OLEH
DOSEN PEMBIMBING
Ns. RADEN SURAHMAT, S.Kep, M.Kep
1. DEFINISI
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi
bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar
7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh
obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan
dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang
disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan
tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam
tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti
paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam
organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga
akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
2. ETIOLOGI
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan,
antara lain :
a. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan
seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas (nitrogen
metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air
raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil
klorida fenol ).
b. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan
serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll
c. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
d. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur
amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll
STRUKTUR PENCERNAAN
a. Rongga Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan.
Fungsi rongga mulut:
1) Mengerjakan pencernaan pertama dengan jalan mengunyah
2) Untuk berbicara
3) Bila perlu, digunakan untuk bernafas.
b. Pipi dan bibir
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses mengunyah dan bicara,
disebelah luar pipi dan bibir diselimuti oleh kulit dan disebelah dalam diselimuti oleh
selaput lendir (mukosa).
c. Gigi
Terdapat 2 kelompok yaitu gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada
umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah dan gigi tetap
(permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah.
Fungsi gigi: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk mengunyah
makanan yang sudah dipotong-potong
Bagian lidah yang berperan dalam mengecap rasa makanan adalah papilla.
Papilla ini merupakan bentukan dari saraf-saraf sensorik (penerima rangsang).
d. Lidah
Fungsi Lidah:
1) Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
2) Mencampur makanan dengan ludah
3) Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
4) Untuk berbicara
5) Untuk mengecap manis, asin dan pahit
6) Untuk merasakan dingin dan panas.
e. Kelenjar ludah
1) Kelenjar parotis, terletak disebelah bawah dengan daun telinga diantara otot
pengunyah dengan kulit pipi. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan
melalui duktus stesen kedalam rongga mulut melalui satu lubang
dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-35
%.
2) Kelenjar Sublinguinalis, terletak dibawah lidah salurannya menuju lantai
rongga mulut. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %
3) Kelenjar Submandibularis, terletak lebih belakang dan kesamping dari
kelenjar sublinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi
seri pertama. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70%
4. PATOFISIOLOGI
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin
juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh
darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi
yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat
dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan
hipoksia
5. MANIFESTASI KLINIS
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi
juga jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan
respons jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti
adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah,
depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil
pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien
keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya,
pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka
merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).
7. KOMPLIKASI
Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi
pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran
pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat
viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar secara
luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel
jalan napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu
terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari
aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang bermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada
lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat menyebabkan
depresi CNS ringan - sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan
abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang karena tidak diabsorbsi
dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan. Minyak tanah juga diekskresikan lewat
urine.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik .Keracunan Akut :
1) Ringan 40 – 70 %
2) Sedang 20 – 40 %Berat <>
3) Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.
b. Pathologi Anatomi
Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering hanya di
temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ – organ
lainnya.
1. PENGKAJIAN
a. Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise
Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
b. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus berat) ,aritmia
jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
d. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
e. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil mengecil,kram
otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,ketidakmampuan
berkonsentrasi kehilangan memori,penurunan tingkat kesadaran(azotemia),
koma,syok.
f. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
g. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk produktif
h. KeamananGejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan berulang
Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin serta derivatnya.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd
c. Kurang Pengetahuan b.d kondisi yang tidak pernah dialami sebelumnya
3. INTERVENSI
Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Pola Nafas tidak NOC: NIC:
efektif Respiratory status : Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan Ventilation memaksimalkan ventilasi
Hiperventilasi Respiratory status : Pasang mayo bila perlu
Penurunan Airway patency Lakukan fisioterapi dada
energi/kelelahan Vital sign Status jika perlu
Perusakan/pelemahan Keluarkan sekret dengan
muskulo-skeletal batuk atau suction
Kelelahan otot Setelah dilakukan tindakan Auskultasi suara nafas,
pernafasan keperawatan selama catat adanya suara
Hipoventilasi sindrom ………..pasien tambahan
Nyeri menunjukkan Berikan bronkodilator
Kecemasan keefektifan pola nafas, Berikan pelembab udara
Disfungsi dibuktikan dengan kriteria Kassa basah NaCl
Neuromuskuler hasil: Lembab
Obesitas 1. Mendemonstrasikan Atur intake untuk cairan
Injuri tulang belakang batuk efektif dan suara mengoptimalkan
nafas yang bersih, tidak keseimbangan.
DS: ada sianosis dan Monitor respirasi dan
Dyspnea dyspneu (mampu status O2
Nafas pendek mengeluarkan sputum, Bersihkan mulut, hidung
mampu bernafas dg dan secret Trakea
DO: mudah, tidakada pursed Pertahankan jalan nafas
Penurunan tekanan lips) yang paten
inspirasi/ekspirasi 2. Menunjukkan jalan Observasi adanya tanda
Penurunan pertukaran nafas yang paten (klien tanda hipoventilasi
udara per menit tidak merasa tercekik, Monitor adanya
Menggunakan otot irama nafas, frekuensi kecemasan pasien
pernafasan tambahan pernafasan dalam terhadap oksigenasi
Orthopnea rentang normal, tidak Monitor vital sign
Pernafasan pursed-lip ada suara nafas Informasikan pada pasien
Tahap ekspirasi abnormal) dan keluarga tentang
berlangsung sangat 3. Tanda Tanda vital tehnik relaksasi untuk
lama dalam rentang normal memperbaiki pola nafas.
Penurunan kapasitas (tekanan darah, nadi, Ajarkan bagaimana batuk
vital pernafasan) efektif
Respirasi: < 11 – 24 Monitor pola nafas
x /mnt
Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :
efektif b/d Circulation status Peripheral Sensation
menurunnya curah Tissue Prefusion : Management
jantung, cerebral (Manajemen sensasi
hipoksemia perifeR
jaringan, asidosis Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya daerah
dan kemungkinan 1. mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
thrombus atau status sirkulasi yang terhadap
emboli ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tump
2. Tekanan systole ul
Definisi : dandiastole dalam 2. Monitor adanya paretese
Penurunan pemberian rentang yang 3. Instruksikan keluarga
oksigen dalam diharapkan untuk mengobservasi
kegagalan memberi 3. Tidak ada kulit jika ada lsi atau
makan jaringan ortostatikhipertensi laserasi
pada tingkat kapiler 4. Tidak ada tanda tanda 4. Gunakan sarun tangan
Batasan karakteristik : peningkatan tekanan untuk proteksi
Renal intrakranial (tidak lebih 5. Batasi gerakan pada
Perubahan tekanan dari 15 mmHg) kepala, leher dan
darah di luar batas 5. mendemonstrasikan punggung
parameter kemampuan kognitif 6. Monitor kemampuan
Hematuria yang ditandai dengan: BAB
Oliguri/anuria 6. berkomunikasi dengan 7. Kolaborasi pemberian
Elevasi/penuruna jelas dan sesuai dengan analgetik
BUN/rasio kreatinin kemampuan 8. Monitor adanya
Gastro Intestinal menunjukkan perhatian, tromboplebitis
Secara usus hipoaktif konsentrasi dan 9. Diskusikan menganai
atau tidak ada orientasi penyebab perubahan
Nausea memproses informasi sensasi
Distensi abdomen membuat keputusan
Nyeri abdomen atau dengan benar
tidak terasa lunak menunjukkan fungsi
(tenderness) sensori motori cranial
Peripheral yang utuh : tingkat
Edema kesadaran mambaik,
Tanda Homan positif tidak ada gerakan
Perubahan gerakan involunter
karakteristik kulit
(rambut, kuku,
air/kelembaban
Denyut nadi lemah
atau tidak ada
Diskolorisasi kulit
Perubahan suhu kulit
Perubahan sensasi
Kebiru-biruaN
Perubahan tekanan
darah di ekstremitas
Bruit
Terlambat sembuh
Pulsasi arterial
berkurang
Warna kulit pucat pada
elevasi, warna tidak
kembali pada
penurunan kakI
CerebraL
Abnormalitas bicara
Kelemahan ekstremitas
atau paralis
Perubahan status
mental
Perubahan pada respon
motorik
Perubahan reaksi pupil
Kesulitan untuk
menelan
Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
Penggunaan otot
pernafasan tambahan
Balikkan kapiler > 3
detik (Capillary refill)
Abnormal gas darah
arteri
Perasaan ”Impending
Doom” (Takdir
terancam)
Bronkospasme
Dyspnea
Aritmia
Hidung kemerahan
Retraksi dada
Nyeri dada
Faktor-faktor yang
berhubungan
Hipovolemia
Hipervolemia
Aliran arteri terputus
Exchange problems
Aliran vena terputus
Hipoventilasi
Reduksi mekanik pada
vena dan atau aliran
darah arteri
Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler
Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran
darah
Keracunan enzim
Perubahan
afinitas/ikatan
O2 dengan Hb
Penurunan konsentrasi
Hb dalam darah
DAFTAR PUSTAKA
Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya. Dari:
http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-
berbahaya/. Diakses tanggal 4 Mei 2012.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol:
3. Jakarta: EGC.
Dari:http://nerssyamsi.blogspot.com/2012/01/konsep-kegawatdaruratan-pada-pasien.html.
Diakses tanggal 16 April 2012.