Anda di halaman 1dari 11

KOMUNITAS KEPERAWATAN I

THERAPY KOMPLEMENTER

Oleh:
Ni Made Ratniawati (203213207)

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2021

i
KATA PENGANTAR

Puja dan juga puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan semua nikmatnya sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan “tugas
komunitas I” ini dengan tepat waktu tanpa adanya kendala yang berarti. Tujuan dari penyusunan
laporan ini adalah untuk melengkapi tugas”Komunitas I”.

Keberhasilan penyusunan laporan ini tentunya bukan atas usaha saya saja namun ada
banyak pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan untuk suksesnya penulisan
laporan ini. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moril ataupun material sehingga laporan ini
berhasil disusun.

Laporan ini tentu tidak luput dari kekurangan. Selalu ada celah untuk perbaikan.
Sehingga, kritik, saran serta masukan dari pembaca sangat saya harapkan dan saya sangat
terbuka untuk itu supaya laporan ini semakin sempurna dan lengkap.

Denpasar, 28 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...................................................................................................................1
2. Tujuan................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1.Therapy Komplementer......................................................................................................2
2.Macam-macam Therapy Komplementer............................................................................2
3.Pengaruh Therapy Akupresur terhadap Penurunan Nyeri DYSMENORHEA.....................3
4.Hasil Penelitian Dari Jurnal................................................................................................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

iii
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya
dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi
individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan
pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Dysmenorhoea atau nyeri haid merupakan nyeri yang terjadi saat menstruasi yang
dialami perempuan usia produktif. Dysmenorhoea atau nyeri haid merupakan nyeri yang
terjadi saat menstruasi yang dialami perempuan usia produktif. Gejala-gejala yang
ditimbulkan dismenorea antara lain nyeri pada perut, pusing, nyeri pinggang, mual, nyeri
punggung dan bahkan dapat menyebabkan pingsanProduksi prostaglandin yang
berlebihan pada endometrial selama fase lutheal merupakan dugaan penyebab
dysmenorhea. (Oswati,dkk. 2010) Faktor- faktor penyebab dismenorea menurut Sukini
(2012) dalam Sumanto (2015) antara lain hormonal, kelainan organ reproduksi, stres
psikis dan malnutrisi. (Sumanto,2015). Nyeri ini biasanya terjadi pada area perut ke
bawah. Pada umumnya nyeri ini terjadi pada wanita usia subur yaitu 15-30 tahun. (Novia,
2008). Menurut Zegeye et al. (2009), Lee et al (2006) dan Chan et al. (2009) dalam
Lestari dkk. (2010), persentasi kejadian dismenorea pada remaja putri sekitar 60%-90%.
(Lestari, dkk. 2010) Nyeri ini dapat mengakibatkan penurunan aktivitas pada tubuh dan
kualitas hidup pada perempuan.(El-Gendy,2015, Maryam 2011, Kurniawati,2011).

2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu untuk melengkapi tugas dari mata kuliah
komunitas

1
1. Therapy Komplementer
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi
modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan
kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya
dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi
individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan
pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).
Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah
domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas,
praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem
pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary
and alternative medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder
& Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh
praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan
penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang
telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan
dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam
praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini
didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan
pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi
seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan
kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).

2. Macam-macam Therapy Komplementer


Terapi komplementer ada yang invasif dan non- invasif. Contoh terapi
komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang menggunakan
jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi energi (reiki,
chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food
combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas;
akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999)

National Center for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM) membuat


klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori. Kategori
pertama, mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk

2
memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh
misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback,
humor, tai chi, dan terapi seni.

Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan


yang mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya
pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo,
homeopathy, naturopathy. Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi
biologis, yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan).

Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari
oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam
pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi. Terakhir, terapi energi yaitu
terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan
energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external
qi gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan satu kategori berupa
kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik (Snyder & Lindquis, 2002).

Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup (pengobatan


holistik, nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi); manipulatif (kiropraktik,
akupresur & akupunktur, refleksi, massage); mind-body (meditasi, guided imagery,
biofeedback, color healing, hipnoterapi). Jenis terapi komplementer yang diberikan sesuai
dengan indikasi yang dibutuhkan. Contohnya pada terapi sentuhan memiliki beberapa
indikasinya seperti meningkatkan relaksasi, mengubah persepsi nyeri, menurunkan
kecemasan, mempercepat penyembuhan, dan meningkatkan kenyamanan dalam proses
kematian (Hitchcock et al., 1999).

Jenis terapi komplementer banyak sehingga seorang perawat perlu mengetahui


pentingnya terapi komplementer. Perawat perlu mengetahui terapi komplementer
diantaranya untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan dan kondisi klien, menjawab
pertanyaan dasar tentang terapi komplementer dan merujuk klien untuk mendapatkan
informasi yang reliabel, memberi rujukan terapis yang kompeten, ataupun memberi
sejumlah terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Selain itu, perawat juga harus
membuka diri untuk perubahan dalam mencapai tujuan perawatan integratif (Fontaine,
2005).

