Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH
RIA GITA UTAMI
NPM : 21149011121

DOSEN PEMBIMBING
Ns.YOFA ANGGRAINI, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
TAHUN AJARAN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS

OLEH

RIA GITA UTAMI


NPM : 21149011121

DOSEN PEMBIMBING
Ns.YOFA ANGGRAINI, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

TAHUN AJARAN 2021/2022

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Abortus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. pada pemeriksaan vagina,
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium
yang tipis dan irregular (Nita Norma, 2013).
Abortus adalah diindikasikan dengan keluarnya beberapa produk konsepsi
(ketuban, plasenta atau janin dan muncul seperti gumpalan darah, ia dapat membusuk
akibat adanya produk yang tertinggal ( Joyce & Johnson, 2014).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia, tanpa
mempersoalkan penyebabnya, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara abortus yang disengaja dan abortus spontan
(Manuaba, 2011).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup didunia luar disebut abortus.
Anak baru mungkin hidup didunia luar kalau beratnya mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat yang
kurang dari 500 gram.
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa aborsi termasuk dalam
masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan merupakan
penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia.”Masalah aborsi menjadi suatu pokok
perhatian dalam kesehatan masyarakat karena pengaruhnya terhadap mobiditas dan
mortalitas maternal” ( Rosmanengsih, 2017).
Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia yaitu satu dari 8 kematian ibu,
diperkirakan 13% atau 67.000 kematian, diakibatkan oleh aborsi yang tidak aman.
Hampir 95% aborsi yang tidak aman berlangsung di Negara berkembang dan
diperkirakan bahwa diseluruh dunia, hampir 80.000 wanita meninggal tiap tahun akibat
komplikasi setelah abortus, diperkirakan bahwa diantara 10% dan 50% seluruh wanita
yang mengalami aborsi yang tidak aman memerlukan pelayanan medis akibat komplikasi.
Komplikasi yang paling sering terjadi 3 adalah aborsi inkomplit, sepsis, hemoragi, dan
cedera intra abdomen. ( Rosmanengsih, 2017).

1.2 Jenis-jenis Abortus


Klasifikasi abortus adalah sebagai berikut:
a. Abortus imminens Merupakan perdarahan dari uterus pada usia kehamilan < 20
minggu dan tanpa diikuti oleh dilatasi uterus, dimana hasil konsepsi masih
didalam uterus dan kehamilan ini dapat dipertahankan
b. Abortus insipien Merupakan perdarahan dari uterus pada kehamilan < 20 minggu,
diikuti oleh dilatasi servix yang meningkat dimana kehamilan tidak dapat
dipertahankan. Karena akan berkembang menjadi abortus inkomplit atau abortus
komplit.
c. Abortus inklompletus Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan <
20 minggu, dan sebagian masih ada yang tertinggal didalam uterus
d. Abortus kompletus Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
e. Abortus habitualis Abortus spontan yang terjadi lebih dari 3 kali atau lebih secara
berturut-turut
f. Missed Abortion Kematian janin didalam uterus pada usia kehamilan < 20 minggu
dan janin tersebut sudah ≥ 8 minggu belum dikeluarkan.
1.3 Anatomi Dan Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum.
Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang
hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).

a. Vulva : Nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti
penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris,
kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b. Mons pubis : Jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta
merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis.
c. Labia mayora : Dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan
jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
d. Labia minora : Terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari bawah
klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Pembuluh darah yang sangat banyak
membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di
labia minora juga melumasi vulva.
e. Klitoris : Organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus
pubis.
f. Vestibulum : Ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak
di antara labia minora, klitoris dan fourchette.

g. Fourchette : Lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora.
h. Perineum : Daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.

a. Ovarium : Ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial.
b. Tuba fallopi : Merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba,
sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen
dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
c. Uterus : Organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah
pir yang terbalik. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.
d. Vagina : Suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah, Cairan
sedikit asam.

