Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL

PENGARUH MADU TERHADAP FREKUENSI BATUK DAN NAPAS SERTA


RONKHI PADA BALITA PNEUMONIA

OLEH:

KELOMPOK: 2

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

LUH DE NOVITARIANI (203213205)

NI MADE RATNIAWATI (203213207)

NI MADE ARISKA (203213209)

NI LUH ADE DWI ANTARI (203213214)

PUTU INTAN SATWICA DEVI (203213215)

NI PUTU REGITA YUNIKA ARNIDYA (203213216 )

NI MADE ELIA SANTI (203213217)

NI KADEK DEVI ARIYANTI (203213218)

NI PUTU ANGGI DIAH PRABASARI (203213223)

KOMANG IRA YUNITA APSARI (203213224)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2021
ANALISIS JURNAL PNEUMONIA

JUDUL Pengaruh Madu terhadap Frekuensi Batuk dan Napas serta Ronkhi pada Balita Pneumonia
PENYUSUN Diah Ayu Agustin, Nani Nurhaeni, Nur Agustini
DIPUBLIKASIKAN Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), Vol.2, April, 2017

1. Ringkasan Jurnal
Persalinan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu persalinan secara normal atau spontan (lahir melalui vagina) dan persalinan
abnormal atau persalinan dengan bantuan suatu prosedur seperti Sectio Caesarea. Pada proses section caesarea dilakukan tindakan
pembedahan, berupa irisan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan bayi (Abasi,2015 dalam
Utami,2016).hasil dari data RISKESDAS tahun 2013, angka ibu melahirkan dengan section caesarea di Indonesia 9,8% dengan proposrsi
tertinggi di DKI Jakarta 19,9% dan terendah di Sulawesi Tenggara 3,3 %. Melahirkan melalui operasi Sectio Caesarea menunjukan
bahwa melahirkan secara section caesarea akan memerlukan waktu penyembuhan luka uterus/rahim yang lebih lama daripada persalinan
normal. Selama luka belum benar-benar sembuh, rasa nyeri bias saja timbul pada luka tersebut. Penanganan yang sering digunakan untuk
menurunkan nyeri post section caesarea berupa penanganan farmakologi. Pengendalian nyeri secara farmakologi efektif untuk nyeri
sedang dan berat. Namun demikian pemberian faarmakologi tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien sendiri untuk
mengontrol nyerinya (Van Kooten, 1999; Anggorowati dkk, 2007 dalam Swandari, 2014). Manajemen nonfarmakologi yang sering
diberikan anatar lain yaitu denganmeditasi, latihan autogenic, latihan relaksasi progresif, guided imagery, nafas ritmik, operant
conditioning, biofeedback, membina hubungan terapiutik, sentuhan terapeutik, stimulus kutaneus, hypnosis, music, acupressure,
aromatherapy (Andarmoyo). Pemberian aromatherapy lavender merupakan salah satu dari terapi komplementer berupa latihan teknik
relaksasi komplementer berupa latihan teknik relaksasi pernapasan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh hasil p-value (0,000) < α (0,05), yang berarti ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian aromatherapi lavender berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di. Sesuai dengan teori
gate control yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall bahwa impuls nyeri dihambat saat sebuah pertahanan ditutup, sehingga dapat
menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan. Hal ini menyatakan bahwa aromatherapi akan merangsang keluarnya hormone enfekalin,
serotonin dan endorphin. Tarik napas dalam dapat memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas,
stress fisik dan emosi yang menyebabkan nyeri meningkat, sehingga mendekatkan hubungan terapeutik perawat dan klien. Pemberian
aromatherapi lavender direkomendasikan agar dapat diterapkan dan di kombinasikan dengan terapi komplementer lain sebagai terapi
pendamping atau sebagai bagian dari intervensi keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami nyeri
pasca operasi.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi aromatherapy lavender terhadap penurunan intensitas nyeri pada post
operasi section caesarea.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
a. Kelebihan pada jurnal ini madu merupakan obat pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan bahan yang aman diberikan untuk
balita pneumonia status usia 1 tahun
b. Madu sebagai obat alternatif yang bersifat alami yang tidak mengandung bahan kimia
c. Pemberian madu murni lebih aman dan efektif daripada obat-obatan ataupun tanpa treatment
Kekurangan
a. Pada jurnal ini tidak dijelaskan efek samping dari penggunaan madu untuk anak yang berusia dibawah 1 tahun
Pada analisis jurnal ini akan dibahas analisis bagian demi bagian dalam publikasi di jurnal tersebut menggunakan metode analisis
jurnal : PICOT, sebagai berikut:

