Anda di halaman 1dari 17

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

KOMUNIKASI PADA ANAK


Yaitu Proses dimana informasi disampaikan kepada orang lain melalui simbul-simbul, tanda-
tanda atau tingkah laku
Inti Komunikasi Dg Anak
1. Menggunakan bentuk bahasa yg bermakna bagi orang yg mereka ajak komunikasi.
2. Anak harus memahami bahasa yg digunakan orang lain.
Bentuk Komunikasi Pra Bicara
1. Tangisan
2. Celoteh
3. Isyarat
4. Ekspresi emosional
Teknik komunikasi kreatif pd anak
1. Teknik org ketiga (biasa digunakan pd Infant/toddler)
2. Storrytelling (bercerita)
3. Melengkapi kalimat
4. mimpi
5. menulis
6. Menggambar
7. bermain
Cara Komunikasi Dengan Ortu Anak
 Anjurkan ortu untuk berbicara
 Arahkan ke fokus
 Mendengarkan
 Diam
 Empati
 Meyakinkan kembali
 Merumuskan kembali
 Memberi petunjuk kemungkinan apa yg terjadi
 Menghindari hambatan dalam komunikasi.

Faktor-Faktor Yg mempengaruhi Komunikasi Dengan Anak


1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Usia tumbang
4. Status kes anak
5. Lingkungan
BAYI (0 – 1 thn)
Prinsip:
- Mempertahankan kontak mata
- Verbal: sering mengajak bayi berbicara
Non verbal : sentuhan, belaian
BALITA (1 – 5 thn)
Prinsip:
• Pertahankan kontak mata dan sering beri senyuman
• Berbicara jelas dan mengunakan kata-kata serta kalimat sederhana
• Beri kesempatan balita berbicara dan dengarkan
• Motivasi balita untuk mau berbicara
--- gunakan alat bantu spt boneka, mobil-mobilan
• Libatkan keluarga jika perlu
USIA SEKOLAH (5-11 thn)
Prinsip:
- Mengunakan kalimat sederhana
- Libatkan anak dalam diskusi
- Jawab semua pertanyaan anak
- Hindari menyudutkan anak
REMAJA (12-18 thn)
Prinsip:
- Mulai komunikasi dengan mengajak remaja berdiskusi
- Jangan menyalahkan remaja pada saat komunikasi
- Hargai pendapat remaja
- Hindari pertanyaan yang menyudutkan remaja
KOMUNIKASI HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PASIEN
Dying membutuhkan komunikasi khusus :
1. Kadang2 klien ketakutan atau merasa nyeri shg tdk dapat berkomunikasi.
2. Nada suara halus, lembut dan ruangan yang redup dapat meningkatkan kenyamanan dan
mengurangi kecemasan, Penting juga orang terdekat mendampingi.
3. Perawat tetap berkomunikasi walaupun pasien tdk sadar.
Hubungan yang baik antar perawat dengan pasien akan terjadi bila :
1. Terdapat rasa saling percaya antara perawat dengan pasien
2. Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hak
tersebut,salah satunya adalah hak untuk menjaga privasi pasien
3. Perawat harus sensitive terhadap perubahan” yang mungkin terjadi pada pribadi pasien
yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya.
4. Perawat harus memahami keberadaan pasien sehingga dapat bersikap sabar dan tetap
memperhatikan pertimbangan etis dan moral
5. Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala risiko yang mungkin timbul
selama pasien dalam perawatannya
6. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai pribadi
pasien dengan cara membina hubungan baik antara pasien.
Tahapan proses keperawatan
1. Pengkajian
Tahap awal proses keperawatan dalam rangka mengumpulkan data klien. Data klien dasar
kebijakan diperoleh melaui :
 Wawancara (anamnesa)
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan diagnostik
 Informasi/catatan dari tenaga kesehatan lain dan keluarga pasien
 Semua data diproleh melaui proses komunikasi baik verbal maupun non verbal
 Pada tahap ini proses komunikasi berlangsung paling banyak dibandingkan yang
lainnya
 Kemampuan berkomunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan data klien
 Peningkatankemampuan berkomunikasi perawat juga klien
 Perawat perlu mengetahui hambatan, kelemahan dan gaya klien dalam
berkomunikasi, juga budaya yang mempengaruhi kapan dan dimana komunikasi
dilakukan, penggunaan bahasa, usia dan perkembangan klien
Hal-hal yang dapat menjadi hambatan klien untuk mengirim/memberikan informasi,
menerima dan memahami pesan yang diterima klien antara lain :
