppermint, akan

7
digunakan untuk mengobati kondisi-kondisi “panas” seperti demam.
Di inggris, herbalisme jugadi ambil dari tradisi-tradisi lain, misalnya
penggunaan herba di Amerika utara oleh Samuel Thomson, meskipun
Thomson sendiri pada awalnya di pengaruhi oleh herbalisme di Eropa.
Kini, herbalisme modern, yang dipraktikkan oleh herbalis
medis,diambil dari pengetahuan tradisional, tetapi metode ini semakin
banyak di tapsirkan dan diterapkan dalam konteks modern. Sebagai
contoh, herbalis menggunakan pengetahuan terkini mengenai
penyebab dan akibat penyakit serta beberapa alat diagnosisi, seperti
pengukuran tekanan darah, yang di gunakan dalam pengobatan dalam
pengobatan konvensional. Beberapa aspek herbalisme zaman modern
lainnya adalah sebagai berikut:
1) Herbalisme menggunakan suatu pendekatan holistik dengan
mempertimbangkan perasaan sehat pasien secara pisikologis
dan emosional, juga kesehatan fisik.
2) Herbalis memilih herbal berdasarkan pada basis individual
untuk setiap pasien (sesuai dengan pendekatan holistic)
sehingga kemungkinan besar pasien-pasien dengan gejele fisik
yang sama akan menerima kombinasi herba yang berbeda.
3) Herbalis juga bertujuan untuk menggidentifikasi penyebab
dasar (misalnya stres) penyakit pasien dan mempertimbangkan
hal ini dalamrencana pengobatan.
4) Herba di gunakan untuk merangsang kemempuan
penyembuhan tubuh, untuk “memperkuat” system tubuh, dan
untuk “memperbaiki” fungsi tubuh yang terganggu, bukan
untuk mengobati gejala-gejala yang muncul secara langgsung.
5) Herba mungkin di gunakan, misalnya, dengan tujuan untuk
“mengeliminasi toksin” atau “merangsang” peredaran darah.

8
Tujuannya adalah untuk penyembuhan jangka panjang dari
kondisi-kondisi tertentu.
Salah satu prinsip dasar herbalisme adalah bahwa
kandungan herba yang berbeda bekerja bersama dalam
beberapa cara (yang tidak dapat di jelaskan) sehingga
menghasilkan efek-efek bermanfaat. Herbalis medis mengobati
berbagai macam kondisi akut (misalnya infeksi), dan yang
lebih lazim, kondisi kronis. Beberapa contoh gangguan yang
biasanya dikonsultasikan orang kepada herbalis yaitu:
a) Sindrom iritasi usus
b) Sindrom pramenstruasi
c) Gejala- gejala menopause
d) Eksim
e) Jenis-jenis arthritis
f) Depresi
g) Jerawat dan kondisi lainnya
h) Sistitis
i) Migrain
j) Sindrom lelah kronis
Herbalis biasanya merespon obat-obat herbal, seperti tingtur,
meskipun terkadang menggunakan formulasi yang lebih pekat (ekstrak
cair). Jika suatu resep memerlukan beberpa herba, tingtur dan ekstrak
cair di campur menjadi suatu campuran. Beberapa herbalis akan
menyiapkan bahan-bahan persediaannya sendri, sementara bahan yang
lain dibeli dari pemasok khusus dan sebagian besar memberikan resep
herbalnya sendiri. Formulasi oral lainnya (tablet, kapsul) dan sediaan
herba topikal juga dapat di resepkan.
Terdapat sekumpulan bukti klinis yang signifikan tentang
manfaat dan resiko potensial yang berkaitan dengan penggunaan obat

