Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DIABETES MELLITUS

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Komunitas Semester IV

Disusun Oleh :

Devinta Wahyu Kusuma (P17250194051)

DOSEN PEMBIMBING :
HERU WIRATMOKO S.Kep. M.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


Prodi Diploma III Keperawatan Kampus VI Ponorogo
Tahun Akademik 2020/2021
Jalan Dr. Ciptomangunkusumo No.82A Ponorogo
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Makalah
Diabetes Mellitus ” ini tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan komunitas.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Keperawatan
Komunitas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ponorogo, 12 april 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................2
C. TUJUAN......................................................................................................3
D. MANFAAT..................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
A. Pengertian....................................................................................................4
B. Etiologi.........................................................................................................4
C. Patofisiologi..................................................................................................6
D. Klasifikasi....................................................................................................6
E. Gejala Klinis................................................................................................7
F. Komplikasi...................................................................................................7
G. Pengobatan..................................................................................................8
H. Pemeriksaan penunjang.............................................................................8
BAB III..................................................................................................................10
I. PENUTUP..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme darah yang disebabkan


karena kekurangan hormon insulin atau resisten insulin, sehingga kadar gula darah
mengalami peningkatan berlebih. Kadar gula darah yang berlebihan akan keluar
bersamaan dengan urin, sehingga urin yang dikelurakan banyak mengandung gula.
Seseorang dapat dikatakan mengalami Diabetes Melitus apabila hasil pemeriksaan kadar
gula darah <126 mg/dl dan >200 mg/dl.[CITATION Lut20 \l 1057 ]
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes mellitus merupakan kumpulan dari gejala yang
timbul diakibatkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh
progresifitas penurunan sekresi insulin akibat resistensi urin [ CITATION Sua11 \l 1033 ] .
Prevalensi Diabetes mellitus di Indonesia bervariasi. Pada tahun 2013 melalui Riset
Kesehatan Dasar didapatkan proporsi penderita DM yakitu 6,9%, toleransi glukosa
terganggu (TGT) 29,9%, dan glukosa darah puasa terganggu (GDP terganggu) sebanyak
36.6% [ CITATION Kem14 \l 1033 ]. Di Indonesia prevalensi Diabetes mellitus diperkirakan
akan mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030. Sedangkan menurut International
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013 terdapat 382 juta orang penderita diabetes di
dunia dan diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang penderita pada tahun
2035 [ CITATION Kem19 \l 1033 ].
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti kulit
yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya dengar,
kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ termasuk apa
yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit degeneratif seperti
DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah, 2006). Umur secara kronologis hanya
merupakan suatu determinan dari perubahan yang berhubungan dengan penerapan terapi
obat secara tepat pada orang lanjut usia. Terjadi perubahan penting pada respon terhadap
beberapa obat yang terjadi seiring dengan bertambahnya umur pada sejumlah besar
individu (Katzung, 2004). Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya
resistensi insulin pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya

1
perubahan komposisi tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%,
lemak 30%, sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor
yang kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah
reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan transkolasi
GLUT-4 (glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola
makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga
prosentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktorkeempat adalah perubahan
neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).
Prevalensi DM pada lanjut usia (geriatri) cenderung meningkat, maka utuk
golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada batas yang
dipakai untuk menegakkan diagnosis DM pada orang dewasa yang bukan golongan usia
lanjut. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi DM pada kelompok umur > 45
tahun sebesar 3,1% sedangkan unur < 45 tahun hanya sebesar 1,1%. [ CITATION Kem19 \l
1033 ].

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari Diabetes Melitus?


2. Apa Etiologi Diabetes Melitus?
3. Bagaimana Patofisiologi Diabetes Melitus?
4. Apa saja Klasifikasi Diabetes Melitus?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Diabetes Melitus?

C. TUJUAN

1. Tujuan umum

2
Makalah ini disusun untuk membahas mengenai Asuhan Keperawatan
Diabetus Mellitus Pada Lansia.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk memaparkan dan melakukan
pembahasan menganai :

D. MANFAAT

1. Bagi penulis
Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi ilmu kesehatan
mengenai Asuhan Keperawatan Diabetus Mellitus Pada Lansia.
2. Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi kepada mahasiswa lain
dan kepada masyarakat mengenai Asuhan Keperawatan Diabetus Mellitus Pada
Lansia.

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Pengertian

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama
atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl
(Misnadiarly, 2006). Diabetes Melitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak
disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Kemenkes RI,
2014). Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes mellitus merupakan kumpulan dari gejala yang
timbul diakibatkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh
progresifitas penurunan sekresi insulin akibat resistensi urin [ CITATION Sua11 \l 1033 ].