1. Language deficits
2. Sensory deficits
3. Cognitive impairments
4. Structural deficits
5. paralysis
 Penguasaan bahasa, mempengaruhi persepsi & interpretasi
 Pada klien perlu dikaji :
- Penguasaan bahas yang dipahami
- Persepsi dan interpretasi klien dalam menerima pesan secara adekuat
Language deficits
 Penguasaan bahasa, mempengaruhi persepsi & interpretasi
 Pada klien perlu dikaji :
- Penguasaan bahas yang dipahami
- Persepsi dan interpretasi klien dalam menerima pesan secara adekuat
Sensory deficits
 Kemampuan mendengar, melihat, merasa, dan membau :
 Hal-hal yang perlu dikaji :
- Mencari kepastian medik yang mengindikasikan adanya kelemahan pendengaran
- Memperhatikan apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran yang masih
berfungsi
- Memperhatikan apakah klien mampu melihat muka dan bibir saat berbicara
- Memperhatikan apakah klien mampu menggunakan tangannya sebagai bentuk
komunikasi nonverbal
Cognitive Impairments
 Adalah kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif ( CVA, Alzheimer, tumor otak)
 Fokus pengkajian :
- Menilai apakah klien merespon (baik verbal maupun non verbal) ketika ditanya ?
- Apakah klien dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar ?
- Apakah klien dapat mengingat dengan baik ?
Structural deficits
 Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama yang berhubungan langsung dengan
tempat keluarnya suara spt mulut dan hidung
Paralysis
• Terutama pada ekstremitas atas akan menghambat kemampuan berkomunikasi
• Perlu diperhatikan apakah ada kemampuan nonverbal klien yang bisa ditunjukan
dalam rangka memberikan informasi kepada perawat
Tahap tahap komunikasi dalam keperawatan
a. Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi / validasi
3) Kontrak : topik, waktu dan tempat
4) Tujuan
b. Kerja: mngerjakan langkah-langkah tindakan keperawatan
c. Terminasi
1) Evaluasi subjektif dan evaluasi objektif
2) Rencana tindak lanjut
3) Kontrak yang akan datang : topik, waktu, dan tempat
1. Tahap tra-interaksi
a. Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri
b. Menganalisis kekuatan profesional diri dan keterbatasan
c. Mengumpulkan data tentang klien (jika mungkin)
d. Merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien
2. Tahap perkenalan atau orientasi1) Memberi salam
2) Memperkenalkan diri perawat
3) Menanyakan nama klien
4) Menyepakati pertemuan (kontrak)
5) Menghadapi kontrak
6) Memulai percakapan awal
7) Menyepakati masalah klien
8) Mengakhiri perkenalan
3. Tahap kerja
a. Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya, perilakunya, perasaanya,
pikirannya. Ini bertujuan untuk mencapai tujuan kognitif
b. Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Ini bertujuan untuk mencapai tujuan afektif dan
psikomotor
c. Melaksanakan terapi / teknikal keperawatan
d. Melaksanakan pendidikan kesehatan
e. Melaksanakan kolaborasi
f. Melaksanakan observasi dan monitoring
Tugas utama perawat pada tahap kerja, adalah:
a. Mengeksplorasi stressor yang sesuai / relevan
b. Mendorong perkembangan insight klien dan penggunaan mekanisme koping
c. Menangani tingkah laku yang dipertahankan oleh klien / resistance
4. Tahap terminasi
a. Terminasi sementara merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien, akan tetapi
perawat akan bertemu lagi dengan klien pada waktu yang telah ditentukan.
b. Terminasi akhir terjadi jika klien akan pulang dari rumah sakit atau perawat tidak
berdinas lagi di rumah sakit tersebut.
Hal-hal yang harus dilakukan pada tahap terminasi ini, antara lain:
a. Evaluasi hasil, yang terdiri evaluasi subjektif dan evaluasi objektif
b. Rencana tindak lanjut
c. Kontrak yang akan datang
Tugas utama perawat dalam tahapan terminasi adalah:
a. Menyediakan realitas perpisahan
b. Melihat kembali kemajuan dari terapi dan pencapaian tujuan
c. Saling mengeksplorasi perasaan adanya penolakan, kehilangan, sedih dan marah serta
tingkah laku yang berkaitan
 Contoh Komunikasi:

 a. Fase Orientasi:

 Salam terapeutik : “Selamat pagi, Bu. Saya perawat Tri yang akan bertugas merawat
Ibu hari ini. Terima kasih Ibu telah mempercayakan kami untuk membantu mengatasi
masalah Ibu”.
 Evaluasi dan validasi : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang?” (tunggu jawaban klien).
“Saya lihat ibu sangat tertekan dan menderita atas masalah ini”.
 Kontrak : “Saat ini saya akan mengumpulkan data terkait dengan sakit yang ibu
derita, saya membutuhkan informasi tentang bagaimana asal mula masalah ibu
sehingga ibu tidak bisa makan selama beberapa hari. Waktu yang saya butuhkan
adalah 15—20 menit, dan ibu tetap saja istirahat di atas tempat tidur ini”.
 b. Fase Kerja : “Apakah yang ibu rasakan sekarang?” “Jelaskan bagaimana asal
mula penyakit yang ibu rasakan sekarang!” (tunggu respon klien). “Apakah
pengobatan atau tindakan yang telah dilakukan selama ibu di rumah?” (tunggu
respons klien)
c. Fase Terminasi :
 Evaluasi subjektif/ Objektif : “Bagaimanakah perasaan ibu sekarang?” (tunggu
respons pasien). “Berdasarkan data hasil wawancara dapat kita identifikasi bersama
bahwa ibu mengalami nyeri pada lambung dan mual-muntah jika makan”.
 Kontrak yang akan datang : “Baiklah, Bu. Saya akan berkonsultasi dengan dokter dan
10 menit lagi saya akan kembali untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai hasil
kesepakatan dengan dokter”.
 Rencana Tindak Lanjut : “Ibu harus terus mencoba makan dan minum, minum air
hangat atau teh manis, dan makanan yang tidak menimbulkan rasa mual. Cobalah
biskuit ringan untuk memulai”.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Dalam tahap ini sikap perawt yang komunikatif dan klien yang kooperatif merupakan
faktor penting dalam penetapan diagnosa keperawatan yang tepat
 Kemampuan komunikasi disini juga diperlukan dalam menulis analisis data yang
didapat dari pengkajian serta mendiskusikan masalah yang dtemukan baik kepada
klien, keluarga maupun teman sejawat.
 “Berdasarkan data yang saya peroleh melalui pemeriksaan fisik dan informasi dari ibu
terkait dengan keluhan yang menyebabkan ibu masuk rumah sakit, saya
menyimpulkan bahwa ibu mengalami gangguan nutrisi karena ada masalah pada
proses digesti. Lambung ibu bermasalah, terkait dengan masalah pada lambung ibu,
saya akan berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan dan tindakan selanjutnya.”
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
 Menentukan tujuan, kriteria keberhasilan dan rencana tindakan keperawatan secara
tertulis dan komunikatif
 Diskusi dengan klien dan keluarganya ntuk menentukan metode pelaksanaan tindakan
yang sesuai dan nyaman bagi klien
 Membuat rujukan atau tindakan kolaboratif melaui kerjasama dengan tim kesehatan
lain
4. IMPLEMENTASI
 Diskusi dengan profesional kesehatan lain