9
herbal tertentu. Ikhtisar mengenai beberapa herba paling penting yang
umum di gunakan dapat dilihat pada bagiab B buku ini. Sebagian besar
informasi ini berkaitan dengan penggunaan obat herbal tertentu yang
diformulasikan sebagai sediaan fitofarmasi dan di gunakan dengan
cara yang sama dengan sediaan farmasi konfensional, biasanya
dibawah pengawasan seorang docter, untuk mengobati gejala-gejala
penyakit. Penelitien tentang efikasi dan keamanan obat herbal dan
kombinasi obat herbal yang telah di gunakan oleh praktisi obat herbal
sangat sedikit. Selain itu, efikasi dan keamanan herbalisme sebagai
salah satu pendekatan pengobatan belum di evaluasi secara ilmiah.
c. Aroma terapi
Tumbuhan aromatis dan ekstraknya telah digunakan pada
kosmetik dan parfum serta untuk keperluan religious selama ribuan
tahun, meskipun hanya sedikit kaitannya dengan penggunaan
terapeutik minyak-minyak atsiri. Dasar-dasar aromaterapi berkaitan
dengan Rene-Maurice Gattefosse, seorang ahli kimia pembuat parfum
dari Prancis, yang pertama kali menggunakan istilah aromaterapi pada
tahun 1928.
Aromaterapi adalah penggunaan terapeutik zat-zat aromatic
yang diekstraksi dari tumbuhan. Kelompok paling penting pada zat-zat
ini adalah minyak atsiri. Minyak ini biasanya diperoleh dari bahan
tumbuhan (misalnya akar, daun, bunga, biji) dengan cara destilasi,
meskipun tindakan fisik (menggunakan pengempaan dan tekanaan)
adalah metode yang digunakan untuk memperoleh beberapa minyak
atsiri, terutama yang diperoleh dari kulit buah sitrus. Beberapa aspek
penting untuk penggunaan minyak atsiri dalam aromaterapi dijelaskan
berikut ini:

10
1) Aromaterapis menyakini bahwa minyak atsiri dapat digunakan
tidak hanya untuk pengobatan dan pencegahan penyakit, tetapi
juga efeknya terhadap mood, emosi dan rasa sehat.
2) Aromaterapi diklaim sebagai suatu terapi holistik; dalam hal
ini, aromaterapis memilih suatu minyak atsiri, atau kombinasi
minyak atsiri, disesuaikan dengan gejala, kepribadian, dan
keadaan emosi masing-masing klien. Pengobatan dapat
berubah pada kunjungan pasien berikutnya.
3) Minyak atsiri dijelaskan tidak hanya dengan rujukan terhadap
reputasi sifat-sifat farmakologisnya (misalnya antibakteri,
antiradang), tetapi juga melalui hal-hal yang tidak dikenali
pada obat-obat kovensional (misalnya keseimbangan, member
energi).
4) Aromaterapis menyakini bahwa kandungan minyak atsiri, atau
kombinasi minyak, bekerja secara sinergistis untuk
meningkatkan efikasi atau mengurangi terjadinya efek-efek
merugikan yang terkait dengan kandungan kimia tertentu.
Aromaterapi digunakan secara luas sebagai suatu pendekatan
untuk meredakan stres, dan banyak minyak atsiri diklaim sebagai
‘perelaksasi’. Banyak aromaterapis juga mengklaim bahwa minyak
atsiri dapat digunakan dalam pengobatan berbagai kondisi. Banyak
pengguna menggunakan sendiri minyak atsiri untuk perawatan
kecantikkan, membantu relaksasi, atau mengobati penyakit ringan
tertentu, banyak diantaranya tidak cocok untuk pengobatan sendiri.
Aromaterapi juga digunakan dalam berbagai pelayanan kesehatan
kovensional, seperti dalam perawatan paliatif, unit perawatan intesif,
unit kesehatan jiwa dan pada unit-unit khusus yang merawat pasien
HIV/AIDS, cacat fisik, dan ketidakmampuan belajar yang parah.

