Anda di halaman 1dari 16

KONSEP TEORI ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah
yang dibina oleh Ibu

Disusun Oleh Kelompok 02 :


Yuli Dwi Kartika Ningsih (P17220181002)
Dwi Ajeng Setyoningrum (P17220181009)
Dina Tri Santika (P17220181012)
Octavia Indriany Ika Putri (P17220182025)
Frillian Niken Pawestri (P17220183032)
Tata Mila Karinda (P17220183040)
Hima Oktafiana (P17220183042)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
Februari 2020
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Telinga ..................................................................................... 4
2.2 Fisiologis Telinga .................................................................................... 6
2.3 Fungsi Telinga ......................................................................................... 7
2.4 Kelainan – Kelaiman Pada Telinga.......................................................... 9
2.5 Mekanisme Pendengaran pada Telinga ................................................. 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 43
3.2 Saran ....................................................................................................... 44

Daftar Rujukan ....................................................................................................... 45

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini
sebagai berikut.
1. Baagaimana Anatomi dari Telinga?
2. BagaimanaFisiologis Telinga
3. Apa Saja Fungsi Pada Telinga?
4. Kelainan – Kelaiman Pada Telinga?
5. Bagaimana Mekanisme Pendengaran pada Telinga?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan anatomi fisiologi
pada pendengaran atau telinga serta dapat memahami dan
menerapkan perannya sebagai perawat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Baagaimana Anatomi dari Telinga?
2. BagaimanaFisiologis Telinga
3. Apa Saja Fungsi Pada Telinga?
4. Kelainan – Kelaiman Pada Telinga?
5. Bagaimana Mekanisme Pendengaran pada Telinga?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Telinga

1
Telinga adalah suatu organ kompleks dengan komponen-komponen
fungsional penting, aparatus pendengaran dan mekanisme keseimbangannya,
terletak di dalam tulang temporalis tengkorak. Sebagian besar telinga tidak
dapat diperiksa secara langsung dan hanya dapat diperiksa dengan tes-tes
khusus. Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas daun telinga, gendang telinga, dan membran
timpani. Struktur anatomi telinga luar dapat dilihat pada Gambar 2 di
bawah ini.

Gambar 2. Telinga Luar atau Eksternal (Fawcett,1994)

Daun telinga (pinna atau aurikula) yakni daun kartilago yang menangkap
gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (meatus
atau lubang telinga), suatu lintasan sempit panjangnya 2,5 cm yang
merentang dari aurikula sampai membran timpani (gendang telinga).
Gendang telinga atau membran timpani adalah perbatasan telinga tengah.
Membran timpani berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan
eksternal dan membran mukosa yang sesuai untuk menggetarkan
gelombang bunyi secara mekanis.

2
2. Telinga Tengah
Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus
tulang temporal. Pada bagian ini terdapat saluran yang menghubungkan
telinga tengah dengan faring yaitu tuba eustachius (saluran eustachius).
Saluran yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan, atau
mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara
pada kedua sisi membran timpani. Pada telinga bagian tengah ini terdapat
tulang-tulang pendengaran (osikel auditori) yang dinamai sesuai
bentuknya, terdiri dari:

1) Maleus (tulang martil).

2) Incus (tulang landasan atau anvil).

3) Stapes (tulang sanggurdi).

Gambar 3. Telinga Tengah


(Sumber: Martini, 2012 )

Tulang-tulang ini mengarahkan getaran dari membran timpani ke fenestra


vestibuli, yang memisahkan telinga tengah dan telinga dalam. Otot
stapedius melekat pada stapes, yang ukurannya sesuai dengan fenestra

3
vestibuli oval, dan menariknya ke arah luar. Otot tensor timpani melekat
pada bagain pegangan maleus, yang berada pada membran timpani, dan
menarik fenestra vestibuli ke arah dalam. Bunyi yang keras
mengakibatkan suatu refleks yang menyebabkan kontraksi kedua otot yang
berfungsi sebagai pelindung untuk meredam bunyi. Otot-otot ini
memungkinkan suara yang terlalu keras diredam sebelum mencapai
telinga dalam. Berkat mekanisme ini, kita mendengar suara yang cukup
keras untuk mengguncang sistem pada tingkat yang telah diredam. Otot-
otot ini merupakan otot tak sadar dan bekerja otomatis, bahkan jika kita
tertidur dan ada suara keras di samping kita, otot-otot ini segera mengerut
dan mengurangi kekuatan getaran yang mencapai telinga dalam.

3. Telinga Dalam
Telinga dalam (interna) berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal di
sisi medial telinga tengah.

Gambar 4. Telinga Dalam


(Sumber: Marrieb, 2001)

Telinga dalam terdiri dari dua bagian yakni labirin tulang dan labirin
membranosa yang terletak di dalam labirin tulang.
1. Labirin tulang

4
Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang
menyerupai cairan serebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian
petrosus tulang temporal dan terbagi menjadi 3 bagian sebagai berikut.
1) Vestibula adalah bagian sentral labirin tulang yang
menghubungkan saluran semisirkular dengan koklea.
a. Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestibuli dan
fenestra cochleae, yang berhubungan dengan telinga tengah.
b. Membran yang melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya
cairan perilimfe.
2) Rongga tulang saluran semisirkular yang menonjol dari bagian
posterior vestibula.
a. Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada
bidang vertikal, di setiap sudut kanannya.
b. Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut
kanan kedua saluran di atas.
3) Koklea mengandung reseptor pendengaran.
2. Labirin membranosa
Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong
yang terletak dalam labirin tulang dan mengikuti kontur labirin
tersebut. Bagian ini mengandung cairan endolimfe, cairan yang
menyerupai cairan interselular. Labirin membranosa dalam regio
vestibula merupakan lokasi awal dua kantong, utrikulus dan sakulus
yang dihubungkan dengan duktus endolimpe sempit dan pendek.
Duktus semisirkular yang berisi endolimfe terletak dalam saluran
semisirkular pada labirin tulang yang mengandung perilimfe. Setiap
duktus semisirkular, utrikulus dan sakulus mengandung reseptor untuk
ekuilibrium statis (bagaimana cara kepala berorientasi terhadap ruang
bergantung pada gaya gravitasi) dan ekuilibrium dinamis (apakah
kepala bergerak atau diam dan kecepatan serta arah gerakan).
Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkular; sedang sakulus
terhubung dengan duktus koklear dalam koklea.

5
Koklea membentuk dua setengah putaran di sekitar inti tulang sentral,
mediolus yang mengandung pembuluh darah dan serabut saraf cabang
koklear dari saraf vestibulokoklear. Sekat membagi koklea menjadi
tiga saluran terpisah sebagai berikut.
1. Duktus koklear atau skala media yang merupakan bagian labirin
membranosa yang terhubung ke sakulus adalah saluran tengah
yang berisi cairan endolimfe.
2. Dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala
media adalah skala vestibuli dan skala timpani. Kedua skala
tersebut mengandung cairan perilimfe dan terus memanjang
melalui lubang pada apeks koklea yang disebut helikotrema.
1) Membran Reissner (membran vestibular) memisahkan skala
media dari skala vestibuli yang berhubungan dengan fenestra
vestibuli.
2) Membran basilar memisahkan skala media dari skala timpani
yang berhubungan dengan fenestra cochleae.
3. Skala media berisi organ corti yang terletak pada membran basilar.
1) Organ corti terdiri dari reseptor, disebut sel rambut dan sel
penunjang yang menutupi ujung bawah sel-sel rambut dan
berada pada membran basilar.
2) Membran tektorial adalah struktur gelatin seperti pita yang
merentang di atas selsel rambut.
3) Ujung basal sel rambut bersentuhan dengan cabang bagian
koklear saraf vestibulokoklear. Sel rambut tidak memiliki
akson dan langsung bersinanpsis dengan ujung saraf koklear.

2.2 Fisiologi Telinga


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan
ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan

6
mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran
basilaris dan membran tektoria.
Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke
dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,
lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.

2.3 Fungsi Telinga

2.4 Kelainan – Kelainan Pada Telinga


Beberapa penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian
bahkan ketulian total. Bahkan lagi, kebanyakan penyakit pada telinga bagian
dalam dapat mengakibatkan gangguan pada keseimbangan. permasalahan

7
yang terjadi pada telinga kita harus ditangani oleh dokter spesialis khusus
yang disebut otolaryngologist, yang mana spesialist ini ahli dalam mengobati
gangguan yang terjadi pada gendang telinga sampai pada telinga dalam yang
luka akibat benturan fisik. Kelainan pada telinga, diantaranya :
1. Radang telinga (otitas media)
Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri. Gejalanya sakit pada
telinga, demam, dan pendengaran berkurang. Telinga akan
mengeluarkan nanah.
2. Labirintitis
Penyakit ini merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi, gegar otak, dan alergi. Gejalanya antara lain
telinga berdengung, mual, muntah, vertigo, dan berkurang pendengaran.
Motion sickness Mabuk perjalanan atau disebut motion sickness.
Mabuk perjalanan ini merupakan gangguan pada fungsi keseimbangan.
Penyebabnya adalah rangsangan yang terus menerus oleh gerakan atau
getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun
udara. Biasanya disertai dengan muka pucat, berkeringat dingin dan
pusing.
3. Tuli
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat
mendengar. Tuli dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tuli
konduktif dan tuli saraf. Tuli konduktif terjadi disebabkan oleh
menumpuknya kotoran telinga di saluran pendengaran, sehingga
mengganggu transmisi suara ke koklea. Tuli saraf terjadi bila terdapat
kerusakan syaraf pendengaran atau kerusakan pada koklea khususnya
pada organ korti.
4. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut
othematoma atau popular dengan sebutan ‘telinga bunga kol’, suatu
kondisi dimana terjadi gangguan pada tulang rawan telinga yang
dibarengi dengan pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan
telinga yang berlebihan (sehingga telinga tampak berumbai laksana

8
bunga kol). Kelainan ini diakibatkan oleh hilangnya aurikel dan kanal
auditori sejak lahir.
5. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan
menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara.
Dokter akan membuang serumen dengan cara menyemburnya secara
perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari
telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat
infeksi telinga yang berulang, maka tidak dilakukan irigasi. Jika
terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen
dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat
penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa
menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga, dan
tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
6. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga
luar. Perikondritis bisa terjadi akibat: - cedera - gigitan serangga -
pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah akan terkumpul diantara
kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium).
Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago,
menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya
menyebabkan kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan
menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-
gejala yang ringan. Untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan
sehingga darah bisa kembali mengalir ke kartilago. Untuk infeksi yang
lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan untuk infeksi yang
lebih berat diberikan dalam bentuk suntikan. Pemilihan antibiotik
berdasarkan beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya. (medicastore)
Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada alat pendengaran kita ini,
misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain .

9
2.5 Mekanisme Pendengaran Pada Telinga
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan
gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke
jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan
limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan
menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam
saluran tengah.
Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah
menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan
cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya
membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan
menggetarkan selaput-selaput
Basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah.
Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah
rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan
menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls
yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf
pendengaran. Susunan dan Cara Kerja Alat Keseimbangan. Bagian dari alat
vestibulum atau alat keseimbangan berupa tiga saluran setengah lingkaran
yang dilengkapi dengan organ ampula (kristal) dan organ keseimbangan yang
ada di dalam utrikulus clan sakulus.
Ujung dari setup saluran setengah lingkaran membesar dan
disebutampula yang berisi reseptor, sedangkan pangkalnya berhubungan
dengan utrikulus yang menuju ke sakulus. Utrikulus maupun sakulus berisi
reseptor keseimbangan. Alat keseimbangan yang ada di dalam ampula terdiri
dari kelompok sel saraf sensori yang mempunyai rambut dalam tudung
gelatin yang berbentuk kubah. Alat ini disebut kupula.Saluran semisirkular
(saluran setengah lingkaran) peka terhadap gerakan kepala. Alat
keseimbangan di dalam utrikulus dan sakulus terdiri dari sekelompok sel
saraf yang ujungnya berupa rambut bebas yang melekat padaotolith, yaitu
butiran natrium karbonat. Posisi kepala mengakibatkan desakan otolith pada
rambut yang menimbulkan impuls yang akan dikirim ke otak.

10
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Indera pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga
manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu
1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke
tulang dan oleh tulang ke telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik
yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga
dalam juga mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan.
Pendengaran merupakan indera mekanoreseptor karena telinga
memberikan respon terhadap getaran gelombang suara yang terdapat di

11
udara. Faktor utama yang menyokong kepekaan telinga adalah sistem
mekanik dari telinga luar dan telinga tengah, yang satu mengumpulkan suara
dan kedua menyalurkan ke telinga bagian dalam.

1.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

12
Anderson, P.D. (1999). Anatomi fisiologi tubuh manusia. Jones and Barret
publisher Boston. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
nd
Landau, BR. (1980). Essential human anatomy and physiology, 2 edition.
Illinois: Scott Foresman and Company Glenview.
Martini, FH et al. (2001). Fundamentals of anatomy and physiology, 5 nd edition.
New Jersey: Prentice Hall.

13

Anda mungkin juga menyukai