 Pendidikan kesehatan

 Memperkuat dukungan keluarga dan sistem

 Kontak dengan sumber kesehatan lain

 Tindakan komunikasi pada saatmenghampiri klien adalah :

- Menunjukan muka yang jujur dengan klien, hal ini penting agar terciptanya hubungan
saling percaya dengan klien
- Mempertahankan kontak mata dengan baik, kesungguhan dan pertahian perawat dapat
dilihat dari kontak mata saat berkomunikasi dengan klien
- Fokus kepada klien agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang
diinginkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
- Mempertahankan postur terbuka, sikap terbuka dari perawat dapat menumbuhkan
keberanian dan kepercayaan klen dalam mengikuti tindakan keperawatan
4. IMPLEMENTASI….cont
 Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai
dan menghormati klien
 Relatif rileks saat bertemu klien. Sikap terlalu tegang atau terlalu santi juga tidak
membawapeangaruh yang baik dalam hubungan perawat dgn klien
 Pada tahap pelaksanaan petugas kesehatan juga harus meningkatkan kempuan non
verbalnya dengan “SOLER” yaitu :
S = Sit
Duduk menghadap klien. Postus tubuh ini memberikan kesan bahwa perawat ada disana
untuk mendengarkan dan tertarik dengan apa yang sedang dikatakan klien
 O =observe ( mengamati )

Yaitu suatupostur terbuka (menahan lengan dan tangan tidak menyilang ) postur ini
menyatakan bahwa perawat adalah terbuka terhdapa apa yang dikatakan klien.
 L = Lean (condong ke arah klien )

Postur ini perawat terlibat dan tertarik pada interaksi yang sedang dilaksanakan
 E = Establish ( melakukan dan mejaga kontak mata )

Keterlibatan perawat dgn kesediaan untuk mendengar apa yg klien sedang katakan.
Ketidakhadiran kontak mata atau pergeseran mata memberi pesan bahwa perawat tidak
tertarik akan apa yang dikatakan klien
R = Relax
Pentingnya untuk mengkomunikasikan suatu perasaan atau kondisi yg nyaman dan
harmonis dalam berkomunikasi dengan klien
Kegelisahan menandakan adanya masalah dan multitafsir

5. Evaluasi keperawatan
 Catatan respon verbal dan non verbal klien
 Penilaian keberhasilan tindakan keperawatan berdasarkan tujuan dari kriteria
keberhasilan
 Mempengaruhi rencana keperawatan
 Penjelsan tindak lanjut atau revisi rencana keperawatan (bila perlu) secara tertulis
Hubungan Komunikasi Perawat dengan Tim Kesehatan lain
Kolaborasi merupakan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu.
TREND DAN ISSUE YANG TERJADI
Hambatan kolaborasi tim kesehatan lain dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional
dan institusional. Inti dari konflik perawat dan tim kesehatan lain terletak pada perbedaan
sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk
mencapai tujuan kolaborasi team:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
professional
2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4. Meningkatnya kohensifitas antar professional
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya
kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain dalam
rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
3.Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak bisa dipisah
– pisahkan dan disendirikan.
 Komunikasi antara Perawat dengan Dokter
 Komunikasi antara Perawat dengan Perawat
 Komunikasi antara Perawat dengan Tim Kesehatan lainnya secara berkolaborasi
Konflik
Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah internal dan eksternal
yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua
orang atau lebih.
Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau
proses.
Kategori Konflik
 Konflik Intrapersonal
 Konflik Interpersonal
 Konflik Antar kelompok (Intergroup)
Beberapa sumber konflik dalam organisasi dapat disebabkan oleh beberapa hal
berikut.
 1. Keterbatasan sumber daya.

 2. Perbedaan tujuan.

 3. Ketidakjelasan peran.

 4. Hubungan dalam pekerjaan.

 5. Perbedaan antar individu.

 6. Masalah organisasi.

 7. Masalah dalam komunikasi

Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi
yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka selama negosiasi berjalan.
1. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal yang nampak.
3. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif informasi
yang disampaikan.
4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara Anda.
Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.
5. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi
pada saat negosiasi.
6. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7. Jujur.
8. Usahakan bersikap bahwa Anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.
9. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan mintalah
waktu untuk menjawabnya.
10. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung,
istirahatlah sebentar.
11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda pahami.
12. Bersabarlah
Hindari
1. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
2. Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
3. Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
4. Tidak berurutan.
5. Membuat hanya satu pilihan.
6. Memaksakan kehendak.
7. Berusaha menekankan pada satu pendapat.