11
Metode paling lazim yang digunakan oleh aromaterapis untuk
penggunaan minyak atsiri adalah dengan pemijatan, yaitu tetesan dua
sampai tiga minyak atsiri diencerkan dalam pembawa berupa minyak
sayur, seperti minyak biji anggur, minyak jojoba dll. Metode lain
untuk penggunaan minyak atsiri yang dilakukan oleh aromaterapis atau
dalam perawatan sendiri antara lain:
1) Penambahan minyak atsiri ke dalam air mandi dan air untuk
mencuci kaki (air harus diaduk dengan kuat untuk membantu
disperse).
2) Dihirup
3) Kompres
4) Digunakan dalam peralatan aromaterapi (misalnya alat
pembakar dan penguap).
Beberapa praktisi menganjurkn penggunaan minyak atsiri
secara oral, yang disebut ‘aromatologi’. Namun minyak atsiri tidak
boleh digunakan untuk pemakaian internal tanpa pengawasan medis.
Beberapa aromatis juga menyatakan bahwa minyak atsiri dapat
diberikan malalui vagina (misalnya, melalui tampon atau douche) atau
secara rektal, tetapi pemberian melalui rute-rute ini dapat
menyebabkan iritasi membran dan tidak dianjurkan.
Biasanya, minyak atsiri mengandung sekitar 100 atau lebih
kandungan kimia, kebanyakan terdapat pada konsentrasi dibawah 1%,
meskipun beberapa kandungan terdapat pada konsentrasi yang jauh
lebih rendah. Beberapa minyak atsiri mengandung satu atau dua
kandungan utama, serta sifat-sifat terapeutik dan toksikologis minyak
tersebut sebagian besar dimiliki oleh kandungan kimia tersebut.
Namun, kandungan-kandungan lain yang terdapat pada konsentrasi
rendah mingkin penting. Komposisi suatu minyak atsiri akan
bervariasi tergantung pada lingkungan dan kondisi pertumbuhan

12
tumbuhan tersebut, bagian tumbuhan yang digunakan, serta pada
metode panen, ekstraksi, dan penyimpanan.
Minyak-minyak atsiri harus merujuk pada nama binomial latin
spesies tumbuhan yang menghasilkan minyak tersebut. Bagian
tumbuhan yang digunakan harus dinyatakan secara khusus, dan
terkadang spesifikasi lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan jenis
senyawa kimia dalam suatu tumbuhan tertentu; misalnya, Thymus
vulgaris CT timol menjelaskan jenis senyawa kimia suatu spesies timi
yang memiliki timol sebagai kandungan kimia utamanya.
Minyak atsiri diyakini bekerja dengan cara memberikan efek-
efek farmakologis setelah Absorpsi ke dalam peredaran darah dan
melalui efek aromanya terhadap sistem olfaktori. Terdapat bukti
bahwa minyak atsiri diabsorpsi ke dalam peredaran darah setelah
penggunaan secara topical (yaitu pemijatan) dan setelah dihirup,
meskipun jumlah yang memasuki peredaran darah kemungkinan
sangat kecil. Terdapat bukti bahwa minyak tea tree yang digunakan
secara topical efektif dalam pengobatan infeksi-infeksi kulit tertentu,
tetapi penelitian-penelitian ini belum menguji aromaterapi yang
dipraktikkan oleh aromaterapis.
Sedikit efek merugikan yang berkaitan dengan pengobatan
aromaterapi telah dilaporkan;sebagian besar laporan berkaitan dengan
kasus-kasusdermatitis kontak pada pasien atau aromaterapis. Efek
merugikan sementara yang bersifat ringan,seperti mengantuk, sakit
kepala dan mual, dapat terjadi setelah pengobatan aromaterapi. Secara
umum disarankan untukmenghindari penggunaan minyak atsiri selam
kehamilan, terutama selama trimester pertama.Penggunaan minyak
atsiri tertentu juga harus dihindari oleh pasien epilepsy.

