Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

TRIGGER CASE : TRIAGE


Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat Semester Iv

Disusun oleh:

KELOMPOK 2 – KELAS 2B

DOSEN PENGAMPU:
Wiwiek Retti Andriani, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PONOROGO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK
2020/2021

i
NAMA KELOMPOK :

1. Wafa Diana Hevriza P17250193042


2. Dimas Aditya Putra P17250193044
3. Berliana Eka P17250194045
4. Clarissa Aurel A P17250194046
5. Belia Eka Nurcahya P P17250194047
6. Nissa Roisda Ilmi P17250194048
7. Diah Ayu Kusumawardani P17250194049
8. Eka Putri Cahyani P17250194050
9. Devinta Wahyu Kusuma P17250194051

[ii]
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan iman dan
islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Dengan adanya makalah ini kami sadar bahwasanya makalah ini banyak memberikan
wawasan serta pengetahuan kepada kita semua.Makalah ini kami susun guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dengan judul “Triggercase :
Triage”.Meskipun makalah ini jauh dari sempurna, kami berharap makalah ini dapat di
gunakan sebagai bahan bacaan dan referensi oleh pembaca.Selanjutnya kami ucapkan
terimakasih kepada:

Wiwiek Retti Andriani, S.Kep., Ns., M.Kep,, selaku dosen mata kuliah keperawatan
gawat darurat dan manajemen bencana kami.

Sebenarnya kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun


kami sadar bahwasanya kami masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Maka dari itu kami menerima kritik dan saran yang akan membangun dari semua pihak
demi perbaikan semuanya. Akhir kata kami haturkan banyak terimakasih dan mohon
maaf atas segala kesalahan dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan bagi kita semua. Amin

Ponorogo, 8 April 2021

Penyusun

[iii]
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan masalah............................................................................................2

B. Tujuan..............................................................................................................2

B.Manfaat.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kompetensi yang akan dicapai.......................................................................3

B. Trigger case ...................................................................................................3

C. Daftar learning objecktive..............................................................................4

D. Hasil brainstorming & pembahasan learning objective.................................4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................20

B. Saran ............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

[iv]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korban massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak oleh
karena sebab yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan keschatan segera
dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari yang tersedia
sehari-han. Manajemen korban massal akibat kedaruratan komplek harus
mengutamakan keselamatan penolongnya kemudian menyelamatkan korban.
Manajemen korban massal harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari
cedera dan kecacatan lebih lanjut.( Kepmenkes No.45/Menkes/Sk/1/2007).
Selama satu abad terakhir (1907-2007), sebuah riset yang dilakukan oleh CRED
(Centre for Research on the Epidemiology of Disasters) menunjukkan, bahwa di
Indonesia telah terjadi bencana alam besar sebanyak 343 kali. Secara keseluruhan,
bencana tersebut telah menelan korban jiwa sebanyak 236.543 orang dan menyentuh
2.639.025 penduduk. Daerah Indonesia beresiko terjadi bencana alam, dan telah
menjadi bagian dari sejarah serta menjadi isu aktual. Salah satu penyebab karena
wilayah Indonesia dilalui oleh dua jalur gunung berapi dunia, sirkum pasifik (Pacific
ring of fire) dan sirkum Mediterania yang melintasi wilayah Pulau Sumatera, Jawa,
Nusa Tenggara, hingga Sulawesi Utara
Penanganan medis untuk korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera
setelah terjadinya gempa bumi, kecelakaan transportasi atau industri yang besar, dan
bencana lainnya. Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan
kedaruratan muncul dalam beberapa jam pertama. Banyak jiwa tidak tertolong karena
sumber sumber daya lokal, termasuk transportasi tidak dimobilisasi segera. Oleh
karena itu sumber daya lokal sangat menentukan dalam penanganan korban di fase
darurat. (Adventina Delima Hutapea,dkk. 2021)
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya
dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life- saving surgery). Dalam
aktivitasnya, digunakan kartu merah, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi
korban, (Adventina Delima Hutapea,dkk. 2021)
Tingginya kejadian bencana alam membutuhkan peran petugas kesehatan
termasuk untuk menurunkan angka kematian di Indonesia.perawat dapat memberikan
pertolongan secepat dan setepatnya, Beratnya gejala dan risiko kematian yang tinggi
akibat kejadian bencana alam mendorong perlunya pengetahuan mengenai
5
tatalaksana yang tepat salah satunya adalah sistem triage dimana harus segera dan
tepat untuk mengurangi tingkat mortalitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam hal ini dirumuskan sebagai
berikut: Bagaimana pelaksanaan kegawatdaruratan khusunya system triage ?
C. Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan untuk memahami kegawatdaruratan : system triage,
meliputi:
1. Untuk memahami apa pengertian triage dan klasifikasi triage pada kasus bencana
alam