Hubungan Komunikasi Perawat Dengan Komunitas


upaya peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan,
koordinasi, dan pelayanan keperawatan

Paradigma keperawatan Komunitas


 Individu sebagai klien
 Keluarga sebagai klien
 Masyarakat sebagai klien
individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
Promotif
Suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan
yang bersifat promosi kesehatan.
Preventif
Yaitu suatu proses pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit
Kuratif
Suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
penyembuhan penyakit
Rehabititatif
Pemulihan sehingga dapat berfungsi kembali.
Tujuan :
1. Meningkatnya pengetahuan,sikap, dan perilaku individu,keluarga,kelompok, dan
masyarakat tentang kesehatan.
2. Meningkatnya penemuan dini kasus-kasus prioritas.
3.Meningkatnya penanganan keperawatan kasus prioritas.
4. Meningkatnya kasus prioritas yang mendapatkan tindak lanjut keperawatan
dirumah.
5. Meningkatnya akses keluarga mendapat pelayanan kesehatan/keperawatan
kesehatan masyarakat.
6. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan
kesehatan masyarakat yang optimal.
komunikasi yang dilakukan oleh perawat dalam komunitas, yaitu
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut.
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan.
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi dapat
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

Komunikasi pada komunitas berfungsi untuk pengendalian, motivasi,


pengungkapan emosi, dan informasi.

1. Mengendalikan artinya panduan formal yang harus dipatuhi oleh masyarakat bila
ingin mengkomunikasikan setiap keluhan yang berkaitan dengan kesehatannya.
2. Motivasi artinya yaitu dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang
apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka menjaga kesehatannya dan apa yang
dapat dikerjakan untuk memperbaiki derajat kesehatannya.

3. Pengungkapan emosi artinya dimana melaliu komunikasi yang terjadi didalam


komunitas itu merupakan mekanisme masyarakat menunjukkan kekecewaan dan
kepuasan terhadap lingkungannya.

4. Informasi artinya komunitas dapat mengambil keputusan melalui penyampaian data


guna mengenali dan mengevaluasi pilihan – pilihan alternatif.

Hubungan Komunikasi Perawat dengan keluarga

 keluarga secara struktural


 keluarga secara fungsional (Tugas & wewenang)
 keluarga secara transaksional (keintiman perilaku)
Teknik Komunikasi Efektif dalam Keluarga
  Respek
Komunikasi harus diawali dengan sikap saling menghargai (respectfull attitude)
 Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi
yang dihadapi orang lain.
 Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan” atau bisa dimengerti dengan baik
 Jelas
Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan banyak
pemahaman, selain harus terbuka dan transparan.
 Tepat
Dalam membahas suatu masalah hendaknya proporsi yang diberikan tepat baik
waktunya, tema maupun sasarannya.
 Rendah Hati
Sikap rendah hati dapat diungkapkan melalui perlakuan yang ramah, saling
menghargai, tidak memandang diri sendiri lebih unggul ataupun lebih tahu, lemah
lembut, sopan, dan penuh pengendalian diri.
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga
 Citra diri dan citra orang lain
 Suasana Psikologis
 Lingkungan Fisik
 Bahasa
 Perbedaan Usia
Hambatan Komunikasi dalam Keluarga
 Kebisingan
 Keadaan psikologis komunikan
 Kesalahan penilaian oleh komunikator
 Keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan
 Bahasa
 Isi pesan berlebihan
 Bersifat satu arah
 Faktor teknis
 Prasangka
Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, dapat ditanggulangi dengan cara
sebagai berikut :
 1. Mengecek arti dan maksud yang dikatakan