13
d. Terapi Pengobatan Bunga
Pengobatan bunga Bach dikembangkan oleh Dr Edward Bach
(1886-1936), seorang dokter dan ahli homeopati. Teorinya adalah
bahwa dengan mengobati respons emosional dan mental pasien
terhadap penyakitnya, gejala-gejala fisik akan dapat diredahkan. Ia
mengidentifikasi 38 keadaan psikologis negative (misalnya iri, putus
asa, rasa bersalah, tidak dapat memutuskan) dan mencari obta-obat
alam yang dapat digunakan untuk memperbaiki berbagai keadaan
pikiran yang negatif ini.
Berbagai jenis obat bunga banyak tersedia untuk dipilih sendiri
dan terapi mandiri.Selain itu beberapa orang menjalani pelatihan untuk
menjadi praktisi pengobatan dengan bunga; hal ini meliputu beberapa
professional pelayanan kesehatan, seperti beberapa dokter umum, yang
menggunakan obat-obatan bunga beserta praktik medis konvensional
yang mereka lakukan setiap hari.
Bach mengembangkan 38 obat bunga, di antaranya terdiri atas
bunga-bunga liar tunggal dan pohon-pohon berbunga, dan 1 yang
diperoleh dari mata air alami. Ia bertujuan bahwa masing-masing obat
digunakan untuk keadaan emosional atau mental tertentu. Misalnya:
a) Gentian (Gentiana amarella) untuk perasaan murung.
b) Holly (Ilex aquifolium) untuk perasaan iri.
c) Impatiens (Impatiens glandulifera) untuk ketidaksabaran.
d) Pinus (Pinus sylvestris) untuk rasa bersalah.
e) Rock rose (Helianthemum nummularium) untuk perasaan
takut.
Bach juga mengembangkan suatu sediaan yang dinamakan
obat penyelamat (Recue Remedy), yang merupakan kombinasi lima
obat lainnya: Impatiens (Impatiens glandulifera), bintang Betlehem
(Ornithogalum umbellatum), prem ceri (Prunus cerasifera), Rock rose

14
(Helianthemum nummularium), dan Clematis (Clematis vitalba). Bach
menganjurkan sediaan ini untuk digunakan dalam situasi yang sulit
mendesak, seperti syok, sangat ketakutan dan kehilangan.
Obat-obat bunga Bach disiapkan dari tingtur induk yang dibuat
dari bahan-bahan tumbuhan dan mata air alami dengan menggunakan
suatu metode infus (penjemuran) atau metode ‘pendidihan’.Obat-obat
bunga biasanya digunakan secara oral (2-4 tetes ditambahkan pada air
dingin dan diminum sedikit-sedikit), meskipun pada beberapa kasus,
tetesan dapat diteteskan langsung dibawah lidah dan bahkan pada
pergelangan tangan atau pelipis. Obat penyelamat juda tersedia dalam
bentuk krim untuk penggunaan luar.
Meskipun terdapat banyak laporan yang bersifat anekdot
mengenai keuntungan obat-obat bunga, tidak ada penelitian
eksperimenta maupun klinis tentang efek-efeknya yang terkenal.
Obat-obat bunga diklaim secra luas sama sekali tidak menimbulkan
efek merugikan. Efek-efek merugikan tidak mungkin terjadi,
mengingat bahwa sediaan tersebut hanya mengandung bahan-bahan
yang sangat encer. Namun, karena obat-obat bunga mengandung
alkohol, obat-obat ini mungkin tidak sesuai untuk beberapa orang.
Penggunaan suatu obat bunga secara berlebihan dapat mengkwatirkan
jika seseorang mengandalkan terapi mandiri dengan menggunakan
obat-obat bunga untuk kondisi-kondisi seperti ansietas atau depresi,
yang mungkin membutuhkan penanganan medis dan bantuan
professional lainnya.

15
C. Fokus Terapi Komplementer
Perawat penting mengenal terapi komplementer, karena masyarakat
termasuk di Indonesia masih banyak yang menggunakan terapi tradisional.
Perawat yang menguasai terapi komplementer juga dapat memberikan
tindakan sesuai kebutuhan klien. Hal ini sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan terapi komplementer dan alternative yaitu memberi
pelindungan kepada klien, mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan serta member kepastian hukum kepeda masyarakat dan
tenaga pengobatnya (Permenkes RI No 1109, 2007). Kondisi saat ini sudah
banyak perawat yang mengenal dan kompeten melakukan terapi
komplementer di Indonesia.
Prinsip keperawatan yang perlu diaplikasikan dalam melaksanakan
terapi komplementer dan alternative adalah holistik, komprehensif, dan
kontinu. Prinsip holistik pada terapi komplementer sesuai dengan pendekatan
perawat yang mengacu pada kebutuhan biologis, psikologis, social, cultural
dan spiritual (Berman, et al 2015; Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013).
Level pencegahan terdiri dari primer, sekunder, dan tersier (Edelman
& Mandle, 2010). Terapi komplementer dapat dilakasanakan disemua level
pencegahan tersebut misalnya seseorang yang ingin lebih sehat dengan
konsumsi suplemen nutrisi, pencegahan sekunder misalnya menggunakan
herbal unutk menyembuhkan penyakitdan contoh tersier menggunakan
massage untuk membantu anggota gerak yang lumpuh untuk meningkatkan
fungsi dan mempertahankan tubuhnya. Terapi komplementer mengajarkan
individu mengubah perilaku seseorang untuk memperbaiki respon fisik
terhadap setres dan peningkatan tanda masalah fisik seperti kekakuan otot,
ketidaknyamanan pada perut, nyeri atau gangguan tidur (Potter, Perry,
Stockert & Hall, 2013). Penerapan terapi komplementer dalam semua level ini
sesuai dengan prinsip komprehensif dalam keperawatan. Terapi

