Anda di halaman 1dari 16

TERAPI KOGNITIF PADA LANSIA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Gerontik Semester IV

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas 2B
1. Zuhdiya Malik (P17250193037)
2. Devinta Wahyu K (P17250194051)
3. Ahna Nailal Amalia (P17250194054)
4. Anggita Ayuningtias (P17250194054)
5. Fera Khansa Dzakiyah (P17250194060)
6. Farid Zian Syifaa (P17250194067)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


Prodi Diploma III Keperawatan Kampus VI Ponorogo
Tahun Akademik 2020/2021
Jalan Dr. Ciptomangunkusumo No.82A Ponorogo
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Terapi
Kognitif Pada Lansia” ini tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Keperawatan
Gerontik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ponorogo, 01 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
D. Manfaat ...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ...................................................................................................4
B. Teori Proses Menua ................................................................................5
C. Permasalahan Pada Lansia .....................................................................6
D. Macam Macam Terapi Aktifitas..............................................................6
E. Tujuan Terapi Aktifitas...........................................................................7
F. Strategi Dan Tahapan Terapi Aktifitas ...................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................8
B. Saran…………………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi lansia di Indonesia diprediksi terus mengalami peningkatan
lebih tinggi daripada populasi lansia di dunia setelah tahun 2100. Sejak tahun
2004- 2015 memperlihatkan adanya peningkatan Usia Harapan Hidup di
Indonesia dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun dari proyeksi tahun 2030-2035
mencapai 72,2 tahun (Kemenkes, 2016). Jumlah lanjut usia (Lansia) yang
terus meningkat dapat menjadi aset bangsa bila sehat dan produktif, namun
lansia yang tidak sehat dan tidak mandiri akan berdampak besar terhadap
kondisi sosial dan ekonomi bangsa (Moeloek, 2016). Kesehatan manusia usia
lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus agar hidup secara produktif sesuai
dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan (UU No 23 tahun 1992).
Moeloek (2016) menerangkan bahwa dari segi kesehatan, semakin
bertambahnya usia maka lebih rentan terhadap berbagai keluhan.
Pertambahan usia dan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular,
merupakan faktor utama penyebab penurunan fungsi kognitif yang kelak akan
meningkatkan penyakit Demensia pada kelompok Lansia. Estimasi jumlah
penderita Penyakit Demensia di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu
juta orang. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali
lipat pada tahun 2030 dan menjadi empat juta orang pada tahun 2050.
Demensia adalah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari. Penurunan fungsi kognitif yang berujung pada
demensia menyebabkan lansia menjadi tidak produktif sehingga
memunculkan problem dalam kesehatan masyarakat dan tentunya berdampak
pada bertambahnya pembiayaan keluarga, masyarakat dan pemerintah
(Moeloek, 2016). Penurunan fungsi kognitif dapat diminimalisir dengan
adanya program kegiatan lansia yaitu stimulasi otak. Stimulasi otak yang
dilakukan bersifat menyenangkan, menjadikan lansia lebih berperan aktif dan
produktif, meningkatkan kualitas hidup lansia dan orang di sekitarnya, serta

1
menghambat proses kemunduran otak (penurunan fungsi kognitif) (Turana,
2013 dalam Pusdatin Kemenkes RI 2013).
Tiga kegiatan utama stimulasi otak yaitu stimulasi mental misalnya
permainan puzzle, membuat kerajinan tangan, diskusi, dan bernyanyi;
aktivitas sosial misalnya kehadiran pasangan hidup, keikutsertaan dalam
pelayanan agama, keanggotaan grup, dan aktivitas sosial rutin, serta aktivitas
fisik yaitu olahraga otak atau senam bersama (Turana, 2013 dalam Pusdatin
Kemenkes RI 2013). Olahraga otak adalah salah satu latihan teratur agar tetap
sehat dan segar. Sesuai dengan usia, otak juga akan mengalami atrofi
sepertihalnya otot. Untuk itu dengan mengikuti gaya hidup otak sehat dan
melakukan pelatihan otak secara teratur, kapasitas penyerapan kognitif otak
juga dapat ditingkatkan (Agoes, 2011)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari lansia ?
2. Bagaimana teori proses menua?
3. Apa permasalahan pada lansia?
4. Apa saja macam dari terapi kognitif?
5. Apa tujuan terapi kognitif?
6. Bagaimana strategi dan tahapan terapi kognitif ?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Makalah ini disusun untuk membahas mengenai terapi
kognitif Pada Lansia.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk memaparkan
dan melakukan pembahasan menganai Terapi kognitif pada lansia

2
D. MANFAAT
1. Bagi penulis
Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi sekolah tinggi
ilmu kesehatan mengenai Terapi kognitif Pada Lansia.
2. Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan dan memberikan informasi kepada
mahasiswa lain dan kepada masyarakat mengenai Terapi kognitif Pada
Lansia.