 2. Meminta penjelasan lebih lanjut

 3. Mengecek umpan balik atau hasil

 4. Mengulang pesan yang disampaikan

 5. Memperkuat dengan bahasa isyarat

 6. Mengakrabkan pengirim dan penerima

 7. Membuat pesan selalu singkat

 8. Mengurangi banyaknya mata rantai

 9. Menggunakan orientasi penerima

Komunikasi dewasa = slide


Suasana Komunikasi Pada Klien Dewasa
1.  Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan mengemukakan
pikirannya.
2.  Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dan
mengesampingkan harga kendala dalam jalannya dianut perlu dihargai. Meremehkan
diri mereka akan dapat menjadi komunikasi.
3.Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat
membawa hasil yang diharapkan.
4.Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang
lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
 
Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa
1.      Model Shanon & Weaver
 Model ini memberikan keuntungan bahwa sumber informasi jelas dan berkompeten,
pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Tetapi model ini juga mempunyai
keterbatasan yaitu tidak terlihat nya hubungan transaksional diantara sumber pesan
dan penerima.
 Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :

Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah untuk
menerima penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang dapat
mengurangi kejelasan informasi.
Contoh Komunikasi Model Shanon Dan Weaver
 PERAWAT    : Permisi, selamat siang bu.

 PASIEN         : Selamat siang sus.

 PERAWAT    : Bagaimana keadaannya bu?

 PASIEN         : Baik sus, saya rasa keadaan saya sekarang sudah lebih baik, tidak
seperti dulu.
 PERAWAT    : Baguslah bu,baiklah saya akan menjelaskan kepada ibu, cara
mencegah agar penyakit maag ibu tidak kambuh lagi. Ibu,sebaiknya ibu menjaga pola
makan ibu,agar teratur serta hindari makanan yang  pedas dan asam karena makanan
tersebut dapat mengakibatkan iritasi lambung dan meningkatkan kadar asam lambung
bu.
 PASIEN         : Baik sus.

 PERAWAT    : Apakah ibu sudah mengerti atau perlu saya jelaskan lagi?

 PASIEN         : Saya rasa saya sudah mengerti sus, terima kasih sus.

 PERAWAT    : Kalau begitu saya permisi dulu bu.


 PASIEN         : Iya sus.

2.      Model Komunikasi Leary


 Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary ( 1950 ) ini menggabungkan
multidimensional yang ditekankan pada hubungan interaksional antara 2 (dua) orang,
dimana antara individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi .
 pesan komunikasi dapat terjadi dalam 2 dimensi: 1) Dominan -Submission, dan 2)
Hate – love.
 Penerapan Pada Klien Dewasa :

 Peran dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut
untuk menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala
yang dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien
dewasa yang dalarn keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen yang
kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu
yang singkat.
 Peran Love yang berlebihan juga tidak boleh diterapkan terhadap klien dewasa,
karena dapat mengubah konsep hubungan profesional yang dilakukan lebih kearah
hubungan pribadi.
Contoh Komunikasi Model Komunikasi Leary
 PERAWAT                  : Selamat Siang!

 KELUARGA PASIEN   : Selamat Siang Sus!

 PERAWAT                  : Maaf sebelumnya,saya dewi yang ditugaskan untuk


menangani pasien ini
 KELUARGA PASIEN : Iya sus,tolong cepat ditangani sus

 PERAWAT                  : Baiklah, ibu tarik nafasnya bu, lalu hembuskan

 PASIEN                       : (pasien menarik nafas dan menghembuskan)

 PERAWAT                  : Bu minum airnya dulu ya, supaya ibu agak tenang (sambil
memberikan minum)
 PASIEN                       : (Meminum air yang d berikan)

 PERAWAT                  : Ibu sekarang silahkan ibu baring ditempat tidur ya, lukanya
akan segera saya bersihkan!
 PASIEN                          : Iya sus

 PERAWAT                  : Tahan posisinya ya bu,jangan goyang

 PASIEN                       : Iya sus

Next………
 PERAWAT                  : (Perawat membersihkan lukanya, 15 menit kemudian luka
selesai dibersihkan) Ibu lukanya sudah selesai di bersihkan, luka ibu ini dalam dan
lebar bu,ini harus dijahit.
 PASIEN                      : Iya sus,tapi saya tidak berani di jahit!