16
komplementer untuk semua level pencegahan tersebut juga memperhatikan
system klien.
Terapi komplmenter berfokus beberapi penyakit yaitu:
1) Terapi komplementer pada pasien dengan hipertensi
HipertensiPeningkatan tekanan darah dari jantung dan
dialirkan ke seluruh jaringandan organ tubuh.Dikatakan terkena
hipertensimempunyai tekanan darah sistoik≥ 140mmHg dan tekanan
darah diastolic ≥ 90mmHg. Terapi komplementer :
a) Daun salam ; daun salam mengandung minyak asiri(sitral,
eugenol), tanin dan flavonoida, yang sangatbermanfaat untuk
mengobati darah tinggi.cara : cuci 7-10 lembar daun salam
sampai bersih,lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1
gelas.Setelah dingin, saring dan air saringannya diminumsehari
2 kali, masng-masing ½ gelas.2. Bawang putih ; makanan ini
berfungsi sebagaiantikoagulan yang kuat di mana bisa
menurunkanrisiko pembekuan darah.
b) Senam relaksasi progresif ; suatumetode untuk
membantumenurunkan tegangan ototsehingga tubuh menjadi
rileks.
c) Mengkudu ; mengandung antiinfamasi yang pada hipertensi
mampu menurunkan tekanan darah.
2) Terapi komplementer pada pasien autisme/hiperaktif
Banyak orang tua yang memilikianak dengan gangguan autis
memencoba beberapa jenis pendekatan alternatif ketika pengobatan
konvensional tidak bekerja. Terapi komplementer:
a) Terapi sensorik ; mengekspos anak-anak dengansentuhan
menenangkan, gerakan, suara, atau bauuntuk mengurangi
gejala autisme.

17
b) Terapi musik ; di dalam metode ini akanmerangsang beberapa
bagian, yaitu komunikasi,keterampilan motorik, keterampilan
kognitif,ekspresi emosional.
c) Yoga ; yoga menggabungkan meditasi dan gerakan,yang dapat
membantu anak untuk lebih santai dankebugaran.
3) Terapi komplementer pada pasien kanker
Pengobatan kanker komplementer, pada dasarnya bertujuan untuk
memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama “Sistem
kekebalan dan pertahanan tubuh”, agar tubuh dapat
menyembuhkandirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya
sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon
dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatanyang
tepat. Terapi komplementer:
a) pengobatan dengan totok: dapat mencegah penderita dari
muntah, rasa sakit, dan kelelahan, berfokus pada pernapasan,
gerakan yang lembut serta meditasi.
b) pengobatan tradisional: mahkota dewa, mengkudu, bawang
putih.
c) pengobatan secara fisik: pijat tradisional, akupuntukur, pijat
refleksi, dan sejenisnya (secara medis belum terbukti
pengobatan ini menyebuhkan kenker secara langsung, tetapi
diakui bisa mengurangi rasa sakit, menimbulkan rasa nyaman).
d) pengobatan psikis: meditasi, yoga, hipnotis, olah nafas, terapi
music, aroterapi, dan sebagainya. kegiatan ini diyakini dapat
memperkuat mental, mengurangi stress dan kecemasan,
menumbuhkan sikap positif, dan memperkuat kemauan hidup).