2. Untuk memahami tujuan,prinsip pendekatan triage dan metode-metode


melakukan triage

3. Untuk memahami bagaimana cara melakukan triage pada kasus bencana alam

4. Untuk mengetahui contoh kasus kegawatdaruratan

5. Untuk mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah primer

6. Untuk mengetahui prioritas pasien

7. Untuk memahami penentuan prioritas pada korban

D. Manfaat
Dapat menyampaikan informasi mengenai triage.Manfaat penulisan bagi
pembaca yaitu menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca
karya tulis ini supaya mengetahui dan lebih mendalami tentang kegawat daruratan :
system triage

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompetensi yang akan dicapai


Mampu memahami kegawat daruratan : sistem triage
B. Trigger Case
Ada bencana alam gempa bumi di desa Puncak Hijau, disana ada beberapa KK
yang tinggal diwilayah tersebut. Akibat gempa berkekuatan 5.8 SR banyak fasilitas
umum dan rumah yang porak poranda karena gempa bumi tersebut. Korban jiwa yang
dilaporkan adalah sebagai berikut, dari 82 penduduk, terdapat 50 korban jiwa. 10
orang luka-luka berat pada tangan, badan dan kaki, 10 orang luka-luka ringan pada
tangan dan kaki. 15 orang mengalami luka pada kepala, mengeluh nyeri kepala. Di
salah satu bangunan ditemukan 1 orang ditemukan diawah runtuhan rumahnya dengan
fraktur terbuka pada femur, 1 orang fraktur terbuka pada femur kanan. Korban yang
ditemukan dirumah yang lain adalah 1 orang dengan rupture hepar, 1 orang dengan
tension pneumothorak, dan 2 orang ditemukan dengan multiple trauma disertai syok.
10 orang ditemukan tim penolong dan masyarakat dibawah runtuhan banguna dalam
kondisi meninggal.
C. Daftar learning objective
1. Apa pengertian triage dan klasifikasi triage pada kasus bencana alam

2. Apa tujuan,prinsip pendekatan triage dan metode-metode melakukan triage

3. Bagaimana cara melakukan triage pada kasus bencana alam

4. Apa contoh kasus kegawatdaruratan

5. Bagaimana cara menyelesaikan masalah primer

6. Bagaimana pemberian label triage

7. Bagaimana penentuan prioritas pada korban

D. Hasil brainstorming & pembahasan learning objective


1. Pengertian triage dan klasifikasi triage pada kasus bencana alam

Triage diartikan sebagai proses memilah pasien menurut tingkat keparahannya.


Pasien akan mendapatkan pelayanan sesuai kondisi dan tingkat kegawatan. Pada
saat atau setelah proses triage, maka keluarga pasien/ pengantar secara bersamaan
diarahkan untuk mendaftar identitas pasien, kemudian pasien akan dilayani oleh

7
dokter jaga dan perawat. Diagnosa dan terapi, dokter jaga akan melengkapi
pemeriksaan fisik dan penunjang (laboratorium, radiologi) (Ardian, dkk, 2019).

Ketepatan perawat dalam melaksanakan triage juga dipengaruhi oleh berbagai


faktor antara lain pengetahuan perawat tentang triage, motivasi kerja dan beban
kerja. Pengetahuan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam ketepatan
pelaksanaan triage. Sistem triage yang digunakan adalah Simple Triage And Rapid
Treatment (START). Metode START digunakan untuk pertolongan pertama pada
pasien dengan lama waktu penggolongan 30 detik atau kurang berdasarkan tiga
pemeriksaan primer seperti respirasi, perfusi (mengecek nadi radialis) dan status
mental. Setiap pasien yang datang akan dilakukan triage oleh perawat ataupun
bidan yang berjaga, tidak ada petugas triage khusus karena semua perawat dan
bidan yang berjaga berwenang melakukan triage. Pasien akan masuk ruang triage
dan akan dilakukan triage sesuai dengan kegawatan pasien. Penandaan triage
dilakukan dengan melihat warna pada lembar observasi ketepatan triage yang
digunakan. Setelah dilakukan triage pasien akan ditempatkan sesuai dengan
golongan triagenya. Uptriage dilakukan ketika terjadi kondisi pasien yang tiba-tiba
memburuk ataupun ketika terjadi keraguraguan dalam menentukan tingkat
kegawatan (triage). Dalam melakukan triage pernah terjadi kesalahan terutama
pada kunjungan pasien banyak, namun kesalahan tersebut langsung dilakukan
uptriage (Ardian, dkk, 2019).

