0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan10 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai inflamasi saluran napas dan spasme otot polos bronkiolus;
(2) Penyebab asma belum diketahui tetapi terkait faktor genetik, lingkungan, dan alergen;
(3) Gejala klinis asma termasuk kesulitan bernapas, batuk, dan suara ngikik saat bernapas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai inflamasi saluran napas dan spasme otot polos bronkiolus;
(2) Penyebab asma belum diketahui tetapi terkait faktor genetik, lingkungan, dan alergen;
(3) Gejala klinis asma termasuk kesulitan bernapas, batuk, dan suara ngikik saat bernapas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai inflamasi saluran napas dan spasme otot polos bronkiolus;
(2) Penyebab asma belum diketahui tetapi terkait faktor genetik, lingkungan, dan alergen;
(3) Gejala klinis asma termasuk kesulitan bernapas, batuk, dan suara ngikik saat bernapas.
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan bronkus tersebut terhadap keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia A. Price dalam Nurarif, 2015).
Menurut (Corwin, 2009). Asma adalah penyakit pernapasan obstruksif yang
ditandai inflamasi saluran napas dan spasme akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan mucus yang berlebihan dan menumpuk penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus. Etiologi Sampai saat ini penyebab asma belum diketahui. Suatu hal yang menonjol pada penderita asma adalah fenomena aktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. 1. Faktor ekstrinsik (alergik) 2. Faktor instrinsik 3. Faktor gabungan Faktor predisposisi 1. Genetik Faktor presipitasi Perubahan cuaca Stress Lingkungan kerja Olahraga atau aktifitas jasmani patofisiologi Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.Pencetus serangan yaitu berupa alergen, emosi, stress, obat-obatan, infeksi, dll dapat menimbulkan reaksi antigen dan antibodi kemudian dikeluarkannya substansi vasoaktif/sel mast (histamin, bradikinin, anafilatoksin, prostaglandin), setelah itu terjadi kontraksi otot polos (bronkospasme), peningkatan permeabilitas kapiler (adema, mukosa, hipersekresi), dan sekresi mukus meningkat kemudian obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk, dispnea, dan mengi. Manifestasi klinis Suara ngik-ngik sepanjang siklus pernapasan ketika terjadi inflamasi. Asimtomatik antara serangan asma. Gejala hilang walaupun tidak ada inflamasi Kesulitan bernapas (dyspnea) ketika jaringan napas menyempit karena inflamasi Frekuensi napas lebih dari 20 kali per menit ketika tubuh berusaha mendapatkan lebih banyak oksigen dari paru-paru. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan darah tepi ( sekret hidung ) Pemeriksaan IGE Pemeriksaan rontgen thorak biasanya ujung depan kosta terangkat dan puncak dada lebar. Pemeriksaan alergi tes untuk menentukan jenis alergen pencetus asma. Penatalaksaan : Oksigen 2-4 liter per menit Infus cairan 2 – 3 liter / hari, penderita boleh minum Aminophilin 5 – 6 mg / kg BB / IV, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 0,5 – 0,9 mg / kg BB / jam Kortikostereoid : hidrokortison 4 mg / kg BB / IV atau deksametason 10 – 20 mg. setelah tampak perbaikan kortikosteroid intravena dapat diganti dengan bentuk oral Askep teoritis 1. Pengakajian a. Identitas pasien b. Identitas penanggung jawab c. Keluhan utama 2. Riwayat kesehatan d. Riwayat kesehatan dahulu e. Riwayat penyakit sekarang f. Riwayat peyakit keluarga g. Riwayat kehamilan dan persalinan h. Riwayat imunisasi dan pemberian makan i. Riwayat tumbuh kembang Pemeriksaan Fisik (Head to Toe) • Keadaan umum : melihat dari ekspresi klien • Kepala : yang perlu kita kaji meliputi rambut, kulit kepala, wajah, konjungtiva, sklera, penglihatan, penciuman, pernafasan, adanya secret atau tidak, terpasang alat bantu nafas atau tidak bibir, lidah, pergerakan leher, KGB tidak teraba • Thoraks : Retraksi intercostae, bentuk dan gerak dada, tidak teraba pembesaran jantung, bunyi jantung normal, bunyi napas normal • Abdomen : Retraksi epigastrium, nyeri tekan, Bising usus. • Ekstremitas : Akral, gerak dan bentuk, kuku, ada edema atau tidak • Refleks pada bayi : Moro, sucking, grasping, rooting. Diagnosa keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret
berlebih dalam bronkiolus Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2. Pola napas inefektif berhubugan dengan meningkatnya produksi mucus di trakea dan bronkiolus Terimakasih