O DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA ANSIETAS PADA PASIEN FRAKTUR
HUMERUS DI RUANG SERUNI RSUD Prof. Dr. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO
Disusun Oleh :
A2021030002
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
Tanggal ............
PEMBIMBING
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Menurut SDKI (2016) penyebab dari ansietas diantaranya yaitu :
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap konsep diri
e. Ancaman terhadap kematian
f. Kekhawatiran mengalami kegagalan
g. Disfungsi sistem keluarga
h. Hubungan orangtua-anak tidak memuaskan
i. Faktur keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
j. Penyalahgunaan zat
k. Terpapar bahaya lingkungan (misal toksin, polutan, dan lain-lain)
l. Kurang terpapar informasi
C. BATASAN KARAKTERISTIK
Menurut SDKI (2016) gejala dan tanda mayor dan minor dari ansietas
diantaranya yaitu :
E. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan secara langsung maupun tidak langsung melalui
observasi keadaan umum pasien, wawancara (tanya jawab) dengan
pasien dan keluarganya, pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung
kaki dengan teknik inspeksi, perkusi dan auskultasi. Menurut Doenges
(2015), dasar data pengkajian pasien adalah:
a. Aktifitas/istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, masalah mobilitas/ pergerakan, kelemahan
umum.
Tanda :
Pembatasan atau hilangnya fungsi bagian yang terkena mungkin segera,
penyebab fraktur atau mengembangkan sekunder dari perkembangan
jaringan, nyeri kelemahan ekstermitas yang terkena, kisaran defisit
gerak.
b. Sirkulasi
Tanda :
Hipertensi (kadang-kandang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah). Takikardi (respon
stress, hipovolemia), penurunan/ tak ada nadi pada bagian distal yang
cedera : pengisian kapiler lambat pucat pada bagian yang terkena.
Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
c. Neurosensori
Gejala :
Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot, kebas/ kesemutan (parastesis).
Tanda :
Deformatis lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi, Agitasi
(mungkin berhubungan dengan rasa nyeri/ ansietas atau trauma lain),
dislokasi.
d. Eliminasi
Tanda : Hematuria, sedimen dalam urin, perubahan dalam output
(gagal ginjal akut dengan kerusakan otot rangka utama).
e. Nyeri
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi)
pada area jaringan/ kerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi).
Tanda : Kegelisahan, fokus diri, gangguan perilaku.
f. Keamanan
Gejala : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna
kulit, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap, atau tiba-
tiba), adanya faktor resiko untuk jauh (usia, osteoporosis, demensia,
arthritis, kondisi lainnya).
Tanda : Keadaan insiden mungkin tidak mendukung jenis cedera yang
terjadi (mungkin sugestif penyalahgunaan), penggunaan alkohol atau
obat-obatan lain.
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Tanda : Penggunaan beberapa obat (resep dengan efek interaktif)
Pertimbangan rencana pemulangan
Gejala : Mungkin memerlukan bantuan sementara dengan transportasi,
aktivitas perawatan diri dan ibu rumah tangga atau pemeliharaan tugas,
mungkin memerlukan terapi tambahan atau krim rehabilitasi, mungkin
penempatan dibantu hidup-hidup atau fasilitas perawatan diperpanjang
untuk jangka waktu.
Pathway Keperawatan
Peristiwa Trauma
Kecelakaan
Perdarahan meningkat
Hipoxia jaringan
Pembentukan asam
Kontak denganlaktat
dunia luar
Gangguan rasa nyaman :
Gangguan pola tidur. nyeri akut
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
Manajemen nyeri (08238)
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Monitor tanda-tanda vital
b. Terapeutik
1) Berikan dan ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi
nyeri (misalnya teknik relaksasi nafas dalam, mendengarkan
murotal)
2) Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
3) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4) Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Ansietas
Terapi Relaksasi (I.09326)
a. Observasi
1) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitif
2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
4) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
5) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
b. Terapeutik
1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang yg nyaman, jika memungkinkan
2) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
3) Gunakan pakaian longgar
4) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
c. Edukasi
1) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
(misalnya : musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
2) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3) Anjurkan mengambil posisi nyaman
4) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
6) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
3. Resiko Infeksi
Pencegahan Infeksi (I24539)
a. Observasi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b. Terapeutik
1) Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
4) Anjurkan meningkatkan aspan nutrisi
5) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
A. PENGKAJIAN
B. HASIL LABORATORIUM
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi hari ke 1
E. EVALUASI KEPERAWATAN
No Evaluasi TTD
Dx
Senin, 19/04/21 Jam 14.00
1 S:
Pasien mengatakan merasakan cemas ketika akan
dilakukan operasi pada tangannya karena ini
merupakan operasi yg kedua kalinya (trauma dengan
operasi).
O:
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
- Muka tampak pucat
A : Masalah keperawatan ansietas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan mengambil posisi nyaman
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih
2 S:
P : Pasien mengatakan nyeri terjadi saat banyak
bergerak
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri ditangan sebelah kanan
S: Skala nyeri 5 .
T : Nyeri hilang timbul
O:
- Saat dikaji pasien tampak melindungi bagian yang
nyeri
- Hasil pemeriksaan rontgen humerus didapatkan
fraktur tertutup os humerus dextra 1/3 proksimal.
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36°C
A : Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Berikan dan ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri
1 S:
Pasien mengatakan merasakan cemas karena hari ini
operasi .
O:
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tegang
A : Masalah keperawatan ansietas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan mengambil posisi nyaman
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang dipilih
2 S:
P : Pasien mengatakan nyeri terjadi saat banyak
bergerak
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri ditangan sebelah kiri
S: Skala nyeri 4
T : Nyeri hilang timbul
O:
- Saat dikaji pasien masih tampak melindungi bagian
yang nyeri
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36°C
A : Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Berikan dan ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri.
BLPL 29 .
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien kelolaan yang diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan
relaksasi genggam jari mengatakan menjadi lebih rileks dan juga ada penurunan
nyeri dari skala nyeri 5 menjadi skala nyeri 4, hal ini sejalan dengan penilitian
yang dilakukan oleh Risnawati, dkk (2016) yang menyatakan bahwa sebelum
dilakukan relaksi nafas dalam didapatkan nilai mean tingkat nyeri 4.62, sedangkan
sesudah dilakukan relaksasi didapatkan nilai mean tingkat nyeri 2,62. Nyeri
sebelum dilakukan intervensi relaksai nafas dalam menunjukan nilai rata-rata
nyeri ringan dan nyeri sedang, hal ini menunjukan ada perbedaan sebelum (75%)
nyeri sedang dan sesudah dilakukan relaksasi terjadi penurunan intensitas nyeri
(75%)
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Profesi Ners Stase KMB
Disusun oleh :
Aenalia ikrima fatikhah
A32020015
2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Pokok Bahasan : Mengurangi kecemasan dan nyeri pada Sdr O pada fraktur
Humerus.
Sub Pokok Bahasan : Relaksasi Nafas Dalam dan Relaksasi Genggam Jari
Hari/Tanggal : Selasa 27 september /2021
Waktu : 30 menit
Sasaran : Sdr O
Tempat/Ruang : R. Seruni
I. Latar Belakang
Menurut Muttaqin (2014) fraktur humerus adalah terputusnya hubungan
tulang humerus disertai kerusakan jaringan lunak ( otot,kulit,jaringan saraf,
pembuluh darah ) sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara
frgamen tulang yang patah dengan udara luar yang disebabkan oleh cedera
dari trauma langsung yang mengenai lengan atas.
Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat
tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu
ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk menimbulkan suatu
fraktur dapat bervariasi, sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu
sendiri. Fraktur dapat terjadi karena gaya secara langsung, seperti saat sebuah
benda bergerak menghantam suatu area tubuh di atas tulang. Menurut
Nampira (2014) fraktu Humerus biasanya terjadi karena cedera langsung pada
lengan atas, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dengan lengan teregang. Fraktur
humerus biasanya merupakan akibat cedera hebat. Cedera langsung biasanya
menyebabkan fraktur transversa pada tinggi yang sama, biasanya di sepertiga
tengah tulang (Hartanto, 2013).
Pada klien didapatkan hasil bahwa pasien mengalami kecemasan serta
nyeri sebelum dilakukan operasi. Kecemasan merupakan suatu perasaan takut
individu terhadap sesuatu yang terjadi ketika individu mengalami bahaya dan
merupakan sinyal untuk membantu individu mengambil tindakan yang akan
dilakukan dalam menghadapi ancaman (Sutejo, 2018). Penelitian yang
dilakukan oleh Bahsoan (2013) sekitar 1,2 juta jiwa atau sekitar 80%
mengalami kecemasan sebelum melakukan operasi. Data di dunia
menjelaskan pada 61% pasien mengalami kecemasan pada fase pre operasi
(Mulugeta et al, 2018). Stress dan kecemasan pada pasien pre operasi
disebabkan karena pasien mengalami ketakutan akan kemungkinan yang
terjadi setelah dilakukannya sebuah operasi diantaranya nyeri setelah operasi,
takut terjadi perubahan pada fisiknya, dan juga takut akan kematian (Widarti
dan Putri, 2017). Kecemasan juga bisa disebabkan karena kurangnya paparan
informasi tentang operasi yang akan dijalaninya (Cholifah dan Purwati,
2019). Tanda-tanda kecemasan setiap orang berbeda-beda, diantaranya
ditandai dengan peningkatan denyut nadi (Pontoh dkk, 2015). Penelitian lain
menyebutkan manifestasi kecemasan yang lainnya yaitu dapat dipengaruhi
oleh pengalaman operasi sebelumnya, usia, penghasilan, jenis kelamin, dan
lain sebagainya (Woldegerima dkk, 2018).
Untuk mengatasi kecemasan serta nyeri pada pasien dilakukan terapi
relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari. Teori yang dikemukakan
oleh Safriyani, (2016) yaitu terapi genggam jari diyakini dapat
mengendalikan emosi yang dapat membuat tubuh menjadi rileks, ketika tubuh
berada pada posisi rileks maka ketegangan otot akan berkurang dan
menyebabkan berkurangnya nyeri dan kecemasan. Teknik relaksasi dengan
pernafasan dapat mengendalikan kecemasan dan nyeri dengan meminimalkan
aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Caranya yaitu perawat
mengajarkan kepada pasien bangaimana cara melakukan nafas dalam, nafas
lambat, dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain untuk
menurunkan intensitas nyeri, teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi dara. Intervensi relaksasi nafas dalam
sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Hutahaean dkk,( 2019).
Tindakan keperawatan yang diberikan berfokus pada pemberian teknik
relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari yang telah penulis lakukan
pada pasien adalah mengajarkan bagaimana teknik relaksasi nafas dalam dan
relaksasi genggam jari, kapan pasien harus menggunakan teknik tersebut,
observasi tanda-tanda vital, mengukur skala nyeri. Hasil tindakan
keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis 2 kali 8 jam diperoleh respon
pasien tampak membaik ditandai dengan skala nyeri dan kecemasan pasien
berkurang.
II. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit Sdr O diharapkan mampu
mengetahui cara relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari dengan
baik dan dapat mengaplikasikannya guna untuk meringankan kecemasan serta
nyeri yang dialaminya.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan Sdr O mampu:
a. Menjelaskan pengertian relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
b. Menyebutkan manfaat relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
c. Melakukan kembali relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
secara benar
IV. Media dan Alat
Media :
a. Materi penyuluhan
V. Metode
a. Diskusi
VI. Setting Tempat
Penyuluh
Sdr O
VIII. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur (Persiapan)
1) Materi sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan
2) Sdr O mengikuti kegiatan penyuluhan
3) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang seruni kamar no 8 di
bed pasien
b. Evaluasi Proses
1) Sdr O memperhatikan dan mengikuti materi penyuluhan
2) Sdr O tidak meninggalkan penyuluhan
3) Sdr O antusias dan aktif dalam kegiatan penyuluhan.
4) Media dapat digunakan secara efektif
c. Evaluasi Hasil
1) Sdr O mengerti tentang:
a. Pengertian relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
b. Manfaat relaksasi nafas dalam dan relaksasi genggam jari
c. Mempraktekan kembali relaksasi nafas dalam dan relaksasi
genggam jari
d. Mau melakukan kembali apabila terjadi nyeri dirasakan lagi
IX. Lampiran
Materi
a. Pengertian Relaksasi nafas dalam dan Relaksasi Genggam Jari
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan juga dapat meningkatkan oksigenasi
darah (Sri Utami, 2016). Serta terapi relaksasi genggam jari merupakan
sebuah teknik relaksasi yang berhubungan dengan jari tangan dan aliran
energi dalam tubuh yang dilakukan secara sederhana.