Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr.

O DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA ANSIETAS PADA PASIEN FRAKTUR
HUMERUS DI RUANG SERUNI RSUD Prof. Dr. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi Ners

Disusun Oleh :

Aenalia Ikrima Fatikhah

A2021030002

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG MUHAMMADIYAH


GOMBONG

2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Dengan Judul

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. O DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA ANSIETAS PADA PASIEN FRAKTUR
HUMERUS DI RUANG SERUNI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

Telah disetujui dan dinyatakan telah memenuhi syarat pada

Tanggal ............

PEMBIMBING

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Agung Priyadi, S.Kep. Ns) (Irmawan Andri M,Kep )


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Ansietas merupakan pengalaman subjektif dan kondisi emosi


seorang individu terhadap suatu keadaan yang tidak jelas yg menyebabkan
individu melakukan hal yang tujuannya untuk mengantisipasi bahaya serta
menghadapi ancaman yang kemungkinan terjadi (SDKI, 2016).

Ansietas adalah sebuah perasaan yang tidak tenang yang


disebabkan karena ketidaknyamanan atau perasaan takut yang dibarengi
dengan suatu respon untuk mengambil tindakan menghadapi ancaman
(Sutejo, 2019).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng eipphseal


atau permukaan rawan sendi. Karena tulang di kelilingi oleh struktur
jaringan lunak, tekanan fisik yang menyebabakan terjadinya fraktur, dan
tekanan fisik juga menimbulkan pergeseran mendadak pada fregmen
fraktur yang selalu menghasilkan cedera jaringan lunak, disekitarnya, hal
ini bisa di sebebkan karena trauma tunggal, trauma yang berulang-ulang,
kelemahan pada tulang atau fraktur patologik ( Hardisman&Riski 2015).

Menurut Muttaqin (2014) fraktur humerus adalah terputusnya


hubungan tulang humerus disertai kerusakan jaringan lunak
( otot,kulit,jaringan saraf, pembuluh darah ) sehingga memungkinkan
terjadinya hubungan antara frgamen tulang yang patah dengan udara luar
yang disebabkan oleh cedera dari trauma langsung yang mengenai lengan
atas.

B. ETIOLOGI
Menurut SDKI (2016) penyebab dari ansietas diantaranya yaitu :
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap konsep diri
e. Ancaman terhadap kematian
f. Kekhawatiran mengalami kegagalan
g. Disfungsi sistem keluarga
h. Hubungan orangtua-anak tidak memuaskan
i. Faktur keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
j. Penyalahgunaan zat
k. Terpapar bahaya lingkungan (misal toksin, polutan, dan lain-lain)
l. Kurang terpapar informasi

Etiologi terjadinya fraktur dapat disebabkan karena kelebihan beban


mekanis pada suatu tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu
banyak dibandingkan yang mampu ditanggungnya. Jumlah gaya pasti
yang diperlukan untuk menimbulkan suatu fraktur dapat bervariasi,
sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu sendiri. Fraktur dapat
terjadi karena gaya secara langsung, seperti saat sebuah benda bergerak
menghantam suatu area tubuh di atas tulang.
Menurut Nampira (2014) fraktur batang radius dan ulna biasanya
terjadi karena cedera langsung pada lengan bawah, kecelakaan lalu lintas,
atau jatuh dengan lengan teregang. Fraktur radius dan ulna biasanya
merupakan akibat cedera hebat. Cedera langsung biasanya menyebabkan
fraktur transversa pada tinggi yang sama, biasanya di sepertiga tengah
tulang (Hartanto, 2013).

C. BATASAN KARAKTERISTIK
Menurut SDKI (2016) gejala dan tanda mayor dan minor dari ansietas
diantaranya yaitu :

Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
Merasa bingung Tampak gelisah
Merasa khawatir dengan akibat Tampak tegang
dari kondisi yang dihadapi
Sulit berkonsentrasi Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
Mengeluh pusing Fekuensi napas meningkat
Anoreksia Fekuensi nadi meningkat
Palpitasi Tekanan darah meningkat
Merasa tidak berdaya Diaforesis
Tremor
Muka tampak pucat
Suara bergetar
Kontak mata buruk
Sering berkemih
Berorientasi pada masalalu

Manifestasi klinik fraktur humerus diantaranya yaitu :


1. Nyeri
2. Hilangnya fungsi
3. Deformitas
4. Pemendekan ekstremitas
5. Krepitus
6. Pembengkakan lokal dan perubahan warna
(Smeltzer & Bare, 2006).

D. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Faktor yang berhubungan dengan ansietas menurut Standar


Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) adalah sebagai berikut :

1. Penyakit kronis progresif (misal kanker, penyakit autoimun)


2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

E. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan secara langsung maupun tidak langsung melalui
observasi keadaan umum pasien, wawancara (tanya jawab) dengan
pasien dan keluarganya, pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung
kaki dengan teknik inspeksi, perkusi dan auskultasi. Menurut Doenges
(2015), dasar data pengkajian pasien adalah:
a. Aktifitas/istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, masalah mobilitas/ pergerakan, kelemahan
umum.
Tanda :
Pembatasan atau hilangnya fungsi bagian yang terkena mungkin segera,
penyebab fraktur atau mengembangkan sekunder dari perkembangan
jaringan, nyeri kelemahan ekstermitas yang terkena, kisaran defisit
gerak.
b. Sirkulasi
Tanda :
Hipertensi (kadang-kandang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah). Takikardi (respon
stress, hipovolemia), penurunan/ tak ada nadi pada bagian distal yang
cedera : pengisian kapiler lambat pucat pada bagian yang terkena.
Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
c. Neurosensori
Gejala :
Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, kebas/ kesemutan (parastesis).
Tanda :
Deformatis lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi, Agitasi
(mungkin berhubungan dengan rasa nyeri/ ansietas atau trauma lain),
dislokasi.
d. Eliminasi
Tanda : Hematuria, sedimen dalam urin, perubahan dalam output
(gagal ginjal akut dengan kerusakan otot rangka utama).
e. Nyeri
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi)
pada area jaringan/ kerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi).
Tanda : Kegelisahan, fokus diri, gangguan perilaku.
f. Keamanan
Gejala : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
kulit, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap, atau tiba-
tiba), adanya faktor resiko untuk jauh (usia, osteoporosis, demensia,
arthritis, kondisi lainnya).
Tanda : Keadaan insiden mungkin tidak mendukung jenis cedera yang
terjadi (mungkin sugestif penyalahgunaan), penggunaan alkohol atau
obat-obatan lain.
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Tanda : Penggunaan beberapa obat (resep dengan efek interaktif)
Pertimbangan rencana pemulangan
Gejala : Mungkin memerlukan bantuan sementara dengan transportasi,
aktivitas perawatan diri dan ibu rumah tangga atau pemeliharaan tugas,
mungkin memerlukan terapi tambahan atau krim rehabilitasi, mungkin
penempatan dibantu hidup-hidup atau fasilitas perawatan diperpanjang
untuk jangka waktu.

F. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY KEPERAWATAN


Fraktur terjadi disebabkan oleh trauma langsung dan tidak
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggalan), adanya
kelainan pada tulang (seperti infeksi pada tulang dan tumor tulang),
degenerasi akibat kemunduran fisiologis dan jaringan itu sendiri,
spontan yang terjadi karena tarikan otot yang sangat kuat. Ketika
sebuah tekanan mengenai tulang dan kekuatan tersebut tidak dapat
diabsorbsi oleh tulang, tendon dan otot maka terjadi fraktur,
periosterum dan pembuluh darah kortex, sumsum tulang dan jaringan
lunak sekitar menjadi rusak. Perdarahan terjadi dari ujung yang rusak
dan jaringan lunak sekitar, kemudian hematoma terbentuk dalam
medullary canal, antara ujung daerah dan dibawah periosteum. Jaringan
tulang dengan segera mendapatkan kepada daerah tulang yang mati.
Jaringan nekrotik ini menstimulasi respon inflamasi ditandai dengan
vasodilatasi, eksudasi plasma, leukositas dan infiltrasi dan sel darah
putih kemudian mengakibatkan penekanan saraf dan otot yang dapat
menimbulkan kontrakur sehingga akan menimbulkan gangguan
mobilitas fisik dan gangguan integritas kulit.

Pathway Keperawatan

Peristiwa Trauma
Kecelakaan

Ketidakmampuan tulang menahan stress yg dialami

Terputusnya kontinuitas tulang

Tekanan dari tulang Spasme otot Kerusakan jaringan Kerusakan


disekitarnya pembuluh darah
ke jaringan
Ekstravasasi
Nyeri pembuluh darah

Perdarahan meningkat

O2 dan nutrisi tidak


sampai ke jaringan

Hipoxia jaringan

Pre Op Fraktur tertutup Metabolisme anaerob

Pembentukan asam
Kontak denganlaktat
dunia luar
Gangguan rasa nyaman :
Gangguan pola tidur. nyeri akut

E. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Nyeri akut (D.0077) b.d agen cedera fisik Kankerkemoterapi
Intervensi kolon
2. Ansietas (D0080) b.d kurang terpapar informasi
3. Resiko Infeksi (0142)

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
Manajemen nyeri (08238)
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Monitor tanda-tanda vital
b. Terapeutik
1) Berikan dan ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi
nyeri (misalnya teknik relaksasi nafas dalam, mendengarkan
murotal)
2) Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
3) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4) Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2. Ansietas
Terapi Relaksasi (I.09326)
a. Observasi
1) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitif
2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
4) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
5) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
b. Terapeutik
1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang yg nyaman, jika memungkinkan
2) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
3) Gunakan pakaian longgar
4) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
(misalnya : musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
2) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3) Anjurkan mengambil posisi nyaman
4) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
6) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi

3. Resiko Infeksi
Pencegahan Infeksi (I24539)
a. Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b. Terapeutik
1) Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
4) Anjurkan meningkatkan aspan nutrisi
5) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
A. PENGKAJIAN
B. HASIL LABORATORIUM

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Hemoglobin L 11,2 g/dl 11.7-15.5
Leukosit 9170 /uL 3600-11000
Hematokrit L 33 % 35-47
Eritrosit L 3.84 10/uL 3.80-5.20
Trombosit 378000 /uL 150000-440000
MCV 88,2 fL 80-100
MCH 29,2 Pg/cell 26-34
MCHC 33,8 % 32-36
MPV 9.8 fL 9.4-12.3
Basofil 0,2 % 0,1
Eosonofil L 1,4 % 2,4
Batang H 0,8 % 3,5
Segmen H 733 % 50-70
Limfosit L 12,6 % 25-40
Monosit H 11,7 % 2-8
Netrofil H 74,1 % 50,0-70,0

C. HASIL PEMERIKSAAN RONTGEN FRAKTUR HUMERUS


DEXTRA.
- Fraktur tertutup os Humerus Dextra 1/3 proksimal.
D. ANALISA DATA

No Data Fokus Problem Etiologi


1. DS : Ansietas Krisis
Pasien mengatakan merasakan situasional
cemas ketika akan dilakukan operasi
karena ini merupakan operasi yg
kedua kalinya.
DO :
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
- Muka tampak pucat
2. DS : Nyari akut Agen cedera
P : Pasien mengatakan nyeri terjadi fisik
saat banyak bergerak
Q : Pasien mengatakan nyeri
seperti tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri
ditangan sebelah kanan.
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
DO :
- Saat dikaji pasien tampak
melindungi bagian yang nyeri
- Hasil pemeriksaan rontgen
humerus didapatkan Fraktur
tertutup os humerus dextra 1/3
proksimal. TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36°C
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL :
1. Ansietas b.d krisis situasional
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan Terapi Relaksasi
(D.0080) tindakan selama 2x8 jam (I.09326)
diharapkan masalah a. Observasi
keperawatan ansietas 1) Identifikasi
dapat teratasi dengan penurunan tingkat
kriteria hasil : energi,
Tingkat ansietas ketidakmampuan
(L.09093) berkonsentrasi, atau
- Perasaan khawatir gejala lain yang
menurun menganggu
- Perilaku gelisah kemampuan
menurun kognitif
- Perilaku tegang 2) Identifikasi teknik
menurun relaksasi yang
pernah efektif
digunakan
3) Identifikasi
kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
4) Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
5) Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
b. Terapeutik
1) Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang yg
nyaman, jika
memungkinkan
2) Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
3) Gunakan pakaian
longgar
4) Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain, jika sesuai
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi
yang tersedia
(misalnya : musik,
meditasi, napas
dalam, relaksasi
otot progresif)
2) Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
3) Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
4) Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
5) Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih
6) Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi

2. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (08238)


(D.0077) tindakan selama 2x8 jam a. Observasi
diharapkan masalah 1) Identifikasi lokasi,
keperawatan nyeri akut karakteristik,
dapat teratasi dengan durasi, frekuensi,
kriteria hasil : kualitas, intensitas
Tingkat nyeri L.08066 nyeri
- Keluhan nyeri 2) Identifikasi skala
berkurang nyeri
- Gelisah berkurang 3) Identifikasi respon
- Pola tidur normal nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
5) Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
6) Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
7) Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8) Monitor
keberhasilan terapi
yang sudah
diberikan
9) Monitor efek
samping
penggunaan
analgesik
10) Monitor tanda-
tanda vital
b. Terapeutik
1) Berikan dan
ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
(misalnya teknik
relaksasi nafas
dalam,
mendengarkan
murotal)
2) Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
3) Fasilitasi istirahat
dan tidur
4) Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab
periode dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
4) Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
5) Anjurkan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi hari ke 1

Tanggal IMPLEMENTASI RESPON TTD


/Jam
Senin Mengkaji KU pasien S:-
27/09/2021 O : KU baik
08.00
08.15 Mengkaji nyeri S:
- P : Pasien
mengatakan
nyeri terjadi
saat banyak
bergerak
Q : Pasien
mengatakan
nyeri seperti
tertekan
R : Pasien
mengatakan
nyeri ditangan
sebelah kanan
S : Skala nyeri
5
T : Nyeri
hilang timbul
O:
- Saat dikaji
pasien tampak
melindungi
bagian yang
nyeri
08.20 Identifikasi respon S : -
nyeri non verbal O : Pasien tampak
tegang
08.20 Identifikasi faktor S : Pasien
yang memperberat mengatakn nyeri
dan memperingan ketika bergerak, dan
nyeri nyeri berkurang
ketika klien
beristirahat
O : klien tampak
menunjukkan bagian
yang nyeri
08.30 Mengidentifikasi S : klien mengatakan
kecemasan yang cemas karena ini
dialami klien merupakan operasi
kedua yang akan
dilakukannya
O : pasien tampak
cemas dan gelisah
08.35 Monitor tanda-tanda S : -
vital O:
- TTV :
TD : 120/80
mmHg
Nadi : 80
x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36°C
08.40 Jelaskan tujuan, S : klien jadi
manfaat, batasan, mengetahui tujuan ,
dan jenis relaksasi manfaat , dan jenis
yang akan digunakan relaksasi yang akan
yaitu terapi relaksasi diberikan
nafas dalam dan O : Klien tampak
terapi relaksasi mendengarkan apa
genggam jari yang dijelaskan
oleh perawat
08.45 Anjurkan S : klien
mengambil posisi mengatakan sudah
nyaman dalam posisi
nyaman
O : klien tampak
berbaring ditempat
tidurnya
08.50 Berikan dan ajarkan S : Klien
teknik non mengatakan
farmakologi untuk bersedia untuk
mengurangi nyeri dilakukan terapi
dan kecemasan yaitu non farmakologis
terapi relaksasi nafas O : klien tampak
dalam dan terapi kooperatif
relaksasi genggam
jari

13.30 Monitor respons S : klien


terhadap terapi mengatakan lebih
relaksasi , anjurkan rileks saat
rileks dan merasakan dilakukan terapi
sensasi relaksasi O : klien tampak
lebih rileks
13.45 Anjurkan sering S : Klien
mengulangi atau mengatakan akan
melatih teknik yang melakukannya lagi
telah dilakukan ketika nyerinya
datang
O : Klien tampak
memperhatikan apa
yang dijelaskan
Implementasi hari ke 2

Tanggal IMPLEMENTASI RESPON TTD


/Jam
Selasa Mengkaji KU pasien S:-
2709//2021 O : KU baik
14.00
14.00 Mengkaji nyeri S:
- P : Nyeri
masih sedikit
terasa saat
bergerak
- Q : Nyeri
seperti tertekan
- R : Nyeri
tangan kiri
- S : Skala nyeri
4
- T : Nyeri
hilang timbul
O:
- Klien masih
tampak
memegangi
tangannya
14.15 Mengidentifikasi S : klien
ansietas yang mengatakan masih
dialami klien merasa cemas
sedikt. karena
operasi terpasang
slang.
O : klien sedikit
tampak cemas
14.20 Mengulangi terapi S : Klien
relaksasi nafas mengatakan
dalam dan terapi mempraktekkan
relaksasi genggam terapi yang sudah
jari dipelajari
O : klien tampak
kooperatif
14.25 Monitor tanda-tanda S : -
vital O:
- TTV :
TD : 120/80
mmHg
Nadi : 80
x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36°C
14.30 Menganjurkan S : klien
pasien pada posisi mengatakan sudah
nyaman dalam posisi
nyaman
O : klien tampak
berbaring ditempat
tidur
14.35 Mengulangi terapi S : Klien
relaksasi nafas mengatakan
dalam dan terapi mempraktekkan
relaksasi genggam terapi yang sudah
jari. dipelajari
O : klien tampak
kooperatif
14.45 Monitor respons S : klien
terhadap terapi mengatakan lebih
relaksasi, dan rileks saat
menganjurkan dilakukan terapi
pasien untuk lebih O : klien tampak
rileks lebih rileks

14.45 Anjurkan sering S : Klien


mengulangi atau mengatakan akan
melatih teknik yang melakukannya lagi
telah dilakukan O : Klien tampak
memperhatikan apa
yang dijelaskan

E. EVALUASI KEPERAWATAN

No Evaluasi TTD
Dx
Senin, 19/04/21 Jam 14.00
1 S:
Pasien mengatakan merasakan cemas ketika akan
dilakukan operasi pada tangannya karena ini
merupakan operasi yg kedua kalinya (trauma dengan
operasi).
O:
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
- Muka tampak pucat
A : Masalah keperawatan ansietas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan mengambil posisi nyaman
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih

2 S:
P : Pasien mengatakan nyeri terjadi saat banyak
bergerak
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri ditangan sebelah kanan
S: Skala nyeri 5 .
T : Nyeri hilang timbul
O:
- Saat dikaji pasien tampak melindungi bagian yang
nyeri
- Hasil pemeriksaan rontgen humerus didapatkan
fraktur tertutup os humerus dextra 1/3 proksimal.
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36°C
A : Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Berikan dan ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri

1 S:
Pasien mengatakan merasakan cemas karena hari ini
operasi .
O:
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
A : Masalah keperawatan ansietas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan mengambil posisi nyaman
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih

2 S:
P : Pasien mengatakan nyeri terjadi saat banyak
bergerak
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri ditangan sebelah kiri
S: Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul
O:
- Saat dikaji pasien masih tampak melindungi bagian
yang nyeri
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36°C
A : Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Berikan dan ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri.
BLPL 29 .
BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus fraktur humerus terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang


muncul diantaranya pada kasus yaitu nyeri akut dan ansietas. Pada kasus diagnosa
nyeri akut dan ansietas dilakukan terapi relaksasi. Relaksasi dilakukan kurang
lebih selama 5-10 detik diyakini dapat meningkatkan aliran darah ke seluruh
tubuh sehingga dapat mengurangi nyeri dan stres mental pada pasien (Namuwali
dan Domianus, 2016). Yang dilakukan pada kasus ini yaitu terapi nafas dalam dan
terapi relaksasi genggam jari. Terapi genggam jari diyakini dapat mengendalikan
emosi yang dapat membuat tubuh menjadi rileks, ketika tubuh berada pada posisi
rileks maka ketegangan otot akan berkurang dan menyebabkan berkurangnya
kecemasan (Safriyani, 2016).
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adji (2018) dengan judul
“Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi BPH
di Paviliun Mawar RSUD Jombang” yang dilakukan pada bulan Februari –
Agustus tahun 2018. Dengan sampelnya 27 orang rata – rata mereka mempunyai
tingkat kecemasan sedang sebelum dilakukan intervensi yaitu sebanyak 26
responden kemudian sesudah dilakukan intervensi terapi relaksasi genggam jari
selama 15-30 menit hampir setengah responden tingkat kecemasannya menjadi
ringan yaitu sebanyak 13 responden (48,1%) dan dan 12 responden tidak
mengalami kecemasan lagi (44,4%). Dari hasil tersebut maka disimpulkan bahwa
adanya pengaruh pemberian terapi relaksasi genggam jari pada pasien pre operasi
BPH dengan didapatkan hasil p = 0.000 < 0.05 yang berarti ada pengaruh pada
relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien pre operasi BPH di Ruang
Mawar RSUD Jombang. Penelitian yang dilakukan oleh Diana (2016) dengan
judul “Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam jari Terhadap Penurunan Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi SC” dengan sampel 32 responden yang dibagi menjadi
16 kelompok perlakuan dan 16 kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol
didapatkan rata-rata pre test sebesar 19,63 sedangkan post test 19,06 hal ini
menunjukkan penurunan yang sangat kecil. Berbeda dengan kelompok perlakuan
pada pre test didapatkan hasil 19,94 dan setelah perlakuan turun menjadi 16,19.
Hasil pengujian hipotesis (p<0.05) yang membuktikan bahwa teknik relaksasi
genggam jari secara signifikan dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien pre
operasi SC di RSUD Moewardi Surakarta.

Pada pasien kelolaan yang diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan
relaksasi genggam jari mengatakan menjadi lebih rileks dan juga ada penurunan
nyeri dari skala nyeri 5 menjadi skala nyeri 4, hal ini sejalan dengan penilitian
yang dilakukan oleh Risnawati, dkk (2016) yang menyatakan bahwa sebelum
dilakukan relaksi nafas dalam didapatkan nilai mean tingkat nyeri 4.62, sedangkan
sesudah dilakukan relaksasi didapatkan nilai mean tingkat nyeri 2,62. Nyeri
sebelum dilakukan intervensi relaksai nafas dalam menunjukan nilai rata-rata
nyeri ringan dan nyeri sedang, hal ini menunjukan ada perbedaan sebelum (75%)
nyeri sedang dan sesudah dilakukan relaksasi terjadi penurunan intensitas nyeri
(75%)
DAFTAR PUSTAKA

Adji, B. S. (2018). Pengaruh relaksasi genggam jari terhadap kecemasan pasien


preoperasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) (STIKES Insan Medika
Jombang). Diambil dari https://id.123dok.com.
Diana R K S., Maliya A. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio
Caesarea. Surakarta: UMS.
Risnah,Risnawati. (2019) Terapi non farmakologi dalam penanganan fraktur nyeri akut
pada fraktrur. Prodi keperawatan fakultas sulawesi barat

Namuwali, domianus, dkk. (2016). Teknik relaksasi meningkatkan kontrol emosi


pada penderita dengan penyakit kronis . VII (3), Halaman156.
PPNI (2016). Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standard Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1: Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
RELAKSASI NAFAS DALAM DAN RELAKSASI GENGGAM JARI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Profesi Ners Stase KMB

Disusun oleh :
Aenalia ikrima fatikhah
A32020015

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG MUHAMMADIYAH


GOMBONG

2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Mengurangi kecemasan dan nyeri pada Sdr O pada fraktur
Humerus.
Sub Pokok Bahasan : Relaksasi Nafas Dalam dan Relaksasi Genggam Jari
Hari/Tanggal : Selasa 27 september /2021
Waktu : 30 menit
Sasaran : Sdr O
Tempat/Ruang : R. Seruni

I. Latar Belakang
Menurut Muttaqin (2014) fraktur humerus adalah terputusnya hubungan
tulang humerus disertai kerusakan jaringan lunak ( otot,kulit,jaringan saraf,
pembuluh darah ) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara
frgamen tulang yang patah dengan udara luar yang disebabkan oleh cedera
dari trauma langsung yang mengenai lengan atas.

Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat
tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu
ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk menimbulkan suatu
fraktur dapat bervariasi, sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu
sendiri. Fraktur dapat terjadi karena gaya secara langsung, seperti saat sebuah
benda bergerak menghantam suatu area tubuh di atas tulang. Menurut
Nampira (2014) fraktu Humerus biasanya terjadi karena cedera langsung pada
lengan atas, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dengan lengan teregang. Fraktur
humerus biasanya merupakan akibat cedera hebat. Cedera langsung biasanya
menyebabkan fraktur transversa pada tinggi yang sama, biasanya di sepertiga
tengah tulang (Hartanto, 2013).
Pada klien didapatkan hasil bahwa pasien mengalami kecemasan serta
nyeri sebelum dilakukan operasi. Kecemasan merupakan suatu perasaan takut
individu terhadap sesuatu yang terjadi ketika individu mengalami bahaya dan
merupakan sinyal untuk membantu individu mengambil tindakan yang akan
dilakukan dalam menghadapi ancaman (Sutejo, 2018). Penelitian yang
dilakukan oleh Bahsoan (2013) sekitar 1,2 juta jiwa atau sekitar 80%
mengalami kecemasan sebelum melakukan operasi. Data di dunia
menjelaskan pada 61% pasien mengalami kecemasan pada fase pre operasi
(Mulugeta et al, 2018). Stress dan kecemasan pada pasien pre operasi
disebabkan karena pasien mengalami ketakutan akan kemungkinan yang
terjadi setelah dilakukannya sebuah operasi diantaranya nyeri setelah operasi,
takut terjadi perubahan pada fisiknya, dan juga takut akan kematian (Widarti
dan Putri, 2017). Kecemasan juga bisa disebabkan karena kurangnya paparan
informasi tentang operasi yang akan dijalaninya (Cholifah dan Purwati,
2019). Tanda-tanda kecemasan setiap orang berbeda-beda, diantaranya
ditandai dengan peningkatan denyut nadi (Pontoh dkk, 2015). Penelitian lain
menyebutkan manifestasi kecemasan yang lainnya yaitu dapat dipengaruhi
oleh pengalaman operasi sebelumnya, usia, penghasilan, jenis kelamin, dan
lain sebagainya (Woldegerima dkk, 2018).
Untuk mengatasi kecemasan serta nyeri pada pasien dilakukan terapi
relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari. Teori yang dikemukakan
oleh Safriyani, (2016) yaitu terapi genggam jari diyakini dapat
mengendalikan emosi yang dapat membuat tubuh menjadi rileks, ketika tubuh
berada pada posisi rileks maka ketegangan otot akan berkurang dan
menyebabkan berkurangnya nyeri dan kecemasan. Teknik relaksasi dengan
pernafasan dapat mengendalikan kecemasan dan nyeri dengan meminimalkan
aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Caranya yaitu perawat
mengajarkan kepada pasien bangaimana cara melakukan nafas dalam, nafas
lambat, dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain untuk
menurunkan intensitas nyeri, teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi dara. Intervensi relaksasi nafas dalam
sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Hutahaean dkk,( 2019).
Tindakan keperawatan yang diberikan berfokus pada pemberian teknik
relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari yang telah penulis lakukan
pada pasien adalah mengajarkan bagaimana teknik relaksasi nafas dalam dan
relaksasi genggam jari, kapan pasien harus menggunakan teknik tersebut,
observasi tanda-tanda vital, mengukur skala nyeri. Hasil tindakan
keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis 2 kali 8 jam diperoleh respon
pasien tampak membaik ditandai dengan skala nyeri dan kecemasan pasien
berkurang.
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit Sdr O diharapkan mampu
mengetahui cara relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari dengan
baik dan dapat mengaplikasikannya guna untuk meringankan kecemasan serta
nyeri yang dialaminya.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan Sdr O mampu:
a. Menjelaskan pengertian relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
b. Menyebutkan manfaat relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
c. Melakukan kembali relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
secara benar
IV. Media dan Alat
Media :
a. Materi penyuluhan
V. Metode
a. Diskusi
VI. Setting Tempat

Penyuluh

Sdr O

VII. Strategi Pelaksanaan/Kegiatan Pengajaran


N Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Media/Alat
o Penyuluhan
1 Pembukaa 1. Memberikan 1. Menjawab -
n (5 salam salam
menit) 2. Memperkenalk 2. Mendengarkan
an diri dan
3. Menjelaskan memperhatikan
tujuan penyuluhan
2 Pelaksanaan 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan
(10 menit) materi dan
a. Pengertian memperhatikan
relaksasi nafas 2. Mengikuti
dalam dan gerakan
relaksasi relaksasi nafas
genggam jari dalam dan
b. Manfaat relaksasi
relaksasi nafas genggam jari
dalam dan
relaksasi
genggam jari
c. Meberitahu
langkah langkah
melakukan
relaksasi nafas
dalam dan
relaksasi
genggam jari
3 Penutup 1. Meminta Sdr O 1. -
(15 menit) untuk menjelaskan pertanyaan
kembali pengertian yang
relaksasi nafas diberikan
dalam dan 2.
relaksasi genggam pertanyaan
jari menurut dengan
pengertiannya menjelaskan
2. Meminta Sdr O manfaat
untuk menjelaskan relaksasi
manfaat dari nafas dalam
relaksasi nafas dan relaksasi
dalam dan genggam jari
relaksasi genggam yang telah
jari disampaiakan
3. Menanyakan 3.
kepada Sdr O perasaan
perasaan setelah setelah
dilakukan relaksasi relaksasi naas
nafas dalam dan dalam dan
relaksasi genggam relaksasi
jari genggam jari
4. Memberikan RTL 4.
(Rencana Tindak melakukan
Lanjut) : ketika nyeri
mengaplikasikan dan
saat terjadi kecemasan
kecemasan maupun 5.
nyeri bahwa sudah
5. Menanyakan jelas
apabila ada yang 6.
belum jelas
6. Menutup acara
dengan salam

VIII. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur (Persiapan)
1) Materi sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan
2) Sdr O mengikuti kegiatan penyuluhan
3) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang seruni kamar no 8 di
bed pasien
b. Evaluasi Proses
1) Sdr O memperhatikan dan mengikuti materi penyuluhan
2) Sdr O tidak meninggalkan penyuluhan
3) Sdr O antusias dan aktif dalam kegiatan penyuluhan.
4) Media dapat digunakan secara efektif
c. Evaluasi Hasil
1) Sdr O mengerti tentang:
a. Pengertian relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
b. Manfaat relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
c. Mempraktekan kembali relaksasi nafas dalam dan relaksasi
genggam jari
d. Mau melakukan kembali apabila terjadi nyeri dirasakan lagi

IX. Lampiran
Materi
a. Pengertian Relaksasi nafas dalam dan Relaksasi Genggam Jari
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan juga dapat meningkatkan oksigenasi
darah (Sri Utami, 2016). Serta terapi relaksasi genggam jari merupakan
sebuah teknik relaksasi yang berhubungan dengan jari tangan dan aliran
energi dalam tubuh yang dilakukan secara sederhana.

b. Manfaat Relaksasi Nafas Dalam dan Relaksasi Genggam Jari


Menurut (Sri Utami, 2016), menyatakan bahwa tujuan dari teknik relaksasi
nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang
dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam
adalah dapat menghilangkan nyeri, ketentraman hati, dan berkurangnya
rasa cemas.
c. Langkah Langkah Relaksasi Nafas Dalam dan Relaksasi Genggam
Jari
Relaksasi nafas dalam :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Posisi duduk, setengah duduk atau berbaring.
4. Letakkan kedua telapak tangan berhadapan satu sama lain, dibawah
dan sepanjang batas bawah tulang rusuk depan. Letakkan ujung jari
tengah kedua telapak tangan saling bersentuhan.
5. Ambil nafas dalam secara lambat, menghirup melalui hidung.
Rasakan bahwa kedua jari tengah tangan terpisah selama menarik
nafas (inspirasi). Tahan napas sampai hitungan ketiga (1, 2, 3).
6. Perlahan-lahan menghembuskan nafas melalui mulut (seperti
meniup)
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8. Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri dan kecemasan
terasa berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5
kali.
Relaksasi genggam jari
1. Duduk atau berbaring dengan tenang
2. Genggam ibu jari dengan telapak tangan sebelahnya apabila
merasa khawatir berlebihan
3. Genggam jari telunjuk dengan telapak tangan sebelahnya apabila
merasa takut berlebihan
4. Genggam jari tengah apabila merasa marah berlebihan
5. Genggam jari manis apabila merasa sedih berlebihan
6. Dan genggam jari kelingking apabila merasa stress berlebihan
7. Tutup mata, fokus, dan terik nafas perlahan dari hidung dan
dihembuskan perlahan dengan mulut. Lakukan berkali-kali
8. Katakan semakin rileks, semakin rileks sampai benar-benar rileks
9. Apabila sudah rileks lakukan relaksasi seperti “saya pasti bisa”
10. Lepaskan genggaman jari, usahakan lebih rileks.

Anda mungkin juga menyukai