B. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila
kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga
plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan
dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah
meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering
dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak
gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena
terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).
D. Manifestasi klinis
a. Nyeri hebat
b. Perdarahan banyak
c. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian
masih berada di dalam uterus
d. Pemeriksaan dalam :
← a) Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
← b) Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
e. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
f. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan.
F. Komplikasi
Komplikasi abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan syok akibatperdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat retensi
sisa hasil konsepsi yang lama didalam uterus5. Sinekia intrauterin dan infertilitas
juga merupakan komplikasi dari abortus. Berbagai kemungkinan komplikasi
tindakan kuretase dapat terjadi, seperti perforasi uterus, laserasi serviks,
perdarahan, evakuasi jaringan sisa yang tidak lengkap dan infeksi. Komplikasi ini
meningkat pada umur kehamilan setelah trimester pertama. Panas bukan
merupakan kontra indikasi untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang
memadai segera dimulai. Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan kuretase
antara lain :
a. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah - muntah, bradikardi dan
cardiacarrest.
b. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila perforasi
oleh kanula,segera diputuskan hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya
kavum uteri dibersihkansedapatnya. Pasien diberikan antibiotika dosis tinggi.
Biasanya pendarahan akan berhentisegera. Bila ada keraguan, pasien dirawat.
c. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila
pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.
d. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi.
Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi.
e. Infeksi dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi. Pengobatannya berupa
pemberian antibiotika yang sensitif terhadap kuman aerobik maupun anaerobik.
Bila ditemukan sisa jaringan konsepsi, dilakukan pembersihan kavum uteri
setelah pemberian antibiotika profilaksis minimal satu hari
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM
III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
b. Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan
kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
c. USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina
Pustaka. Jakarta.
Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.