 PERAWAT                  : Tapi ini harus di jahit,karena jika tidak dijahit lukanya


ini,akan susah sembuh  dan biasa-bisa terkena infeksi
 PASIEN                       : Iya sus.

 PERAWAT                  : Perawat menyuntikan bius, disekitar kaki yang luka, dan


mulai menjahit, 20  menit kemudian luka selesai dijahit). Ibu lukanya sudah selesai
dijahit, luka  ibu ini dijahit yaitu 4 jahitan.
 PASIEN                       : Iya sus.

 PERAWAT                  : Baiklah ibu, sekarang tugas saya sudah selesai. Ibu dan
keluarga biasa  menunggu menunggu diruangan ini dulu, perawat linda akan segera
datang memberikan resep obat yang akan dibeli, dan pembayarannya keluarga biasa
langsung ke ruang administrasi.
 KELUARGA PASIEN: Iya sus,terimakasih.

 PERAWAT             : sama-sama . saya permisi dulu, selamat siang

 PASIEN&KELUARGA : Iya sus, selamat siang.

Model lnteraksi King


 Pada dasarnya model ini meyakinkan bahwa interaksi perawat - klien Secara simultan
membuat keputusan tentang keadaan mereka dan tentang orang lain dan berdasarkan
persepsi mereka terhadap situasi.
 Model ini menekankan pada proses komunikasi yang terjadi antara perawat – klien
merupakan hasil interaksi yang bertujuan untuk menentukan suatu keputusan dalam
pelaksanaan tindakan kesehatan. Perawat tidak dapat melakukan tindakan kepada
klien tanpa ada proses interaksi dan komunikasi tentang tindakan yang akan dilakukan
pada klien.
Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:
 Adanya feedback menguntungkan untuk mengetahui sejauh mana informasi yang
disampaikan dapat diterima jelas oleh klien atau untuk mengetahui ada tidaknya
persepsi yang salah terhadap pesan yang disampaikan.
Contoh komunikasi model king
 PERAWAT      : Permisi, Selamat Siang Bu

 PASIEN           : Selamat Siang Sus


 PERAWAT      : Bagaimana bu, sebaiknya ibu harus banyak istirahat dan menjaga
kesehatan ibu dan dan jangan terlalu kelelahan.
 PASIEN           : Baik sus, akhir-akhir ini saya memang sibuk dengan pekerjaan saya,
sehingga kurang istirahat. Baiklah sus saya akan menjaga kesehatan saya.
 PERAWAT      :Baiklah bu,jika anda sudah mengerti kalau begitu saya permisi dulu
bu. jika ada yang bisa saya bantu ibu dapat menghubungi saya di ruang jaga perawat.
Permisi bu.
 PASIEN           :Iya sus. Terima kasih sus.

PERAWAT      :Sama-sama bu. Permisi


 Model Komunikasi Kesehatan

 Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara professional kesehatan - klien. 3


(tiga) faktor utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2)
Transaksi, dar 3) Konteks.
 Hubungan Relationship dikondisikan untuk hubungan interpersonal, bagaimana
seorang profesional dapat meyakinkan orang tersebut. Profesional kesehatan adalah
seorang yang memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, training dan pengalaman
dibidang kesehatan. Klien adalah individu yang diberikan pelayanan. orang lain
penting untuk mendukung terjadinya interaksi khususnya mendukung klien untuk
mempertahankan kesehatan.
 Transaksi merupakan kesepakatan interaksi antar partisipan di dalam proses
komunikasi tersebut.
 Konteks yaitu komunikasi kesehatan yang memiliki topik utama tentang kesehatan
klien dan biasanya disesuaikan dengan tempat dan situasi
 Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :

Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa ,karena
profesional kesehatan ( perawat ) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi
secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga
melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatan klien. Konteks
komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai