Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN OVERDOSIS DAN KERACUNAN

OLEH

RIA GITA UTAMI


NPM : 21149011121

DOSEN PEMBIMBING
Ns. RADEN SURAHMAT, S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

TAHUN AJARAN 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN OVERDOSIS DAN KERACUNAN

1. DEFINISI
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi
bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar
7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh
obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan
dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang
disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan
tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti
paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam
organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga
akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.

2. ETIOLOGI
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan,
antara lain :
a. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan
seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen
metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air
raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil
klorida fenol ).
b. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
c. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
d. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll

3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung
empedu.
Sistem Pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang
terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
Susunan Saluran Pencernaan
a. Oris (rongga mulut)
b. Faring (tekak/tenggorokan)
c. Esofagus (kerongkongan)
d. Gaster (lambung)
e. Intestinum minor
1) Duodenum (usus 12 jari)
2) Yeyenum
3) Ileum
f. Intestinum Mayor
1) Seikum
2) Kolon asendens
3) Kolon transversum
4) Kolon desendens
5) Kolon sigmoid
g. Rektum
h. Anus.
Alat-alat Penghasil Getah Cerna
a. Kelenjar Ludah
 Kelenjar (glandula) parotis
 Kelenjar submaksilaris
 Kelenjar sublingualis
b. Hati
c. Pankreas
d. Kandung empedu

STRUKTUR PENCERNAAN
a. Rongga Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan.
Fungsi rongga mulut:
1) Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
2) Untuk berbicara
3) Bila perlu, digunakan untuk bernafas.
b. Pipi dan bibir
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara,
disebelah luar pipi dan bibir diselimuti oleh kulit dan disebelah dalam diselimuti oleh
selaput lendir (mukosa).
c. Gigi
Terdapat 2 kelompok yaitu gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada
umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah dan gigi tetap
(permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah.
Fungsi gigi: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk mengunyah
makanan yang sudah dipotong-potong
Bagian lidah yang berperan dalam mengecap rasa makanan adalah papilla.
Papilla ini merupakan bentukan dari saraf-saraf sensorik (penerima rangsang).
d. Lidah
Fungsi Lidah:
1) Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
2) Mencampur makanan dengan ludah
3) Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
4) Untuk berbicara
5) Untuk mengecap manis, asin dan pahit
6) Untuk merasakan dingin dan panas.
e. Kelenjar ludah
1) Kelenjar parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot
pengunyah dengan kulit pipi. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan
melalui duktus stesen kedalam rongga mulut melalui satu lubang
dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-35
%.
2) Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju lantai
rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %
3) Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping dari
kelenjar sublinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi
seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70%
4. PATOFISIOLOGI
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin
juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh
darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi
yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat
dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan
hipoksia

5. MANIFESTASI KLINIS
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi
juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan
respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti
adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah,
depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil
pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien
keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya,
pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka
merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).

Onset (Masa Gejala Utama Jasad Renik/Toksin


Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak Garam logam
lazim di mulut, mulut
terasa panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit
kepala, pusing, sesak
nafas, gemetar, lemah,
pingsan.
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri Staphylococcus Aureus
perut. dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, Bacillus Cereus.
muntah) rasa mual.
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa Jamur berjenis
haus, pelebaran pupil, Amanita.
pingsan, koma.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, Streptococcus Pyogene
mual, muntah, pengeluaran
secret dari hidung,
terkadang ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan Corynebacterium
hidung, eksudat berwarna diphtheria
keabuan, demam,
mengigil, nyeri
tengorokan, lemah, sulit
menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening
leher.
Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata 6- Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B.
12) disebabkan Clostridium cereus; S; faecalis;
perfringens, kadang- S.  faecium
kadang rasa mual dan
muntah
12-72 jam (rerata Kram perut, diare, muntah, Salmonella spp
18-36) demam, mengigil, lemah (termasuk S.
hebat, mual, sakit kepala, Arizonae), E. coli
kadang-kadang diare enteropatogenik,
berdarah dan berlendir, lesi dan
kulit yang disebabkan Enterobakteriacae,
Vibrio vulnificuis. Yersinia V. cholera (01 dan
enterocolitica non-01),
menyebabkan gejala yang vulvinicus, V.
menyerupai flu apendisitis fluvialis.
akut.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan Virus-virus enterik
nyeri perut, gejala saluran
nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), Giardia lamblia
sakit perut, berat badan
menurun
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, Entamoeba hystolitica
sakit kepala, mengantuk,
kadang tanpa gejala
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu Taenia sanginata dan 
makan, berat badan taenia solium
menurun, sakit perut,
kadang gastroenteritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, Fosfat organic
penglihatan kabur, nyeri
dada, sianosis, kedutan,
kejang.
Salvias berlebihan, Jamur jenis muscaria
berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak
teraratur, pupil mengecil,
bernafas seperti orang
asma.
1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin
pucat, pendarahan perut,
pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, reflek hilang,
kedutan, paralisis otot.
Rasa baal atau gatal,
gastroenteritis, pusing, Ciguatoxin
mulut kering, otot nyeri,
pupil melebar, pandangan
kabur, paralisis otot.
2 jam-6 hari (12-36 Rasa mual, muntah, rasa (geli) Chlorinated
jam) seperti dikaruk, pusing, hydrocarbon
lemah, tak ada nafsu
makan, berat badan
menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau
diplobia, reflek cahaya Clostridium botulinum
hilang, sulit menelan, dan toksinnya.
berbicara dan bernafas;
mulut kering, lemah,
paralisis pernafasan.
>72 jam Rasa baal, kaki lemah, Air raksa organic
paralisis, spastic,
penglihatan berkurang,
buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada Triortrocresyl
kaki, kaki dan tangan phosphate.
jatuh.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, Scombrotoxin
muntah, rasa panas pada (histamine)
mulut, tengorok terasa
terbakar, muka sembab
dan merah, sakit perut,
gatal dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, Monosodium glutamate
rasa seperti digaruk (geli), (MSG)
kemerahan, pusing, sakit 
kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal, Asam nikotinat
sakit perut, edema lutut
dan wajah.
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin (paralytic
terbakar, baal, mengantuk, shelifish poisoning:
bicara inkoheren, paralisis PSP)
pernafasan.
2-5 menit sampai Sensasi panas dan dingin Brevetoxin (neurotoxic
3-4 jam bergantian, rasa geli; baal shelifish poisoning:
disekitar bibir, lidah dan NSP)
tengorokan; nyeri otot,
pusing, diare, muntah.
30 menit sampai 2- Rasa mual, muntah, diare, Dinophysis toxin,
3 jam sakit perut, mengigil, okadaic acid,
demam. pectenotoxin,
yessotoxin
(Diarrheic shelifish
poisoning:DSP)
24 jam  Muntah, diare, sakit perut, Domoic Acid (Amnestic
(gastrointestina bingung, hilang ingatan, shelifish poisoning:
l) sampai 48 deisorientasi, kejang dan ASP)
jam koma.
(neurologis)
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan
Kelenjar Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, edema Trichinella spiralis
hari) disekitar mata, berkeringat,
nyeri otot, mengigil,
lemah, sulit bernafas.
7-28 hari (rerata 14 Lemah yang hebat, sakit Salmonella typhi
hari) kepala, sakit kepala,
demam, batuk, mual,
muntah, sembelit, sakit
perut, mengigil, bintik
merah dikulit, tinja
berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri Toxoplasma gondii
otot, kemerahan.
10-50 hari (rerata Demam, lemah-lesu, tak ada Mungkin virus
25-30) nafsu makan, mual, sakit
perut, kuning (ikterus).
Bervariasi, Demam, mengigil, sakit Bacillus anthracis,
bergantung kepala atau sendi, lemah- brucella melitensis,
pada tipe lesu, bengkak dikelenjar B. abortus, B. suis,
penyakit getah bening, dan gejala coxiella bernetti,
yang khas untuk penyakit francisella
lain. tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis,
mycobacterium sp,
pasteurella
multocida,
streptobacillus
moniliformis,
campylobacter
jejuni, leptospira
SSP.
6. PATOFLOW

7. KOMPLIKASI
Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi
pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran
pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat
viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara
luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel
jalan napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu
terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari
aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada
lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan
depresi CNS ringan - sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan
abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi
dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat
urine.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik .Keracunan Akut :
1) Ringan 40 – 70 %
2) Sedang 20 – 40 %Berat <>
3) Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.
b. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering hanya di
temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ – organ
lainnya.

9. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN KERACUNAN


Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan
racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk
memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan
racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:
a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada   
kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan,
gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan
efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat
atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditelan,
yaitu:
1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin],
dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala
masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
TINJAUAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN OVERDOSIS DAN KERACUNAN

1. PENGKAJIAN
a. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise 
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
b. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus berat) ,aritmia
jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan ginjal.
Tanda  :  Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
d. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
e. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil mengecil,kram
otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,ketidakmampuan
berkonsentrasi kehilangan memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia),
koma,syok.
f. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
g. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda  : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk produktif
h. KeamananGejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia 
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan berulang
Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin serta derivatnya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd
c. Kurang Pengetahuan b.d kondisi yang tidak pernah dialami sebelumnya

3. INTERVENSI
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Pola Nafas tidak NOC: NIC:
efektif Respiratory status :  Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan Ventilation memaksimalkan ventilasi
 Hiperventilasi Respiratory status :  Pasang mayo bila perlu
 Penurunan Airway patency  Lakukan fisioterapi dada
energi/kelelahan Vital sign Status jika perlu
 Perusakan/pelemahan  Keluarkan sekret dengan
muskulo-skeletal batuk atau suction
 Kelelahan otot Setelah dilakukan tindakan  Auskultasi suara nafas,
pernafasan keperawatan selama catat adanya suara
 Hipoventilasi sindrom ………..pasien tambahan
 Nyeri menunjukkan  Berikan bronkodilator
 Kecemasan keefektifan pola nafas,  Berikan pelembab udara
 Disfungsi dibuktikan dengan kriteria Kassa basah NaCl
 Neuromuskuler hasil: Lembab
 Obesitas 1. Mendemonstrasikan  Atur intake untuk cairan
 Injuri tulang belakang batuk efektif dan suara mengoptimalkan
nafas yang bersih, tidak keseimbangan.
DS: ada sianosis dan  Monitor respirasi dan
 Dyspnea dyspneu (mampu status O2
 Nafas pendek mengeluarkan sputum,  Bersihkan mulut, hidung
mampu bernafas dg dan secret Trakea
DO: mudah, tidakada pursed  Pertahankan jalan nafas
 Penurunan tekanan lips) yang paten
inspirasi/ekspirasi 2. Menunjukkan jalan  Observasi adanya tanda
 Penurunan pertukaran nafas yang paten (klien tanda hipoventilasi
udara per menit tidak merasa tercekik,  Monitor adanya
 Menggunakan otot irama nafas, frekuensi kecemasan pasien
pernafasan tambahan pernafasan dalam terhadap oksigenasi
 Orthopnea rentang normal, tidak Monitor vital sign
 Pernafasan pursed-lip ada suara nafas  Informasikan pada pasien
 Tahap ekspirasi abnormal) dan keluarga tentang
berlangsung sangat 3. Tanda Tanda vital tehnik relaksasi untuk
lama dalam rentang normal memperbaiki pola nafas.
 Penurunan kapasitas (tekanan darah, nadi,  Ajarkan bagaimana batuk
vital pernafasan) efektif
 Respirasi: < 11 – 24  Monitor pola nafas
x /mnt
Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b/d Circulation status Peripheral Sensation
menurunnya curah Tissue Prefusion : Management
jantung, cerebral (Manajemen sensasi
hipoksemia perifeR
jaringan, asidosis Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya daerah
dan kemungkinan 1. mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
thrombus atau status sirkulasi yang terhadap
emboli ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tump
2. Tekanan systole ul
Definisi : dandiastole dalam 2. Monitor adanya paretese
Penurunan pemberian rentang yang 3. Instruksikan keluarga
oksigen dalam diharapkan untuk mengobservasi
kegagalan memberi 3. Tidak ada kulit jika ada lsi atau
makan jaringan ortostatikhipertensi laserasi
pada tingkat kapiler 4. Tidak ada tanda tanda 4. Gunakan sarun tangan
Batasan karakteristik : peningkatan tekanan untuk proteksi
Renal intrakranial (tidak lebih 5. Batasi gerakan pada
 Perubahan tekanan dari 15 mmHg) kepala, leher dan
darah di luar batas 5. mendemonstrasikan punggung
parameter kemampuan kognitif 6. Monitor kemampuan
 Hematuria yang ditandai dengan: BAB
 Oliguri/anuria 6. berkomunikasi dengan 7. Kolaborasi pemberian
 Elevasi/penuruna jelas dan sesuai dengan analgetik
 BUN/rasio kreatinin kemampuan 8. Monitor adanya
 Gastro Intestinal menunjukkan perhatian, tromboplebitis
 Secara usus hipoaktif konsentrasi dan 9. Diskusikan menganai
atau tidak ada orientasi penyebab perubahan
 Nausea memproses informasi sensasi
 Distensi abdomen membuat keputusan
 Nyeri abdomen atau dengan benar
tidak terasa lunak menunjukkan fungsi
(tenderness) sensori motori cranial
 Peripheral yang utuh : tingkat
 Edema kesadaran mambaik,
 Tanda Homan positif tidak ada gerakan
 Perubahan gerakan involunter
karakteristik kulit
(rambut, kuku,
air/kelembaban
 Denyut nadi lemah
atau tidak ada
 Diskolorisasi kulit
 Perubahan suhu kulit
 Perubahan sensasi
 Kebiru-biruaN
 Perubahan tekanan
darah di ekstremitas
 Bruit
 Terlambat sembuh
 Pulsasi arterial
berkurang
 Warna kulit pucat pada
elevasi, warna tidak
kembali pada
penurunan kakI
 CerebraL
 Abnormalitas bicara
 Kelemahan ekstremitas
atau paralis
 Perubahan status
mental
 Perubahan pada respon
motorik
 Perubahan reaksi pupil
 Kesulitan untuk
menelan
 Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
 Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
 Penggunaan otot
pernafasan tambahan
 Balikkan kapiler > 3
detik (Capillary refill)
 Abnormal gas darah
arteri
 Perasaan ”Impending
Doom” (Takdir
terancam)
 Bronkospasme
 Dyspnea
 Aritmia
 Hidung kemerahan
 Retraksi dada
 Nyeri dada

Faktor-faktor yang
berhubungan
 Hipovolemia
 Hipervolemia
 Aliran arteri terputus
 Exchange problems
 Aliran vena terputus
 Hipoventilasi
 Reduksi mekanik pada
vena dan atau aliran
darah arteri
 Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler
 Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran
darah
 Keracunan enzim
 Perubahan
afinitas/ikatan
O2 dengan Hb
 Penurunan konsentrasi
Hb dalam darah

Kurang Pengetahuan NOC : NIC :


Kowlwdge : disease Teaching : disease
Definisi : process Process
Tidak adanya atau Kowledge : health 1. Berikan penilaian
kurangnya Behavior tentang tingkat
informasi kognitif pengetahuan pasien
sehubungan dengan Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
topic spesifik. 1. Pasien dan keluarga yang spesifik
menyatakan 2. Jelaskan patofisiologi
Batasan karakteristik : pemahaman tentang dari penyakit dan
memverbalisasikan penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
adanya masalah, prognosis dan program berhubungan dengan
ketidakakuratan pengobatan anatomi dan fisiologi,
mengikuti 2. Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat.
instruksi, perilaku mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda dan
tidak sesuai. prosedur yang gejala yang biasa muncul
dijelaskan secara benaR pada penyakit, dengan
3. Pasien dan keluarga cara yang tepat
Faktor yang mampu menjelaskan 4. Gambarkan proses
berhubungan : kembali apa yang penyakit, dengan cara
keterbatasan dijelaskan perawat/tim yang tepat
kognitif, kesehatan lainnya 5. Identifikasi
interpretasi kemungkinan penyebab,
terhadap informasi dengna cara yang tepat
yang salah, 6. Sediakan informasi pada
kurangnya pasien tentang kondisi,
keinginan untuk dengan cara yang tepat
mencari informasi, 7. Hindari harapan yang
tidak mengetahui kosong
sumber-sumber 8. Sediakan bagi keluarga
informasi. informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:
http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-
berbahaya/. Diakses tanggal 4 Mei 2012.

Indonesiannursing. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Luka Bakar


(Combustio). Dari:http://indonesiannursing.com/2008/10/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-luka-bakar-combustio/. Diakses tanggal 16 April 2012.

Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.

Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol:
3. Jakarta: EGC.

Syamsi. (2012). Konsep Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Gigitan Serangga.

Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-kegawatdaruratan-pada-pasien.html.
Diakses tanggal 16 April 2012.

Anda mungkin juga menyukai