Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SATUAN PENYULUHAN

TERAPI BERMAIN ORIGAMI


DI RUANG ANAK 7A
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

DISUSUN OLEH :

Yuli Dwi Kartika Ningsih (P17220181002)


Mila Nur Azizah (P17220181016)
Rendi Irawan (P17220182030)
Dea Rahmatika Salsabila (P17220183043)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D3 KEPERAWATAN LAWANG
MARET 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) yang berjudul “Pencegahan Virus


Corona” di RuangAnak 7A RSUD Dr. SaifulAnwar , oleh :
Nama : 1. Yuli Dwi Kartika Ninhgsih (P17220181002)
2. Mila Nur Azizah (P17220181016)
3. Rendi Irawan (P17220182030)
4. Dea Rahmatika Salsabila (P17220183043)
Diperiksa dan disetujui oleh :

Malang, 6 Maret 2020

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

_____________________ ______________________

Mengetahui,
KepalaRuanganAnak 7A

_____________________
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) yang berjudul “Pencegahan Virus


Corona” di RuangAnak 7A RSUD Dr. SaifulAnwar , oleh :
Nama : 1. Yuli Dwi Kartika Ninhgsih (P17220181002)
2. Mila Nur Azizah (P17220181016)
3. Rendi Irawan (P17220182030)
4. Dea Rahmatika Salsabila (P17220183043)
Diperiksa dan disetujui oleh :

Malang, 5 Maret 2020

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

_____________________ ______________________

Mengetahui,
KepalaRuanganAnak 7A

_____________________

TERAPI BERMAIN ORIGAMI


1. Latar Belakang Masalah
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat anak
untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan ke rumah.Anak prasekolah yang sakit dan harus dirawat di
rumah sakit dapat mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.pada
anak prsekolah memunculkan berbagai respon terhadap pengalaman
hospitalisasi. Respon yang paling umum pada anak prasekolah yang
menjalani hospitalisasi adalah kecemasan (Supartini, 2006).
Stressor utama Kecemasan pada anak prasekolah selama hospitalisasi
yaitu perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri (Wong et al,
2009).Kecemasan menimbulkan respon fisiologis dan respon psikologis
(Stuart 2006). Kecemasan yang dialami anak prasekolah selama hospitalisasi
jika tidak segera ditangani akan menghambat proses kesembuhan anak.
Proses kesembuhan terhambat karena anak yang mengalami kecemasan akan
menolak perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani (tidak kooperatif).
Anak yang mengalami kecemasan selama hospitalisasi akan berusaha untuk
menolak makan, minum, dan sulit tidur, sehingga akan membuat kondisi anak
menjadi lebih buruk. Kecemasan yang terus menerus dapat mengakibatkan
tubuh menghasilkan hormon yang menyebabkan kerusakan pada seluruh
tubuh termasuk menurunkan kemampuan sistem imun (Putra, 2011).
Peran perawat dalam meminimalkan kecemasan pada anak prasekolah
yang menjalani hospitalisasi sangat diperlukan agar anak berperilaku lebih
kooperatif, mudah beradaptasi dan tidak terjadi penurunan sistem imun lain.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengurangi atau
menghilangkan kecemasan pada anak prasekolah berupa terapi
bermain.Terapi bermain merupakan terapi yang paling efektif untuk
menurunkan kecemasan pada anak prasekolah (Wong, 2009).
Tugas perkembangan yang paling menonjol pada anak prasekolah
yaitu perkembangan motorik halus. Menurut Kobayashi(2008), terapi
bermain yang sesuai dengan tugas perkembangan anak prasekolah yaitu
permainan melipat kertas (origami). Bermain origami adalah kegiatan melipat
kertas menjadi suatu bentuk atau gambaran dengan menggerakkan tangan
sambil berfikir.
Menurut keterangan beberapa orang tua pasien di ruang perawatan
anak Kemuning RSUD Gunung Jati Cirebon anak menunjukkan tanda dan
gejala kecemasan seperti sering menangis, sulit tidur, tidak mau ditinggal
orang tua, sering bangun tengah malam, nafsu makan menurun dan takut jika
didekati petugas. RSUD Gunung Jati telah melakukan upaya mengurangi
stressor selama hospitalisasi seperti memodifikasi ruang Kemuning dengan
mewarnai tembok ruangan dengan bermacam-macam warna dan gambar, dan
juga membolehkan anak ditemani oleh satu orang anggota keluarganya,
namun ruangan perawatan anak ini tidak memiliki ruang bermain sebagai
tempat bermain anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sa’diah (2014),
pemberian terapi bermain origami pada pasien anak prasekolah yang dirawat
di rumah sakit memberikan manfaat untuk mengembangkan kemampuan
motorik halus anak, sekaligus merangsang kreativitas anak. Terapi bermain
origami memberikan kesempatan pada anak untuk membuat berbagai bentuk
dari hasil melipat kertas dan pada usia ini, anak akan merasa bangga dengan
sesuatu yang telah dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori tahap
perkembangan psikososial anak prasekolah yang mengemukakan bahwa anak
prasekolah mulai mengembangkan keinginannya dengan cara mengeksplorasi
lingkungan sekitar. Anak juga akan merasa puas dan bangga dengan
kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya.
Perasaan bangga membantu anak meningkatkan peran dirinya selama
menjalani proses hospitalisasi sehingga perasaan hilang kendali karena
pembatasan aktivitas pada anak dapat diatasi/dihilangkan. Jika stressor
kecemasan berupa kehilangan kendali dapat diatasi maka tingkat kecemasan
pada anak dapat menurun.
Terapi bermain origami yang diberikan pada anak prasekolah yang
dirawat di rumah sakit akan memberikan perasaan senang dan nyaman.
Menurut Aguilera-Perez & Whetsell dalam Sa’diah (2014) menyatakan
bahwa anak yang merasa nyaman saat menjalani rawat inap akan membuat
anak dapat beradaptasi terhadap stressor kecemasan selama hospitalisasi
seperti perpisahan dengan lingkungan rumah, permainan dan teman seper-
mainan. Jika stressor kecemasan berupa perpisahan dapat diatasi maka tingkat
kecemasan pada anak dapat menurun.
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok 1 tertarik melaksanakan
terapi bermain dengan media origami pada anak usia prasekolah Ruang Anak
7A RSUD dr. Saiful Anwar

2. Sasaran dan Lokasi Kegiatan


a. Sasaran : Anak usia prasekolah (2-6 tahun)
b. Lokasi Kegiatan : Ruang Anak 7A RSUD dr. Saiful Anwar

3. Tujuan/Kegunaan Kegiatan
a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit
b. Mengurangi atau menghilangkan stressor atau kecemasan selama
hospitalisasi
c. Mengembangkan kemampuan dan kreativitas anak
d. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan ide-ide anak

4. Alat dan Bahan


a. Kertas lipat

5. Materi dan Metode Pelaksanaan


a. Materi Origami
Origami, dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang berarti
“kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang
menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah
seni lipat yang berasal dari Jepang.Bahan yang digunakan adalah
kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi.Sebuah hasil origami
merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada
pandangan (Pamadi, 2009).
Menurut Pamadi (2009), manfaat bermain origami adalah
sebagai berikut:
a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana
bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
b. Lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri,
sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan
yang sudah jadi dan dibeli di toko mainan.
c. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan
proses tahapan ini tak pelak mengajari anak untuk tekun, sabar
serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.
d. Lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu,
berkarya dan membentuk model sehingga membantu anak
memperluas ladang imajinasi mereka dengan bentukan origami
yang dihasilkan.
e. Menciptakan kepuasan dan kebanggaan dan membuat anak
belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.
Menurut Wijayanti (2008), usia dini atau disebut juga sebagai
usia prasekolah adalah suatu masa ketika anak-anak belum memasuki
pendidikan formal. Oleh sebab itu, pada rentang usia dini adalah saat
yang tepat untuk mengembangkan kreativitas anak. Selain
mengembangkan kreativitas bermain origami juga mampu
menngurangi rasa cemas pada anak yang sedang dirawat.
Saat kecemasan menurun akan meningkatkan perasaan nyaman
anak. Perasaan nyaman juga akan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan hormon endorphin. Peningkatan endorphin dapat
mempengaruhi suasana hati dan dapat menurunkan kecemasan pasien
(Sa’diah et al, 2014).
Menurut Haruyama (2011), hormon endorphin merupakan
hormon yang diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak. Hormon ini
menyebabkan otot menjadi rileks, sistem imun meningkat dan kadar
oksigen dalam darah naik sehingga dapat membuat pasien cenderung
mengantuk dan dapat beristirahat dengan tenang. Hormon ini juga
memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan
dikenal sebagai morfin tubuh yang menimbulkan efek sensasi yang
sehat dan nyaman.Selain mengeluarkan hormon endorphin tubuh juga
mengeluarkan GABA dan Enkephalin.Zat-zat ini dapat menimbulkan
efek analgesia sehingga nyeri pada anak prasekolah yang sakit dapat
dikurangi atau dihilangkan.Jika stressor kecemasan yang dialami anak
prasekolah dapat diatasi maka kecemasan yang dialami anak dapat
menurun.
b. Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung
dengan rancangan permainan melipat keertas origami.Setiap anak
diberikan 1-3 kertas origami dengan warna yang berbeda, kemudian
leader dan co leader memimpin jalannya permainan dengan
menginstruksikan pada anak anak untuk membentuk origami sesuai
yang diinginkan.Fasilitator ikut berperan dalam pendampingan anak
ketika mulai bermain, kemudian, observer menilai jalannya
permainan.

6. Hasil yang Diharapkan


a. Anak mampu meningkatkan perkembangan yang normal pada saat
sakit melalui terapi bermain (origami).
b. Anak mampu menghilangkan dan mengurangi stresor kecemasan
selama hospitalisasi.
c. Anak mampu mengembangkan kemampuan dan kreativitas yang
dimilikinya.
d. Anak mampu mengekspresikan perasaan, keinginan serta ide-idenya
melalui permainan origami.
7. Tempat dan waktu pelaksanaan
Tempat : Ruang Anak 7A RSUD dr. Saiful Anwar
Waktu Pelaksanaan : Jumat, 6 Maret 2020
Pukul : 11.00 WIB s.d selesai

8. Kepanitiaan
a. Leader : Rendi Irawan
Tugas : Menjelaskan tujuan pelaksanaan bermain
Menjelaskan peraturan kegiatan sebelum kegiatan dimulai.
Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok
Mampu Memimpin acara dari awal sampai akhir
b. Fasiliator : Dea Rahmatika
Mila Nur Azizah
Tugas : Memfasilitasi anak yang kurang aktif.
Berperan sebagai role model bagi anak selama
kegiatan.berlangsung.
Membantu anak bila anak mengalami kesulitan.
Mempersiapkan alat dan tempat bermain

c. Observer : Yuli Dwi Kartika Ningsih


Tugas : Mengobservasi jalannya / proses kegiatan
Mencatat perilaku verbal nonverbal anak selama kegiatan
berlangsung.
Memantau kelancaran acara dan perkembangan serta
karakteristik anak.
Susunan Acara Bermain

No Waktu Kegiatan Bermain


1. 5 Menit Pembukaan
 Leader membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
 Leader memperkenalkan nama terapis yang lain
 Leader menjelaskan tujuan dari permainan
 Kontrak Waktu
2. 25 Menit Pelaksanaan
 Leader dibantu oleh Co leader dan pasilitator
untuk mengatur posisi duduk setiap terapis
dengan 1 orang anak
 Pasilitator membagikan kertas lipat kepada anak
 Pasilitator mengajak dan memotivasi anak
untuk mengungkapkan bentuk apa yang akan
dia buat
 Memulai membentuk kertas lipat didampingi
oleh pasilitator
 Leader dan Co leader memberi semangat pada
anak selama proses pembentukan
 Pasilitator memtovasi anak untuk memilih
warna kertas lipat yang dia inginkan
 Apabila anak tidak mau aktif libatkan orang tua
atau pendamping anak untuk membentuk kertas
lipat yang telah disediakan
3. 10 Menit Evaluasi
 Menanyakan pada anak mengenai bentuk yang
telah dibuat
 Menanyakan pada anak mengenai warna yng
dia pilih
 Menanyakan pada anak tentang perasaan anak
setelah atau selama bermain
4. 5 Menit Terminasi
 Leader menutup acara permainan
 Memberikan reward kepada seluruh peserta
 Salam penutup

DAFTAR PUSTAKA
Haruyama S. (2011). The miracle of endorphin. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Kobayashi K. (2008). Membuat Pintar: Latihan Origami. Jakarta: PT. Grasindo.

Pamadi, Hadjar & Sukardi, Evan. (2009). Seni Keterampilan Anak. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Putra ST. (2011). Psikoneuroimunologi Kedokteran. Surabaya: AUP.

Sa'diah. et al. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat


Kecemasan pada Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Ruang Aster
RSD dr. Soebandi Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3)
September.
Supartini Y. (2006). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Wijayanti, D. 2008. Peran Pendidikan Prasekolah Terhadap Perkembangan


Kreativitas Anak Usia Dini. Humanitas.Vol. 5 No.2. Hal 135-148.

Anda mungkin juga menyukai