1.4 Etiologi
Penyebab pasti keguguran atau abortus belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor
sebagai berikut:
a. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi
Dapat terjadi karena:
1) Faktor kromosom Gangguan terjadi sejak semua kromosom termasuk
kromosom sex
2) Faktor lingkungan endometrium - Endometrium yang belum siap untuk
menerima implantasi hasil konsepsi - Terlalu pendek jarak kehamilan
3) Pengaruh luar - Infeksi endometrium - Efek obat/ radiasi
b. Kelainan plasenta - Infeksi placenta - Gangguan pembuluh darah placenta -
Hipertensi
c. Penyakit ibu - Anemia pada ibu

1.5 Patofisiologi

Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti

oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas

sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. keadaan ini

menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang

dari 3 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales

belum menembus desidua secara mendalam. Sedangkan pada kehamilan 8 sampai 14

minggu villi koriales sudah menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta

tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada janin yang

telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mufikasi, dimana janin

mengering dan cairan aminion menjadi berkurang, sehingga janin gepeng dan pada tindak

lanjut menjadi sangat tipis seperti kertas. Pada kemungkinan yang lain pada janin mati

tidak lekas dikeluarkan akan terjadi kulit terlepas, tengkorak menjadi lembek, perut

membesar karna terisi cairan dan seluruh tubuh janin berwarna kemerah-merahan (Eva

feberianti, 2013).

1.6 Manifestasi Klinik


Menurut (aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC-
NOC 2015) Klinis abortus spontan
a) Abortus imminens (threatened abortion) Keguguran tingkat permulaan.
Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan dengan cara :
tirah baring, gunakan preparat progesterone, tidak berhubungan badan dengan,
evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat perkembangan janin.
b) Abortus insipien Adalah proses keguguran yang sedang berlangsung sebelum
kehamilan berusia 20 minggu dan konsepsi masih didalam uterus. ditandai dengan
adanya rasa sakit karna telah terjadi kontraksi Rahim untuk mengeluarkan hasil
konsepsi. Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak dapat
dipertahankan
c) Abortus inkompletus (keguguran bersisa ) Hanya sebagian dari hasil konsepsi
dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Gejala : amenorea, sakit
perut , mulas-mulas, perdarahan sedikit atau banyak, yang biasa berupa stolses
(darah beku), sudah ada fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika pendarahan
belum berhenti karna konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok. Ini
terjadi sebelum kehamilan berusia 20 minggu.

1.7 Komplikasi
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus yang tidak aman (unsafe
abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan. Komplikasi
dapat berupa perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi
sepsis.
a) Perdarahan Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karna
pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b) Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan
teliti jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari
luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi histerektomi. Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat
karna perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi pada kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya
mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c) Infeksi Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan derat dengan suatu
abortus yang tidak aman (unsafe abortion)
d) Syok Syok pada abortus bisa terjadi karna pendarahan (syok hemoragik) dan
karna infeksi berat (syok endoseptik) (Nita Norma, 2013).
1.8 Patoflow

Fisiologi organ terganggu Abortus (Mati janin <


penyakit ibu/bapak 16-28 minggu/bb <40-
panggul sempit 100 gram)

Intoleransi
aktifitas
Abortus spontan Abortus provokatus

Ggn rasa nyaman


- Ab. Imminens - Ab medisinalis
- Ab. Insipens - Ab.kriminalis
- Ab imkompletus
- Ab komlitus
Nyeri
- Missed abortion
abdomen

Curatase Kurang Ansietas


Pengetahuan

Jaringan Resiko infeksi


Post anastesi
terputus/terbuka

Penurunan syaraf
oblongata Nyeri ggn Perdarahan
Invasi bakteri
pemenuhan ADL

Penurunan syaraf
Penyerapan Ggn eliminasi Kekurangan volume
vegetatif
cairan di colon (Konstipasi) cairan

Resiko syok
peristaltik hipovolemik
1.9 Pemeriksaan Diagnostik
Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati (2010) menyebutkan pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi di antaranya :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine aminotransferase atau
meningkatnya aspartate).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal,
karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.

1.10 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus
sampai perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi
atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina).
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :
a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis
dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban,
bekuan darah, atau bagian – bagian janin.
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement,
serta kondisi ketuban
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
untukmenentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin
untuk menenangkan wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala
bahaya dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal.
Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal
yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.
BAB II
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Abortus

Pengkajian
Pengkajian menggunakan 13 Domain menurut Nanda :
1. Helth Promotion  (Peningkatan Kesehatan)
Kesadaran akan kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi-strategi yang
diterapkanuntuk mempertahankan control dan meningkatkan kesehatan atau
normalitas fungsi tersebut.
 Health Awareness (Kesadaran Kesehatan) : Pengenalan akan fungsi normal dan
kesehatan (Status Obstetrik)
 Health Management (Manajemen Kesehatan) : Mengidentifikasi, mengontrol,
memperlihatkan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan untuk mempertahankan
kesehatan

2. Nutrition (Nutrisi)
Kegiatan memperoleh, mengasimilasi, dan menggunakan kandungan gizi untuk tujuan
mempertahankan jaringan, perbaikan jaringan, dan produksi tenaga
 Ingestion (Proses masuknya makanan) : Memasukkan makanan atau kandungan
gizi ke dalam tubuh
 Digestion (Pencernaan) : Kegiatan fisik dan kimiawi yang mengubah kandungan
makanan ke dalam zat-zat yang sesuai untuk penyerapan dan asimilasi
 Absorption (Penyerapan) : tahapan penyerapan kandungan gizi melalui jaringan-
jaringan tubuh
 Metabolism (metabolisme) : Proses kimiawi dan fisik yang terjadi di dalam
organisme dan sel-sel hidup bagi pengembangan dan kegunaan protoplasma,
produksi kotoran dan tenaga dengan pelepasan tenaga untuk seluruh proses vital
 Hydration (Minum) : Perolehan dan penyerapan cairan dan larutan-larutan

3. Elimination (Pembuangan)
Keluarnya produk-produk kotoran dari tubuh
 Urinary system (Sistem Urinaria) : proses keluarnya urine
 Gastrointestinal system ( Sistem gastrointestinal) : Pengeluaran dan pengenyahan
produk-produk kotoran dari isi perut
 Integumentary system ( Sistem Integumen) : Proses keluarnya melalui kulit
 Pulmonary system ( Sistem Paru-paru) : Pembersihan produk-produk metabolis
secara ikutan, pengeluaran dan benda-benda asing dari paru-paru atau dua saluran
bronkus.

4. Activity/Rest (Aktifitas /Istirahat)


Produksi, konservasi, pengeluaran atau keseimbangan sumber-sumber tenaga
 Sleep / Rest (Tidur/istirahat) : tidur, istirahat, ketenagaan atau tidak beraktifitas
 Activity / Exercise (Aktifitas/berolahraga) : Menggerakkan bagian-bagian tubuh
(mobilitas), melakukan pekerjaan atau sering melakukan kegiatan-kegiatan (tetapi
tidak selalu) untuk meningkatkan daya tahan tubuh (resisitensi)
 Energy Balance (Keseimbangan Energi) : Kondisi dinamis keharmonisan antara
proses masuk dan keluarnya sumber-sumber tenaga
 Cardiovascular-pulmonary Responses (respon jantung-paru-paru) : Mekanisme
jantung-paru-paru yang mendukung aktifitas/istirahat

5. Perception/Cognition (Cara Pandang/ Kesadaran)


Sistem pemrosesan informasi manusia, termasuk perhatian, orientasi (tujuan), sensasi,
cara pandang, kesadaran, dan komunikasi
 Attention( Perhatian) : Kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati
 Orientation (Tujuan) : Kesadaran akan waktu, tempat dan orang
 Sensation/Perception (Sensasi/Cara Pandang) : Menerima informasi melalui
sentuhan, rasa, bau, penglihatan, pendengaran, dan kinestesi (gerakan otot) dan
pemahaman akan data rasa hasil dari penamaan, mengasosiasikan dan atau
pengenalan pola
 Cognition (Kesadaran) :  Kegunaan memori, belajar, berfikir, penyelesaian
masalah, abstraksi, penilaian, pengetahuan, kapasitas intelektual, kalkulasi dan
bahasa.
 Communication (Komunikasi) : Mengirim dan menerima informasi verbal
(memakai kata-kata) dan non verbal (memakai gerakan anggota badan yang
mengandung arti)