3
BAB II
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Lansia atau usia lanjut merupakan bagian dari proses kehidupan yang
tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO,2010) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu:
usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74
tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas
90 tahun. Di Indonesia popuasi lansia semakin meningkat. Menurut survey
Badan Pusat Stastistik (BPS) 2020 diperkirakan sebesar 28,822,879(11,34%).
Peningkatan jumlah lanjut usia (lansia) yang cepat akan menimbulkan
permasalahan yang komplek dan memberikan dampak pada berbagai aspek
kehidupan serta berpengaruh terhadap kelompok penduduk lainnya. Pada
aspek kesehatan, peningkatan jumlah tersebut akan menimbulkan masalah,
baik masalah fungsional maupun psikologi. Masalah psikologi yang lazim
dan praktis ada pada lansia adalah demensia dan depresi
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian
beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas
sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya di awali dengan
kemunduran memori/daya ingat (pelupa). Demensia erat kaitannya dengan
usia lanjut. Pokok masalahnya adalah bagaimana membedakan kemunduran
memori(mudah lupa) yang disebabakan oleh awal penyakit Alzheimer
Demensia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami penurunan daya
ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan
gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan gejala yang
ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku
sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari penderita (Azizah, 2011).
Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek, terstruktur,
berorientasi terhadap masalah saat ini, dan bersifat terapi individu. Terapi
kognitif akan lebih bermanfaat jika digabung dengan pendekatan perilaku.
Kemudian terapi ini disatukan dan di kenal dengan terapi perilaku kognitif.
Terapi ini memerlukan individu sebagai agen yang berfikir aktif dan

4
berinteraksi dengan dunianya.Tugas perawat adalah secara aktif dan langsung
membantu klien mempertimbangkan kembali stressor dan mengidentifikasi
pola pemikiran atau keyakinan yang tidak akurat untuk mengatasi masalah
klien dari perspektif kognitif

B. TEORI PROSES MENUA


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah
a. Teori Biologis
Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa
proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
tubuh selama masa hidup (Mujahidullah, 2012
b. Teori Genetik dan Mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara genetik
untuk speies-spesien tertentu.Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi
dari sel-sel kelamin Immunology Slow Theory Menurut immunology slow
theory, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh (Siti, 2008). Mutasi yang berulang dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya
sendiri(self recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan
menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya
c. Teori fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori
oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Disini terjadi
kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh lelah
terpakai(regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal)

5
C. PERMASALAHAN PADA LANSIA
Menurut Mujahidullah (2012), permasalahan pada lansia adalah
1. Perubahan Ingatan (memory) Dalam komunikasi, memori memegang
peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi maupun berfikir.
Memori adalah system yang sangat berstruktur, yang mrenyebabkan
seseorang sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya
2. Menurunya produktivitas dan identitasnya dikaitkan dengan peranan dan
pekerjaan, bila mengalami penuaan lansia akan cenderung membtuhhkn
bantuan dalam segala hal ..
3. Kecemasan yang terjadi timbul karena lansia merasa dirinya sudah tidak
menarik lagi dan kurang mampu melakukan berbagai aktifitas dan
memikirkan tentang harapan hidup yang muali menurun
4. Penurunan indra , kebanyakan lansia mengalami penurunan indra
pendengaran, pengelihatan sehingga dalam segala aktifitas lansia
cenderung memutuhkan banyak dukungan dan bantuan . pada aspek ini
lansia cenderung mengalami perubahan emosi