Ada banyak klasifikasi triage yang digunakan, adapun beberapa klasifikasi


umum yang dipakai :
1. Three Categories Triage System
Ini merupakan bentuk asli dari system triase, pasien dikelompokkan menjadi :
a. Prioritas utama
b. Prioritas kedua
c. Prioritas rendah
Tipe klasifikasi ini sangat umum dan biasanya terjadi kurangnya spesifitas dan
subjektifitas dalam pengelompokan dalam setiap grup
2. Four Categories Triage System
Terdiri dari :
a. Prioritas paling utama (sesegera mungkin, kelas 1, parah dan harus sesegera
mungkin)
b. Prioritas tinggi (yang kedua, kelas 2, sedang dan segera)

8
c. Prioritas rendah (dapat ditunda, kelas 3, ringan dan tidak harus segera
dilakukan)
d. Prioritas menurun (kemungkinan mati dan kelas 4 atau kelas 0)
3. Start Method (Simple Triage And Rapid Treatment)
Pada triase ini tidak dibutuhkan dokter dan perawat, tapi hanya dibutuhkan
seseorang dengan pelatihan medis yang minimal. Pengkajian dilakukan kdengan
sangat cepat selama 60 detik pada bagian berikut :
a. Ventilasi / pernapasan
b. Perfusi dan nadi (untuk memeriksa adanya denyut nadi)
c. Status neurology

Tujuannya hanya untuk memperbaiki masalah-masalah yang mengancam


nyawa seperti obstruksi jalan napas, perdarahan yang massif yang harus
diselesaikan secepatnya. Pasien diklasifikasikan sebagai berikut:
a. The Walking Wounded
Penolong ditempat kejadian memberikan instruksi verbal pada korban, untuk
berpindah. Kemudian penolong yang lain melakukan pengkajian dan
mengirim korban ke rumahsakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut
b. Critical/ Immediate
Dideskripsikan sebagai pasien dengan luka yang serius, dengan keadaan kritis
yang membutuhkan transportasi ke rumah sakit secepatnya, dengan kriteria
pengkajian :
1. Respirasi >30x/menit
2. Tidak ada denyut nadi
3. Tidak sadar/kesadaran menurun
c. Delayed
Digunakan untuk mendeskripsikan pasien yang tidak bisa yang tidak
mempunyai keadaan yang mengancam jiwa dan yang bisa menunggu untuk
beberapa saat untuk mendapatkan perawatan dan transportasi, dengan kriteria
1. Respirasi <30x/menit
2. Ada denyut nadi
3. Sadar/ respon kesadaran normal
d. Dead

9
Digunakan ketika pasien benar-benar sudah mati atau mengalami luka dan
mematikan seperti luka tembak dikepala. (Departement Emergency Hospital
Singapore, 2009)

Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan


dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul. Beberapa
hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien
yang meliputi :
1. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan

Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation /
sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya,
2010).
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
(P2) memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan
diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter
spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap lanjut,
fraktur, sickle cell dan lainnya
Darurat tidak gawat Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
(P3) memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,
tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut
dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur
minor / tertutup, sistitis, otitis media dan lainnya
Tidak gawat tidak Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
darurat (P4) memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
10
klinis ringan / asimptomatis. Misalnya penyakit
kulit, batuk, flu, dan sebagainya

Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling):


KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi
dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan
hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan
bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan
nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III > 25%.
Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila
tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio
(luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma
thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak
perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan
Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat
parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti
jantung kritis, trauma kepala kritis.

2. Tujuan,prinsip pendekatan triage dan metode-metode melakukan triage

3. Cara melakukan triage pada kasus bencana alam

4. Contoh kasus kegawatdarurat

Pengertian gawat dan darurat


Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan
penanganan atau tindakan segara menghilangkan ancaman nyawa korban,
Gawat dan darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang harus dilakukan tindakan
segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian korban.
Kasusnya:
Pasien F, Laki- laki usia 40 tahun, pekerjaan pegawai swasta, masuk rumah sakit Dr.
Soeto,o pada tgl 28 januari 2011 atas rujuakn RS soedono dengan keluhan utama kelemahan
11
anggota gerak sejak 5 hari yang lalu . klien merasa kelemahan anggota anggota geraknya
semakin memberat. Makan dan minumnya menggunakan color neck.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit Dr. Soedono, pasien mengalami kecelakaan.
Mobil yang di tumpanginya pasien masuk lubang. Dan kepalanya terbentur atap 4x. Mobil yang
di tumpanginya saat itu pasien pingsan, lamanya kira-kira 20 manit , perdarahan THT tidak ada ,
muntah tidak ada dan pasien masih mengingat peristiwa sebelum kejadian. Pesien mengalami
kelemahan pada keemapat anggota gerak, nyeri hebat di area leher bagian belakang dan pasang
calor neck. Jika buang ari kecil (BAK) pasien ngompol , pasien juga tida bisa buang air besar (BAB)
klien dirawat du RS Soedono Madiun selama 10 hari, pasien masih menggunakan kateter sejak
pulang dari RS Soedono samapai saat ini dan untuk BAB di bantudengan klisma. Seejak pulang
dari RS Soedono , pasien menjalani fisioterapi sebanyak 9 kali yang dilakukan oleh fisioterapist
agara bisa berjalan dengan lancer. Saat ini difisioterpi, kepala pasien di tarik.
Riwayat Hipertensi, DM, penyakit jantung di sangkal. Riwayar pemberia steroid di RS
Soedono tidak di ketahui.
Pemeriksaan diagnostik
Hasil labroratorium :
Hb 13,2 g/dl
Ht 36%
Leukosit 16.500/ul
Trombosit 244.000/ul
LED 25mm
Ureum 23mg/Dl
Kreatini darah 0.6 mg/dl
GDS 126 mg/dl
Na 105 meq/ l
K 4,2 meq /l
Cl 73 meq / l

