Anda di halaman 1dari 5

TEKNIK KOMUNIKASI PADA LANSIA

1. Teknik Asertif
Asertif adalah sikap dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan
sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara
agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti.
2. Responsif
Berespon artinya bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap
aktif dari petugas kesehatan ini akan menimbulkan perasaan tenang bagi pasien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi
yang diinginkan.
4. Supportif
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa
menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien menjadi termotivasi
untuk mandiri dan dapat berkarya sesuai kemampuannya. Dukungan diberikan baik
secara materiil maupun moril.
5. Klarifikasi
Klarifikasi dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan ulang dan memberi
penjelasan lebih dari satu kali agar pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan
sama dengan klien.
6. Sabar dan Ikhlas
Terkadang klien lansia mengalami perubahan yang merepotkan dan kekanak – kanakan.
Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar dan ikhlas agar perawat tidak menjadi jengkel
dan tetap tercipta komunikasi yang terapeutik dan juga tidak menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan perawat.

HAMBATAN BERKOMUNIKASI DENGAN LANSIA

Komunikasi dengan lansia dapat terganggu jika ada sikap agresif dan nonasertif.

1. Agresif
- Berusaha mengontrol & mendimonasi orang lain.
- Meremehkan orang lain.
- Menonjolkan diri sendiri.
- Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain.
- Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun
perbuatan.
2. Nonasertif
- Menarik diri bila diajak bicara.
- Merasa rendah diri.
- Merasa tidak berdaya.
- Tidak berani mengungkapkan keyakinan.
- Pasif.
- Mengikuti kehendak orang lain.
- Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya.
- Mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain.

Teknik agar komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain:

- Mulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien.


- Keraskan suara jika perlu.
- Dapankan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah klien sehingga klien dapat
melihat mulut kita.
- Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik. Kurangi
gangguan visual dan auditori. Pastikan pencahayaan cukup.
- Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.
- Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang
tidak mengalami gangguan komunikasi.
- Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat pendek
dan bahasa yang sederhana.
- Bantu kata – kata anda dengan isyarat visual.
- Ringkaslah hal – hal yang penting dari pembicaraan.
- Berikan klien waktu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
- Biarkan klien membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung, tahan
keinginan untuk menyelesaikan kalimat.
- Jadilah pendengar yang baik.
- Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
- Ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan. Biasanya orang terdekat paling
akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.

TEKNIK DALAM PERAWATAN LANSIA PADA REAKSI PENOLAKAN

Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar


terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian nyata atau
sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.

Langkah untuk menghadapi klien lansia dengan penolakan, antara lain :

1. Kenali segera reaksi penolakan.


Biarkan klien bertingkah laku pada tenggang waktu tertentu untuk beradaptasi.
Kemudian lakukan :
- Identifikasi pikiran – pikiran yang paling membahayakan dengan cara mengobservasi
klien bila sedang dalam puncak reaksi.
- Ungkapkan kenyataan yang dialami klien secara perlahan.
- Jangan menyokong penolakan klien.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri untuk mempermudah
proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan dilakukan serta upaya untuk
memandirikan klien dengan cara sbb:
- Libatkan klien dalam perawatan dirinya.
- Puji klien karena usahanya.
- Membantu klien untuk mengungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya dengan
menggunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan meluangkan waktu bersama.
3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat untuk membantu perawat memperoleh sumber
informasi atau data dan mengefektifkan rencana / tindakan agar dapat terealisasi
dengan baik. Dapat dilakukan dengan cara :
- Melibatkan keluarga atau pihak terdekat dalam membantu klien untuk menentukan
perasaanya.
- Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang
masalah klien dan hal – hal yang dapat dilakukan dalam rangka membantu.
- Hendaknya pihak lain memuji usaha klien dalam usaha untuk menerima kenyataan.
- Menyadarkan pihak terkait akan pentingnya hukuman (bukan fisik) apabila klien
menggunakan penolakan.

PENERAPAN MODEL KOMUNIKASI PADA LANSIA

1. Model Komunikasi Shannon Weaver


Diperlukan keterlibatan anggota keluarga sebagai transmitter untuk mengenal lebih
jauh tentang klien.
Kelebihan : melibatkan anggota keluarga atau orang yang lain yang berpengaruh.
Kekurangan : memerlukan waktu yang cukup lama karena klien dalam reaksi
penolakan sehingga tidak dapat melakukan evaluasi karena tidak ada feed back.
2. Model SMCR
Kelebihan : proses komunikasi simple. Model ini efektif bila keadaan lansia sehat
belum banyak mengalami penurunan secara fisik maupun psikis.
Kekurangan : klien tidak memenuhi syarat seperti yang ditetapkan. Prosesnya lama
bergantung pada kondisi klien.
3. Model Leary
Antar individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi, dimana respon seseorang
dipengaruhi oleh bagaimana orang tersebut diperlakukan.
Kelebihan : terjadinya interaksi atau relationship antara perawat dengan klien
sehingga masalah dapat diselesaikan.
Kekurangan : perawat lebih dominan dank lien patuh.
4. Model terapeutik
Membantu mendorong melaksanakan komunikasi dengan empati, menghargai dan
harmonis.
Kelebihan : dengan teknik komunikasi yang baik lansia akan lebih paham apa yang
kita bicarakan; koping efektif.
Kekurangan : kondisi empati kurang cocok diterapkan pada lansia dengan reaksi
penolakan.
5. Model Keyakinan Kesehatan
Menekankan pada persepsi klien untuk mencari sehat, menjauhi sakit, merasakan
adanya ancaman/ manfaat untuk mempertahankan kesehatannya.
Kelebihan : lansia yang mengetahui akan adanya ancaman akan dapat bermanfaat
dan sebagai barier dalam melaksanakan tindakan pencegahan penyakit.
Kekurangan : tidak semua lansia merasakan adanya ancaman kesehatan.
6. Model komunikasi kesehatan
Komunikasi berfokus pada transaksi antara professional kesehatan-klien yang sesuai
dengan permasalahan kesehatan klien. Mencakup 3 faktor :
a. Relationship
Perawat mengadakan komunikasi dengan klien menggunakan ilmu psikososial dan
tekhnik komunikasi.
b. Transaksi
Dalam berkomunikasi hendaknya disepakati untuk menyelesaikan masalah klien.
Perawat harus berhati – hati mencari informasi dari klien, memberikan feed back
(verbal/nonverbal)secara berkesinambunagn.
c. Konteks
Perawat harus mengetahui situasi dan permasalahan yang dihadapi klien.

Kelebihan : dapat menyelesaikan masalah dengan tuntas. Klien merasa dekat


dengan perawat dan merasa diperhatikan.
Kekurangan : membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan permasalahan. Fasilitas
pelayanan harus lengkap.

7. Model interaksi King


Pada model ini intinya adalah kesepakatan sebelum mengadakan interaksi dengan klien
lansia. Perawat harus mempunyai persepsi secara ilmiah yang dikomunikasikan pada
klien dan kemudian disepakati dengan klien sehingga terjadi reaksi – interaksi dan
transaksi.
Kelebihan : komunikasi sesuai dengan tujuan jika klien kooperatif.
Kekurangan : klien lansia dengan penolakan akan mengalami kesulitan untuk
dilakukan komunikasi model ini karena tidak kooperatif.

Anda mungkin juga menyukai