D. MACAM TERAPI AKTIFITAS


1. Terapi Dengan Puzzle
Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kognitif adalah
dengan mengajak mereka bermain puzzle. Hal ini bertujuan untuk melatih
organ otak untuk mengingat hal dan tidak mudah pikun. Dengan
permainan ini maka lansia akan terangsang daya ingat dan kreatifnya
untuk berpikir dan melakukannya dengan perasaan yang riang gembira
serta antusia tinggi.
2. Terapi Teka Teki
Contoh terapi kognitif pada lansia berikutnya adalah dengan
mengajak bermain teka teki, materi atau bahan teka teki dapat didapat dari
apa saja. Permainan ini juga dapat merangsang perasaan, daya ingat juga
semangat lansia untuk menjawab dan berperan didalamnya. Dengan
demikian lansia akan merasa gembira serta terhibur.

6
3. Terapi Bermain Catur
Permainan berikutnya yang bisa dilakukan oleh para lansia adalah
dengan bermain catur. Tujuan permainan ini sama dengan permainan
lainnya, untuk menyegarkan daya ingat, serta melatih otak untuk tetap
berfungsi dengan baik.Bagi lansia penyakit pikun amat sangat mengerikan,
oleh sebab itu gunanya terapi ini untuk mengatasi hal tersebut dan
membuat perasaan gembira dan semangat.
4. Terapi Dengan Ketrampilan
Membuat ketrampilan bertujuan meningkatkan daya ingat. Contoh
ketrampilan itu berupa merajut kain, menyulam benang, membuat kerajian
buang – bungaan dan lain sebagainya. Hal ini tentu cukup menarik untuk
dilakukan bagi para lansia untuk mengisi waktu luang dan merasa gembira
secara hati dan pikirannya. Pola dan metode terapi seni dalam
psikologi yang berguna dalam melatih mental.
5. Terapi Bermain Tebak – tebakan
Permainan yang dapat dilakukan para lansia yaitu dengan bermain
tebak – tebakan. Permainan ini cukup asyik dan juga menantang, para
lansia harus menebak apa yang menjadi tebakannya. Permainan ini dapat
meningkatkan daya ingat, memori, juga menjaga perasaan menjadi lebih
tenang dan juga atraktif. Tujuan lain agar lansia juga menjadi lebih segar
untuk berlatih mengingat dan belajar untuk mengeluarkan ekspresi yang
ada dipikiran juga hatinya
6. Terapi Belajar
Terapi kognitif pada lansia lainnya yaitu dengan terapi belajar, ada
banyak cara untuk dilakukan seperti belajar menggambar, belajar
mengerjakan sebuah pola, belajar mengerjakan pekerjaan rumah dan lain
sebagainya. Cara ini cukup efektif untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan
dan juga mengisi waktu luang para lansia lebih aktif dan juga bermanfaat.
Kegiatan ini dapat melatih para lansia melatih emosi, perasaan, hati dan
juga pikiran lebih fokus dan juga terarah.

7
E. TUJUAN TERAPI KOGNITIF
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis dan mengurangi
kognisi negative klien.
2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap realitas
3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien
mengubah cara berfikir atau mengembangkan pola pikir yang rasional.
4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang
maladaptive, pikiran yang mengganggu secara otomatis, serta proses
pikiran tidak logis yang dibesar-besarkan. Berfokus pada pikiran individu
yang menentukan sifat fungsionalnya
5. Mengurangi resiko dimensia dengan cara yang menyenangkan.

F. STRATEGI DAN TAHAPAN TERAPI KOGITIF


a. Sasaran strategis
1. Lansia yang ada di Panti Pelangi
2. Lamsia yang mampu melakukan aktivitas fisik
3. Lansia yang kooperatif
b. Waktu dan tempat pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Minggu, 18 April 2021
Waktu : 08.00 – 08.50 WIB (50 menit)
Tempat : Halaman panti pelangi
c. Metode
Demonstrasi/ role play
d. Media
Laptop, LCD proyektor
e. Susunan pelaksana
 Leader : Devinta Wahyu K
 Co-Leaer : Farid Zian S
 Fasilitator : 1. Zuhdiya Malik
2. Ahna Nailal A
3. Anggita Ayuningtias
 Observer : Fera Khansa D