B. Pengertian
Darurat Tidak Gawat Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya. Misal pasien luka tanpa pendarahan, pasien Ca stadium akhir.
Tidak Gawat Tidak Darurat Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan.

5. Cara menyelesaikan masalah primer

6. Pemberian label triage

Korban bencana gempa bumi di desa Puncak Hijau:

1. 10 orang luka ringan tangan, badan, kaki

2. 15 orang luka pada kepala, mengeluh nyeri kepala

3. 1 orang fraktur terbuka pada femur

4. 1 orang fraktur terbuka pada femur kanan

12
5. 1 orang repture hepar

6. 1 orang dengan tension pneumothorak

7. 2 orang dengan multiple trauma disertai syok

8. 10 orang meninggal

Prioritas Keterangan Pasien

Prioritas 1 (pita merah) Untuk 1 orang dengan repture hepar, 1


orang dengan tension pneumothorak, 2
orang dengan multiple trauma disertai
syok

Prioritas 2 (pita kuning) Untuk 1orang dengan fraktur terbuka


femur, 1 orang fraktur terbuka pada
femur kanan, untuk 15 orang luka pada
kepala, mengeluh nyeri kepala

Prioritas 3 (pita hijau) Untuk 10 orang dengan luka ringan pada


tangan, badan dan kaki

Prioritas 0 (pita hitam) Untuk 10 orang sudah meninggal

7. Penentuan prioritas pada korban

Dalam penentuan prioritas kasus korban bencana dipengaruhi oleh beberapa


strategi pengambilan keputusan triage. Strateginya antara lain : pertimbangan
(reasoning), pola pengakuan (pattern recognition), hipotesis berulang (repetitive
hypothesizing), representasi mental (mental representation) dan intuisi (intuition),
[ CITATION Vit19 \l 1033 ].

13
Berdasarkan kasus gempa bumi di desa Puncak Hijau, penentuan prioritas
pertama dengan pita merah diantaranya 1 orang dengan repture hepar, 1 orang
dengan tension pneumothorak, 2 orang dengan multiple trauma disertai syok.
Untuk prioritas kedua dengan pita kuning diantaranya 1orang dengan fraktur
terbuka femur, 1 orang fraktur terbuka pada femur kanan, untuk 15 orang luka
pada kepala, mengeluh nyeri kepala. Prioritas ketiga dengan pita hijau diantaranya
10 orang dengan luka ringan pada tangan, badan dan kaki. Untuk yang tidak ada
prioritas dalam penentuan triage adalah pita hitam yaitu 10 orang meninggal dunia.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penanganan medis untuk
korban cedera dalam jumlah besar diperlukan segera setelah terjadinya gempa
bumi, kecelakaan transportasi atau industri yang besar, dan bencana lainnya.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang
hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life- saving surgery).
Dalam aktivitasnya, digunakan kartu merah, hijau dan hitam sebagai kode
identifikasi korban sesuai tingkat keparahan pasien.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca lebih mengetahui tentang
kegawat daruratan : sistem triage dan juga menambah wawasan yang lebih luas
lagi. Jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini saya selaku penulis meminta
maaf dan dengan senang hati akan menerima saran dan kritik yang diberikan para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

15
Ardiyani, V. M. (2019). ANALISIS PERAN PERAWAT TERHADAP KETEPATAN
PENENTUAN PRIORITAS I, II, DAN III PADA RUANG TRIAGE DI INSTALASI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT dr. SAIFUL ANWAR MALANG. Jurnal
Keperawatan Florence , 19.
Gutomo, M. d. (2015). Bencana Alam Banjir dan Tanah Longsor dan Upaya Masyarakat
dalam Penanggulangan. Jurnal PKS Vol 14, 438-439.
Hutapea, A. D. (2021). Keperawatan Bencana. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

16

Anda mungkin juga menyukai