P I C O T
(Populasi) (Intervensi) (Comparison) (Outcome) (Time)
Populasi penelitian ini 1. Penelitian ini melihat Metode penelitian ini Karakteristik balita Penelitian ini dilaksanakan
adalah pasien balita penurunan frekuensi adalah z quasi- pneumonia pada penelitian di rumah sakit yg ada di
pneumonia yang termasuk batuk, frekuensi napas, experimental: pre-test– ini mayoritas berusia 12-23 jakarta. Pada hari pertama
ke dalam kriteria inklusi bulan (38%), jenis kelamin sebelum pemberian
dan menghilangnya post-test, non-equivalent
responden yaitu balita yang laki-laki (55,9%), dan madu,pada kelompok
ronkhi yang signifikan control group. Jumlah
berusia 1- <5 tahun. status gizi normal (97,1%). intervensi atau air putih
dengan intervensi yang sampel 34 balita
Penelitian ini dilakukan di Mayoritas balita pada kelompok kontrol
dilakukan yaitu berdasarkan rumus besar
rumah sakit di Jakarta, mendapatkan ASI eksklusif dilakukan pre-test (kurang
antara lain pneunomia
pemberian madu pada sampel kategorik (61,8%) dan balita yang lebih pukul 17.00).
termasuk dalam 10 besar balita pneumonia. Pada berpasangan. Kelompok mendapat imunisasi DPT Kelompok intervensi
penyakit dan jumlah pasien hari pertama sebelum intervensi sejumlah 17 dan campak (70,6%). diberikan madu murni
balita yang di rawat dengan pemberian madu pada orang, diberikan madu Frekuensi batuk dan ronkhi sebanyak 2,5cc 30 mnt
pneumonia selama periode kelompok intervensi murni 2,5 cc 30 menit sebelum dan sesudah sebelum anak tidur malam
Januari – Desember 2014 atau air putih pada sebelum anak tidur perlakuan pada kelompok (kurang lebih pukul 18.00)
sebanyak 151 anak. kelompok kontrol malam (± pukul 18.00) kontrol tidak menunjukkan selama 3 hari sedangkan
pengaruh bermakna, kelompok kontrol diberikan
dilakukan pre-test (± selama 3 hari. Kelompok
frekuensi napas air putih 2,5cc 30 mnt
pukul 17.00). Setelah kontrol sejumlah 17
menunjukkan pengaruh sebelum anak tidur malam
itu, kelompok orang diberikan air putih
bermakna (p=0,001). (kurang lebih pukul 18.00)
intervensi diberikan 2,5 cc 30 menit sebelum Variabel terikat pada Pada hari keempat
madu murni sebanyak anak tidur malam (± kelompok intervensi secara dilakukan post test (kurang
2,5 cc 30 menit pukul 18.00) selama 3 keseluruhan variabel lebih pulul 09.00) pada
frekuensi batuk, frekuensi kelompok intervensi dan
sebelum anak tidur hari. Pengukuran hasil
napas, dan ronkhi kelompok kontrol
malam (± pukul 18.00) penelitian dilakukan pada
menunjukkan pengaruh
selama 3 hari, hari pertama sebelum
yang bermakna antara
sedangkan kelompok perlakuan dan hari
sebelum dan setelah
kontrol diberikan air keempat setelah perlakuan (p=0,0001).
putih 2,5 cc 30 menit perlakuan. Instrumen - Hasil marginal
sebelum anak tidur yang digunakan ialah homogenity test untuk
malam (± pukul timer, stetoskop, lembar kelompok kontrol tidak
18.00). Pada hari observasi, dan kuesioner. menunjukkan pengaruh
keempat dilakukan Analisis data bivariat bermakna pada

post-test (± pukul berpasangan frekuensi batuk untuk


pengukuran hari ke-1
09.00) pada kelompok menggunakan marginal
dan ke-4 (p=0,083),
intervensi dan homogenity, pair t test,
sedangkan kelompok
kelompok kontrol. dan Mc Nemar. Analisis
intervensi
Penelitian ini senada data bivariat tidak
menunjukkan pengaruh
dengan beberapa berpasangan
bermakna (p=0,0001).
penelitian yang menggunakan - Hasil paired t-test
membuktikan bahwa Kolmogorov Smirnov, menunjukkan adanya
efek madu dapat Fisher exact, dan pengaruh bermakna.
menurukan skor independent t test. pada frekuensi napas
frekuensi batuk anak Dalam jurnal ini terdapat balita pneumonia pada