6. Self Perseption (Persepsi Diri)


Kesadaran Akan diri sendiri
 Self-Concept (Konsep Diri) : persepsi tentang diri sendiri secara menyeluruh
 Self-Esteem (Penghargaan diri) : Penilaian akan pekerjaan sendiri, kapabilitas,
kepentingan, dan keberhasilan
 Body Image (Citra Tubuh) : Citra mental akan tubuh diri sendiri

7. Role Relationship (Hubungan Peran)


Hubungan atau asosiasi positif  dan negative antar individu atau kelompok-kelompok
individu dan sarananya. Hubungan-hubungan tersebut ditunjukkan oleh sarana
tersebut.
 Caregiving Roles (Peran-peran yang memberi perhatian) : Pola perilaku yang
diharapkan secara social oleh individu-individu yang menyediakan perawatan dan
bukan para professional perawatan kesehatan
 Family Relationships (Hubungan keluarga) : Asosiasi orang-orang yang secara
biologis saling berkaitan
 Role Performance (Kinerja Peran) : Kualitas memfungsikan didalam pola-pola
perilaku yang diharapkan secara social

8. Sexuality /Seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi
 WS`d14 Sexual Identity (Identitas Seksual) : Kondisi menjadi seseorang yang
khusus dalam hal seksualitas dan atau gender
 Sexual Function (Fungsi Seksual) : Kapasitas atau kemampuan untuk
berpartisipasi didalam aktifitas seksual
 Reproduction (Reproduksi) : Segala proses yang melahirkan individu-individu
baru

9. Coping/ Stess Tolerance


Berkaitan dengan kejadian-kejadian  atau proses-proses kehidupan
 Post-Trauma Responses (Respon paska trauma) Reaksi-reaksi yang terjadi setelah
trauma fisik atau psikologis
 Coping Responses (Respon-respon penanggulangan) : Proses mengendalikan
tekanan lingkungan
 Neuro-behavioral Responses (Respon-respon perilaku syaraf) Respon perilaku
yang mencerminkan fungsi saraf dan otak

10. Life Principles (Prinsip-prinsip hidup)


Prinsip-prinsip yang mendasari  perilaku, pikiran dan perilaku tentang langkah-
langkah, adat istiadat, atau lembaga yang dipandang benar atau memiliki pekerjaan
intrinsik
 Values: (Nilai-nilai) : Identifikasi dan pemeringkatan tentang bagaimana akhirnya
bertindak yang disukai
 Beliefs: (Kepercayaan) : Pendapat, harapan atau penilaian atas tindakan, adapt
istiadat, atau lembaga yang dianggap benar atau memiliki pekerjaan instrinsik
 Value/Belief/Action Congruence: (Nilai, Kepercayaan, kesesuaian tindakan) :
korespondensi atau keseimbangan yang dicapai antara nilai-nilai, kepercayaan dan
tindakan

11. Safety/Protektion (Keselamatan/Perlindungan)
Aman dari mara bahaya, luka fisik atau kerusakan system kekebalan, penjagaan
akan kehilangan dan perlindungan keselamatan dan keamanan
 Infection: (Infeksi)  : Respon-respon setempat setelah invasi patogenik
 Physical Injury: (luka Fisik) : Luka tubuh yang membahayakan
 Violence: ( kekerasan ) penggunaan kekuatan atau tenaga yang berlebihan
sehingga menimbulkan luka atau siksaan
 Environmental Hazards: (tanda bahaya lingkungan ) sumber-sumber bahaya yang
ada dilinkungan sekitar kita
 Defensive Processes: ( proses mempertahankan diri ) proses  seseorang
mempertahankan diri dari luar
 Thermoregulation: proses fisiologis untuk mengatur panas dan energi di dalam
tubuh untuk tujuan melindingi organisms.
12. Comfort
Rasa kesehatan mental, fisik, atau social, atau ketentraman
 Physical Comfort : merasakan tentram dan nyaman
 Social Comfort : merasakan tentram dan nyaman dari situasi social seseorang