18
D. Peran Perawat Dalam Terapi Komplemeter
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti,
pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai
konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi
apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi
perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia
dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan. Peran perawat
sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang
dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya
dalam praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer. Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga
peran koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat
dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan
unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk
memenuhi permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin
diberikan termasuk perawatan alternative.
Beberapa terapi komplementer telah diintegrasikan kedalam praktik
keperawatan dari masa ke masa, perluasan ruang lingkup dari terapi ini
merupakan sebuah kebutuhan bahwa perawat melakukan pengembangan
panduan untuk digunakan dalam pelayanan. Kunci untuk mendapatkan
keterampilan terapi komplementer seorang perawat membutuhkan pendidikan
lanjutan atau khusus. Pendidikan tersebut dapat dilakukan secara mandiri di
institusi yang terakreditasi, adapun pelatihan terapi komplementer yang telah
diakui oleh Badan PPSDM (Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia)
Kesehatan RI yang telah dikembangkan adalah akupuntur dan akupresur
untuk tenaga kesehatan.

19
Perawat yang telah mendapatkan pengakuan dari organisasi profesi
atau lembaga tersertifikasi dapat melakukan intervensi terapi komplementer
untuk praktik ataupun penelitian. Penelitian yang dilakukan perawat tetap
harus menggunakan pertimbangan etik dan standar yang sesuai dengan
batasan yang berlaku. Perawat yang terlibat aktif dalam penelitian terapi
komplementer, salah satu diantara ketua atau anggota tim interdisiplin harus
memiliki kemampuan atau sertifikat tersebut (Snyder & Lindquist, 2010).
Perawat dalam memberikan terapi komplementer dalam asuhan
keperawatan dilakukan sesuai langkah proses keperawatan. Hal ini sesuai
undang-undang yang berlaku di Indonesia tentang tugas dan wewenang
perawat dalam penatalaksanaan tindakan komplementer dan alternatif. Proses
keperawatn penting digunakan bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah,
mengatasi masalah aktual atau potensial dalam status kesehatan (Bertnan et al,
2015).
Perawat menggnakan proses keperawatan dengan mempertimbangkan
klien menjadi mampu mengenali kesehatannya sendiri dan menghormati
pengalaman subjektifnya yang relevan dalam memelihara kesehatan atau
pendampingan dalam pemulihan. Dalam model kesehatan holistik klien
dilibatkan dalam proses pemulihan dan juga pemeliharaan kesehatan. Artinya
seseorang perawat yang melakukan intervensi komplementer harus
menggunakan pendekatan proses keperawatan, jika tidak demikian makan
praktik yang dilakukan identik dengan pengobat tradisional (batra).
Kebutuhan praktik keperawatan lanjut dalam memberikan terapi
komplementer yang terintegrasi antara intervensi konvensional dengan
tradisional dapat memunculkan dileme terhadap penghargaan imbalan jasa.

E. Teknik Dalam Terapi Komplementer

20
Di Indonesia ada 7 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
1) Meditasi
Meditasi adalah suatu teknik yang memungkinkan seseorang
mampu menggunakan kesadaran dan pengalamannya sehingga
membuat seseorang lebih sadar akan dirinya (Snyder & Lindquist).
Meditasi dapat menjadikan orang santai, hal ini dapat menjadikan
tubuh merasa rileks, pikiran lebih tenang, meningkatkan kesejahteraan
fisik dan emosional dengan kondisi lingkungan tenang, posisi yang
nyaman. Meditasi merupakan sarana seseorang untuk fokus terhadap
suatu objek. Terapi ini menggunakan sikap tubuh yang spesifik,
memfokuskan perhatian atau sikap terbuka terhadap gangguan.
Indikasi meditasi dilakukan pada saat stress, cemas, denyut jantung
dan tekanan darah meningkat. Kontraindikasi melakukan meditasi
adalah klien yang kurang mampu menyimpan emosi dan kurang
mampu menganalisa sebab akibat yang kompleks.
2) Terapi massase
Teknik ini dengan cara menekan, mengusap dan memanipulasi
otot dan jaringan lunak lainnya pada tubuh. Pengertian massase telah
mengalami proses penyempurnaan berdasarkan ilmu-ilmu mengenai
tubuh manusia serta gerakan-gerakan tangan yang bersifat mekanis
terhadap tubuh manusia yang dilakukan dengan berbagai teknik
massase dapat berfungsi sebagai salah satu terapi untuk meredakan
berbagai keluhan fisik, seperti rasa kembung, menghilangkan nyeri
dan meredakan stress serta kelelahan fisik. Massase membantu
mengurangi ketegangan otot dengan menstimulasi sirkulasi darah
dalam tubuh, relaksasi mengurangi nyeri, sedangkan pada bayi
melancarkan sirkulasi sehingga efektif meningkatkan berat badan.

21
3) Yoga
Yoga merupakan suatu sarana untuk mencapai suatu tingkat
aktivitas untuk pikiran dan jiwa agar berfungsi bersama secara
harmonis (Shindu, 2013). Teknik ini mengkombinasikan postur fisik,
teknik nafas dalam, dan emditasi atau relaksasi. Teknik yoga
bermacam-macam tetrgantung aliran yang ada. Yoga
mengkombinasikan postur, pernapasan, dan meditasi ataupun
relaksasi, untuk mampu melakukan dengan benar menggunakan buku-
buku panduan yanga da, mengikuti kelas yoga atau video.
4) Bekam
Bekam dikenal dari masa kuno, cina dan timur tengah sebagai
salah satu teknik pengobatan tertentu didunia. Pengertian bekam
adalah melakukan suction pada bagian tertentu (lokal) dengan
menggunakan cups pada area yang telah dipilih pada tubuh. Tujuan
utama terapi ini untuk mempercepat aliran darah dan membantu
mengeluarkan darah yang sudah tidak memiliki manfaat bagi tubuh.
Bekam juga bermanfaat untuk mengeluarkan racun dari sirkulasi kulit
dan kompartemen interstisial (Kim et al, 2012).
5) Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum
berdasarkan kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini
diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang
berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul
tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada
sistem tubuh.
6) Terapi hiperbarik

22
Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2-
3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari
trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara
7) Terapi herbal medic
Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat
bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan
menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Daya efektivitas beberapa teknik terapi komplementer untuk
mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan
satu dengan lainnya karena masing-masing mempunyai teknik serta
fungsinya sendiri-sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya
digunakan untuk pasien-pasien dengan gangren supaya tidak perlu
dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi
dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur
berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun
tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan
serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah,
fatigue (kelelahan) dan neuropati.

BAB III

23
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Terapi komplementer adalah
tindakan yang diberikan sebagai bagian dari keperawatan kesehatan, terdiri
dari berbagai macam bentuk praktik kesehatan selain tindakan konpensional,
ditunjukkan untuk meningkatkan derajat kesehatan ditahap pencegahan
primer, sekunder dan tersier yang diperoleh melalui pendidikan khusus yang
didasari oleh ilmu-ilmu kesehatan. Jenis-jenis terapi komplementer adalah
akupuntur, herbalisme medis, aromaterapi, terapi pengobatan bunga. Prinsip
keperawatan yang perlu diaplikasikan dalam melaksanakan terapi
komplementer dan alternative adalah holistik, komprehensif, dan kontinu.
Prinsip holistik pada terapi komplementer sesuai dengan pendekatan perawat
yang mengacu pada kebutuhan biologis, psikologis, social, cultural dan
spiritual (Berman, et al 2015; Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Peran
perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan
langsung, koordinator dan sebagai advokat.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masi banyak penulisan, penempatan
huruf, bahasa, letak titik koma yang kurang sempurna, oleh karena itu kami
sebagai penulis mengharapka kritik dan saran dari pembacah yang dapat
membangun agar penulisan makalah ini kedepannya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

24
Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer (Teori, Praktik,
Hukum dalam Asuhan Keperawatan). Yogyakarta: Nuha Medika.
Nies, Mary A & Melanie Mcewen. 2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
Keluarga. Elseiver Singapore.
Erikar, L. (2013). Food Combining itu Gampang. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Nugraheni, H., Wiyatini, T., & Wiradona, I. (2018). Kesehatan Masyarakat dalam
Determinan Sosial Budaya. Yogyakarta: Deepublish.
Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta:
Nuhamedika.
Yuliandari, W. (2015). Food Combining. Jakarta Selatan: PT. Kawan Pustaka

25

Anda mungkin juga menyukai