E. Etiologi

Etiologi Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula darar
terganggu , insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah
bertambah tinggi. peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem
energi dan tubuh berusaha kuat mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula
dikeluarkan didalam air kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya.
Peningkatan kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi
jika ini terjadi maka terjadilah diabetes mellitus. (Tjokroprawiro, 2006 ).
Insulin berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah guna menjamin
kecukupan gula yang disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga
proses-proses kehidupan utama bisa berkesinambungan. Pelepasan insulin dihambat oleh
adanya hormon – hormon tertentu lainnya, terutama adrenalin dan nonadrenalin, yang
dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar adrenal, yang juga dikenal sebagai katekolamin, dan
somatostatin.(Bogdan Mc Wright, MD. 2008).
faktor yang menyebabkan DM sebagai berikut :
1. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit
ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli
kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks.
Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum
4
perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya
(Maulana, 2008).
2. Virus dan Bakteri
Virus yang menyebabkan DM adalah rubella, mumps, dan humancoxsackievirus
B4. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli
kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM (Maulana, 2008). c.
Bahan Toksin atau Beracun Ada beberapa bahan toksik yang mampu merusak sel
beta secara langsung, yakni allixan, pyrinuron (rodentisida), streptozotocin (produk
dari sejenis jamur) (Maulana, 2008).
3. Asupan Makanan
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan asupan
makanan, baik sebagai factor penyebab maupun pengobatan. Asupan makanan yang
berlebihan merupakan factor risiko pertama yang diketahui menyebabkan DM. Salah
satu asupan makanan tersebut yaitu asupan karbohidrat. Semakin berlebihan asupan
makanan semakin besar kemungkinan terjangkitnya DM (Maulana, 2008).
4. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas.
Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan sel seperti ini akan
menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang
jumlahnyalebih banyak dari keadaan pada waktu tidak gemuk. Zat-zat itulah yang
menyebabkan resistensi terhadap insulin (Hartini, 2009).

F. Patofisiologi

Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai


sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi
vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat

5
terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi pada
jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami
diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung insulin
(Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi bila seseorang
tidak mampu untuk memproduksi insulin endigen yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda.
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling sering pada penyakit ini.
Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, yang lebih dekat
dihubungkan dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi
insulin (Stanley, Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman
serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang
dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan
perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami
penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik, suatu
komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan
osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia (Stanley,
Mickey, 2006).

G. Klasifikasi

1. Diabetes mellitus tipe I : IDDM


Disebabkan oleh kerusakan sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun
(Amin & Hardhi, 2013). Kerusakan sel beta ini dapat disebabkan oleh faktor genetik
yang dipicu oleh faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya autoimun. Hal ini
menyebabkan diabetes tipe I memiliki karakteristik yaitu ketiadaan insulin absolut
dalam tubuh. Sehingga terapi bagi penderita diabetes tipe I yaitu harus mendapat
insulin pengganti. Biasanya tipe I ini dijumpai pada penderita yang tidak gemuk,
berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan perempuan lebih rentan terkena
dari pada laki-laki (Corwin, 2009).
2. Diabetes mellitus tipe II : NIDDM

6
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi
insulin ini berarti penurunan kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati
(Amin & Hardhi 2013).

H. Gejala Klinis

1. Kesemutan.

2. Gatal

3. Mata kabur

4. Impotensi pada pria

5. Poliuri

6. Polifhagi

7. Polidipsi

I. Komplikasi

1. Akut

a. Koma hipoglikomi

b. Ketoasidosis

c. Koma hiperosmolar non ketotik.

2. Kronik

a. Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar : pembuluh darah jantung,


pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

b. Mikroangipati, mengenai pembuluh darah kecil, retinapati diabetik, netropati


diabetik.

c. Neuropati diabetik.

7
d. Rentan infeksi : Spt TBC, gingiutis dan IS

J. Pengobatan

a. Diet / perencanaan makan.


b. Obat
c. Latihan
d. Edukasi
e. Cangkok pangkreas

K. Pemeriksaan penunjang

Perlu dilakukan pada kelompok resiko tinggu untuk diabetes mellitus yaitu :

1. Kelompok usia dewasa tua (74 tahun).

2. Obesitas.

3. Tekanan darah meningkat.

4. Riwayat keluarga diabetes mellitus.

5. Riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 400 gr.

6. Riwayat diabetes mellitus pada kehamilan.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar
glukosa darah puasa diikuti TTGO standart untuk kelompok istri hasil pemeriksaan
penyaringan (-), perlu pemeriksaan ulang tiap tahun, bagi pasien berusia > 45 tahun
tanpa resiko, pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan tiap 3 tahun.

Cara pemeriksaan TTGO :

1. Tiap hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.

2. Kegiatan jasmani sementara cukup tidak terlalu banyak.

3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.

4. Pemeriksaan GDP.

8
5. Berikan glukosa 75 gr yang dilarutkan dalam air 250 ml lalu diminum dalam waktu
5 menit, periksa GD 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.

6. Selama pemeriksaan pasien yang diperiksa tetap istirahat dantidak merokok.

BAB III

L. PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah terlalu tinggi sehingga tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan

9
tubuh untuk merespon insulin akibat penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan
insulin oleh prancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia yang dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic.
Hiperglikema jangkapanjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskuler
(penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati.
B. Saran
Diharapkan bagi pembca atau tenaga kesehatan agar dapat memberikan
pendidikan kesehatan pada penderita DM.

10
DAFTAR PUSTAKA

Darlina, D. (2015). manajemen asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus . Idea Nursing
Journal, 133-134.

Dwi Amelisa Edwina, A. M. (2015). pola komplikasi kronis penderita diabetes mellitus tipe 2
rawat inap di bagian penyakit dalam RS. Dr. M. djamil padang . Jurnal Kesehatan
Andalas, 105-106.

Hamdan Hariawan, A. f. (2019). Hubungan gaya hidup (pola makan dan aktivitas fisik) dengan
kejadian diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Jurnal Keperawatan
Terpadu , 4-5.

I Wayan Ardana Putra, K. N. (2015). Empat pilar penatalaksanaan pasien diabetes mellitus . 8-
10.

Saputri, R. D. (2020). Komplikasi sistemik pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 235.

11
12

Anda mungkin juga menyukai