8
f. Setting tempat
Keterangan :
: Leader
: Co-Leader
: Fasilitator
: Lansia
: Observer

g. Strategi pelaksanaan

No Strategi
Uraian kegiatan Waktu PJ
. Pelaksanaan
1. Fase Orientasi Pada tahap orientasi terapis 10 Leader
melakukan : menit
1. Memberi salam terapeutik :
salam dari terapis, perkenalan
nama, dan panggilan terapis.
2. Evaluasi/validasi : menanyakan
perasaan lansia saat ini dan
terapis menanyakan sejak kapan
lansia mulai tinggal di panti
pelangi merasakan penurunan
daya ingat dan fungsi
pendengaran.
3. Kontrak :
a. Menjelaskan tujuan kegiatan
b. Menjelaskan aturan main
tersebut.
 Jika ada lansia yang akan
9
meninggalkan kelompok
harus minta ijin kepada
terapis.
 Lama kegiatan 50 menit.
 Setiap lansia mengikuti
kegiatan dari awal sampai
akhir.
 Jika peserta merasa kurang
jelas dengan penjelasan
leader, dapat menanyakan
kepada leader dengan
mengacungkan tangan
terlebih dahulu.
 Peserta hadir ditempat 5
menit sebelum kegiatan
dimulai.
2. Fase Kerja 1. Menjelaskan pengertian senam 30 Fasilitator
otak. menit Leader
2. Menjelaskan manfaat dari senam Co-Leader
otak.
3. Mendemonstrasikan senam otak
kepada lansia dan petugas panti.
4. Memberikan kesempatan kepada
lansia dan petugas panti untuk
melakukan senam otak secara
mandiri.
5. Melakukan senam otak secara
bersamaan dengan lansia dan
petugas panti.
6. Mengulang senam otak secara
bersamaan dan diiringi dengan
musik.
3. Fase Terminasi 1. Evaluasi 10 Fasilitator

10
a.) Mahasiswa menanyakan menit Leader
perasaan lansia setelah Co-Leader
mengikuti kegiatan. Observer
b.) Memberikan pujian atas
keberhasilan lansia.
2. Rencana tindak lanjut
a.) Terapis meminta lansia dan
petugas untuk mengulangi
hal yang yang telah dipelajari
secara mandiri.
b.) Memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian panti.
3. Kontrak yang akan datang
Terapis mengakhiri kegiatan dan
mengingatkan kepada lansia
untuk melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan di panti.

BAB III
PENUTUP

11
A. KESIMPULAN
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian
beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas
sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya di awali dengan
kemunduran memori/daya ingat (pelupa). Terapi kognitif merupakan terapi
jangka pendek, terstruktur, berorientasi terhadap masalah saat ini, dan bersifat
terapi individu. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digabung dengan
pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan di kenal dengan
terapi perilaku kognitif.
Terapi kognitif pada lansia dapat meningkatkan daya ingat dan
mengurangi manual kepikunan. Dengan berbagai cara dan strategi sangat
membantu mengembalikan daya ingat lansia. Terapi permainan yang
biasanya dipakai untuk terapi sangatlah efektif karena dapat untuk
menghilangkan rasa jenuh, bosan dan juga mengisi waktu luang para lansia
lebih aktif dan juga bermanfaat.

B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah mengenai terapi kognitif ini
tingkat kepikunan lansia dapat berkurang dan masalah ini bisa teratasi. Dan
kami mahasiswa agar kita semua dapat mencegah, mengurangi, serta dapat
memberikan tindakan dan informasi yang sesuai mengenai terapi kognitif ini.

DAFTAR PUSTAKA

12
Kismanto, o. (2015). Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap Perubahan Kondisi
Depresi Lansia Di Panti Wreda Darma Bakti Kasih Surakarta . jurnal
kesmasdaka, 15.

Marantika, A. (2019). Penerapan Latihan Fungsi Kognitif Pada Lansia Yang


Mengalami Demensia Dengan Masalah Perubahan Proses Pikir Di
Wilayah Kerjapuskesmas Wates Tahun 2019. karya tulis ilmiah, 8-20.

Nathalie Sanchia, M. S. (2019). Terapi Stimulasi Kognitif Untuk Lansia Dengan


Mild Cognitive Impairment: Studi Eksperimental Di Panti Wreda. artikel
penelitian , 259.

13

Anda mungkin juga menyukai