13. Growth/ Development


Bertambahnya usia yang sesuai dengan demensi fisik, system organ dan atau
tonggak perkembangan yang dicapai
 Growth: kenaikan demensi fisik atau kedewasaan system organ
 Development: apa yang dicapai, kurang tercapai, atau kehilangan tonggak
perkembanga.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang muncul pada klien
adalah :
1. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif/perdarahan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
3. Resiko Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

No Diagnose Keperawatan NOC NIC


1 Hipovolemia berhubungan NOC NIC
dengan kehilangan cairan  Syok prevetion - Monitor cairan
aktif/perdarahan  Syok management 1. Ukur balans cairan
Kriteria hasil : 2. Monitor TTV dan
 Tekanan darah kondisi acral, turgor
meningkat, nadi kulit, CTR dan
menurun, respirasi kelembaban bibir
menurun
 Kehangatan Acral
meningkat - Management cairan
 Turgor kulit 1. Pertahankan terapi cairan
meningkat sesuai instruksi
 CTR meningkat 2. Tingkatkan in take cairan
peroral sesuai
kemampuan klien
3. Motivasi keluarga untuk
membantu meningkatkan
in take oral

2. Nyeri akut berhubungan NOC NIC


dengan agen pencedera  Pain level 1. Monitor fungsi renal
fisiologi.  Pain control 2. Monitor tekanan nadi
 Comfort level 3. Monitor status cairan,
Kriteria Hasil : input dan ouput
 Pasien mampu mengtrol 4. Bantu pasien mengenali
nyeri situasi yang
 Kualitas istirahat dan menimbulkan kecemasan
tidur adekuat 5. Gunakan pendekatan
 Tanda vital dalam yang menenangkan
rentan normal 6. Temani pasien untuk
 Melaporkan bahwa memberikan keamanan
nyeri berkurang dengan dan mengurangi takut
mengunakan 7. Dorong pasien untuk
manejemen nyeri mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
8. Kolaborasi dalam
meberikan obat untuk
mengurangi nyeri

3. Resiko Kekurangan NOC NIC


- Fluid management
volume cairan  Fluid balace
1. Monitor tekanan darah
berhubungan dengan pasien
perdarahan  Hidration 2. Monitor vital sign
3. Pertahankan cacatan
 Nutritional status
intake dan output yang
Kriteria Hasil : akurat
- Hyovolemia
1. Mempertahankan urine
management
output sesuai dengan 1. Berikan cairan IV dan
monitor adanya tanda
usia, BB, BJ, urine
dan gejala kelebihan
normal, HT normal. volume cairan
2. Dorong pasien untuk
2. Tekanan darah, nadi,
manambahkan intake
suhu tubuh dalam oral
3. Kolaborasi dengan
batas normal
dokter jika ada keluhan.
3. Turgor kulit baik
Daftar Pustaka

Ardhiyanti, Yulrina., Dkk. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan I


Cetakan 1 (Ed. 1). Yogyakarta: Deepublish
Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA
(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardy.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004, Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi,Jakarta :
EGC.
Mitayani.2011, Asuhan Keperawatn Maternitas, Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, Taufan. 2010, Buku ajar Obstetri, Cetakan Pertama, Yogyakarta : Yuha
Nanda NIC NOC, 2009,Daftar Diagnosa keperawatan Nanda Noc dan Nic, Yogyakarta.
Prawirohardjo, Sarwono.2013.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Purwaningsih, Wahyu dan Fatmawati, Siti. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai