Disusun oleh:
KELOMPOK 2 – KELAS 2B
DOSEN PENGAMPU:
Wiwiek Retti Andriani, S.Kep., Ns., M.Kep
i
NAMA KELOMPOK :
[ii]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan iman dan
islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Dengan adanya makalah ini kami sadar bahwasanya makalah ini banyak memberikan
wawasan serta pengetahuan kepada kita semua.Makalah ini kami susun guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dengan judul “Triggercase :
Triage”.Meskipun makalah ini jauh dari sempurna, kami berharap makalah ini dapat di
gunakan sebagai bahan bacaan dan referensi oleh pembaca.Selanjutnya kami ucapkan
terimakasih kepada:
Wiwiek Retti Andriani, S.Kep., Ns., M.Kep,, selaku dosen mata kuliah keperawatan
gawat darurat dan manajemen bencana kami.
Penyusun
[iii]
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................2
B. Tujuan..............................................................................................................2
B.Manfaat.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................20
B. Saran ............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
[iv]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korban massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak oleh
karena sebab yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan keschatan segera
dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang tersedia
sehari-han. Manajemen korban massal akibat kedaruratan komplek harus
mengutamakan keselamatan penolongnya kemudian menyelamatkan korban.
Manajemen korban massal harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari
cedera dan kecacatan lebih lanjut.( Kepmenkes No.45/Menkes/Sk/1/2007).
Selama satu abad terakhir (1907-2007), sebuah riset yang dilakukan oleh CRED
(Centre for Research on the Epidemiology of Disasters) menunjukkan, bahwa di
Indonesia telah terjadi bencana alam besar sebanyak 343 kali. Secara keseluruhan,
bencana tersebut telah menelan korban jiwa sebanyak 236.543 orang dan menyentuh
2.639.025 penduduk. Daerah Indonesia beresiko terjadi bencana alam, dan telah
menjadi bagian dari sejarah serta menjadi isu aktual. Salah satu penyebab karena
wilayah Indonesia dilalui oleh dua jalur gunung berapi dunia, sirkum pasifik (Pacific
ring of fire) dan sirkum Mediterania yang melintasi wilayah Pulau Sumatera, Jawa,
Nusa Tenggara, hingga Sulawesi Utara
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya gempa bumi, kecelakaan transportasi atau industri yang besar, dan
bencana lainnya. Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan
kedaruratan muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena
sumber sumber daya lokal, termasuk transportasi tidak dimobilisasi segera. Oleh
karena itu sumber daya lokal sangat menentukan dalam penanganan korban di fase
darurat. (Adventina Delima Hutapea,dkk. 2021)
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya
dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life- saving surgery). Dalam
aktivitasnya, digunakan kartu merah, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi
korban, (Adventina Delima Hutapea,dkk. 2021)
Tingginya kejadian bencana alam membutuhkan peran petugas kesehatan
termasuk untuk menurunkan angka kematian di Indonesia.perawat dapat memberikan
pertolongan secepat dan setepatnya, Beratnya gejala dan risiko kematian yang tinggi
akibat kejadian bencana alam mendorong perlunya pengetahuan mengenai
5
tatalaksana yang tepat salah satunya adalah sistem triage dimana harus segera dan
tepat untuk mengurangi tingkat mortalitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam hal ini dirumuskan sebagai
berikut: Bagaimana pelaksanaan kegawatdaruratan khusunya system triage ?
C. Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk memahami kegawatdaruratan : system triage,
meliputi:
1. Untuk memahami apa pengertian triage dan klasifikasi triage pada kasus bencana
alam
3. Untuk memahami bagaimana cara melakukan triage pada kasus bencana alam
D. Manfaat
Dapat menyampaikan informasi mengenai triage.Manfaat penulisan bagi
pembaca yaitu menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca
karya tulis ini supaya mengetahui dan lebih mendalami tentang kegawat daruratan :
system triage
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
dokter jaga dan perawat. Diagnosa dan terapi, dokter jaga akan melengkapi
pemeriksaan fisik dan penunjang (laboratorium, radiologi) (Ardian, dkk, 2019).
8
c. Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus segera
dilakukan)
d. Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)
3. Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)
Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya dibutuhkan
seseorang dengan pelatihan medis yang minimal. Pengkajian dilakukan kdengan
sangat cepat selama 60 detik pada bagian berikut :
a. Ventilasi / pernapasan
b. Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)
c. Status neurology
9
Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami luka dan
mematikan seperti luka tembak dikepala. (Departement Emergency Hospital
Singapore, 2009)
Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation /
sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya,
2010).
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
(P2) memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan
diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter
spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap lanjut,
fraktur, sickle cell dan lainnya
Darurat tidak gawat Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
(P3) memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,
tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut
dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur
minor / tertutup, sistitis, otitis media dan lainnya
Tidak gawat tidak Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
darurat (P4) memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
10
klinis ringan / asimptomatis. Misalnya penyakit
kulit, batuk, flu, dan sebagainya
B. Pengertian
Darurat Tidak Gawat Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya. Misal pasien luka tanpa pendarahan, pasien Ca stadium akhir.
Tidak Gawat Tidak Darurat Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan.
12
5. 1 orang repture hepar
8. 10 orang meninggal
13
Berdasarkan kasus gempa bumi di desa Puncak Hijau, penentuan prioritas
pertama dengan pita merah diantaranya 1 orang dengan repture hepar, 1 orang
dengan tension pneumothorak, 2 orang dengan multiple trauma disertai syok.
Untuk prioritas kedua dengan pita kuning diantaranya 1orang dengan fraktur
terbuka femur, 1 orang fraktur terbuka pada femur kanan, untuk 15 orang luka
pada kepala, mengeluh nyeri kepala. Prioritas ketiga dengan pita hijau diantaranya
10 orang dengan luka ringan pada tangan, badan dan kaki. Untuk yang tidak ada
prioritas dalam penentuan triage adalah pita hitam yaitu 10 orang meninggal dunia.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penanganan medis untuk
korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera setelah terjadinya gempa
bumi, kecelakaan transportasi atau industri yang besar, dan bencana lainnya.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang
hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life- saving surgery).
Dalam aktivitasnya, digunakan kartu merah, hijau dan hitam sebagai kode
identifikasi korban sesuai tingkat keparahan pasien.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca lebih mengetahui tentang
kegawat daruratan : sistem triage dan juga menambah wawasan yang lebih luas
lagi. Jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini saya selaku penulis meminta
maaf dan dengan senang hati akan menerima saran dan kritik yang diberikan para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
15
Ardiyani, V. M. (2019). ANALISIS PERAN PERAWAT TERHADAP KETEPATAN
PENENTUAN PRIORITAS I, II, DAN III PADA RUANG TRIAGE DI INSTALASI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT dr. SAIFUL ANWAR MALANG. Jurnal
Keperawatan Florence , 19.
Gutomo, M. d. (2015). Bencana Alam Banjir dan Tanah Longsor dan Upaya Masyarakat
dalam Penanggulangan. Jurnal PKS Vol 14, 438-439.
Hutapea, A. D. (2021). Keperawatan Bencana. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.
16