MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH:
NAMA : SHERLI YUVIANTI, S.Kep
NPM : 19.14901.10.03
KELAS : A1 KELOMPOK 1
Ilmu Manajemen
Frederick W. Taylor adalah salah seorang tokoh dari bidang ilmu manajemen.
Pada awal tahun 1900-an, ia mengemukakan bahwa teori manajemen diibaratkan
sebagai suatu mesin. Penekanan utamanya adalah produksi yang efisien dan cepat.
Motivasi pekerja dan manajemen dipengaruhi kepuasan dalam bekerja sama untuk
meningkatkan produksi.
Taylor dalam bukunya The Principles of Scientific Management (1911)
menganjurkan bahwa pekerjaan harus dipelajari secara ilmiah untuk menentukan jalan
terbaik dalam melaksanakan setiap tugas. Prinsip yang dianut adalah menghasilkan
produksi semaksimal mungkin dengan pengeluaran energi yang minimal. Manajemen
ilmiah ini membutuhkan revolusi mental dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, semua kegiatan harus
direncanakan sebaik mungkin baik dari segi keuntungan maupun kerugiannya
berdasarkan parameter-parameter ilmiah yang telah ditetapkan.
Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan
planning, organizing, actualing, controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2013).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana
manajemenkeperawatan terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil (Nursalam, 2013).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan (Huber,2000). Kelly dan
Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat di definisikan
sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima
tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan
pengendalian (Marquis dan Huston, 2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa
manajemen keperawatan adalah kelompok dari keperawatan menejer yang
mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen
keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi
mereka.
Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager
keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan
pengobatan yang efektif dan ekonomi pada pasien (Gillies, 2000).
Prinsip Manajemen
Manajemen adalah kegiatan pengelolaan dan pengambilan keputusan.
Pengelolaan dan pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada ketidakpastian
(uncertainty).
Untuk memperoleh tujuan pengambilan keputusan dan mengurangi
ketidakpastian diperlukan data, informasi, dan proses pengendalian.
Max Weber, seorang ahli sosiologi Jerman mengemukakan sebuah ide yang
sama dan mengembangkan teori Taylor. Weber berpendapat perlunya suatu legalisasi,
wewenang formal, dan aturan yang konsisten untuk pegawai pada setiap jabatan.
Diamengusulkan bahwa birokrasi merupakan rencana organisasi. Karakteristik birokrasi
meliputi: peraturan, pembagian tugas yang jelas, komitmen terhadap senioritas dan
peningkatan, serta hubungan yang baik antara atasan dan bawahan.
Manajemen Hubungan Antarmanusia (1930–1970)
Hubner (2006) menekankan bahwa jika manajemen memberikan perhatian penuh
kepada pegawai, maka hasil produksi akan meningkat dengan tidak mengabaikan
kondisi lingkungan kerja. Teori tersebut dikenal dengan hawthorne effect, di mana
seseorang akan merespons kejadian dan terus belajar manakala mereka merasa terus
diperhatikan dan didukung oleh manajemen. Mayo (1930) juga menemukan bahwa
lingkungan kelompok dan sosial baik formal maupun informal merupakan suatu faktor
dalam menentukan produktivitas perusahaan dan memungkinkan semua pegawai ikut
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Douglas McGregor (1960) menekankan tentang pendapat Mayo (1930) dengan
teori yang dikemukakannya mengenai manajemen perilaku terhadap pegawai
(bagaimana memperlakukannya) yang berhubungan dengan kepuasan pegawai, teori
tersebut dinamakan dengan Teori X dan Y. Teori X menekankan manajer agar percaya
bahwa pegawai pada dasarnya adalah malas dan tidak mempunyai keinginan untuk
meningkatkan produktivitas di suatu organisasi, sehingga perlu adanya supervisi secara
terus-menerus dan arahan secara melekat. Sementara Teori Y menekankan manajer
agar percaya bahwa pegawainya senang bekerja dengan motivasi yang timbul dari
dalam dirinya serta berusaha untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan individu dan
organisasi (lihat Tabel 4.1). Perlu dicatat di sini bahwa McGregor tidak merasa bahwa
antara Teori X dan Y bertentangan, tetapi lebih merupakan suatu komponen yang
berkesinambungan, sehingga manajer harus menggabungkan komponen tersebut
dalam mengelola dan memimpin pegawainya. McGregor tidak melihat bahwa teorinya,
khususnya Teori Y, merupakan teori yang paling tepat diaplikasikan dalam setiap
organisasi. Dia berpendapat bahwa teori tersebut tidak bisa berjalan dengan baik tanpa
adanya keputusan yang tepat dan penjelasan akurat dari seorang manajer dalam
mengasumsikan atau menilai bawahannya.
Chris Argyris (1964) mendukung teori dari McGregor (1981) dan Mayo yang
menyatakan bahwa manajer yang terlalu dominan menyebabkan pegawai tidak
termotivasi dan cenderung pasif. Jika harga diri dan otonomi pegawai tidak terpenuhi,
maka pegawai tersebut menjadi tidak termotivasi dengan baik, membuat masalah, dan
akhirnya keluar dari pekerjaannya. Dia menekankan pentingnya pelibatan pegawai
dalam mengambil suatu keputusan dan adanya suatu organisasi yang fleksibel dalam
manajemennya.
A. Motivasi Kerja
Pengertian
1. Prinsip partisipatif.
Pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi menentukan tujuan yang
akan dicapai oleh pemimpin dalam upaya memotivasi kerja.
2. Prinsip komunikasi.
Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha
pencapaian tugas. Informasi yang jelas akan membuat kerja pegawai lebih mudah
dimotivasi.
Manajer memegang peran penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan
organisasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer harus mempertimbangkan
keunikan/karakteristik stafnya dan berusaha untuk memberikan tugas sebagai suatu
strategi dalam memotivasi staf. Kegiatan yang perlu dilaksanakan manajer dalam
menciptakan suasana yang motivatif adalah sebagai berikut.
1. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengomunikasikan harapan
tersebut kepada para staf.
2. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf/karyawan.
13. Memberikan kesempatan kepada staf untuk melakukan koreksi dan pengawasan
terhadap tugas.
14. Menjadi role model bagi staf.
12. Problem solver: seseorang yang akan membantu Anda dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah.
13. Career counselor: seseorang yang membantu Anda dalam pengembangan karier
(cepat ataupun lambat).
14. Challenger: seseorang yang mendorong Anda untuk menghadapi perubahan/
tantangan secara kritis dan pantang menyerah.
Motivasi diri sendiri dari manajer merupakan variabel yang menentukan motivasi
pada semua tingkatan, khususnya kepuasan kerja staf dan untuk tetap bertahan
bekerja pada institusi tersebut. Sikap yang positif, semangat, produktif, dan
melaksanakan kegiatan dengan baik merupakan faktor utama yang harus dimiliki
manajer. Terjadinya “burn out” salah satunya disebabkan oleh sikap manajer yang
kurang positif. Oleh karena itu, secara kontinu manajer selalu memonitor tingkat
motivasinya dan menjadikan motivasinya sebagai panutan bagi staf.
Hal penting yang harus dilaksanakan oleh manajer keperawatan adalah
perawatan diri. Ada beberapa strategi untuk mempertahankan self care (Summers,
1994), yaitu sebagai berikut.
1. Mencari konsultan dan kelompok pendukung yang memungkinkan manajer untuk
selalu memperhatikan staf dan mendengarkan keinginan Anda.
2. Mempertahankan diet dan aktivitas.
3. Mencari aktivitas yang membantu manajer untuk dapat santai.
4. Memisahkan urusan pekerjaan dari kehidupan di rumah.
5. Menurunkan harapan yang terlalu tinggi dari diri Anda dan orang lain.
6. Mengenali keterbatasan/kelemahan.
7. Menyadari bahwa bukan hanya Anda yang dapat menyelesaikan semua pekerjaan,
belajarlah menghargai kemampuan staf.
8. Berani mengatakan “tidak” jika Anda tidak dapat melaksanakan pekerjaan yang akan
dibebankan pada anda.
9. Bersantai, tertawa, dan berkumpul dengan teman-teman.
10.Menanamkan bahwa semua yang Anda kerjakan adalah untuk kemaslahatan umat
dan sebagai ibadah.
1. Motivasi.
d. umpan balik;
2. Lingkungan.
a. Komunikasi:
• mengakomodasi kebutuhan individu: jadwal kerja, liburan, dan cuti sakit serta
pembiayaannya;
• keamanan pekerjaan;
• loyalitas organisasi terhadap staf;
• menghargai staf berdasarkan agama dan latar belakangnya;
• adil dan konsisten terhadap keputusan organisasi.
3. Peran manajer.
c. disiplin kerja;
f. diskriminasi;
g. kepuasan kerja;
h. penghargaan penampilan;
k. pengambilan keputusan;
l. gaya manajer.
C. Keberhasilan Penyelesaian Tugas Sebagai Strategi
Meningkatkan Kepuasan Kerja
Produktivitas (Kopelmen)
Environment
Organizational Characteristics
Reward system
Goal setting and MBO
Selection
Training and development
Leadership
Organization structure
Individual (nurse)
Characteristics
Knowledge, QUALITY OF CARE
Skills,
Ability,
Work behavior Job Performance Organizational
Motivation effectiveness Nurse
Attitudes MAKP Caring & ASKEP & patient
Value & Norm
Satisfaction
Work Characteristics
Objective performance
Feedback
Correction
Job design
Work schedule
Menurut Kopelman (1986) faktor penentu organisasi yakni kepemimpinan dan
sistem imbalan berpengaruh pada kinerja individu atau organisasi melalui motivasi,
sedangan faktor penentu organisasi, yakni pendidikan berpengaruh pada kinerja
individu atau organisasi melalui variabel pengetahuan, keterampilan atau kemampuan.
Kemampuan dibangun oleh pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja.
1. Organizational characteristics.
a. Reward system.
Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk
dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan.
Tenaga keperawatan sebagai perpanjangan tangan dari rumah sakit dalam menerjemahkan
visi dan misi. Untuk itu perlu memahami dan menerapkan visi dan misi organisasi dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
c. Selection.
Seleksi tenaga harus didasarkan pada the principles of the right man, on the
right place and on the right time.
Pengertian kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni memengaruhi orang lain agar
mau bekerja sama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
f. Organization structure dan culture.
2. Nurse characteristics.
a. Knowledge.
Kemampuan seorang untuk melakukan sesuatu, ada banyak aspek yang dapat
dinilai dari variabel kemampuan, di antaranya kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor. Perawat perlu terus mengembangkan diri melalui uji kompetensi,
pendidikan formal dan nonformal.
d. Motivation.
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Komponen sikap, struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang
saling menunjang yaitu kognitif, afektif, dan konatif.
f. Value dan Norm.
Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping
sistem sosial dan karya. Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan
setiap manusia. Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai makhluk budaya,
moral, religi, dan sosial. Perawat perlu memperhatikan aspek nilai dan norma dalam
melayani pasien.
3. Work characteristics.
a. Objective performance.
Umpan balik adalah hal yang penting dalam perbaikan kinerja perawat. Hal ini
karena membetulkan (memperbaiki) kesalahan: salah satu tugas pemimpin.
c. Job design.
Desain pekerjaan (job design) adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang
atau sekelompok karyawan secara organisasional. Tujuannya untuk mengatur
penugasan kerja supaya dapat memenuhi kebutuhan organisasi.
d. Work schedule.
D. Kinerja (Performance)
Pengertian
Kinerja atau performance menurut Supriyanto dan Ratna (2007) adalah efforts
(upaya atau aktivitas) ditambah achievements (hasil kerja atau pencapaian hasil
upaya). Selanjutnya kinerja dirumuskan sebagai P = E + A.
Performance = f.(AxMxO)
Persepsi
Sikap
Kepribadian
Belajar
Motivasi
Variabel Individu
Variabel Organisasi
Sumber daya
Kepemimpinan
Imbalan
Struktur
Desain pekerjaan
Figur 5.3 Diagram Skematis Teori Perilaku dan Kinerja (Gibson, James L., Ivancevich, John M.,
dan Donelly JR, James H., 1997)
Individu Keyakinan
Pengetahuan, Aksesibilitas:
Kemampuan
Struktural: Sosio ekonomi
Jarak tempat tinggal
Pengalaman
Pendidikan Sikap
Psiko sosial:
Niat
Kepribadian
Kelas sosial
Perilaku X
(Kinerja)
Kebutuhan
Harapan,
Demografi:
Keyakinan
Norma
Umur, seks
Individu
Suku
Kemampua
n
Performa
Motivas Peluan
i g
Figur 5.5 Hubungan antara kinerja dan faktor kinerja (Robbins S.P., 1990)
Faktor Organisasi
Sumber Daya
Kepemimpinan
Imbalan
Struktur
Desain Kerja
Performa
Figur 5.6 Hubungan faktor organisasi, individu dan kinerja
Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai
prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam
perusahaan. Menurut Gibson (1997), ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja,
1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman
kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.
2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja.
3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan (reward system).
Sementara itu yang dimaksud dengan dimensi kinerja menurut Gomes, (1997),
memperluaskan dimensi prestasi kerja karyawan yang berdasarkan:
1. Quantity of work; jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang
ditentukan.
2. Quality of work; kualitas kerja berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan
kesiapannya.
3. Job knowledge; luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya.
Faktor yang memengaruhi kinerja ini sesuai dengan konsep kinerja (Robbins,
2002). faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) adalah sebagai
berikut.
1. Human performance = ability + motivation.
2. Motivation = attitude + situation.
3. Ability = knowledge + skill.
2. Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku yang dipunyai oleh
pemimpin dan yang membedakan dirinya dari non pemimpin.Menurut teori ini
seorang pemimpin dapat mempelajari perilaku pemimpin supaya dapat menjadi
pemimpin yang efektif.Dengan demikian teori perilaku kepemimpinan lebih
sesuai dengan pandangan bahwa pemimpin dapat dipelajari, bukan bawaan
sejak lahir.
c. Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup
besar.Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi
bawahan dankadang-kadang menggunakan ancaman atau
hukuman.Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang
dibuat oleh bawahan.
d. Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi
dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
b. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi
orang lain agar besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama
antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Wewenang pimpinan tidak mutlak
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
Komunikasi berlangsung timbal balik
Pengawasan dilakukan secara wajar
Prakarsa datang dari bawahan
Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan
Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan
daripada instruktif
Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing
Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan
saling menghargai
Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara
bersama-sama.
2. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap
staf.Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide
dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan
sendiri.Membuat rencana dan pengontrolan dalam
penerapannya.Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan
tindakan tersebut pada bawahannya.Staf dimintai saran dan kritiknya
serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan
keputusan akhir ada pada kelompok.
4. Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi.Staf/bawahan mengevaluasi
pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri.Pimpinan hanya sebagai
sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
b. Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang
bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
2. Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi :
norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan
keakraban kelompok.
3. Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena
setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang
berbeda.
3. Pemberian bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan
berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan
konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan
dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam melakukan
tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi perawat dan klien.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang
penting dalam kepemimpinan keperawatan.Seorang pemimpin perlu
mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah
melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.
Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu
perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan
sumber-sumber yang ada.
b. Motivator
Memotivasi bawahan dan menciptakan kondisi menyenangkan dalam
melaksanakan pekerjaan. Kepemimpinan berusaha untuk membuat perubahan
dalam organisasi dengan
(1) menyusun visi masa depan dan strategis untuk membuat perubahan yang
dibutuhkan,
(2) mengkomunikasikan dan memperjelas visi, dan
(3) memotivasi dan memberi inspirasi kepada orang lain untuk mencapai visi itu
c. Role Model/Contoh/Tauladan
Dalam teori kepemimpinan, secara sederhana arti dari kata role model adalah
teladan. Untuk memastikan bahwa organisasi yang dipimpinnya berjalan dengan
dinamis, seorang pemimpin harus mempunyai nilai-nilai tertentu yang dapat
menjadi teladan. Nilai-nilai tersebut hendaknya dapat bersifat implementatif,
dapat diterapkan dengan mudan dan dapat dipahami dengan jelas oleh
bawahan. Contoh nilai-nilai tertentu atau teladan yang dapat dijadikan role
model, misalnya seorang pemimpin itu harus mempunyai integritas, attitude,
amanah, ikhlas dalam menjalankan tugasnya. Tujuan utamanya adalah
bagaimana dapat menjalankan yang terbaik untuk organisasi dan kemaslahatan
bagi bawahan yang dipimpinnya.
A. Landaan Teori
1. Pengertian manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno mḗnagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan atau mengatur. Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal. Manajemen adalah suatu
proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan
bantuan manusia lainnya serta sumber-sumber lainnya dengan metode yang
efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses yang terdiri
darirangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan evaluasi yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
B. Ulasan Materi
1. Pengertian manajemen secara umum dan menurut ahli
Kata manajemen bahasa Italia maneggiare yang berarti “mengendalikan”
terutama “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa Latin manus yang
berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manḗge yang
berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.
Bahasa Perancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris mḗnagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Mary Parker Follet mendefinisikan “manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain”. Definisi ini berarti bahwa seorang
manajer harus mengatur dan mengarahkan lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan “manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sedangkan efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir dan sesuai dengan jadwal. George R. Terry dan Leslie W. Rue
dalam bukunya Principle of Management yang dialih-bahasakan oleh G. A.
Ticoalu mengemukakan bahwa “manajemen adalah suatu proses atau kerangka
kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke
arah tujuan organisasional”. Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaanya
adalah “managing” pelaksanaan, sedangkan pelaksananya disebut manajer atau
pengelola.
2. Fungsi manajemen
Planning
Planning
Organizin
Organizin
Evaluati
Evaluating gg
Actuanting
Actuanting
Controli
Controling
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning adalah fungsi dasar (fundamental)
manajemen, karena pengorganisasian, pengarahan, pengoordinasian, dan
pengendalian pun harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan ini
dinamis artinya dapat dirubah sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi pada
saat itu. Perencanaan ini ditujukan pada masa depan yang penuh demgan
ketidakpastian, karena adanya perubahan kondisi dan situasi, sedangkan hal
dari perencanaan akan diketahui pada masa depan.
Menurut Louis A. Allen (Hasibuan, Fungsi Fungsi Manajemen, 2009 :
92) perencanaan adalah menentukan serangkaian tindakanuntuk mencapai
hasil yang diinginkan. Sedangkan menurut ahli manajemen, Harold Koontz
dan Cyril O’ Donnel (Sukarna, 2001) perencanaan adalah fungsi dari pada
manajer di dalam pemilihan alternatif-alternatif, tujuan-tujuan kebijaksanaan,
prosedur-prosedur dan program.
Perencanaan adalah upaya manuasia secara sadar memilih
alternative masa depan yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan
sumber daya untuk mewujudkan tujuan (Gito Sudarmo dalam Sri
Mugianti, 2016)
Pada dasarnya merencanakan adalah kegiatan yang hendak dilakukan dimasa depan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur berbagai sumber daya agar hasil yang
dicapai sesuai yang diharapan. Ada tiga kegiatan dalam setiap perencanaan,
diantaranya:
1) Perumusan tujuan yang ingin dicapai.
2) Pemilihan program untuk mencapai tujuan.
3) Indentifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya terbatas.
Untuk mengembangkan suatu rencana, seseorang harus mengacu
pada masa depan (forecast) atau menentukan pengaruh pengeluaran biaya
dan keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil akhir;
mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir; menyusun program
yakni menetapkan prioritas dan urutan strategi; anggaran baiaya atau lokasi
sumber-sumber; menetapkan prosedur kerja dengan metode yang baru; dan
mengembangkan kebijakan-kebijakan berupa aturan dan ketentuan.
Menurut Robert Anthony, perencanaan dibedakan menjadi tiga
macam jenisnya yaitu :
1) Perencanaan strategis
Merupakan suatu proses perencanaan dimana keputusan tentang
tujuan organisasi akan dicapai melalui pengeloaan sumber-sumber daya
dan dana yang dimiliki, didasarkan pada kebijaksanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Perencanaan untuk mengendalikan manajemen
Merupakan suatu proses perencanaan dimana manajer bertanggung
jawab bahwa penggunaan sumber-sumber saya dan dana digunakan
seefektif mungkin dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuab
organisasi.
3) Perencanaan operasional
Merupakan suatu proses diamana usaha melaksanakan kegiatan
tertentu dijamin seefektif dan seefisien mungkin.
b. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi pengorganisasian yang dalam bahasa Inggrisnya
organizing berasal dari kata organize yang berarti menciptakan struktur
dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga
hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap
keseluruhannya. Pengorganisasian tentu berbeda dengan organisasi.
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen dan suatu proses yang
dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis.
Pengorganisasian dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan pembagian
pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan departemen-departemen
(subsistem) dan penentuan hubungan-hubungan. Untuk memahami
pengorganisasian secara mendalam, maka perlu mengetahui arti
pengorganisasian menurut beberapa ahli. Berdasarkan pengertian
pengorganisasian, maka dapat dikatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang
dimiliki oleh organisasi yang melakukan fungsi pengorganisasian
(Hasibuan, Fungsi Fungsi Manajemen, 2009 : 122), yaitu :
1) Manusia, artinya organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang
bekerja sama, ada pemimpin dan ada yang dipimpin.
2) Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada jika ada tempat
kedudukannya.
3) Tujuan, artinya organisasi baru ada apabila ada tujuan yang hendak
dicapai.
4) Pekerjaan, artinya organisasi itubaru ada jika pekerjaan yang akan
dikerjakan serta ada pembagian pekerjaan.
5) Struktur, artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungannya dan
kerjasama antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
6) Teknologi, artinya organisasi itu baru ada jika terdapat unsur teknis.
7) Lingkungan, artinya organisasi itu baru ada jika ada lingkungan yang
saling mempengaruhi misalnya ada sistem kerjasama sosial.
Menurut George R. Terry (Hasibuan, Fungsi Fungsi Manajemen,
2009 : 119) pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-
hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerjasama secara efisien dan dengan demikian memperoleh
kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan sasaran tertentu.
Henry Fayol (Hasibuan, Fungsi Fungsi Manajemen, 2009 : 13)
mengemukakan teori pengorganisasian mengenai organisasi lini yaitu
terdapat pemusatan wewenang pada tingkat pimpinan organisasi
sehingga berbagai fungsi berpusat dalam tangan pimpinan tertentu
karena dengan tegas memisahkan bidang kegiatan oimpinan (manajerial
sebagai pusat wewenang) dan bidang teknis (nonmanajerial). Akibatnya
muncul persyaratan tertentu (generalis serba, bisaberpengetahuan luas)
bagi jabatan pimpinan yang berbeda dari pekerja teknis/spesialis yang
berpengetahuan kejujuran.
Selain itu, definisi pengorganisasian dikemukakan oleh Koontz
O’Donnell (Hasibuan, Fungsi Fungsi Manajemen, 2009 : 119), menurut
mreka fungsi pengorganisasian manajer meliputi penentuan golongan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk tujuan-tujuan perusahaan,
pengelompkan kegiatan-kegiatan tersebut kedalam suatu bagian yang
dipimpin oleh seorang manajer, serta melimpahkan wewenang untuk
melakasanakannya.
Menurut Gordon (Siswanto, 2007 : 90) ada tiga bentuk struktur
organisasi yang cukup popular dan selama ini dipergunakan dalam
organisasi publik, yaitu :
1) Lini
Bentuk ini merupakan struktur yang palin sederhana. Lini ditandai
dengan garis hubungan yang bersifat vertikal antara setiap tingkatan
organisasi. Semua anggota organisasi menerima perintah melalui
prinsip scalar. Struktur kewenangan dalam bentuk ini sangat jelas dan
dikembangankan dalam organisasi yang memiliki ruang lingkup kecil.
Sistem pembagian printah dari pucuk pimpinan kepada kebawah
menyangkut seluruh kegiatan operasional dan kegiatan penunjang,
sehingga semua strktur dibawah manajer terlihat dalam kegiatan
operasionaol.
2) Lini dan staf
Bentuk lini dan staf menghasilkan konstruksi struktur yang agak
berbeda dengan yang pertama karena adanya tambahan staf. Staf
hanya merupakan fasilitator, dan membantu tugas pimpinan seperti
memberikan masukan, nasihat, membantu pengawasan. Akan tetapi,
staf tidak memiliki otoritas dan hubungan langsung kepada bawahan.
Staf diangkat berdasaran keahlian yang dimiliki.
3) Matrix
Bentuk matrix adalah bentuk organisasi proyek. Bentuk ini
merupakan kombinasi sumber daya manusia dan non manusia yang
diolah berssama-sama dan bersifat sementara, dan dibuat untuk
tujuan khusus. Apabila sudah selesai sumber daya manusia yang
dikonsentrasikan di sana akan dikembalikan pada unit masing-
masing.
Berdasarkan penjelasan mengenai definisi pengorganisasian
menurut beberapa ahli, peneliti setuju dengan pendapat para ahli
bahwa pengorganisasian pun perlu adanya perencanaan yang
dilakukan oleh manajer sebelum menetapkan kegiatan apa yang harus
dilakukan, pembagian setiap karyawan, serta penggolongan kegiatan-
kegiatan agar proses manajemen berjalan efisien, selaras dan tepat
sasaran. Dengan demikian, peneliti menarik kesimpulan dari definisi
pengorganisasian adalah suatu proses pengelompokan dan
pembagian pekerjaan oleh karyawan, penentuan kegiatan apa yang
akan dilakukan guna mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Prinsip-prinsip pengorganisasian menurut Henry Fayol adalah
pembagian tugas pekerjaan, kesatuan pengarahan, sentralisasi, ,mata
rantai tingkat jenjang organisasi.
c. Staf (Staffing)
Komponen yang temasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutment, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas dan
klasifikasi pasien. Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga
kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agara setiap tenaga
petugas member daya guna maksimal kepada organisasi
Organizing dan staffing merupakan dua fungsi manajemen yang sangat erat
hubungannya.
e. Pengoordinasian (coordinating)
Setelah dilakukan pendelegasian wewenang dan pembagian pekerja
kepada para karyawan oleh manajer, langkah selanjutnya adalah
pengoordinasian. Setiap bawahan mengerjakan hanya sebagian dari
pekerjaan perusahaan, karena itu masing-masing pekerja bawahan harus
disatukan, diintegrasikan, dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Tanpa
koordinasi tugas dan pekerja dari setiap individu karyawan maka tujuan
perusahaan tidak akan tercapai. Koordinasi itu sangat penting di dalam suatu
organisasi. Beberapa alasan mengapa koordinasi sangat penting, yaitu :
1) Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan kekembaran
atau kekosongan pekerjaan.
2) Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk
pencapaian tujuan perusahaan/organisasi.
3) Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
4) Supaya semua unsur manajemen (6M) dan pekerjaan masing-masing
individu karyawan harus membantu tercapainya tujuan organisasi.
f. Pengendalian (controlling)
Fungsi pengendalian (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan
proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Pengendalian ini berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi
ini merupakan hal yang saling mengsisi, karena :
1) Pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan.
2) Pengendalain baru dapat dilakukan jika ada rencana.
3) Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan dengan
baik.
4) Tujuan baru dapat diketahuan tercapai dengan baik atau tidak setelah
pengendalian atau penilaian dlakukan.
Pemahaman mengenai fungsi pengendalian dikemukakan oleh beberapa ahli.
Seperti menurut George R. Terry dalam buku Principles of Management
mengemukakan pengendalian dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilaksanakan yaitu pelaksanaan,
menilaipelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Menurut Harold Koontz, pengendalian artinya pengukuran dan perbaikan
terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk
mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggarakan. Sedangkan Earl P.
Strong, mengatakan bahwa pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor
dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketepatan-ketepatan dan
rencana.
Peneliti menyimpulakan bahwa pengendalian adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan
maksud dengan tjuan yang telah digariskan semula agar rencana dapat
terselenggarakan dengan baik.
TINGKATAN MANAJEMEN
Ada tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh seseorang
yang mempunyai kompetensi yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu
Puncak
Menengah
Bawah
Agar mencapai hasil yang baik, ada beberapa faktor yang perlu dimiliki
oleh orang-orang yang memimpin dalam tiap level manajerial tersebut. Faktor-
faktor tersebut adalah : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan
kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan
kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
1. First line manajer /Bawah
Merupakan tingkatan paling bawah dalam klasifikasi manajemen.
Pada tingkatan manajemen ini , manajer memiliki tugas untuk mengelola
pekerjaan dari pekerja-pekerja diluar tingkatan manajerial, yang meliputi
orang yang melakukan pekerjaan di bidang produksi dan pelayanan pada
pelanggan. Dan pada first lina manajer ini harus mempertanggungjawabkan
pekerjaan karyawan –karyaewan yang dipimpinnya kepada middle line
manajer.
7. Jelaskan pelayanan atau tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien.
Tindakan medis di pelayanan kesehatan banyak mengandung resiko,
baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun ekonomi. Oleh karena itu
sebelum melakukan tindakan medis, petugas kesehatan khususnya
dokter atau perawat, harus menginformasikan secara jelas tentang
penyakit yang diderita, atau tindakan yang akan dilakukan, alasan atau
keuntungan tindakan tersebut perlu untuk dilakukan, akibat atau kerugian
yang kemungkinan timbul dari tindakan tersebut baik secara fisik,
psikologis,sosial maupun ekonomi, serta alternatif lain yang
memungkinkan untuk mengatasi penyakitnya. Setelah pasien mendapat
informasi secara jelas, pasien perlu menandatangani informet consent.
Informet consent bisa berupa persetujuan atau penolakan pasien /
keluarga terhadap tindakan yang akan dilakukan setelah yang
bersangkutan memperoleh informasi secara jelas.
Tindakan ini perlu dilakukan untuk menghindari salah pengertian,
dan meminimalkan kekecewaan di belakang hari. Di samping itu dengan
memberikan penjelasan kepada pasien sebelum melakukan tindakan
medis, berarti tenaga kesehatan menghargai pasien, sebagi orang yang
mempunyai otonomi terhadap dirinya.
8. Apabila dokter atau perawat tidak mampu melayani alihkan pada tenaga
kesehatan lain yang lebih mampu.
Kemampuan seseorang sangat terbatas, demikian juga dengan
keahliannya. Terkadang dokter yang ahli di penyakit tertentu, perlu
meminta bantuan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi permasalahan
pasien, yang terkadang kompleks atau di luar kemampuannya. Tenaga
kesehatan harus berperilaku profesional, apabila tidak tahu atau tidak
mampu, maka lebih baik mengatakan tidak tahu. Dokter atau perawat
tidak boleh melakukan tindakan medis, apabila yang bersangkutan ragu-
ragu untuk melakukan tindakan tersebut. Tindakan medis tidak boleh
dilakukan dengan dasar coba-mencoba, tetapi harus didasari oleh keahlian
dan ketrampilan. Lebih baik dokter atau perawat merujuk pasien kepada
dokter atau perawat lain yang lebih ahli. Hal ini penting, agar pasien bisa
tertangani secara baik.
7. Rendah hati, apapun kondisi pasien tidak peduli apakah pasien kaya
atau miskin, berpendidikan atau tidak, pintar atau bodoh, semua itu harus
dilayani dengan rendah hati dan kasih sayang. Terkadang karena kondisi
penyakitnya, pasien akan mengalami kecemasan atau gangguan
psikologis. Mudah sekali marah, cerewet, minta perhatian, dan merasa
sudah membayar jasa pelayanan, sehingga pasien harus dilayani. Kalau
tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat tidak memahami kondisi
pasien, maka akan timbul ituasi yang tidak kondusif atau efektif lagi. Dokter
atau perawat bisa jengkel karena ulah dari si pasien, kondisi ini tidak
boleh terjadi, karena dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang
profesional. Oleh karena itu mengembangkan rasa rendah hati perlu terus
dilakukan oleh tenaga kesehatan, agar timbul rasa kasih sayang terhadap
pasien. Apapun keadaan pasien, saat ini dia sedang sakit, dan harus
ditolong.
Dengan melakukan komunikasi efektif antara petugas kesehatan
dengan pasien, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan/kepuasan kedua
belah pihak. Masalah-masalah yang bisa terjadi dalam proses pelayanan
kesehatan, dapat diminimalkan apabila petugas kesehatan mempunyai
ketrampilan komunikasi efektif. Opini yang mengatakan komunikasi tidak
penting dan menghambat pekerjaan perlu untuk diluruskan. Justru
dengan membangun komunikasi efektif dengan pasien, maka banyak
pekerjaan dokter atau perawat yang lebih diuntungkan. Dokter atau
perawat lebih mengetahui bagaimana kondisi dan keinginan pasien. Dan
pasien merasa percaya dan lebih nyaman ditangani oleh dokter dan
perawat, karena mereka yakin bahwa semua yang dilakukan demi
untuk kebaikan dan mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Dokter atau perawat akan lebih efektif dan efisien dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien, karena pasien memberikan
dukungan penuh kepada petugas kesehatan untuk menjalankan tugas dan
kewajibannya.
E. Komunikasi Efektif SBAR
1. Pengertian komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement,
Recomendation) adalah metode komunikasi yang digunakan untuk
anggota tim medis kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien3. SBAR
digunakan sebagai acuan dalam pelaporan kondisi pasien saat transfer
pasien. Teknik SBAR (Situation, Background, Assassement,
Recomendation)menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara
anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien. SBAR merupakan
mekanisme komunikasi yang mudah diingat, merupakan cara yang
mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim, mengembangkan
kerja anggota tim dan meningkatkan keselamatan pasien.
A. PENGERTIAN
Menurut Keller (2012), analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat)
adalah evaluasi keseluruhan dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman.
2) Kelemahan (Weakness)
Merupakan faktor-faktor yang belum dilakukan dan atau tidak dimiliki
oleh unit bisnis dalam menjalankan usahanya. Masalah-masalah yang
dihadapi oleh perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain,
sehingga ini menjadi kelemahan bagi perusahaan Poin kelemahan ini
dapat diwakilkan melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana disadvantages of proposition kita saat ini?
Apakan manajemen kita menjadi kelemahan usaha yang sedang
berlangsung?
Apakah pengaturan keuangan yang akan atau sedang berjalan
telah berlaku sebagaimana mestinya?
Sejauh mana reputasi, hasil, dan nilai yang telah dicapai memberi
kontribusi yang kecil atau malah membuat keburukan bagi image
perusahaan?
Apakah pencapaian target yang telah ditetapkan menjadi tidak
terkendali?
Apakan proses dan sistem kita berjalan dengan baik?
Apakah moral, komitmen, dan kepemimpinan saat ini membawa
kebaikan bagi kelangsungan usaha?
Bagaimana kondisi cashflow dan start-up cash-drain kita saat ini?
Bagaimana kondisi budaya, sikap, dan moral lingkungan usaha
kita saat ini?
Apakah produk kita memiliki kekurangan nilai kompetitif?
1) Peluang ( Opportunity)
Merupakan suatu kesempatan dimana perusahaan dapat melakukan
operasi dalam menghadapi tantangan dan untuk menjadikan
kesempatan itu menjadi sebuah keuntungan atau kondisi lingkungan
eksternal yang mampu menstimulasi unit bisnis Berikut ini
merupakan daftar pertanyaan atas poin tantangan:
Bagaimana pemetaan market share usaha kita saat ini?
Berapa banyak pesaing usaha kita serta bagaimana karakter
mereka?
Bagaimana perkembangan industri atau trend lifestyle yang akan
terjadi?
Bagaimana perkembangan teknologi serta inovasi memberikan
tantangan bagi perusahaan?
Apakah akan dapat terbentuk pasar baru?
Bagaimana perkembangan produk kita agar tetap memiliki USP
atau kah membentuk USP yang baru?
Setauh mana kita dapat menghimpun data dan penelitian yang
dapat menunjang pengembangan usaha kita?
Sejauh mana kita dapat membanguna relasi secara partnership
dengan agensi atau distributor?
Bagaimana iklim dan geografi lingkungan perusahaan
memberikan tantangan baru?
2) Ancaman (Threat )
Merupakan kondisi lingkungan yang mampu memberikan tekanan
terhadap unit bisnis. Suatu bahaya yang biasanya terjadi karena
perkembangan yang kurang menguntungkan, dimana akan
memberikan dampak seperti pengurangan laba dan penjualan jika
tidak dilakukan tindakan untuk bertahan
Political effects?
Legislative effects?
Environmental effects?
IT developments?
Competitor intentions - various?
Market demand?
New technologies, services, ideas?
Vital contracts and partners?
Sustaining internal capabilities?
Obstacles faced?
Insurmountable weaknesses?
Loss of key staff?
Sustainable financial backing?
Economy - home, abroad?
Seasonality, weather effects?
C. Sumber Data
1. Data Internal
Observasi Internal
Wawancara “Orang Dalam”
Statistik Internal
Survei Data
Kuesioner
2. Data Eksternal
Observasi Lingkungan
Wawancara “orang Luar”
Statistik Independen
Survei Independen
Literatur
Menurut Kurtz (2012), SWOT analisis adalah suatu alat perencanaan strategik
yang penting untuk membantu perencana untuk membandingkan kekuatan dan
kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari external.
Menurut Kurtz (2012), step dari SWOT analisis dapat dilihat pada gambar
1. Kekuatan/Strength
Sebuah kekuatan perusahaan adalah sumber daya dan kemampuan
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan competitive
advantage.
2. Kelemahan / Weakness
Kelemahan adalah sesuatu yang menyebabkan satu Rumah Sakit
bersaing dengan Rumah Sakit lain.
3. Peluang / Opportunities
Analisis lingkungan eksternal dapat membuahkan peluang baru bagi
sebuah Rumah Sakit untuk meraih keuntungan dan pertumbuhan.
4. Ancaman / Threat
Perubahan dalam lingkungan eksternal juga dapat menghadirkan
ancaman bagi Rumah Sakit.
E. MANFAAT
Manfaat dari analisis SWOT adalah meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman organisasi sehingga mampu menganalisis apa yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam organisasi untuk
mendapatkan strategi yang tepat dengan menggunakan kekuatan dan peluang
yang ada untuk mengatasi segala ancaman dan mengurangi kelemahan yang
ada sehingga organisasi dapat bertahan dan mampu untuk berkembang.
F. TUJUAN
1) Memanfaatkan keuntungan dari kekuatan yang dimiliki dan kesempatan
yang ada
2) Meminimalisasi Kelemahan dan mengeliminasi ancaman
G. FUNGSI
Menurut Ferrel dan Harline (2005) fungsi dari analisis Swot adalah untuk
mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam pokok
persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan eksternal
(peluang dan ancaman).
Damage
WEAKNESS Divestment/Investment
Control
Keterangan:
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan
organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan
kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman
dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa
bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil
adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak
menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
(-,+) (+,+)
S
Weakness Kuadran IV Kuadran II Strength
(-,-) (+,-)
T Threat
W
A. Pengertian
Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan suatu
kerangka kerja yang mendefenisikan empat unsure, yakni standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan dan sitem MAKP. Defenisi tersebut
berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produksi/ jasa layananan perawatan.
Hoffart & Woods (1996) juga menyebutkan Sistem MAKP adalah sebagai suatu
sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang
pemberian asuhan tersebut.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada
kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002):
Kelebihan :
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat
profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk
bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien dalam merencanakan
asuhan keperawatan, merencanakan penugasan kepada anggota tim,
melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.
1. TEORI
Manajemen adalah suatu proses, yang terdiri dari kegiatan pengaturan,
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoorganisasian dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Manajemen operasi merupakan kegiatan untuk mengelola secara
optimal pengolahan sumber daya dalam proses transformasi input menjadi
output.
Manajemen Operasional adalah usaha pengelolaan secara optimal
penggunan faktor produksi : tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan
mentah dan faktor produksi lainnya dalam proses tranformasi menjadi
berbagai produk barang dan jasa.
1.1 Man
Merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang
membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena
adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
1.2 Money
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya
hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan.
Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai
tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini
akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
1.3 Material
Material atau bahan baku terdiri dari bahan setengah jadi (raw material)
dan bahan jadi. Merujuk pada bahan baku sebagai unsur utama untuk diolah
sampai menjadi produk akhir untuk diserahkan pada konsumen. Dalam dunia
usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah
satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi
tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
1.4 Machine
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
1.5 Market
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat
penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi
barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh
sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi
merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai
maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan
daya beli (kemampuan) konsumen.
LAPORAN PENDAHULUAN 10
MANAJEMEN KONFLIK, KOLABORASI DAN NEGOSIASI
Konflik
Pengertian Konflik
Konflik adalah masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibt dari
perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Konflik
merupakan ketidaksetujuan antara dua atau lebih anggota organisasi atau
kelompok-kelompok dalam organisasi yang terjadi karena menjalankan kegiatan
secara bersama-sama dan memiliki status, tujuan, nilai dan persepsi yang berbeda-
beda terhadap masalah yang ada. Konflik adalah suatu kondisi yang diakibatkan
oleh adanya perbedaan persepsi, nilai dan latar belakang individu atau kelompok
yang saling berinteraksi, dimulai dari dalam individu itu sendiri, antar individu,
kelompok dan organisasi.
Sumber Konflik
Shetach (2012) menyatakan bahwa konflik terjadi disebabkan karena: (1)
perbedaan interpersonal pada setiap dimensi-umur, jenis kelamin, ras,
pandangan, perasaan, pendidikan, pengalaman, tingkah laku, pendapat,
budaya, kebangsaan, keyakinan, dll, (2) perbedaan kepentingan dalam
hubungan antar manusia karena perbedaan budaya, posisi, peran, status, dan
tingkat hirarki.
a. Komunikasi
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang menimbulkan
kesalahpahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi sumber
konflik. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik,
pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran
komunikasi merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi
kondisi anteseden untuk terciptanya konflik.
b. Struktur
Istilah struktur dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup:
ukuran (kelompok), derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota
kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan
anggota dengan tujuan kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan,
dan derajat ketergantungan antara kelompok. Penelitian menunjukkan
bahwa ukuran kelompok dan derajat spesialisasi merupakan variabel yang
mendorong terjadinya konflik. Makin besar kelompok, dan makin
terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya konflik.
c. Variabel Pribadi
Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi:
sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang
menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda
dengan individu yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe
kepribadian tertentu, misalnya, individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan
menghargai rendah orang lain, merupakan sumber konflik yang potensial.
Jenis-jenis Konflik
Menurut Rigio (2003) jenis-jenis konflik yang ada antara lain konflik
intrapersonal, konflik interpersonal, konflik intra kelompok dan konflik antar
kelompok.
a. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan
ini merupakan masalah internal untuk mengklasifikasinilai dan keinginan dari
konflik yang terjadi. Hal ini sering dimanifestasikan sebagai akibat dari
kompetisi peran. Misalnya seorang manajer mungkin merasa konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas
terhadap pekerjaan, dan loyalitas kepada pasien.
b. Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih, dimana nilai, tujuan,
dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara
konstan berinteraksi dengan orang lain sehinggaditemukan perbedaan-
perbedaan. Sebagai contoh seorang manajer sering mengalami konflik
dengan teman sesame manajer, atasan, dan bawahannya.
Manajemen Konflik
a. Definisi Manajemen Konflik
Manajeman konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku
atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah
penyelesaian yang konstruktif atau destruktif (Ross, 1993).
2) Obliging (Smoothing)
Seseorang yang bergaya obliging lebih memusatkan perhatian
pada upaya untuk memuaskan pihak lain daripada diri sendiri.
Gaya ini sering pula disebut smothing (melicinkan), karena
berupaya mengurangi perbedaan-perbedaan dan menekankan pada
persamaan atau kebersamaan di antara pihak-pihak yang terlibat.
Kekuatan strategi ini terletak pada upaya untuk mendorong
terjadinya kerjasama. Kelemahannya, penyelesaian bersifat
sementara dan tidak menyentuh masalah pokok yang ingin
dipecahkan.
3) Dominating (Forcing)
Orientasi pada diri sendiri yang tinggi, dan rendahnya kepedulian
terhadap kepentingan orang lain, mendorong seseorang untuk
menggunakan taktik “saya menang, kamu kalah”. Gaya ini sering
disebut memaksa (forcing) karena menggunakan legalitas formal
dalam menyelesaikan masalah. Gaya ini cocok digunakan jika
cara-cara yang tidak populer hendak diterapkan dalam
penyelesaian masalah, masalah yang dipecahkan tidak terlalu
penting, dan harus mengambil keputusan dalam waktu yang cepat.
Namun, teknik ini tidak tepat untuk menangani masalah yang
menghendaki adanya partisipasi dari mereka yang terlibat dan juga
tidak tepat untuk konflik yang bersifat kompleks . Kekuatan utama
gaya ini terletak pada minimalnya waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan konflik. Kelemahannya, sering menimbulkan
kejengkelan atau rasa berat hati untuk menerima keputusan oleh
mereka yang terlibat.
4) Avoiding
Teknik menghindar (avoiding) cocok digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang sederhana, atau jika biaya yang
harus dikeluarkan untuk konfrontasi jauh lebih besar daripada
keuntungan yang akan diperoleh. Gaya ini tidak cocok untuk
menyelesaikan masalah-malasah yang sulit atau “buruk”. Teknik ini
kurang tepat pada konflik yang menyangkut isu-isu penting, dan
adanya tuntutan tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah
secara tuntas (Rahim, 2002). Kekuatan dari strategi penghindaran
adalah jika kita menghadapi situasi yang membingungkan atau
mendua (ambiguous situations). Sedangkan kelemahannya,
penyelesaian masalah hanya bersifat sementara dan tidak
menyelesaikan pokok masalah.
5) Compromising
Gaya ini menempatkan seseorang pada posisi moderat, yang
secara seimbang memadukan antara kepentingan sendiri dan
kepentingan orang lain. Ini merupakan pendekatan saling memberi
dan menerima (give and take approach) dari pihak-pihak yang
terlibat. Kompromi cocok digunakan untuk menangani masalah
yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki tujuan berbeda tetapi
memiliki kekuatan yang sama. Kekuatan utama dari kompromi
adalah pada prosesnya yang demokratis dan tidak ada pihak yang
merasa dikalahkan. Tetapi penyelesaian konflik kadang bersifat
sementara dan mencegah munculnya kreativitas dalam
penyelesaian masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Hendel (2005), gaya ini merupakan gaya yang paling banyak
dipilih oleh perawat dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.
1) Win-lose
Salah satu pihak mendominasi dan pihak yang lain terabaikan.
Yang menduduki porsi lebih besar mendapatkan kemenangan dan
sebaliknya yang lebih sedikit mengalami kekalahan.
2) Lose-lose
Semua pihak yang bertentangan mengalami kerugian. Teknik
penyuapan, memperjualbelikan, menggunakan pihak ketiga untuk
mengancam dapat memuncullkan hasil resolusi ini.
3) Win-win
Resolusi ini dicapai saat semua pihak menyetujui dan mendapatkan
manfaat dari penyelesaian konflik
Kolaborasi
Definisi Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan
memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka
kerja bidang respektif mereka. Praktik keperawatan kolaboratif menekankan
tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan pasien, dengan proses
pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan
kemampuan praktisi (Siegler & Whitney, 2000).
Manfaat Kolaborasi
Kolaborasi dilakukan dengan beberapa alasan sebagai manfaat dari
kolaborasi yaitu antara lain:
a. Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien, dengan
tujuan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi klien.
b. Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian masalah atau
isu.
c. Memberikan model yang baik riset kesehatan.
Komponen Kompetensi Sebagai Dasar Kolaborasi
Gambaran penting untuk kolaborasi mencakup, keterampilan komunikasi
yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, memberi dan menerima umpan
balik, pengambilan keputusan, dan manajemen konflik (Blais, 2006).
Proses Kolaboratif
Proses kolaboratif dengan sifat interaksi antara perawat dengan dokter
menentukan kualitas praktik kolaborasi. ANA, 1998 dalam Siegler & Whitney (2000)
menjabarkan kolaborasi sebagai hubungan rekan yang sejati, dimana masing-
masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain dengan mengenal dan menerima
lingkup kegiatan dan tanggung jawab masing-masing dan adanya tujuan bersama.
Sifat kolaborasi tersebut terdapat beberapa indikator yaitu kontrol kekuasaan,
lingkup praktik, kepentingan bersama dan tujuan bersama.
a. Kontrol Kekuasaan
Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat mendapat
kesempatan yang sama mendiskusikan pasien tertentu. Kemitraan
terbentuk apabila interaksi yang diawali sama banyaknya dengan yang
diterima dimana terdapat beberapa kategori antara lain: menanyakan
informasi, memberikan informasi, menanyakan dan memberi pendapat,
memberi pengarahan atau perintah, pengambilan keputusan, memberi
pendidikan, memberi dukungan/persetujuan, menyatakan tidak setuju,
orientasi dan humor.
b. Lingkungan Praktik
Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak.
Perawat dan dokter memiliki bidang praktik yang berbeda dengan
peraturan masingmasing tetapi tugas-tugas tertentu dibina yang sama.
c. Kepentingan Bersama
Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan masing-masing
(usaha untuk memuaskan kepentingan sendiri) dan faktor kerjasama
(usaha untuk memuaskan pihak lain).
d. Tujuan Bersama
Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi pada pasien
dan dapat membantu menentukan bidang tanggung jawab yang berkaitan
dengan prognosis pasien.
Konsep Negosiasi
Pengertian
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi,
negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis dan
Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan
konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung, berbagai
pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi
perbedaan-perbedaan antara keduanya.
Terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk
memulai proses negosiasi, yaitu: masalah harus dapat dinegosiasikan, negosiator
harus tertarik terhadap “take and give” selama proses negosiasi, dan mereka harus
saling percaya (Smeltzer, 1991 dalam Nursalam, 2012).
Strategi Negosiasi
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan
kondisi yang persuasif, asertif, dan komunikasi terbuka selama negosiasi berjalan.
a. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
b. Dengarkan dengan saksama, dan perhatikan respons nonverbal yang
nampak.
c. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternatif
informasi yang disampaikan.
d. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan
bicara Anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan
persetujuan.
e. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-
masalah pribadi pada saat negosiasi.
f. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
g. Jujur.
h. Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.
i. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan
mintalah waktu untuk menjawabnya.
j. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi
berlangsung, istirahatlah sebentar.
k. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu Anda
pahami.
l. Bersabarlah (Smeltzer, 1991).
a. Lakukan
1) Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa Anda
mengetahui keinginan orang lain.
2) Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah,
bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, bukan orangnya.
3) Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat
diterima, jika Anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan
menarik.
4) Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak.
Perhatikan gerakan tubuhnya.
5) Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
6) Antisipasi penolakan.
7) Tahu apa yang dapat Anda berikan.
8) Tunjukkan beberapa alternatif pilihan.
9) Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap
pendapat Anda.
10) Bersikaplah asertif, bukan agresif.
11) Hati-hati, Anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan.
12) Pergunakan gerakan tubuh, jika Anda menyetujui atau tidak terhadap
suatu pendapat.
13) Konsisten terhadap apa yang Anda anggap benar
b. Hindari
1) Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
2) Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
3) Distorsi.
4) Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
5) Tidak berurutan.
6) Membuat hanya satu pilihan.
7) Memaksakan kehendak
8) Berusaha menekankan pada satu pendapat.
LAPORAN PENDAHULUAN 11
Mutu Pelayanan Keperawatan
b. Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis
lain, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat keperawatan dalam
menyelesaikan prioritas perencanaan pasien. Disini perawat juga bertanggung
jawab penuh dalam kesembuhan dan memotivasi pasien.
c. Kecepatan, suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Dimana perawat menunjukkan sikap yang tidak acuh tak
acuh, tetapi akan memberikan sikap baik kepada pasien.
d. Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan selalu
memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien. Tetapi
perawat tidak bersikap simpati, sehingga perawat dapat membimbing
kepercayaan pasien.
e. Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri.
Perawat tidak akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat akan
bersikap netral kepada siapapun pasien mereka. Perawat juga akan
menghargai pendapat pasien, keluarga pasien, dan tim medis lain dalam hal
kebaikan dan kemajuan pasien.
f. Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah satu
kunci keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien. Perawat akan
bertanggung jawab atas kesembuhan dan keluhan yang dialami pasien.
g. Komunikasi teraupetik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi teraupetik
sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka
dengan perawat.
B. Kepuasan
1. Pengertian Kepuasan
Kepuasan pasien adalah nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan yang
diberikan tetapi meliputi juga pada nilai objektifnya dan dilandasi pada
pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikologi, dan pengaruh lingkungan
(Sabarguna dan Rubaya, 2011). Pengguna jasa pelayanan keperawatan akan
memberikan suatu penilaian terhadap produk atau jasa pelayanan yang
diterimanya dan bertindak atas dasar kepuasaannya. Apakah pasien puas
atau tidak, tergantung kepada penampilan jasa pelayanan yang ditawarkan
dalam hubungannya dan harapannya (Wijono, 2008). Kepuasan pelayanan
keperawatan terbentuk dari penilaian pelanggan terhadap mutu, kinerja hasil
(luaran klinis), dengan manfaat yang diperoleh dari produk atau pelayanan
yang diterima. Dengan demikian, kepuasan terjadi karena penilaian terhadap
manfaat serta kenikmatan yang diperoleh lebih dari apa yang dibutuhkan atau
diharapkan (Koentjoro, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien dapat terwujud dari
pelayanan kesehatan keperawatan yang baik. Kualitas atau mutu pelayanan
dapat dinilai secara tindakan ataupun sikap anggota tim medis dalam
memberikan asuhan kepada semua pasien. pasien akan mengganggap suatu
instasi itu baik jika mereka merasakan kepuasan dari hal rohani dan badani.
Kepuasan pasien yang lainnya juga didapatkan dari perbincangan antar
pasien yang menyebarluaskan tentang pelayanan keperawatan disuatu instasi
yang baik dan memuaskan. Maka akan menimbulakan pandangan positif
masyarakat kepada instansi dan tim medis tersebut.
2. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien
Menurut Sabarguna (2004) terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi
kepuasan pasien diantaranya:
a. Aspek kenyamanan, dimana pasien merasakan kenyamanan dari berbagai
fasilitas yang ada di sebuah Rumah Sakit tertentu dari lokasi yang mudah
dijangkau, kenyamanan ruangan, kebersihan lingkungan Rumah Sakit, dan
Peralatan yang tersedia.
b. Aspek hubungan pasien dengan perawat, meliputi sikap petugas kesehatan
yang berjaga terutama perawat, informasi yang diberikan oleh pasien jelas,
tim medis juga bersikap cekatan dalam menangani keluhan pasien.
c. Aspek kompetensi teknis perawat, meliputi keberhasilan perawat dan tim
medis lainnya dalam memberikan asuhan kepada pasien dan berpengalaman.
d. Aspek biaya, meliputi terjangkaunya biaya administrasi Rumah Sakit yang
diberikan, dan adanya keringanan dari pihak instansi kepada pasien untuk
mempermudah pembiayaan.
berobat dan tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat
kunjungan keluarga.
e. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang
dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan keperawatan adalah
keberhasilan dalam memberikan asuhan selama pasien dirawat dan
kecepatan perawat saat pasien membutuhkan.
Menurut Khoiri dan Kiki (2014) indikator kepuasan pasien terhadap suatu
pelayanan keperawatan dapat dilihat dari beberapa hal yaitu: dilihat dari
fasilitas fisik, perawat berpakaian rapi, harmonis, hubungan komunikasi yang
baik dan memahami kebutuhan pasien, penuh perhatian, melayani pasien
dengan ramah dan dengan menarik, memahami aspirasi pasien,
berkomunikasi yang baik dan benar serta bersikap dengan penuh simpati.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat peneliti simpulkan, bahwa kepuasan
pasien dalam menggunakan layanan keperawatan dapat dilihat
5 hal yaitu: dari segi Tangibles (kenyataan), Reability (keandalan),
Responsiveness (tanggung jawab), Assurance (jaminan), dan Empaty
(empati). Perawat dalam pelayanan harus memliki ke 5 hal diatas.
diharapkan. Pasien akan cenderung menilai lebih teliti kepada setiap tindakan
keperawatan, karena perawat menjadi tim medis yang paling sering ditemui
oleh pasien.
b. Pelayanan selama proses penikmatan jasa tidak dirasakan oleh pasien.
Pasien merasa tidak puas terhadap mutu yang dilakukan oleh keperawatan itu
sendiri.
c. Perilaku personil yang kurang memuaskan. Pasien menganggap asuhan yang
diberikan oleh perawat tidak sesuai harapan. Dilihat dari bagaimana prilaku
keseharian perawat terhadap perawatan kepada pasien.
d. Dari segi lingkungan dan kondisi fisik juga mempengaruhi pasien tidak
merasakan puas. Pasien cenderung pasrah dan tidak ingin memikirkan diluar
masalah internal dari pasien.
e. Biaya yang terlalu tinggi juga sangat mempengaruhi. Pasien dari kalangan
menengah ke bawah akan merasakan puas dari kriteria biaya yang
terjangkau.
Ketidakpuasan pasien menurut Oroh dkk (2014) dipengaruhi oleh
beberapa karakteristik dari pasien tersebut. Bagaimana seorang pasien
membedakan antara pelayanan perawat satu dengan yang lainnya.
Karakteristik tersebut berupa dari segi umur, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan, suku bangsa, agama, dan pekerjaan dari pasien itu sendiri.
Menurut Alamri dkk (2015) manfaat feedback kepuasan pasien adalah rumah
sakit dapat menyusun program survei kepuasan pasien secara berkala sehingga
dapat mengevaluasi kinerja pelayanan perawat dengan melakukan perbaikan serta
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan keperawatan dengan
memaksimalkan pelayanan yang diberikan kepada pasien
LAPORAN PENDAHULUAN 12
PENGELOLAAN SDM RUMAH SAKIT
2. Fungsi Maintenance
3. Melibatkan karyawan atau bawahan untuk memberikan usul, ide dan saran
bagi pengembangan sebuah perusahaan.
4. Menjelaskan mengenai visi misi, tujuan serta misi mulia apa sebenarnya yang
ada di perusahaan untuk masyarakat.
7. Kondisi kerja
LAPORAN PENDHULUAN 13
TINGKAT KETERGANTUNGAN
Kriteria :
1. Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulansi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga ( shift )
5. Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
b. Kategori II : Partial care/ Perawatan parsial (3-4 jam/24 jam)
Kriteria :
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output
ciaran dicatat / dihitung.
5. Pasien dengan infus, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur
6. Penampilan pasien sakit sedang.
Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urine
reduksi, fungsi fisiologis, status emosinal, kelancaran drainage atau infus. Pasien
memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-10 menit/shift
atau 30-60 menit/shift dengan mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.
c. Kategori III : Total care/ Perawatan total (5-6 jam/24 jam)
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua dibantu oleh
perawat penampian sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus-menerus.
Kriteria :
1. Semua keperluan pasien dibantu
2. Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 2 jam
3. Makan melalui slang ( NGT / pipa lambung ), terapi intravena
4. Dilakukan penghisapan lender
5. Gelisah / disorientasi.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 dst
Perawatan Minimal:
Contoh :
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,80
Jumlah kebutuhan perawat setiap hari : 7,11 + 5,28 + 3,35 = 15,74 → 16 orang
Libur / Cuti : kurang lebih 5 orang
Jumlah tenaga yang dibutuhkan : 16 + 5 = 21 orang + 1 Kaur + 3 PP = 25 orang.
Keterangan : jumlah PP / Tim ditetapkan dengan pertimbangan bahwa seorang
PP bertanggung jawab 9 – 10 pasien, dengan variasi klasifikasi pasien.
Contoh Perhitungan :
Di ruang Anggrek RSU Bandung dirawat 20 orang pasien dengan kategori sebagai
berikut : 5 pasien dengan perawatan minimal, 10 pasien dengan perawatan parsial
dan 5 pasien dengan perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan adalah
sebagai berikut :
Total tenaga pagi = 5,35 Total tenaga sore = 3,70 Total tenaga malam =
2,20
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah = 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25 (11 orang perawat)
Jumlah Kebutuhan
Klasifikasi Klien
Hari Rata-rata Perawat
ke... Parsia klien/ hari
Minimal Total Pagi Sore Malam
l
1 6 2 4 12 3 2,34 1,54
Jadi rata-rata tenaga yang dibutuhkan untuk tiga shift adalah 7 perawat. Berarti
kebutuhan
untuk satu ruanagan adalah 7 perawat+1 Karu+3 Katim+2 cadangan = 13 perawat
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam sesuai
dengan tingkat ketergantungan pasien berdasarkan katagori
Klasifikasi pasien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
4 0,68 0,56 0,28 1,08 0,60 0,40 1,44 1,20 0,80
5 0,85 0,70 0,35 1,35 0,75 0,50 1,80 1,50 1,00
6 1,02 0,84 0,42 1,62 0,90 0,60 2,16 1,80 1,20
7 1,19 0,98 0,49 1,89 1,05 0,70 2,52 2,10 1,40
8 1,36 1,12 0,56 2,16 1,70 0,80 2,88 2,40 1,60
9 1,53 1,26 0,63 2,43 1,35 0,90 3,24 2,70 1,80
10 1,70 1,40 0,70 2,70 1,50 1,00 3,60 3,00 2,00
11 1,87 1,54 0,77 2,97 1,65 1,10 3,96 3,30 2,40
12 2,04 1,68 0,84 3,24 1,80 1,20 4,32 3,60 2,60
13 2,21 1,82 0,91 3,51 1,95 1,30 4,68 3,90 2,80
14 2,38 1,96 0,98 3,78 2,10 1,40 5,04 4,20 3,00
15 2,55 2,10 1,05 4,05 2,25 1,50 5,40 4,50 3,20
16 2,72 2,24 1,12 4,32 2,40 1,60 5,76 4,80 3,40
17 2,89 2,38 1,19 4,59 2,55 1,70 6,02 5,10 3,60
18 3,06 2,52 1,26 4,86 2,70 1,80 6,48 5,40 3,80
19 3,23 2,66 1,33 5,13 2,85 1,90 6,84 5,70 4,00
20 3,40 2,80 1,40 5,40 3,00 2,00 7,20 6,00 4,20
21 3,57 2,94 1,47 5,67 3,15 2,10 7,56 6,30 4,40
22 3,74 3,08 1,54 5,94 3,30 2,20 7,92 6,60 4,60
23 3,91 3,22 1,61 6,21 3,45 2,30 8,28 6,90 4,80
24 4,08 3,36 1,68 6,48 3,60 2,40 8,64 7,20 5,00
25 4,25 3,50 1,75 6,75 3,75 2,50 9,00 7,50 5,00
26 4,42 3,64 1,82 7,02 3,90 2,60 9,36 7,80 5,20
27 4,59 3,78 1,85 7,29 4,05 2,70 9,72 8,10 5,40
28 4,76 3,92 1,96 7,59 4,20 2,80 10,08 8,40 5,60
29 4,93 4,06 2,03 7,83 4,35 2,90 10,14 8,70 5,80
30 5,10 4,20 2,10 8,10 4,50 3,00 10,80 9,00 6,00
31 5,27 4,34 2,17 8,37 4,65 3,10 11,16 9,30 6,20
32 5,44 4,48 2,24 6,64 4,80 3,20 11,52 9,60 6,40
33 5,61 4,62 2,31 8,91 4,95 3,30 11,88 9,90 6,60
34 5,78 4,76 2,38 9,18 5,10 3,40 12,24 10,20 6,80
35 5,96 4,90 2,45 9,45 5,25 3,50 12,60 10,50 7,00
36 6,13 5,04 2,52 9,72 5,40 3,60 12,96 10,80 7,20
37 6,30 5,18 2,59 9,99 5,55 3,70 13,32 11,10 7,40
38 6,47 5,32 2,66 10,26 5,70 3,80 13,68 11,40 7,80
39 6,64 5,46 2,73 10,53 5,85 3,90 14,04 11,70 8,00
40 6,81 5,60 2,80 10,80 6,00 4,00 14,40 12,00 8,20
41 6,96 5,74 2,87 11,07 6,15 4,10 14,76 12,30 8,40
42 7,15 5,88 2,94 11,34 6,30 4,20 15,12 12,60 8,60
43 7,32 6,02 3,01 11,61 6,45 4,30 15,48 12,90 8,80
44 7,45 6,16 3,08 11,88 6,60 4,40 15,84 13,20 9,00
45 7,66 6,30 3,15 12,15 6,75 4,50 16,20 13,50 9,20
46 7,83 6,44 3,22 12,42 6,90 4,60 16,56 13,80 9,40
47 8,00 6,58 3,29 12,69 7,05 4,70 16,90 14,10 9,60
48 8,17 6,72 3,36 12,96 7,20 4,80 17,26 14,40 9,80
49 8,34 6,86 3,43 13,23 7,35 4,90 17,62 14,70 10,00
50 8,51 7,00 3,50 13,50 7,62 5,05 17,98 15,00 10,20
51 8,68 7,14 3,57 13,77 7,77 5,20 18,34 15,30 10,40
Dalam kasus dapat diklasifikasikan di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Mentari
dirawat 15 orang pasien dengan kategori sebagai berikut : 4 pasien dengan
perawatan minimal(Minimal Care), 9 pasien dengan perawatan parsial (Partial Care)
dan 2 pasien dengan perawatan total (Total Care). Maka kebutuhan tenaga
perawatan adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Pasien
Dari hasil perhitungan jumlah perawat per shift, maka total perawat ideal yang
dibutuhkan di ruangan melati adalah, sbb:
Total perawat = ∑ perawat shift pagi + ∑ perawat shift sore + ∑ perawat shift malam
= 3,83 + 2,51 + 1,58
= 7,92
Berarti total perawat yang dibutuhkan di ruang penyakit dalam adalah 8 orang.
Untuk mengantisipasi perawat yang tidak bisa masuk atau off , jumlah perawat
ditambah 25% total perawat.
Maka total perawat yang dibutuhkan adalah 8 + 2 = 10. Sehingga total perawat yang
dibutuhkan adalah 10 orang.
d) Penggunaan suction.
e) Gelisah/disorientasi
e. Kamar bersalin
f. Kamar operasi
g. Rawat jalan.
Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi(loss day +tugas non kep.)
1. Minimal 4 2 8
JUMLAH 15 57.67
7
Faktor koreksi :
= 52 + 12 + 18 x 8.24
365 – 82
283 283
AxBxC F
= = H
(C – D) x E G
Ket:
Jumlah hari perawatan adalah jumlah hari perawatan seluruh pasien yang
pernah dirawat di ruang perawatan tersebut selama 1 tahun. Setelah
didapatkan berapa persen, lalu :
Contoh:
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah
rumah sakit A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah
rata-rata klien yang dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat
tersebut adalah 5 orang dapat melakukan perawatan minimal, 5 orang perlu
diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya harus diberikan perawatan
total. Tingkat pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan. Hari kerja
efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat
dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:
a. Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien
perhari, yaitu:
- Minimal care, 5 orang klien : 5 x 2 jam = 10 jam
- Parsial care, 5 orang klien : 5 x 3 jam = 15 jam
- Total care, 5 orang klien : 5 x 6 jam = 30 jam
- Keperawatan tidak langsung 15 orang klien : 15 x 1 jam = 15
jam
- Pendidikan kesehatan 15 orang klien : 15 x 0,25 jam = 3,75 jam
Total jam keperawatan secara keseluruhan 73,75
jam
Jadi, jumlah perawat yang bekerja perhari = 15 orang x 4,9 jam : 7 jam = 10,5
dibulatkan = 11 perawat
e. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift,
yaitu dengan ketentuan menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990, h. 71).
Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%. Maka pada kondisi di
atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah:
Contoh : Bila 14 perawat yang bertugas terdiri dari PUS (Pasangan Usia Subur)
atau sedang hamil sebanyak 7 perawat dan sisanya masih belum menikah. Jika
diasumsikan tenaga yang akan cuti melahirkan (CM) adalah 50%. Maka jumlah
perawat yang diperlukan sebagai tambahan atau cadangan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
%CM X ∑ perawat X 12 Minggu X 6 hari X jam kerja yang diperlukan per hari
Hari kerja efektif per tahun x jam kerja per hari
301 x 8
Dengan demikian kita peroleh rencana jumlah tenaga perawat yang diperlukan
dalam 1 tahun untuk 1 ruang rawat berkapasitas X TT sebanyak :
b. Menentukan jumlah jam keperawatan per klien/hari = 65,75 jam / 15 klien = 4,38
= 4,4 jam
c. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut
adalah langsung dengan menggunakan rumus (Gillies, 1994) diatas, sehingga
didapatkan hasil sbb:
= 14,4 = 14 orang
Jadi, jumlah perawat yang bekerja perhari = 15 orang x 4,4 jam : 7 jam = 9,4 =
9 perawat
e. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu
dengan ketentuan menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990, h. 71).
Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%. Maka pada kondisi di atas
jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah:
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien yang
meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan staf keperawatan. Sehingga dalam
pelayanan keperawatan, bukti langsung dapat dijabarkan melalui : kebersihan,
kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan; penataaan ruang perawatan;
kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan yang digunakan; dan
kerapian serta kebersihan penampilan perawat.
b. Reliability (keandalan) :
c. Responsiveness (ketanggapan) :
Perawat yang tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau membantu pelanggan’
dan memberikan’pelayanan yang cepat/tanggap’. Ketanggapan juga didasarkan
pada persepsi pasien sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pasien
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu ketanggapan dalam
pelayanan keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut : perawat memberikan
informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien; kesediaan perawat
membantu pasien dalam hal beribadah; kemampuan perawat untuk cepat tanggap
menyelesaikan keluhan pasien; dan tindakan perawat cepat pada saat pasien
membutuhkan.
e. Emphaty (empati) :
Empati lebih merupakan ’perhatian dari perawat yang diberikan kepada pasien
secara individual’. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati dapat
diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus kepada
setiap pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya; perawatan
diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan lain-lain.
Berkaitan dengan kasus, pengendalian mutu yang harus dilakukan oleh perawat
harus berfokus pada acuan-acuan JCI dan dimensi-dimensi pengendalian mutu di
atas. Perawat harus menjadi dapat dipercaya, dapat diandalkan, responsive, dan
dapat diandalkan dalam segala sesuatu sertankompeten di bidangya. Mutu
pelayanan keperawatan jika dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari input,
proses dan outcome, maka mutu pelayanan keperawatan merupakan interaksi dan
ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur pelayanan
keperawatan.
Selain itu mengingat pada kasus terdapat banyak pasien dengan penyakit
infeksi, kronik, maupun akut, manajemen risiko harus diperhatikan secara ketat oleh
perawat untuk mencegah terjadinya injuri, maupun infeksi nosokomial terjadi. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam manajemen resiko diantaranya adalah : 1)
menciptakan hubungan yang baik antara perawat dan klien, 2) Pahami kebijakan
instusi dan proses yang berlaku, 3) Dokumentasi tindakan keperawatan : faktual,
menunjuk waktu, runtut, nama dan paraf, 4) Jaminan keamanan klien, 4) Laporan
kejadian khusus (incident). Dalam memfasilitasi jaminan keamanan pada
pasien/klien, unsure-unsur penting yang harus dilakukan dalam memberikan
pelayanan keperawatan adalah : 1) Cegah dari potensi bahaya fisik dan lindungi
martabat klien, 2) Kesiapan alat-alat pendukung tindakann dan pemakaian secara
proper, 3) Lakukan setiap tindakan sesuai standar.
Mutu pelayanan keperawatan didefinisikan oleh pasien (individu, keluarga,
masyarakat) sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhannya yang berlandaskan rasa empati, penghargaan, ketanggapan, dan
keramahan dari perawat serta kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan.
Selain itu melalui pelayanan keperawatan tersebut, juga dapat menghasilkan
peningkatan derajat kesehatan pasien. Oleh karena itu pengendalian mutu
sangatlah penting demi menjaga profesionalisme asuhan keperawatan.
2.1 Pengarahan
2.1.1 Hakekat dan Konsep Pengarahan
Pengarahan adalah suatu proses penugasan berupa pesanan ataupun
instruksi yang menyebabkan staf/ tenaga kerja memahami apa yang diharapkan
oleh manajer yang berisi pedoman serta pandangan dalam bekerja sehingga staf
dapat berperan secara efektif dan efisien dalam mencapai objektif organisasi
(Swansburg, 1999). Pengarahan juga dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan
untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai
sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. Dalam pengarahan
fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja
secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat serta dinamis
sangat diperlukan. Pemberian instruksi, tugas, dan pengarahan dapat membuat
personel atau staf mengerti tentang apa yang diharapkan dari mereka.
a) Peningkatan Motivasi
Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang untuk
melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.
Sedangkan motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk
membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan
dengan lingkungan kerja.
Menurut bentuknya, motivasi terdiri dari :
Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu untuk
meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pekerja harus menghargai
pekerjaannya dan produktifitas.
Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu.
Manajer memegang peranan penting dalam memotivasi staf untuk mencapai
tujuan organisasi. Untuk melaksanakan tugas itu, manajer harus
mempertimbangkan keunikan/ karakteristik dari stafnya dan berusaha untuk
memberikan tugas sebagai suatu strategi dalam memotivasi staf. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan oleh manajer untuk meningkatkan motivasi
karyawan, antara lain:
b) Manajemen Waktu
Manajemen waktu dapat diartikan sebagai pengoptimalan kinerja waktu yang
dimiliki. Terdapat tiga langkah dasar dalam memanajemen waktu, yaitu:
Penggunaan waktu untuk merencanakan dan menentukan prioritas
Selesaikan tugas yang paling prioritas kapanpun jika memungkinkan dan
selesaikan satu tugas sebelum memulai tugas yang baru
Reprioritas berdasarkan tugas-tugas yang tersisa dan berdasarkan setiap
informasi terbaru yang didapatkan.
Seorang manajer yang harus membagi waktu dan energinya, dapat membagi
setiap tindakannya dalam tiga tahap sederhana, yaitu kegiatan yang tidak harus
digunakan, kegiatan yang akan dilakukan nanti, dan kegiatan yang harus
dilakukan sekarang. Setiap tindakan yang akan dilakukan akan disusun dalam
bentuk list tindakan. Dari list ini akan dapat dilihat evaluasi setiap tindakan yang
berhasil dilakukan dan yang tidak. Oleh karena itu, akan ada perubahan prioritas,
selama hal itu akan terus mendatangkan perbaikan.
Penyusunan prioritas dalam memanajemen waktu oleh kepala ruangan
sangatlah penting untuk menyeimbangkan antara manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan. Kepala ruangan akan berusaha menyusun
waktu sedemikian rupa sehingga seluruh perawat yang berada di bawah
lingkupnya juga akan memiliki pengaturan waktu yang baik. Manajemen waktu
yang baik akan menunjukkan bagaimana kepala ruangan mampu mengatur setiap
lini di bawahnya dan menggiring setiap stafnya mengikuti alur waktu yang telah
disusunnya, mendidik dan mengembangkan sikap disiplin, dan penghargaan
terhadap waktu.
Supervisi
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing (pengarahan) dalam fungsi
manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang
telah diprogramkan dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Supervisi secara
langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan/
permasalahan dalam pelaksanaan tugasnya. Pengawasan adalah proses
pengarahan, memandu, dan mempengaruhi capaian kinerja individu dari suatu
tugas atau aktivitas. Tanpa melakukan supervisi maka akan sulit untuk menjaga
dan mempertahankan mutu asuhan keperawatan, karena masalah-masalah yang
terjadi di ruangan tidak dapat diketahui hanya melalui informasi yang diberikan
perawat pelaksana.
d) Manajemen Konflik
Konflik organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih anggota
organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau
aktivitas kerja, dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penilaian, atau
pandangan yang berbeda. Manajemen konflik berarti para manejer harus
berusaha menemukan cara untuk mengembangkan konflik dan kooperasi. Jenis-
jenis konflik, antara lain:
Konflik di dalam individu
Konflik ini timbul apabila individu merasa bimbang terhadap pekerjaan mana yang
harus dilakukannya, bila berbagi permintaan saling bertentangan atau bila
individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
Konflik antar individu dalam organisasi yang sama
Biasanya timbul akibat tekanan yang berhubungan dengan kedudukan atau
perbedaan-perbedaan kepribadian
Konflik antara individu dan kelompok
Konflik ini berhubungan dengan cara individu menganggapi tekanan untuk
keserangaman yang dipaksakan kelompok kerja mereka
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama
Timbul karena adanya peretentangan kepentingan antar kelompok.
Konflik antar organisasi
Umumnya karena adanya bentuk persaingan ekonomi.
Metode-metode pengelolan konflik:
Metode stimulasi konflik
Metode ini digunakan untuk menimbulkan rangsangan kepada karyawan, karena
karyawan pasif yang disebabkan oleh situasi konflik yang terlalu rendah.
Metode stimulasi konflik meliputi: 1) pemasukan atau penempatan orang luar
ke dalam kelompok 2) penyusunan kembali organisasi 3) penawaran bonus,
pembayaran insentif, dan penghargaan untuk mendorong persaingan 4)
pemilihan menejer menejer yang tepat 5) perlakuan yang berbeda dengan
kebiasaan
Komunikasi dalam suatu organisasi kita kenal seperti komunikasi kebawah dan
komunikasi keatas. Proses komunikasi ke bawah (downward process). Tujuan
proses komunikasi ke bawah diidentifikasi menjadi 5 (Lima) tujuan dalam
organisasi yaitu; 1) memberi arahan tugas khusus mengenai instruksi kerja; 2)
memberi informasi mengenai prosedur dalam praktek organisasi; 3) menyediakan
informasi mengenai pemikiran dasar pekerjaan; 4) memberitahu bawahan
mengenai kinerja mereka; dan 5) menyediakan informasi ideologi guna
memudahkan indoktrinasi tujuan. Tujuan utama komunikasi kebawah adalah
memberi saran, memberi tahu, mengarahkan, memberi instruksi, dan
mengevaluasi karyawan serta menyediakan informasi mengenai sasaran dan
kebijakan perusahaan kepada anggota organisasi. Komunikasi kebawah adalah
pola yang digunakan oleh pemimpin kelompok dan manajer untuk menetapkan
sasaran, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan
prosedur ke bawahan.
Komunikasi ke atas, secara formal terdapat juga dalam organisasi, akan tetapi
dalam prakteknya kecuali untuk kontrol umpan balik, sistem kebawah
sesungguhnya mendominasi sistem keatas. Cara terbaik dan termudah untuk
mengembangkan komunikasi keatas adalah manajer yang mengembangkan
kebiasaan mendengarkan dengan baik dan membangun sistem untuk
mendengarkan. Komunikasi keatas adalah komunikasi yang digunakan untuk
memberikan umpan balik ke atasan, menginformasikan pada mereka mengenai
kemajuan sasaran, dan menyampaikan masalah-masalah yang dihadapi
LAPORAN PENDAHULUAN 14
METODE ASUHAN KEPERAWATAN
a. SOP Supervisi
SPO PELAKSANAAN
TIMBANG TERIMA
Logo RS
No. Dokumen No. Dokumen No. Dokumen
TanggalTerbit Ditetapkan,
PROSEDUR DIREKTUR RS
TETAP
(….......................................) (........................................)
Pengertian Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton,
dalam Pier AS, 1997 : 20). Supervisi keperawatan adalah suatu proses
pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas dalam rangka mencapai tujuan.
2. Supervisi
Peran dan Fungsi 1. Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan
manajemen sumber daya yang tersedia, dengan lingkup tanggung
jawab supervisor antara lain:
a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek
keperawatan.
b) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan.
c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan
lain yang terkait.
d) Manajemen anggaran
2. Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu
perencanaan, dan pengembangan. Supervisor berperan dalam :
a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan
dana tahunan yg tersedia, mengembangkan tujuan unit yang
dapat dicapai sesuai tujuan RS.
b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk perencanaan
anggaran keperawatan.
c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu
saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat
dijalankan dengan tepat. Kegegalan supervisi dapat menimbulkan
kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.
Teknik Supervisi a) Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu
:
a) Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding
untuk menetapkan pencapaian.
c) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan
kualitas asuhan.
b) Area Supervisi.
a) Pengetahuan dan pengertian tentang klien.
b) Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran,
empati
c) Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, Yaitu:
a) Langsung.
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan,
feed back dan perbaikan. Adapun prosesnya adalah:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu
tindakan keperawatan didampingi oleh supervisor.
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforcement dan petunjuk.
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana
melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan
yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang.
Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisor.
b) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor
tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin
terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
TIMBANG TERIMA
Logo RS
No. Dokumen No. Dokumen No. Dokumen
TanggalTerbit Ditetapkan,
PROSEDUR DIREKTUR RS
TETAP
(….......................................) (........................................)
PENGERTIAN Timbang Terima adalah suatu proses komunikasi pemberian
informasi (termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)
tentang klien yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift
jaga yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang klien.
PERENCANAAN
1. Persiapan alat:
a. Alat tulis
b. Rekam medik klien
2. Persiapan perawat:
a. Perawat dalam kedua sift siap melakukan timbang terima.
b. Timbang terima minimal diikuti katim/PJ shif dan perawat pelaksana
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
Tahap Terminasi
Dokumentasi
Logo RS
No. Dokumen No. Dokumen No. Dokumen
TanggalTerbit Ditetapkan,
PROSEDUR DIREKTUR RS
TETAP
(….......................................) (........................................)
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan untuk membuat perencanaan segera setelah
pasien masuk sebagai pasien rawat inap
Tujuan
1. Melakukani dentifikasi kebutuhan pasien saat pemulanganya dari
rumah sakit
2. Memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan pasien saat
keluar rumah sakit
Kebijakan -
Langkah/prosedur
1. Siapkan form rencana pemulangan (discharge planing), lengkapi dan
digabungkan dengan form pengkajian awal
2. Tulis identitas pasien pada kolom yang tersedia
3. Tulis diagnose medis pasien dan ruangan dimana pasien pertama kali
dirawat inap
4. Buat tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS) pasien dirumah sakit
serta alasan MRS
5. Tulis jam dan tanggal initial asesmen perencanaan pemulangan pasien
dilakukan
6. Tulis tanggal estimasi pemulangan pasien
7. Centang pada kolom yang sesuai dengan rencana tempat tinggal
pasien setelah keluar dari rumah sakit
8. Tulis nama perawat yang mengkaji dan nama dr DPJP yang merawat
pasien
9. Centang pada kolom yang tersedia sesuai daftar pertanyaan yang ada
bilaya, jelaskan secara detail
10. Apabila ada perubahan tulis perubahan yang harus dipersiapkan pada
saat pemulangan pasien pada kolom yang tersedia dan dilengkapi
paraf dan nama terang perawat
Logo RS
No. Dokumen No. Dokumen No. Dokumen
TanggalTerbit Ditetapkan,
PROSEDUR DIREKTUR RS
TETAP
(….......................................) (........................................)
Sentralisasi Obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
PENGERTIAN diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat.
Pembagian obat dilakukan oleh perawat
1. DPJP
2. Perawat
UNIT TERKAIT
3. Instalasi Farmasi
4. Keluarga Pasien
DAFTAR PUSTAKA
Davidow, Moshe 2003. “Have You Heard the Word? The Effect of Word of Mouth on
Perceived Justice, Satisfied and Repurchase Intentions Following Complain
Handling.” Journal of and Complaining Behavior. Vol.16 hlm. 67.
Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, J.H. Donnelly, Jr. 2003. Organisasi, Perilaku, Struktur,
Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara, hlm 119−275.
Gordon. 2004. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara,
hlm 119−275.
Herzberg F. 1977. One more time: how do you Motivate employee? The
management process. Edisi 2. New York: Macmillan.
Marquis, B.L. dan C. J. Huston. 1998. Management Decision Making for Nurses. 124
Case Studies. Edisi 3. Philadelphia: J.B. Lippincott.
Robbins S.P. 2002. Organizational behavior. Edisi 10. 16 Oktober. San Diago State
University: Prentice Hall International Inc.
Summers C. 1994. “Self-Care: the Greatest Challenge for Nurses. Rev.” J Nurse
Emprow. 4(3): 92–96.
Supriyanto S., dan Ratna. 2007. Manajemen mutu, Health Advocacy. Surabaya