yang mengalami 2 jurnal pembanding kelompok kontrol


maupun intervensi pada
infeksi saluran diantaranya:
pengukuran hari ke-1
pernapasan dan 1. Penelitian yang
dan ke-4 (p=0,0001;
penurunan skor dilakukan oleh
p=0,0001).
frekuensi batuk anak Rokhaidah, Nani
- Hasil uji Mc Nemar
lebih tinggi pada Nurhaeni, Nur
untuk kelompok
kelompok yang Agustini, yang kontrol tidak
diberikan madu meneliti tentang menunjukkan pengaruh
daripada kelompok madu menurunkan madu pada ronkhi
kontrol. Madu frekuensi batuk pada balita pneumonia pada
merupakan obat pelega malam hari dan pengukuran hari ke-1

tenggorokan dan meningkatkan dan hari ke-4


(p=0,500). Namun,
pereda batuk dengan kualitas tidur balita
pada kelompok
bahan yang aman pneumonia.
intervensi
diberikan untuk balita Penelitian ini
Hasil pada pemberian madu
pneumonia di atas usia menggunakan metode
menunjukan berpengaruh
1 tahun (Depkes RI, rancangan
pada frekuensi batuk
2008). Zat yang eksperimen semu melalui uji Kolmogorov
terkandung dalam pretest posttest with Smirnov, frekuensi napas
madu bersifat non equivalent menggunakan independent
antiinflamasi, control group dengan t-test, dan ronkhi dengan uji
antibakteri, dan tiga puluh enam Fisher exact baik pada
antioksidan serta responden yang kelompok kontrol maupun
intervensi (p=0,0001;
antibodi. Bakteri diambil secara
p=0,0001; p=0,004).
penyebab pneumonia consecutive
Intervensi pemberian madu
yang ditemukan sampling. Hasil
pada balita pneumonia
sensitif terhadap madu analisis data
berpengaruh terhadap
antara lain menggunakan penurunan frekuensi batuk
Haemophilus independent t-test dan frekuensi napas, serta
influenza, Klebsiella yang menunjukkan meniadakan. ronkhi.
pneumonia, dan bahwa terdapat
Streptococcus perbedaan penurunan
pneuomonia. skor batuk (p< 0,001;
Penggunaan madu CI 95% 1,82–3,37)
murni pada penelitian dan peningkatan
ini didasari oleh kualitas tidur yang
penelitian sebelumnya bermakna (p< 0,001;
yang membuktikan CI 95% 0,66–1,67)
bahwa pemberian saat post test pada
madu murni lebih kelompok yang
aman dan efektif mendapatkan madu
daripada obat-obatan dibandingkan dengan
ataupun tanpa kelompok kontrol.
treatment. 2. Penelitian yang
2. Teknik pengumpulan kedua dilakukan oleh
data dilakukan dengan Yola Anjani, Riska
data kelompok Wandini yang
intervensi diambil meneliti tentang
terlebih dahulu pada terapi komplementer
dua minggu pertama. minuman Jahe Merah
Setelah jumlah sampel dan madu di Desa
kelompok intervensi Pasuruan Kecamatan
terpenuhi, maka Penengahan
dilanjutkan dengan Lampung Selatan.
pengambilan data Penelitian ini
kelompok kontrol. menggunakan metode
Instrumen pengumpul dengan memerikan
data meliputi timer, minuman herbal jahe
stetoskop, lembar merah dicampur
observasi, dan madu dengan dosis 2
kuesioner. kali sehari sebanyak
150 ml pada pagi hari
dan malam hari
sebelum tidur.
Setelah dilakukan
intervensi sesuai
dengan anjuran
dokter dan pemberian
terapi
nonfarmokologi
berupa minuman jahe
+ madu pada anak
sebagai salah satu
terapi melegakan
tenggorokan dan
mengurangi batuk,
ternyata terlihat
adaya perbedaan
waktu pemulihan
diantara kedua pasien
tersebut. Pada pasien
pertama yakni An. N
usia 3 tahun dengan
proses penyembuhan
membutuhkan waktu
4 hari di rumah, dan
porsi batuk berkurang
setelah 3 hari, dan
pada pasien kedua
yakni An. M usia 6
tahun dengan proses
penyembuhan
membutuhkan waktu
2 hari dengan porsi
batuk berkurang
terlihat setelah
diberikan terapi jahe
madu. Hasil kajian
asuhan keperawatan
komprehensif pada
anak dengan ISPA
yang telah dilakukan
didapatkan hasil
bahwa terjadi
perbedaan waktu
proses penyembuhan
dengan terapi jahe
madu antara pasien
pertama dan kedua
hal ini dapat terjadi
dikarenakan daya
tahan tubuh anak, dan
keteraturan dalam
mengikuti terapi jahe
madu.

Anda mungkin juga menyukai