3. PENGARUH AKUPRESUR TERHADAP PENURUNAN NYERI DYSMENORHEA


Dysmenorhea adalah penyakit bulanan yang membutuhkan perhatian.
Dysmenorhea merupakan nyeri yang biasanya dialami oleh wanita usia subur selama
periode menstruasi. Menurut Widjanarko (2006) dalam Novia dan Puspitasari, gejala
yang dirasakan oleh penderita yaitu rasa nyeri perut bagian bawah atau panggul, yang
menjalar ke punggung dan paha dan terjadi sebelum dan selama menstruasi.(Novia,2008)
Dampak yang ditimbulkan oleh dismenorea misalnya mual, bad mood, dan stress

3
serta dapat menurunkan kualitas hidup dan produktivitas wanita dalam bekerja.
(Novia,2008,El Gendy,2015)
Penanganan dysmenorhea masih sebatas pada terapi farmakologi seperti
pemberian obat penghilang nyeri. Penelitian yang dilakukan oleh Zafari et al. mengenai
perbandingan efektivitas akupresur, kapsul minyak ikan dan ibu profen terhadap
dysmenorhea menyimpulkan bahwa akupresur dan kapsul minyak ikan dapat digunakan
sebagai pengganti obat penghilang nyeri yang tentu saja banyak memiliki efek samping.
(Zafari,2011).
Gejala-gejala yang ditimbulkan dismenorea antara lain nyeri pada perut, pusing,
nyeri pinggang, mual, nyeri punggung dan bahkan dapat menyebabkan pingsan.
Penanganan dismenorea sampai saat ini masih berupa terapi farmakologi yaitu
pemberian obat analgesic (penghilang nyeri) untuk meringankan rasa nyeri haid.

Therapy Komplementer yang digunakan:


Akupresur dikenal sebagai salah satu metode terapi tradisional china untuk
penyembuhan dysmenorhea dengan menggunakan teknik memijat pada titik meridian
bagian tubuh tertentu. Terapi akupresur dikenal dengan terapi non- farmakologi.
Penanganan dysmenorhea masih sebatas pada terapi farmakologi seperti pemberian obat
penghilang nyeri. Penelitian yang dilakukan oleh Zafari et al. mengenai perbandingan
efektivitas akupresur, kapsul minyak ikan dan ibu profen terhadap dysmenorhea
menyimpulkan bahwa akupresur dan kapsul minyak ikan dapat digunakan sebagai
pengganti obat penghilang nyeri yang tentu saja banyak memiliki efek samping.
(Zafari,2011).
Akupresur dikenal sebagai metode pengobatan cina tradisional. Berbeda dengan
akupuntur yang menggunakan jarum sebagai media pengobatan, akupresur
menggunakan pijatan jari pada titik-titik meridian untuk memperlancar proses peredaran
darah pada tubuh pasien.(Wong,2009.)
Titik-titik akupresur pada dasarnya sama dengan titik-titik pada akupuntur.
Untuk melakukan akupresur, pasien hanya membutuhkan informasi mengenai titik- titik
meridian yang berhubungan dengan organ internal tubuh pada manusia.(Wong,2009).

4
4. Hasil Penelitian Dari Jurnal

Tabel 1. Distribusi Rata-Rata Nyeri Dysmenorhea Remaja Puteri Sebelum dan Sesudah
5.
Dilakukan Akupresur pada Remaja Puteri di Kota Bengkulu
SD
Nyeri Mean (SD) Error N (%)
Mean
Pre 4,73(2,11) 2,11 0,367 33(100)
Post 2,61(1,77) 1,77 0,298
Keterangan uji: *) T Paired
Pada tabel 1 dijelaskan hasil penelitian pre test dan post test pada kelompok penelitian.
Pada data pre test didapatkan rata-rata nyeri 4,73 (2,11). Setelah dilakukan akupresur
didapatkan nilai post test menjadi 2,61(1,77).

Tabel 2. Penurunan Nyeri Dysmenorhea Sebelum dan Sesudah Akupresur Pada Remaja
Puteri di Kota Bengkulu

SD
Penurunan (Standar
95%CI ρ value t
(Mean) Error
Mean)
Nyeri 0,893 1,805- <0,001 13,
(2,121) (0,155) 2,435 * 64
Pada tabel 2 dijelaskan penurunan nyeri rata-rata 2,121. Hasil statistik menunjukkan nilai
ρ value <0,001, t=13,646 yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan setelah penelitian (dilakukan akupresur).

5
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada penelitian ini telah terbukti bahwa akupresur efektif terhadap penurunan nyeri
dysmenorhea. Selain itu, akupresur juga merupakan terapi yang mudah dipelajari (praktis),
aman dan tanpa biaya serta perlu dilakukan secara mandiri dan berkesinambungan untuk
meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan. Penelitian mengenai pengaruh akupresur
SP6 terhadap dysmenora. Dysmenoera di Indonesia masih terbatas sehingga perlu
dilakukan penelitian lanjutan dan lainnya untuk hasil yang lebih valid dan relavan.

6
DAFTAR PUSTAKA
Sumanto. 2015. Penurunan Nyeri Dysmenorea Menggunakan Titik Akupuntur Guanyuan (Ren
4), Guilai (ST29) dan Sanyinjiao (SP6) Pada Mahasiswa Poltekkes Surakarta. Jurnal Terpadu
Ilmu Kesehatan.;Vol. 4 No. 1:64-7.

http://jurnalbidankestrad.com/index.php/jkk/article/view/123

Novia, Ika & Nunik Puspitasari. 2008. Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian
Dysmenorea Primer. The Indonesian Journal of Public Health.;Vol.4
Lestari, Hesti, Jane Metusala & Diana Yuliani Suryanto. 2010. Gambaran Dysmenorea pada
Remaja Putri. Sekolah Menengah Pertama di Manado. Sari Pediatri.;Vol.12 No.2:99-
10No.2:96-104.

7
8

Anda mungkin juga menyukai